Anda di halaman 1dari 28

VISI & MISI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI

MENJADI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN YANG


BEERMUTU DAN MAMPU BERSAING DI TINGKAT REGIONAL TAHUN
2020

MISI

a. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan yang berbasis


kompetensi.
b. Meningkatkan program pendidikan tinggi kesehatan yang berbasis penelitian.
c. Mengembangkan upaya pengabdian masyarakat yang berbasis IPTEK dan
teknologi tepat guna.
d. Mengembangkan program pendidikan tinggi kesehatan yang mandiri,
transparan dan akuntabel
e. Mengembangkan kerja sama baik tingkat nasional maupun regional.

i
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KATARAK

Mata Kuliah : KMB 1

Prodi : DIV Keperawatan

Semester : 3 (Tiga)

Pontianak, September 2018

Disahkan Oleh :

Dosen Penanggung Jawab

Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep Nama Kelompok

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah KMB 1 yang diberi judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Penginderaan : Katarak”. Adapun makalah KMB 1 tentang
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Penginderaan :
Katarak” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah KMB 1 ini.

Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah KMB 1 " Asuhan


Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Penginderaan : Katarak " ini
dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini
nantinya.

Pontianak, 15 September 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

VISI & MISI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK.................................................i


VISI...........................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan dari Penulisan Makalah...................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................4
A. Konsep Teori Katarak..................................................................................................4
1 Pengertian...............................................................................................................4
2 Anatomi Lensa Mata...............................................................................................4
3 Etiologi....................................................................................................................5
4 Patofisiologi............................................................................................................7
5 Gejala Klinis.............................................................................................................7
6 Pemeriksaan diagnostik..........................................................................................9
7 Penatalaksanaan.....................................................................................................9
8 Komplikasi.............................................................................................................10
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis.......................................................................11
1. Pengkajian.............................................................................................................11
2. Diagnosa yang Mungkin Muncul...........................................................................12
3. Rencana Tindakan.................................................................................................13
BAB III...................................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................................17
A. Kesimpulan...............................................................................................................17
B. Saran.........................................................................................................................17

iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................18

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia


memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta
penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian
besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang
mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang
yang lebih muda untuk mengurus dirinya.

Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun


1993-1996, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan
penyebab utama adalah katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi
(0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).

Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka


kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand
0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi
mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul
backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini antara
lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya
pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan
fasilitas pelayan kesehatan mata yang masih terbatas.
Maka dari itu kami terdorong untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan kita tentang insiden katarak itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Gejala klinis, Penatalaksanaan, dan
Komplikasi dari penyakit Katarak ?
2. Bagaimana pengkajian pada klien katarak ?
3. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada klien katarak dan intervensinya
?
4. Bagaimana menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan
katarak ?

C. Tujuan dari Penulisan Makalah


1. Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan


pada klien dengan katarak.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Gejala


klinis, Penatalaksanaan, dan Komplikasi dari penyakit Katarak.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan katarak.
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
katarak.
d. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan
katarak.
e. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien
dengan katarak.

2
D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat


melakukan asuhan keperawatan dengan baik terutama pada kasus keperawatan pada
penyakit katarak.

2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan


keterampilan serta mengaplikasikan secara langsung teori- teori yang didapat di
bangku perkuliahan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Katarak


1 Pengertian

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih
dan bening menjadi keruh (Sidarta, 2006). Ilyas (2001) mengatakan bahwa,
katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa, atau denaturasi lensa. Mansjoer, 2001 katarak adalah setiap
keadaan pada lensa yang dapat terjadi akibat akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein, atau kedua-duanya. Katarak adalah suatu opasaifikasi
dari lensa yang normalnya transparan seperti kristal, jernih. (Baughman, D.C.
2000:319). Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada lensa tanpa
nyeri yang berangsur-angsur penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat
menerima cahaya.

2 Anatomi Lensa Mata

Mata adalah indra penglihatan dibentuk untuk menerima rangsangan,


berkas-berkas cahaya pada retina dengan perantara serabut-serabut nervous
options mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak, bagian
mata berfungsi memfokuskan rangsangan cahaya ke retina adalah lensa (Pearce,
2002).
Fisiologi lensa mata
Lensa mata adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan
belakang) yang dipertahankan pada tempatnya oleh ligament siliaris atau zonula
zinnia, organ focus utama yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang
terpantul. Jadi lensa mata berbentuk bikonveks tidak mengandung pembuluh

4
darah dengan diameter 9 mm ketebalan 4 mm. Ketebalan tersebut meningkat
dari usia 50 tahun dan mencapai 5 mm pada usia 90 tahun. Puncak lengkungan
anterior dengan posterior lensa, disebut kutup anterior dan kutup posterior.

3 Etiologi

Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami


katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di
dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital. Penyakit
infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan
katarak komplikata (Ilyas, 2003).
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Fisik
Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua maka akan
mempengaruhi keadaan lensa. Sehingga dapat mengakibatkan katarak
baik pada orang yang fisiknya semakin tua atau karena sakit.
b. Kimia
Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau
akibat paparan sinar ultraviolet matahari pada lensa mata dapat
menyebabkan katarak.
c. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan
menurun dan mengakibatkan katarak. Katarak yang didapatkan
karena faktor usia tua biasanya berkembang secara perlahan.
Penglihatan kabur dapat terjadi setelah trauma dari gejala awal dapat
berkembang kehilangan penglihatan. Hilangnya penglihatan
tergantung pada lokasi dan luasnya kekeruhan.
d. Infeksi virus masa pertumbuhan janin
Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang
disebabkan oleh virus. Maka infeksi virus tersebut akan

5
mempengaruhi tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang
mengandung menderita rubella.
e. Penyakit
Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.

Gambar 1.1 Pathway Katarak

6
4 Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
bentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus,
diperifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transportasi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang
dari badan selier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
tranmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan
yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti
DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Katarak dapat bersifat congenital dan dapat diidentifikasi awal, karena
bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam
terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

5 Gejala Klinis

Gejala klinis pasien katarak antara lain :


a. Rasa silau karena terjadi pembiasaan tidak teratur oleh lensa yang
keruh.

7
b. Penglihatan akan berkurang secara perlahan
c. Pada pupil terdapat bercak putih
d. Bertambah tebal nucleus dengan perkembangannya lapisan korteks
lensa.
e. Penglihatan kabur
f. Rasa nyeri pada mata
Katarak hipermatur akan menimbulkan penyakit, mata menjadi merah
disertai rasa sakit yang kemudian akan berakhir dengan kebutan. Secara klinis
proses ketuaan sudah tampak dalam pengurangan kekuatan akomodasi lensa,
akibat mulai terjadinya sclerosis lensa yang dimanifikasikan dalam bentuk
presbiopi (RSUD Dr. Soetomo, 2001).
Selain itu gejala berupa keluhan penurunan ketajaman penglihatan secara
progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan-akan tampak benar-benar putih,
sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative(-). Bila dibiarkan akan
mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplilkasi berupa
glaukoma dan uveitis (http://www.keperawatankatarak.go.id).
Bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan
dapat menimbulkan komplikasi berupa Glauokoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
 Peka terhadap sinar atau cahaya.
 Dapat melihat dobel pada satu mata.
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Selain itu, katarak dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium insipen,
imatur, matur dan hipermatur. Saat memasuki stadium insipen kekeruhan tidak
teratur seperti bercak-bercak di korteks anterior/posterior sehingga
menimbulkan keluhan pollopia. Pada stadium yang lebih lanjut terjadi
kekeruhan yang lebih tebal tetapi belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian jernih lensa. Pada stadium ini terjadi penumpukan cairan dan

8
disintegrasi serabut akibatnya lensa mencembung yang menimbulkan keluhan
miopi dan menyebabkan iris terdorong ke depan serta bilik mata lebih sempit
akibatnya terjadi penyulit glaukoma dan uveitis. Apabila degenerasi terus
berlanjut, terjadilah katarak matur dimana terdapat pengeluaran air bersama-
sama hasil disintegrasi kapsul sehingga terjadi pengapuran menyeluruh karena
deposit kalsium lensa berwarna putih. Hal ini menyebabkan terjadinya katarak
hipermatur. Pada stadium ini, korteks lensa mencair sehingga lensa mengerut
berwarna kuning, lalu menyebabkan iris tedorong ke depan dan bilik mata
menjadi sempit dan bisa timbul penyulit yang sama dengan stadium matur tadi
(Ilyas,2002).

6 Pemeriksaan diagnostik

a. Kartu nama snellen / mesin telebinokuler (tes ketajaman


penglihatan dan sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akvesus atau vitreus humor, kesalahan
refraksi atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau
jalan optik.
b. Lapang penglihatan. Penurunan mungkin disebabkan oleh cairan
cairan cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis
atau patologis arteri serebral, gloukoma.
c. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (TIO)
normalnya 12-25 mmHg.
d. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu
memastikan diagnosa katarak.
e. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED). Menunjukkan anemia
sistemik atau infeksi.
f. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis.

9
g. Tes toleransi glukosa (FBS). Menunjukkan adanya atau kontrol
diabetes. (Marilyn E. Doenges,2000)

7 Penatalaksanaan

Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik dicapai 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan
katarak paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan
menggunakan anesthesia lokal. Macam pembedahannya ada 2 macam yaitu:
1. Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler
Intra catarax extraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler
Extra capsular catarax extraction (ECCE) mengeluarkan lensa dengan
merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian
posterior.
Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada EKEK, tehnik ini
memerlukan penyembuhan yang paling pendek dan penurunan insidensi
astigmatisme pasca operasi. Kedua tehnik irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi
dapat mempertahankan kapsula posterior yang nantinya digunakan untuk
penyangga IOL. Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan salah satu dari 3
metode; kacamata apakia, lensa kontak, implant IOL. (Brunner & Suddarth,
2005)
Penanganan tindakan pembedahan dengan mengangkat lensa merupakan
penanganan katarak yang sering dilakukan, biasanya disertai dengan
pemasangan lensa intraokuler. Jika pemasangan lensa intraokuler tidak
dilakukan, pasien perlu menggunakan kacamata dengan lensa yang tebal untuk
menggantikan fungsi lensa yang sudah diangkat tersebut. Perkembangan
dramatis telah terjadi dalam tindakan operasi pengangkatan lensa pada saat
sekarang ini. Karena tindakan ini merupakan prosedur bedah untuk pasien
rawat jalan dan dapat dikerjakan selama 3-4 jam. Ada 2 jenis ekstraksi lensa

10
yaitu intracapsuler extraction adalah pengangkatan keseluruhan lensa dan
exstracapsuler extraction adalah pengangkatan lensa tanpa kapsul. (Charlene J.
Reeves,1999;7).

8 Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit katarak ini adalah sebagai berikut:


a. Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra okuler di
dalam bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan
visus mata menurun.
b. Kerusakan retina
Kerusakan retina ini dapat terjadi setelah pasca bedah, akibat ada
robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina
atau terjadi penimbunan eksudat di bawah retina sehingga retina
terangkat.
c. Infeksi
Ini bisa terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang
tidak adekuat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian

a. Anamnesis
 Umur katarak terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada
lanjut usia
 Riwayat trauma, trauma tumpul atau tidak tembus dapat merusak
kapsul lensa
 Riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan bahan
kimia atau terpapar sinar radioaktif / sinar X
 Riwayat penyakit misalnya penyakit mata yang lain dan penyakit
sistemik

11
 Riwayat penggunaan obat-obatan
Pemeriksaan Fisik :
 Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak
nyeri
 Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda
 Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau
tampak kekuningan
 Jika klien mengalami kekeruhan sentral klien mungkin
melaporkan dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada
terang karena pada saat dilatasi klien dapat melihat dari sekeliling
kekeruhan
 Kaji visus, terdapat penurunan sugnifikan
 Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada
katarak lanjut terdapat area putih keabu-abuan.
Pada pengkajian ini akan didapatkan kecemasan dan ketakutan
kehilangan pandangan.
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.
2. Makanan dan cairan
Gejala : Mual / muntah
3. Neurosensori
Gejala :
 Gangguan penglihatan ( kabur / tidak jelas ), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa
di ruang gelap.
 Perubahan kacamata atau pengobatan untuk tidak
memperbaiki penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
 Peningkatan air mata

12
1. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan / mata berair
2. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga gloukoma, diabetes,
gangguan sistem vaskuler, terpajan pada radiasi, steroid
atau toksisitas fetotiazim. ( doenges,2000 )

2. Diagnosa yang Mungkin Muncul

Preoperasi :
1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan.
2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan penurunan fungsi
ketajaman penglihatan
3. Gangguan body image berhubungan dengan kekeruhan lensa
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan kesehatan,
interaksi
Pasca operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan trauma, TIO, inflamasi tindakan bedah
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
( bedah pengangkatan )
3. Cemas berhubungan dengan kerusakan sensori, dan kurangnya
pemahaman mengenai perawatan pasca operasi

3. Rencana Tindakan

N Diagnosa NOC NIC Rasional


o
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Orientasikan 1. Agar pasien
persepsi intervensi pasien terhadap mengenal
sensori keperawatan slama lingkungan terhadap
visual / 3x24 jam aktifitas. lingkungan
penglihatan diharapkan klien 2. Bedakan aktifitas

13
berhubunga tidak mengalami kemampuan 2. Mengetahui
n dengan gangguan persepsi lapang pandang lapang pandang
penurunan sensori dgn KH : diantara kedua di antara kedua
ketajaman 1. Dengan mata mata
penglihatan. penglihatan yg 3. Observasi tanda 3. Mengetahui ada
terbatas klien disorientasi tidaknya
mampu melihat dengan tetap disorientasi
lingkungan berada di sisi 4. Membantu
semaksimal pasien. penglihatan
mungkin. 4. Dorong klien yang adekuat
2. Mengenal untuk melakukan
perubahan aktifitas
stimulus yang sederhana seperti
positif dan menonton TV,
negatif radio, dll
3. Mengidentifikas 5. Anjurkan pasen
i kebiasaan menggunakan
lingkungan. kacamata katara,
cegah lapang
pandang perifer
dan catat
terjadinya bintik
buta.
2 Nyeri Setelah dilakukan 1. Bantu klien 1. Membantu
berhubunga intervensi dalam pasien
n dengan keperawatan slama mengidentifikasi menemukan
trauma, 3x24 jam tindakan tindakan yg
TIO, diharapkan nyeri penghilangan dapat
inflamasi dapat berkurang nyeri yang efektif menghilangkan
tindakan atau terkontrol 2. Jelaskan bahwa atau
bedah dengan KH : nyeri dapat mengurangi
1. Nyeri terjadi sampai nyeri yg

14
berkurang, beberapa jam efektif.
skala nyeri setelah 2. Nyeri dapat
ringan pembedahan. terjadi sampai
2. Klien tidak 3. Lakukan anestesi local
menunjukkan tindakan habis,
perilaku mengurangi nyeri memahami hal
distraksi dengan cara: ini dapat
3. Klien tidak - Posisi, membantu
nampak tinggikan mengurangi
meringis bagian kepala kecemasan yg
4. Klien tampak tempat tidur, berhubungan
rileks ganti posisi dgn yg tidak
dan tidur pd dipikirkan.
sisi yg tidak 3. Latihan nyeri
dioperasi dengan
- Distraksi menggunakan
- Latihan tindakan yang
relaksasi non
4. Berikan obat farmakologi
analgetik sesuai memungkinka
program n klien untuk
Lapor dokter jika memperoleh
nyeri tidak hilang rasa kontrol
setelah ½ jam terhadap nyeri.
pemberian obat, jika 4. Analgesik
nyeri disertai mua. dapat
menghambat
reseptor nyeri
Tanda ini
menunjukkan
peningkatan
tekanan intra

15
ocular atau
komplikasi lain.
3 Resiko Setelah dilakukan 1. Tingkatkan 1. Nutrisi dan
tinggi intervensi penyembuhan hidrasi yang
terjadinya keperawatan slama luka dengan : optimal
infeksi 3x24 jam - Beri meningkatkan
berhubunga diharapkan tidak dorongan utk kesehatan
n dengan terjadi infeksi mengikuti secara
prosedur dengan KH : diet seimbang keseluruhan,
invasif 1. Tanda-tanda dan asupan meningkatkan
(bedah) infeksi tidak cairan yang penyembuhan
terjadi adekuat luka
2. Penyembuhan - Instruksikan pembedahan,
luka dalam klien untuk dan memakai
rentang waktu tetap pelindung mata
minimal menutup meningkatkan
mata sampai penyembuhan
hari pertama dan
setelah menurunkan
operasi atau kekuatan iritasi
sampai kelopak mata
diberitahuaka terhadap
n jahitan luka
2. Gunakan tehnik 2. Tehnik aseptic
aseptic untuk meminimalkan
meneteskan tetes masuknya
mata mikroorganism
3. Tekankan e dan
pentingnya tidak mengurangi
menyentuh / infeksi.
menggaruk mata 3. Mencegah
yg dioperasi kontaminasi

16
4. Kolaborasi obat dan kerusakan
sesuai indikasi, sisi operasi
antibiotica, 4. Sediaan topical
steroid digunakan
secara
profilaksis untk
menurunkan
inflamasi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di
dalam mata, seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis
terutama dengan gejala subjektif.  Biasanya klien melaporkan penurunan
ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.  Temuan objektif
biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi

17
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan di malam hari. Pupil
yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang
Asuhan keperawatan pada klien dengan Katarak.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth, 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth, 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC
Evelyn C. Pearce. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia :
Jakarta.
Mansjoer A. Etal. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. hal 510-512.
Penerbit Media Aesculapis. Jakarta : FKUI.
Marylin E. Doenges (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan Pasien Edisi III. Jakarta
: EGC.

18
Reeves, Charlene, et al, Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Joko Setiyono,
Edisi I, Jakarta, Salemba Medika.
Sidarta Ilyas. (2002). Ilmu Perawtan Mata. Sagung Seto : Jakarta.

FORMAT PENILAIAN KEGIATAN SEMINAR MAHASISWA


PRODI D-IV KEPERAWATAN PONTIANAK

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

MATA KULIAH : KMB I

KODE MK :

KELAS : REGULER A (TINGKAT 2)

TOPIK : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

KELOMPOK : 9

19
MAHASISWA :

1. DINI ALHAFIZA : 20176522022


2. KIKI SUSIANA : 20176523044
3. NILASARI : 20176523069
4. REZHA DWI AKBAR : 20176513090
5. SYAUQIYAH SALSABILA : 20176521107

NILAI
79-
NO KRITERIA PENILAIAN 68-78 56-67 41-55 KET
100
A B C D
I Persiapan Makalah:
1. Kebenaran isi
2. Ketajaman
pembahasan
3. Sistematika
penulisan
4. Kelengkapan
kepustakaan
II Presentasi seminar:
1. Penguasaan dan
kejelasan materi
2. Strategi seminar
3. Diskusi aktif
4. Kerja kelompok
5. Penggunaan AVA
(Alat peraga visual)
6. Kesimpulan hasil
diskusi

20
Penilaian : 79-100 = A

68-78 = B

56-67 = C

41-55 = D

Nilai = Jumlah nilai yang diperoleh

10

Pontianak,

Penilai

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai