VISI
MISI
i
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
Semester : 3 (Tiga)
Disahkan Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah KMB 1 yang diberi judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Penginderaan : Katarak”. Adapun makalah KMB 1 tentang
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Penginderaan :
Katarak” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah KMB 1 ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................18
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Gejala klinis, Penatalaksanaan, dan
Komplikasi dari penyakit Katarak ?
2. Bagaimana pengkajian pada klien katarak ?
3. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada klien katarak dan intervensinya
?
4. Bagaimana menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan
katarak ?
2. Tujuan Khusus
2
D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
2. Bagi Mahasiswa
3
BAB II
PEMBAHASAN
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih
dan bening menjadi keruh (Sidarta, 2006). Ilyas (2001) mengatakan bahwa,
katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa, atau denaturasi lensa. Mansjoer, 2001 katarak adalah setiap
keadaan pada lensa yang dapat terjadi akibat akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein, atau kedua-duanya. Katarak adalah suatu opasaifikasi
dari lensa yang normalnya transparan seperti kristal, jernih. (Baughman, D.C.
2000:319). Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada lensa tanpa
nyeri yang berangsur-angsur penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat
menerima cahaya.
4
darah dengan diameter 9 mm ketebalan 4 mm. Ketebalan tersebut meningkat
dari usia 50 tahun dan mencapai 5 mm pada usia 90 tahun. Puncak lengkungan
anterior dengan posterior lensa, disebut kutup anterior dan kutup posterior.
3 Etiologi
5
mempengaruhi tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang
mengandung menderita rubella.
e. Penyakit
Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.
6
4 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
bentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus,
diperifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transportasi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang
dari badan selier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
tranmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan
yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti
DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Katarak dapat bersifat congenital dan dapat diidentifikasi awal, karena
bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam
terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
5 Gejala Klinis
7
b. Penglihatan akan berkurang secara perlahan
c. Pada pupil terdapat bercak putih
d. Bertambah tebal nucleus dengan perkembangannya lapisan korteks
lensa.
e. Penglihatan kabur
f. Rasa nyeri pada mata
Katarak hipermatur akan menimbulkan penyakit, mata menjadi merah
disertai rasa sakit yang kemudian akan berakhir dengan kebutan. Secara klinis
proses ketuaan sudah tampak dalam pengurangan kekuatan akomodasi lensa,
akibat mulai terjadinya sclerosis lensa yang dimanifikasikan dalam bentuk
presbiopi (RSUD Dr. Soetomo, 2001).
Selain itu gejala berupa keluhan penurunan ketajaman penglihatan secara
progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan-akan tampak benar-benar putih,
sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative(-). Bila dibiarkan akan
mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplilkasi berupa
glaukoma dan uveitis (http://www.keperawatankatarak.go.id).
Bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan
dapat menimbulkan komplikasi berupa Glauokoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
Peka terhadap sinar atau cahaya.
Dapat melihat dobel pada satu mata.
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Selain itu, katarak dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium insipen,
imatur, matur dan hipermatur. Saat memasuki stadium insipen kekeruhan tidak
teratur seperti bercak-bercak di korteks anterior/posterior sehingga
menimbulkan keluhan pollopia. Pada stadium yang lebih lanjut terjadi
kekeruhan yang lebih tebal tetapi belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian jernih lensa. Pada stadium ini terjadi penumpukan cairan dan
8
disintegrasi serabut akibatnya lensa mencembung yang menimbulkan keluhan
miopi dan menyebabkan iris terdorong ke depan serta bilik mata lebih sempit
akibatnya terjadi penyulit glaukoma dan uveitis. Apabila degenerasi terus
berlanjut, terjadilah katarak matur dimana terdapat pengeluaran air bersama-
sama hasil disintegrasi kapsul sehingga terjadi pengapuran menyeluruh karena
deposit kalsium lensa berwarna putih. Hal ini menyebabkan terjadinya katarak
hipermatur. Pada stadium ini, korteks lensa mencair sehingga lensa mengerut
berwarna kuning, lalu menyebabkan iris tedorong ke depan dan bilik mata
menjadi sempit dan bisa timbul penyulit yang sama dengan stadium matur tadi
(Ilyas,2002).
6 Pemeriksaan diagnostik
9
g. Tes toleransi glukosa (FBS). Menunjukkan adanya atau kontrol
diabetes. (Marilyn E. Doenges,2000)
7 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik dicapai 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan
katarak paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan
menggunakan anesthesia lokal. Macam pembedahannya ada 2 macam yaitu:
1. Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler
Intra catarax extraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler
Extra capsular catarax extraction (ECCE) mengeluarkan lensa dengan
merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian
posterior.
Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada EKEK, tehnik ini
memerlukan penyembuhan yang paling pendek dan penurunan insidensi
astigmatisme pasca operasi. Kedua tehnik irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi
dapat mempertahankan kapsula posterior yang nantinya digunakan untuk
penyangga IOL. Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan salah satu dari 3
metode; kacamata apakia, lensa kontak, implant IOL. (Brunner & Suddarth,
2005)
Penanganan tindakan pembedahan dengan mengangkat lensa merupakan
penanganan katarak yang sering dilakukan, biasanya disertai dengan
pemasangan lensa intraokuler. Jika pemasangan lensa intraokuler tidak
dilakukan, pasien perlu menggunakan kacamata dengan lensa yang tebal untuk
menggantikan fungsi lensa yang sudah diangkat tersebut. Perkembangan
dramatis telah terjadi dalam tindakan operasi pengangkatan lensa pada saat
sekarang ini. Karena tindakan ini merupakan prosedur bedah untuk pasien
rawat jalan dan dapat dikerjakan selama 3-4 jam. Ada 2 jenis ekstraksi lensa
10
yaitu intracapsuler extraction adalah pengangkatan keseluruhan lensa dan
exstracapsuler extraction adalah pengangkatan lensa tanpa kapsul. (Charlene J.
Reeves,1999;7).
8 Komplikasi
a. Anamnesis
Umur katarak terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada
lanjut usia
Riwayat trauma, trauma tumpul atau tidak tembus dapat merusak
kapsul lensa
Riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan bahan
kimia atau terpapar sinar radioaktif / sinar X
Riwayat penyakit misalnya penyakit mata yang lain dan penyakit
sistemik
11
Riwayat penggunaan obat-obatan
Pemeriksaan Fisik :
Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak
nyeri
Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda
Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau
tampak kekuningan
Jika klien mengalami kekeruhan sentral klien mungkin
melaporkan dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada
terang karena pada saat dilatasi klien dapat melihat dari sekeliling
kekeruhan
Kaji visus, terdapat penurunan sugnifikan
Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada
katarak lanjut terdapat area putih keabu-abuan.
Pada pengkajian ini akan didapatkan kecemasan dan ketakutan
kehilangan pandangan.
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.
2. Makanan dan cairan
Gejala : Mual / muntah
3. Neurosensori
Gejala :
Gangguan penglihatan ( kabur / tidak jelas ), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa
di ruang gelap.
Perubahan kacamata atau pengobatan untuk tidak
memperbaiki penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
Peningkatan air mata
12
1. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan / mata berair
2. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga gloukoma, diabetes,
gangguan sistem vaskuler, terpajan pada radiasi, steroid
atau toksisitas fetotiazim. ( doenges,2000 )
Preoperasi :
1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan.
2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan penurunan fungsi
ketajaman penglihatan
3. Gangguan body image berhubungan dengan kekeruhan lensa
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan kesehatan,
interaksi
Pasca operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan trauma, TIO, inflamasi tindakan bedah
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
( bedah pengangkatan )
3. Cemas berhubungan dengan kerusakan sensori, dan kurangnya
pemahaman mengenai perawatan pasca operasi
3. Rencana Tindakan
13
berhubunga tidak mengalami kemampuan 2. Mengetahui
n dengan gangguan persepsi lapang pandang lapang pandang
penurunan sensori dgn KH : diantara kedua di antara kedua
ketajaman 1. Dengan mata mata
penglihatan. penglihatan yg 3. Observasi tanda 3. Mengetahui ada
terbatas klien disorientasi tidaknya
mampu melihat dengan tetap disorientasi
lingkungan berada di sisi 4. Membantu
semaksimal pasien. penglihatan
mungkin. 4. Dorong klien yang adekuat
2. Mengenal untuk melakukan
perubahan aktifitas
stimulus yang sederhana seperti
positif dan menonton TV,
negatif radio, dll
3. Mengidentifikas 5. Anjurkan pasen
i kebiasaan menggunakan
lingkungan. kacamata katara,
cegah lapang
pandang perifer
dan catat
terjadinya bintik
buta.
2 Nyeri Setelah dilakukan 1. Bantu klien 1. Membantu
berhubunga intervensi dalam pasien
n dengan keperawatan slama mengidentifikasi menemukan
trauma, 3x24 jam tindakan tindakan yg
TIO, diharapkan nyeri penghilangan dapat
inflamasi dapat berkurang nyeri yang efektif menghilangkan
tindakan atau terkontrol 2. Jelaskan bahwa atau
bedah dengan KH : nyeri dapat mengurangi
1. Nyeri terjadi sampai nyeri yg
14
berkurang, beberapa jam efektif.
skala nyeri setelah 2. Nyeri dapat
ringan pembedahan. terjadi sampai
2. Klien tidak 3. Lakukan anestesi local
menunjukkan tindakan habis,
perilaku mengurangi nyeri memahami hal
distraksi dengan cara: ini dapat
3. Klien tidak - Posisi, membantu
nampak tinggikan mengurangi
meringis bagian kepala kecemasan yg
4. Klien tampak tempat tidur, berhubungan
rileks ganti posisi dgn yg tidak
dan tidur pd dipikirkan.
sisi yg tidak 3. Latihan nyeri
dioperasi dengan
- Distraksi menggunakan
- Latihan tindakan yang
relaksasi non
4. Berikan obat farmakologi
analgetik sesuai memungkinka
program n klien untuk
Lapor dokter jika memperoleh
nyeri tidak hilang rasa kontrol
setelah ½ jam terhadap nyeri.
pemberian obat, jika 4. Analgesik
nyeri disertai mua. dapat
menghambat
reseptor nyeri
Tanda ini
menunjukkan
peningkatan
tekanan intra
15
ocular atau
komplikasi lain.
3 Resiko Setelah dilakukan 1. Tingkatkan 1. Nutrisi dan
tinggi intervensi penyembuhan hidrasi yang
terjadinya keperawatan slama luka dengan : optimal
infeksi 3x24 jam - Beri meningkatkan
berhubunga diharapkan tidak dorongan utk kesehatan
n dengan terjadi infeksi mengikuti secara
prosedur dengan KH : diet seimbang keseluruhan,
invasif 1. Tanda-tanda dan asupan meningkatkan
(bedah) infeksi tidak cairan yang penyembuhan
terjadi adekuat luka
2. Penyembuhan - Instruksikan pembedahan,
luka dalam klien untuk dan memakai
rentang waktu tetap pelindung mata
minimal menutup meningkatkan
mata sampai penyembuhan
hari pertama dan
setelah menurunkan
operasi atau kekuatan iritasi
sampai kelopak mata
diberitahuaka terhadap
n jahitan luka
2. Gunakan tehnik 2. Tehnik aseptic
aseptic untuk meminimalkan
meneteskan tetes masuknya
mata mikroorganism
3. Tekankan e dan
pentingnya tidak mengurangi
menyentuh / infeksi.
menggaruk mata 3. Mencegah
yg dioperasi kontaminasi
16
4. Kolaborasi obat dan kerusakan
sesuai indikasi, sisi operasi
antibiotica, 4. Sediaan topical
steroid digunakan
secara
profilaksis untk
menurunkan
inflamasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di
dalam mata, seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis
terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan
ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif
biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
17
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan di malam hari. Pupil
yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang
Asuhan keperawatan pada klien dengan Katarak.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth, 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth, 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC
Evelyn C. Pearce. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia :
Jakarta.
Mansjoer A. Etal. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. hal 510-512.
Penerbit Media Aesculapis. Jakarta : FKUI.
Marylin E. Doenges (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan Pasien Edisi III. Jakarta
: EGC.
18
Reeves, Charlene, et al, Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Joko Setiyono,
Edisi I, Jakarta, Salemba Medika.
Sidarta Ilyas. (2002). Ilmu Perawtan Mata. Sagung Seto : Jakarta.
KODE MK :
KELOMPOK : 9
19
MAHASISWA :
NILAI
79-
NO KRITERIA PENILAIAN 68-78 56-67 41-55 KET
100
A B C D
I Persiapan Makalah:
1. Kebenaran isi
2. Ketajaman
pembahasan
3. Sistematika
penulisan
4. Kelengkapan
kepustakaan
II Presentasi seminar:
1. Penguasaan dan
kejelasan materi
2. Strategi seminar
3. Diskusi aktif
4. Kerja kelompok
5. Penggunaan AVA
(Alat peraga visual)
6. Kesimpulan hasil
diskusi
20
Penilaian : 79-100 = A
68-78 = B
56-67 = C
41-55 = D
10
Pontianak,
Penilai
21
22
23