Anda di halaman 1dari 122

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL

TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DENGAN


KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI
PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU
PERIODE 4 MARET – 13 APRIL 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

PUTIK SILVIA ANGGRAENI

16.067

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO


AKADEMI KEBIDANAN
JAKARTA
2019
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL
TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DENGAN
KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI
PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU
PERIODE 4 MARET – 13 APRIL 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program

Diploma III Kebidanan

Oleh :

PUTIK SILVIA ANGGRAENI

16.067

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO


AKADEMI KEBIDANAN
JAKARTA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah


Dengan Judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan
Resiko Tinggi Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas
Johar Baru Periode 4 Maret – 13 April 2019 telah di setujui dan diperiksa
untuk dipertahankan di depan Tim Penguji KTI.
Akademi Kebidan RSPAD Gatot Soebroto

Jakarta, 2019
Pembimbing

Ni Nyoman Sulasmi S.Si.T, M.Kes


NIDK : 8834850017

Mengetahui,

Direktur Akademi Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto

Siti Maryam, Skep, M.M


Letnan Kolonel Ckm (K) NRP 34097
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah


Dengan Judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan
Resiko Tinggi Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas
Johar Baru Periode 4 Maret – 13 April 2019 telah di setujui dan diperiksa
untuk dipertahankan di depan Tim Penguji KTI.
Akademi Kebidan RSPAD Gatot Soebroto

Penguji I Penguji II

Ni Nyoman Sulasmi S.Si.T, M.Kes Manggiasih DL,S.ST, M.Biomed


NIDK : 8834850017 NIDN :

Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidana RSPAD Gatot Soebroto

Siti Maryam, S.ke, M.M


Letnan Kolonel Ckm (K) NRP 3409
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putik Silvia Anggraeni

Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 17 November 1997

Jenis Kelamin Perempuan : Perempuan

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Perum DIT Bek – Ang AD Blok A4/9 Rt 01/07

Desa Cibarusah Jaya, Kecamatan Cibarusah,

Kab.Bekasi

No. Telp : 081519553515

Riwayat Pendidikan : 2004 – 2011 : SDN 1 Cibarusah

2011 – 2013 SMPN 1 Cibarusah

2013 – 2016 SMAN 1 Cibarusah

2016 – 2019 Mahasiswi Akademi Kebidanan

RSPAD Gatot Soebroto.

Motto : ‘’Teruslah Belajar, Berusaha Dan Berdoa Untuk

Menggapainya, Jatuh Berdiri Lagi, Kalah Mencoba

Lagi, Gagal Bangkit Lagi’’


ABSTRAK

Latar Belakang: Di Puskesmas Johar Baru, dari 10 (100%) ibu hamil yang
diwawancarai dan diberikan kuesioner didapatkan bahwa 8 (80%) ibu hamil
memiliki tingkat pengetahuan yang baik dengan pendidikan terakhir nya rata –
rata SMA dan 2 (20%) ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
karena tidak mengetahui tentang kehamilan resiko tinggi, dengan pendidikan
terakhir nya rata – rata SD dan SMP. Dan didapatkan 9 (90%) ibu hamil yang
patuh melakukan pemeriksaan karena sudah mengetahui manfaat antenatal care.
Sedangkan 1 (10%) ibu hamil didapatkan tidak patuh melakukan pemeriksaan
karena tidak mengetahui manfaat dan pelayanan antenatal care.

Tujuan: Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil


tentang Kehamilan resiko tinggi dengan Kepatuhan Kunjungan ANC di
Puskesmas Johar Baru.

Metode: Jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional.


teknik sampling menggunakan total sampling, dengan jumlah responden sebanyak
50 responden ibu hamil trimester III yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Data diambil dari bulan maret – April 2019 dengan pengisian kuesioner,
dan melihat buku KIA. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat,
analisis data bivariat dengan chi square.

Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil TM III patuh
terhadap pemeriksaan ANC di Puskesmas Johar Baru, hasil analisa univariat
berdasarkan karakteristik responden yang dikelompokkan menurut umur
terbanyak pada usia reproduktif yaitu umur 20-35 tahun sebanyak 37 responden
74.0%, dengan latar belakang pendidikan SMU/sederajat sebanyak 25 responden
50.0%, pekerjaan terbanyak sebagai IRT sebanyak 44 responden 88.0%, sumber
informasi tentang kehamilan resiko tinggi terbanyak diperoleh dari tenaga
kesehatan dan media elektronik sebanyak 23 responden 46.0%, dukungan tenaga
kesehatan terbanyak memberikan dukungan postif sebanyak 46 responden 92.0% .
Dari 50 responden yaitu 27 responden 54.0% mayoritas berpengetahuan baik, Dan
berdasarkan kepatuhan kunjungan ANC sebanyak 41 responden 82.0% dikatakan
patuh ANC. hasil analisa bivariat : hubungan tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan kunjungan ANC dengan uji chi square diperoleh nilai P-value 0.385 ≥
0.05, dengan demikian Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan
kepatuhan kunjungan ANC.

Kesimpulan: tidak Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil trimester
III tentang kehamilan resiko tinggi dengan kepatuhan kunjungan ANC di
Puskesmas Johar Baru Tahun 2019.
Saran:Diharapkan bgai ibu hamil yang belum patuh melakukan ANC, dapat
Meningkatkan kepatuhannya dalam melakukan ANC.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Resiko Tinggi dengan

Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Johar Baru” yang

diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir

Diploma III Akademi Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto.

Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan, arahan, dan dukungan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT , yang telah memberikan kemudahan dan

melimpahkan karunia-Nya yang sangat luar biasa sehingga Karya Tulis Ilmiah

ini dapat penulis selesaikan.

2. Mayor Jenderal TNI , dr.Terawan Agus Putranto,Sp.Rad (K) RI, Kepala

Rumah Sakit Kepresidena, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto.

3. Letnan Kolonel Ckm (K) Siti Maryam, S.kep, M.M Direktur Akademi

Kebidanan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

4. Kepala ruangan beserta Staf Puskesmas atas segala kerjasama dan

dukungannya.

5. Kedua orangtua dan keluarga atas segala Do’a dan dukungannya baik secara

moril maupun materil.

6. Manggiasih Dwiayu Larasati S.ST, M.Biomed, Dosen Metodologi Penelitian


7. Letnan Kolonel Ckm Ishiko Herianto, SP.d, M.Kes, Dosen Metodologi

Penelitian tentang analisis statistik

8. Sahabat dan teman-teman Angkatan XIX khususnya kamar 110, beserta semua

pihak yang telah memberikan dorongan, semangat dan do’anya dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

9. Responden yang telah bersedia dan membantu dalam menyelesaikan karya

tulis ilmiah.

10. Serta pihak – pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan

kemampuan penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, khususnya penulis.

Jakarta, 2019

Penulis
DAFTAR BAGAN

A. Kerangka Teori................................................................................................

B. Kerangka Konsep............................................................................................
DAFTAR TABEL

A. Kunjungan Antenatal Care (ANC).................................................................

B. Tinggi Fundus Uteri ( TFU)...........................................................................

C. Definisi Operasional.......................................................................................

D. Kisi – Kisi Kuesioner.....................................................................................


DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak

diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan atau

komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Deteksi saat pemeriksaan

kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian resiko (Manuaba, 2010).

Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak

akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami

keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan

kehidupan ibu dan janinnya. Selain itu, dapat juga menyebabkan morbiditas dan

mortalitas yang tinggi, yang dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil tentang

kehamilan resiko tinggi ( Saifuddin, 2011).

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang

dikandungnya selama kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan

dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal (Saifuddin, 2011). Tingginya

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) antara lain

disebabkan oleh rendahnya pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan Antenatal

Care (ANC) yang tidak teratur (Mufdlilah, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2013) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu: indra penglihatan,


pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan merupakan dasar

untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kematian ibu

diperkirakan sebanyak 500.000 kematian setiap tahun diantaranya 99 % terjadi di

negara berkembang. Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

adalah menurunkan angka kematian maternal dan perinatal. Di Indonesia angka

kematian maternal dan perinatal masih tinggi. Hasil Survei Demografi Indonesia

(SDKI) pada tahun 2012 , Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 305/100.000

kelahiran hidup (Direktorat kesehatan keluarga, 2015).

Di Indonesia pada saat ini angka kematian ibu ( AKI ) masih cukup tinggi.

Menurut hasil survey penduduk antar sensus ( 2015 ) angka kematian ibu

mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu pada tahun

2015 dibandingkan dengan target SDGs sebesar <102 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2015 ( Dinas Kesehatan Jakarta 2016 ).

Angka kematian ibu ( AKI ) di Jakarta Pada tahun 2016 mengalami

penurunan dibanding pada tahun 2015. Pada tahun 2015 sebesar 104,7 per

100.000 kelahiran hidup yaitu sejumlah 14 kasus , sedangkan tahun 2016 sebesar

87,5 per 100.000, target ( AKI ) tahun 2016 adalah sebesar 70 per 100.000

kelahiran hidup, berarti masih butuh peningkatan untuk menurunkan angka

kematian ibu disaat masa kehamilan. Berdasarkan hasil Audit Maternal dan

Perinatal ( AMP ) Diperkirakan bahwa penyebab kematian ibu pada tahun 2016

adalah 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian pada masa nifas 24 jam pertama (Saiffudin,dkk;2015). Lima benang


merah dalam asuhan persalinan dasar adalah : Aspek pemecahan yang diperlukan

untuk menentukan pengambilan keputusan klinik ( clinik decicion making),

Aspek sayang ibu dan anak, Aspek pencegahan infeksi, Aspek pencatatan dan

Aspek rujukan.

Deteksi dini pada kehamilan dapat dijadikan salah satu upaya untuk

mencegah kehamilan resiko tinggi ibu hamil. Resiko adalah suatu keadaan gawat

darurat yang tidak diinginkan pada masa yang akan datang yaitu prediksi akan

terjadinya komplikasi yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu

maupun bayinya dimana jiwa ibu atau bayinya dapat terancam sebelum dan

sesudah persalinan (Prawirohardjo, 2010)

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil

secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Keteraturan ANC dapat

ditunjukkan melalui frekuensi kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena

tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin dan teratur.

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan sedikitnya 4 kali selama kehamilan,

satu kali trimester pertama, satu kali trimester kedua, dan dua kali pada trimester

ketiga (Saifuddin, 2009).

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya angka kamatian ibu

adalah sikap dan perilaku ibu itu sendiri selama hamil dan didukung oleh

pengetahuan ibu terhadap kehamilannya. Beberapa faktor yang melatar belakangi

resiko kematian ibu tersebut adalah kurangnya partisipasi masyarakat yang

disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah,

kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung. Jika ditarik lebih jauh beberapa

perilaku tidak mendukung tersebut juga bisa membawa resiko (Elverawati, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan April

2019 di Puskesmas Johar Baru didapatkan jumlah ibu hamil sebanyak 258 orang

dari data pemeriksaan bulan Maret sampai bulan April tahun 2019. Menurut hasil

kuesioner dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 (100%) ibu

hamil didapatkan bahwa 8 (80%) ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan yang

baik dengan pendidikan terakhir nya rata – rata SMA dan 2 (20%) ibu hamil

memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan pendidikan terakhir nya rata –

rata SD dan SMP. Dan didapatkan 9 (90%) ibu hamil yang patuh melakukan

pemeriksaan karena sudah mengetahui manfaat antenatal care. Sedangkan 1

(10%) ibu hamil didapatkan tidak patuh melakukan pemeriksaan karena tidak

mengetahui manfaat dan pelayanan antenatal care.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Kehamilan Resiko Tinggi dengan Kepatuhan Antenatal Care” di Puskesmas Johar

Baru, Periode 2019.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas , maka peneliti dapat membuat

rumusan masalahnya adalah apakah terdapat Hubungan antara Tingkat

Pengetahuan Ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan Kepatuhan

Kunjungan Antenatal Care di puskesmas Johar Baru, Periode 2019.


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Kehamilan Resiko Tinggi dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal

Care di Puskesmas Johar Baru, Periode 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan

pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Johar Baru, Periode

2019.

1.3.2.2. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan

usia ibu hamil di Puskesmas Johar Baru, Periode 2019.

1.3.2.3. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan

pendidikan di Puskesmas Johar Baru, Periode 2019.

1.3.2.4. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan

pekerjaan di Puskesmas Johar Baru, Periode 2019.

1.3.2.5. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan

sumber informasi ibu hamil tentang Kehamilan resiko tinggi

di Puskesmas Johar Baru, Periode 2019.

1.3.2.6. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan

dukungan tenaga kesehatan ibu hamil di Puskesmas Johar

Baru, Periode 2019.


1.3.2.7. Diketahuinya distribusi frekuensi responden berdasarkan

kepatuhan kunjungan antenatal care ibu hamil di Puskesmas

Johar Baru, Periode 2019.

1.3.2.8. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil

dengan kepatuhan kunjungan antenatal care tentang

kehamilan resiko tinggi di Puskesmas Johar Baru, Periode

2019.

1.3.2.9. Diketahuinya distribusi frekuensi usia ibu hamil dengan

kepatuhan kunjungan antenatal care tentang kehamilan

resiko tinggi di Puskesmas Johar Baru, Periode 2019.

1.3.2.10. Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan ibu hamil

dengan kepatuhan kunjungan antenatal care tentang

kehamilan resiko tinggi di Puskesmas Johar Baru, Periode

2019.

1.3.2.11. Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan ibu hamil

dengan kepatuhan kunjungan antenatal care tentang

kehamilan resiko tinggi di Puskesmas Johar Baru, Periode

2019.

1.3.2.12. Diketahuinya distribusi frekuensi sumber informasi ibu

hamil dengan kepatuhan kunjungan antenatal care tentang

kehamilan resiko tinggi di Puskesmas Johar Baru, Periode

2019.
1.3.2.13. Diketahuinya distribusi dukungan tenaga kesehatan ibu

hamil dengan kepatuhan kunjungan antenatal care tentang

kehamilan resiko tinggi di Puskesmas Johar Baru, Periode

2019.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penyedia pelayanan kesehatan ibu hamil seperti buku KIA,

Puskesmas, dan rumah sakit hendaknya berupaya untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang kehamilan resiko tinggi. Upaya-upaya

tersebut dilakukan dengan meningkatkan kegiatan penyuluhan dan

promosi kesehatan kepada masyarakat.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan kebidanan hendaknya membekali siswanya

dengan pengetahuan tentang resiko tinggi kehamilan. Pengetahuan tentang

kehamilan resiko tinggi tersebut nantinya menjadi bekal bidan dalam

mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya kepada masyarakat.

1.4.3. Bagi Peneliti

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat mendukung hasil-

hasil penelitian sejenis sebelumnya. Selain itu hasil penelitian ini dapat

dijadikan pijakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan subyek

dan obyek penelitian yang lebih luas.


1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Pada ruang lingkup penelitian ini mengenai tingkat pengetahuan

ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal

Care. Desain penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional .

pengambilan data secara primer dan sekunder. tingkat pengetahuan ibu

hamil dengan menggunakan kuesioner dan kepatuhan kunjungan ibu hamil

dalam kunjungan ANC menggunakan buku KIA ibu hamil. Penelitian ini

ditujukan untuk seluruh ibu hamil yang memasuki usia kehamilan

trimester III di Puskesmas Johar Baru. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan maret di Puskesmas Johar Baru, periode 2019.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan.

(Notoadmodjo,2010). Pengetahuan adalah syarat yang terpenting dari

sikap, jadi sikap bukan hanya perasaan yang mendukung atau tidak

mendukung perilaku, namun juga menyangkut estimasi akan hasil dari

perilaku tersebut.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan

merupakan tahap awal dalam adopsi perilaku baru sebelum

terbentuknya sikap terhadap objek baru yang dihadapinya

(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan. Salah satu

cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari

tradisi atau dari yang berwewenang di masa lalu yang umumnya di


kenal, melalui pengamatan atau eksperimen serta diturunkan dengan

cara logika secara tradisional. Pengetahuan atau kognitif merupakan

hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan dibagi menjadi tiga yaitu

pengetahuan baik, pengetahuan cukup, dan pengetahuan kurang.

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang

menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden

(Notoatmodjo, 2010).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo 2010), pengetahuan atau kognitif

merupakan domain penting bagi terbentuknya prilaku seseorang.

Pengetahuan yang mencakup domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yakni :

2.1.2.1. Tahu ( know )

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. termasuk dalam tingkatan ini adalah

mengingat kembali ( recal ) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh karena itu “tahu” merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukurnya antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.


2.1.2.2. Memahami ( comprehensif )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan,menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan objek yang telah dipelajari.

2.1.2.3. Aplikasi ( application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

meteri yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (

sebenarnya ). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

2.1.2.4. Analisis ( analisys )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen - komponen,

tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dpat

menggambarkan ( membuat bagan ), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan.

2.1.2.5. Sintesis ( synthesis )

Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu


kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –

formulasi yang ada.

2.1.2.6. Evaluasi ( evalution )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian – penilaian ini didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria –

kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013), faktor – faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah :

2.1.3.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pembentukan kecepatan

seseorang secara intelektual serta secara emosional kearah

alam dan juga sesama manusia. Semakin tinggi pendidikan

dari seseorang maka diharapkan akan semakin meningkat

juga pengetahuan dan keterampilan seseorang. Melalui

pendidikan seseorang dapat memperoleh pengetahuan,

implikasinya serta semakin tinggi pendidikan yang diperoleh

maka hidupnya akan semakin berkualitas .

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas

ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,

beberapa faktor yang menyebabkan tingkat pengetahuan ibu


hamil tentang resiko tinggi kehamilan antara lain disebabkan

oleh faktor tingkat pendidikan responden yang relatif tinggi.

Distribusi responden menurut tingkat pendidikan

menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat

pendidikan yang cukup, yaitu telah menempuh pendidikan

dasar sembilan tahun. Hal tersebut berdasarkan acuan tingkat

pendidikan dari Departemen Pendidikan (2012) yang

menyatakan lama pendidikan minimal 9 tahun sudah

termasuk dalam kategori baik.

Data pendidikan responden menunjukkan responden yang

berpendidikan SMP, SMA, dan akademi atau PT sebanyak

71%. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap

kemampuan seseorang tersebut untuk menerima dan

memahami suatu pengetahuan. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Sadiman (2013) yang menyatakan bahwa status

pendidikan mempengaruhi kesempatan memperoleh

informasi mengenai penatalaksanaan penyakit. Responden

yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik berdampak

pada kemampuan mereka menerima dan memahami

informasi-informasi tentang resiko tinggi kehamilan dan

meningkatkan pengetahuan mereka. Namun bagi responden

yang memiliki pendidikan rendah (29%) kemampuan mereka

untuk menerima dan memahami informasi tentang resiko


tinggi kehamilan juga rendah, sehingga pengetahuan mereka

tentang resiko tinggi kehamilan juga cenderung rendah.

2.1.3.2. Media Massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik,

sehingga berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat,

maka seseorang yang lebih sering menggunakan media massa

akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.

2.1.3.3. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder

keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah

tercukupi dibandingkan dengan keluarga status ekonomi

rendah, hal ini dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

tentang berbagai hal.

2.1.3.4. Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap – sikap kepercayaan.

2.1.3.4.1. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal ,

biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses

perkembangan , misalnya sering mengikuti organisasi.

2.1.3.4.2. Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam

penelitian – penelitian epidemiologi yang merupakan salah


satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah

lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung

sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir.

2.1.4. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari

subjek penelitian atau responden . pendalaman pengetahuan yang ingn

kita ketahui atau kita ukur.

Menurut Arikunto (2010) hasil pengukuran pengetahuan dengan

menggunakan hasil rata – rata keseluruhan dan diimplementasikan

kedalam 3 kategori yaitu:

2.1.4.1. 76 - 100%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh

responden adalah kategori baik.

2.1.4.2. 60 – 75 %, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh

responden adalah kategori cukup.

2.1.4.3. <60 %, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden

adalah kategori kurang.


2.2. Kehamilan Resiko Tinggi

2.2.1. Definisi

Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin ( saefudin, 2013).

Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan pada kehamilan ( yang

dihadapi ), yang dapat mempengaruhi aktifitas ibu maupun janin

( manuaba, 2013 ).

2.2.2. Klasifikasi Kehamilan Beresiko

Kehamilan beresiko adalah setiap faktor yang berhubungan dengan

meningkatnya kesakitan dan kematian maternal.

Kehamilan beresiko dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

2.2.2.1. Kehamilan beresiko rendah sama dengan keadaan normal

2.2.2.2. Kehamilan beresiko sedang pada ibu hamil yang tidak

langsung dapat menimbulkan kematian ibu antara lain:

2.2.2.2.1. TB <145 cm

2.2.2.2.2. Pendidikan ibu / keluarga rendah

2.2.2.2.3. Tingkat sosial ekonomi rendah

2.2.2.2.4. Hb rendah < 8 gr%

2.2.2.2.5. Hypertensi ( tekanan darah 130/90 mmhg )

2.2.2.2.6. Jarak antara kehamilan / kelahiran < 2 tahun

2.2.2.2.7. Partus lebih dari 5 kali

2.2.2.2.8. Primigravida pada usia kurang < 20 tahun dan > 35

tahun
2.2.2.3. Kehamilan beresiko tinggi dapat menyebabkan :

2.2.2.3.1. Keguguran

2.2.2.3.2. Kematian ibu dan janin

2.2.2.3.3. Persalinan prematur

2.2.2.3.4. Kelahiran dengan berat badan rendah

2.2.2.3.5. Penyakiut janin atau bayi neonatus

2.2.3. Komplikasi dan Faktor Resiko Tinggi Kehamilan

Menurut ( Hutabarat,H.2013), yang dimaksud kehamilan resiko

tinggi adalah kehamilan dengan faktor resiko sebagai berikut :

2.2.3.1. Komplikasi Obstetri

2.2.3.1.1. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun

2.2.3.1.2. Paritas, primi gravida tua primer atau sekunder dan

grande multipara.

2.2.3.1.3. Riwayat persalinan : abortus > 2 kali, partus

prematur 2 kali atau lebih, riwayat kematian janin

dalam rahim , perdarahan pasca persalinan,

preeklamsia dan eklamsia, kehamilan mola,


2.2.3.2. Komplikasi Medis

Kehamilan yang disertai anemia, hipertensi, penyakit

jantung, diabetes melitus, obesitas, penyakit hepar dan penyakit

paru. Evaluasi awal dan diagnosa persalinan

2.2.3.2.1. Usia Maternal

Kehamilan dibawah 20 tahun , peningkatan risiko toksemia

dan kemailan diatas 35 tahun , peningkatan risiko hipertensi

kronik, diabetes, persalinan lama, kelahiran prematur dan Intra

Uterine Growth Retardation ( IUGR ).

2.2.3.2.2. Gravida / Para

Mempengaruhi durasi persalinan (persalinan primipara

berlangsung lebih lama , multipara bersalin lebih cepat ,

grandemultipara kemungkinan bersalin lebih lama).

2.2.3.2.3 Kehamilan ang perlu diwaspadai yaitu umur ibu < 20

tahun, umur ibu > 35 tahun , jumlah anak 4 orang atau

lebih, jarak dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun ,

tinggi badan < 145 cm dan ibu pernah mengalami

kehamilan dan persalinan dengan salah satu keadaan

seperti perdarahan, kejang – kejang, demam tinggi,

persalinan lama ( 12 jam ) melahirkan dengan cara operasi

dan bayi yang dilahirkan meninggal.


2.2.4. Komplikasi Resiko Tinggi

Tidak setiap ibu hamil akan memilki komplikasi kehamilan yang

beresiko tinggi tetapi mengetahui komplikasi atau risiko selama hamil

dapat membantu menangani dan mencegah komplikasi itu terjadi.

Menurut ( Nugroho S,2014) Ada beberapa komplikasi kehamilan

berisiko tinggi , diantaranya :

2.2.4.1. Anemia

2.2.4.2 Intra Uterine Growth Retardation ( IUGR )

2.2.4.3. Prematur

2.2.4.4. Diabetes Gestasional

2.2.4.5. ekanan Darah Tinggi

2.2.4.6. Placenta Previa

2.2.4.7. Penyakit Rhesus ( Rh )

2.2.4.8. Kehamilan Post- term

2.2.4.9. Kehamilan Ganda

2.2.5.10. Kehamilan Ektopik

2.2.5.11 Keguguran

2.2.5.12. Perdarahan Pasca Persalinan

2.2.5. Tanda Bahaya atau Kelainan pada Kehamilan

Tanda bahya pada kehamilan adalah tanda/gejala yang

menunjukan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya

(Dinkes,2015).
Tanda bahaya pada kehamilan yang perlu dikenali menurut

( Dinkes,2015 ) yaitu :

2.2.5.1. Perdarahan

2.2.5.1.1. Perdarahan pada kehamilan 7-9 bulan, meskipun hanya

sedikit merupakan ancaman bagi ibu dan janin.

2.2.5.1.2. Perdarahan melalui jalan lahir pada kehamilan sebelum

3 bulan dapat disebabkan oleh keguguran.

2.2.5.2. Bengkak tangan/wajah, pusing dan dapat diikuti kejang

Sedikit bengkak pada kaki atau tungkai bawah pada umur

kehamilan 6 bulan keatas mungkin masih normal . sedikit

bengkak pada tangan atau wajah , yang disertai tekanan darah

tinggi dan sakit kepala ( pusing ) merupakan kondisi yang sangat

berbahaya pada kehamilan.

2.2.5.3. Ibu tidak mau makan dan muntah terus

Kebanyakan ibu hamil dengan umur kehamilan 1-3 bulan sering

merasa mual dan kadang – kadang muntah.

2.2.5.4. Berat badan ibu hamil tidak naik

Selama kehamilan berat badan ibu naik sekitar 9 – 12 kg, karena

adanya pertumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu

akibat kehamilan. Bila berat badan ibu tidak naik Pada akhir

bulan keempat atau kurang dari 45 kg pada akhir bulan keenam ,

pertumbuhan janin terganggu atau terancam. Ibu mungkin

kekurangan gizi Kurang Energi Kronis (KEK).

2.2.5.5. Gerakan janin berkurang atau tidak ada


Gerakan janin dapat dirasakan ibu pertama kali pada umur

kehamilan 4 – 5 bulan. Gerakan janin yang berkurang , melemah,

atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, dapat

mengakibatkan kehidupan bayi terancam.

2.2.5.6. Ketuban pecah sebelum waktunya

Bila ketuban pecah dan cairan ketuban keluar sebelum ibu

mengalami tanda – tanda persalinan, janin dan ibu akan mudah

terinfeksi.

2.2.5.7. Kelaiann letak janin didalam rahim

Kelainan letak janin antara lain : letak sungsang yaitu kepala janin

dibagian atas rahim dan letak lintang yaitu letak janin melintang

didalam rahim.

2.2.6. Penatalaksanaan Kehanilan Resiko Tinggi

Kehamilan resiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan

pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil resiko tinggi atau

komplikasi kebidanan yang lebih difokuskan pada keadaan yang

menyebabkan kematian ibu dan bayi. Pengawasan antenatal menyertai

kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan

langkah – langkah dan persiapan persalinan . diketahui bahwa janin

dalam rahim dan ibunya merupakan salah satu yang saling mengerti.

Pengawasan antenatal sebaiknya dilakukan secara teratur selama

hamil, oleh WHO dianjurkan pemeriksaan antenatal minimal 4 kali


dengan 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali

pada trimester III.

Adapun tujuan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara

dini keadaan resiko tinggi ibu dan janin sehingga dapat :

1) Melakukan pengawasan yang lebih intensif

2) Memberikan pengobatan sehingga resikonya dapat dikendalikan

3) Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang akurat

4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ( Manuaba, 2014 ).

2.2.7. Menurut ( Nurcahy, 2015 ) Bahaya yang dapat ditimbulkan

akibat ibu hamil dengan resiko tinggi adalah :

1. Bayi lahir belum cukup bulan

2. Bayi lahir dengan barat badan lahir rendah ( BBLR )

3. Keguguran ( abortus )

4. Persalianan tidak lancar / macet

5. Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan

6. Janin mati dalam kandungan

7. Ibu hamil / ibu bersalin meninggal

8. Keracunan kehamilan/ kejang – kejang.


2.3. Konsep Antenatal Care (ANC)

2.3.1. Definisi

Antenatal Care adalah suatu pelayanan yang bersifat

preventif, care kepada individu untuk mmcegah suatu masalah

yang kurang baik kepada ibu maupun janin (Depkes,2007). Asuhan

antenatal merupakan suatu program dari pelayanan kesehatan

obstetrik yang memepunyai upaya preventif untuk

mengoptimalisasi luaran maternal maupun neonatal melalui

kegiatan pemantauan yang dilakukan secara rutin pada saat

kehamilan (Prawirohardjo,2014).

Antenatal Care adalah suatu program yang terencana

berupa observasi , edukasi serta penanganan medik yang dilakukan

pada ibu hamil, persalinan maupun nifas dengan tujuan untuk

menjaga kehamilan tersebut agar ibu sehat serta mengusahakan bayi

yang dilahirkannya juga sehat, kehamilan dan proses persalinan yang

aman serta memuaskan , memantau adanya risiko-risiko yang terjadi

selama kehamilan, menurunkan angka morbiditas serta mortilitas

pada ibu maupun janin , dan merencanakanpenatalaksanaan yang

secara optimal pada kehamilan yang memiliki resiko tinggi

(syamsiah,2014).
2.3.2. Tujuan pelayanan Antenatal Care

Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi

hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara

membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi

komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran

dan memberikan pendidikan (pusdiknakes,2007). Sehingga bila

antenatal care tidak dilakukan sebagaimana mestinya maka akan

mengakibatkan dampak :

2.3.2.1. Ibu hamil akan kurang mendapat informasi tentang cara

Perawatan kehamilan yang benar

2.3.2.2. Tidak terdeteksinya tanda bahaya kehamilan secara dini.

2.3.2.3. Tidak terdeteksinya anemia kehamilan yang dapat

menyebabkan pendarahan saat persalinan

2.3.2.4. Tidak terdeteksinya tanda penyulit persalinan sejak awal

seperti kelainan bentuk panggul atau kelainan pada tulang

belakang atau kehamilan ganda

2.3.2.5. Tidak terdeteksinya penyakit penyerta dan komplikasi

selama kehamilan seperti pre eklamsia, penyakit kronis

seperti penyakit jantung, paru dan penyakit karena genetik

seperti diabetes, hipertensi, dan cacat kongenital.


Menurut Depkes RI pada tahun 2007, tujuan dari pelayanan ANC antara

lain :

1. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan baik fisik, mental

dan sosial ibu.

2. Memantau selama kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan janin.

3. Mengurangi serta mengenali secara dini terhadap adanya penyulit

atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, seperti

riwayat pembedahan, riwayat penyakit secara umum dan

kebidanan

4. Mempersiapkan ibu agar berjalan dengan normal pada saat nifas

serta mempersiapkan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif.

5. Mempersiapkan persalinan ibu ibu cukup bulan dan aman

dengantrauma yang terjadi seminimal mungkin.

6. Mengurangi kelahiran mati pada bayi dan kematian maternal serta

mengurangi bayi dengan lahir prematur.

7. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi untuk dapat tumbuh kembang secara normal.

8. Mempersiapkan kesehatan bayi dengan optimal.


2.3.3. Kunjungan Antenatal Care

Kunjungan ANC merupakan kunjungan yang dilakukan

oleh setiap ibu pada saat hamil ke dokter ataupun ke bidan yang

dilakukan sedini mungkin pada saat dia merasakan bahwa dirinya

sedang hamil untuk mendapatkan pelayanan atau asuhan antenatal.

Petugas kesehatan diharapkan untuk mengumpulkan serta

menganalisis data pada saat dilakukan kunjungan antenatal tentang

kondisi ibu hamil tersebut dengan cara melakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik untuk dapat menegakkan diagnosis kehamilan

intrauterine, serta ada tidaknya penyulit atau komplikasi yang

terjadi pada saat kehamilan (Wundashary, 2012).


Tabel 2.1

Kunjungan Pemeriksaan ANC (WHO, 2016).

Trimester Jumlah Kunjungan Waktu Kunjungan yang

Minimal dianjurkan

I 1 kali Sebelum minggu ke 16

II 1 kali Antara minggu ke 24-28

III 2 kali Antara minggu ke 30-32

Antara minggu ke 36-38

Terdapat jadwal kunjungan pemeriksaan ANC yang dijelaskan pada tabel 2.1
Kehamilan yang termasuk dalam risiko tinggi, jadwal kunjungan ANC

harus lebih ketat lagi. Namun, bila kehamilannya normal jadwal ANC hanya

dilakukan empat kali. Kode K merupakan kode kunjungan antenatal yang

merupakan singkatan dari kunjungan dalam bahasa kesehatan ibu dan anak.

Pemeriksaan ANC yang lengkap pada saat kehamilan berupa K1, K2, K3, dan K4.

Pemeriksaan ini dilakukan minimal sekali kunjungan ANC sampai usia kehamilan

16 minggu, sekali kunjungan ANC pada usia kehamilan 24-28 minggu dan dua

kali kunjungan ANC pada usia kehamilan diatas 36 minggu (Prawirohardjo,

2014).

Antenatal Care sedini mungkin harus dimulai pada saat diagnosis

kehamilan mulai ditegakkan (Komariyah, 2008). ANC yang dianjurkan oleh

DEPKES RI minimal 4 kali kunjungan selama periode antenatal. Setiap dilakukan

kunjungan ANC diberi kode K, kode K adalah singkatan dari kunjungan. K1 atau

disebut juga kunjungan pertama yaitu kunjungan yang dilakukan pada saat

trimester pertama, K2 atau kunjungan kedua dilakukan pada saat trimester kedua,

dan K3 atau kunjungan ketiga serta K4 atau kunjungan keempat dilakukan pada

saat usia kehamilan memasuki trimester ketiga (Prawirohardjo, 2014).


Kunjungan ANC dilakukan setiap empat minggu hingga usia kehamilan

16 minggu. Pada saat usia kehamilan 24-28 minggu, kunjungan ANC dilakukan

setiap dua minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu atau lebih, kunjungan ANC

dilakukan setiap seminggu sekali (Pramasanthi, 2016). Selama melakukan

kunjungan ANC, ibu hamil akan mendapatkan pelayanan yang memastikan ada

atau tidaknya kehamilan dengan adanya gangguan kesehatan atau komplikasi

selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran

kehamilan serta untuk deteksi dini (Prawirohardjo, 2014).

Kunjungan pada saat pertama kali ANC harus dilakukan sedini mungkin

pada saat diagnosis kehamilan mulai ditegakkan. Tujuan kunjungan pertama ANC

ini adalah untuk melihat kesehatan ibu dan janin, untuk merencanakan kunjungan

ANC pada berikutnya, serta estimasi usia kehamilan (Cunningham et al., 2012).

Kujungan kedua dan selanjutnya seperti yang telah disebutkan di atas

bahwa kunjungan ANC dilakukan minimal sebanyak 4 kali menurut dari

DEPKES RI, dimana kunjungan kedua dilakukan pada saat trimester kedua dan

kunjungan ketiga serta keempat dilakukan pada saat trimester ketiga

(Prawirohardjo, 2014). Pada saat kunjungan ANC selanjutnya, pemeriksaan tetap

yang dilakukan oleh pemeriksa adalah berat badan ibu, pemeriksaan Leopold,

pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan denyut jantung janin. Hasil dari

pemeriksaan tersebut dikaji ulang lalu dibandingkan dengan hasil pemeriksaan

ANC yang sebelumnya (Agustini, 2013).


2.3.4. Standar pelayanan antenatal Care

Standar pelayanan ANC terdiri dari 25 standar yang

dikelompokkan sebagai berikut : standar pelayanan antenatal (6 standar),

standar pelayanan umum (2 standar), standar pelayanan nifas (3 standar),

standar penanganan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal (10 standar)

dan standar pertolongan persalinan (4 standar) (Depkes, 2007). Dikenal

dengan standar 5T pada pelayanan ANC untuk penerapan operasional

yaitu : pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri,

penimbangan berat badan dan tinggi badan, pemberian tablet zat besi

minimal pemberian 90 tablet selama kehamilan dan pemberian imunisasi

tetanus toksoid (Prawirohardjo, 2014)

Standar pelayanan ANC pada saat kunjungan pertama oleh ibu

hamil terdiri dari tahap pencatatan yang meliputi : identitas diri ibu hamil,

riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya, riwayat kehamilan

sekarang, serta penggunaan kontrasepsi sebelum kehamilan. Pemeriksaan

fisik, diagnostik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan obstetrik

dilakukan pada tahap pemeriksaan ANC. Tahap pemberian terapi yaitu

pemberian obat rutin seperti tablet Fe, multivitamin, pemberian imunisasi

tetanus toxoid (TT), pemberian kalsium, dan mineral lainnya serta obat-

obatan atas indikasi serta penyuluhan/konseling (Depkes, 2007).

Menurut Kemenkes RI (2010), secara operasional terdapat cara untuk

menentukan pelayanan ANC dengan suatu standar pelayanan antara lain:


2.3.4.1. Ukur lingkar lengan atas (LiLA)

Pengukuran ini dilakukan hanya pada kontak pertama untuk

skrining ibu hamil yang memiliki risiko kurang energi kronis (KEK).

Kurang energi kronis maksudnya adalah kekurangan gizi pada ibu hamil

yang berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari

23,5 cm. Ibu hamil dengan kejadian KEK akan dapat melahirkan bayi

berat lahir rendah (BBLR).

2.3.4.2. Timbang berat badan

Penimbangan berat badan pada ibu hamil setiap kali kunjungan

ANC dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan dari pertumbuhan

janin. Penambahan berat badan kurang dari 1 kilogram setiap bulannya

atau 9 kilogram selama kehamilan menunjukkan adanya gangguan

pertumbuhan janin.

2.3.4.3. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran ini dilakukan pada setiap kali kunjungan ANC untuk

mendeteksi adanya pertumbuhan janin yang sesuai atau tidak sesuai

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan

umur kehamilan, maka kemungkinan ada gangguan dari pertumbuhan

janin. Standar pengukuran ini menggunakan pita pengukur setelah

kehamilan berusia 24 minggu.


Table 2.2

. Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

20 minggu 20 cm

24 minggu 24 cm

28 minggu 28 cm

32 minggu 32 cm

36 minggu 34-36 cm

Ukuran tinggi fundus uteri dari simfisis pubis (Kemenkes RI, 2014).

2.3.4.4. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kunjungan ANC untuk

mengetahui adanya hipertensi pada kehamilan (tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg) dan preeklampsia (hipertensi yang disertai dengan edema

tungkai bawah dan atau wajah, dan atau proteinuria).

2.3.4.5. Tentukan presentasi janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada saat akhir trimester II

lalu dilanjutkan dengan setiap kali kunjungan ANC. Pemeriksaan ini

dilakukan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada saat pemeriksaan ANC

trimester III kepala janin belum masuk ke panggul atau bagian bawah

janin bukan kepala berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau terdapat

masalah lain.
2.3.4.6. Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian ini dilakukan pada saat akhir trimester I lalu dilanjutkan

dengan setiap kali kunjungan ANC. Denyut jantung janin cepat yang lebih

dari 160/menit atau DJJ lambat yang kurang dari 120/menit menunjukkan

adanya gawat pada janin.

2.3.4.7. Beri tablet tambah darah (tablet besi)

Pemberian ini dilakukan untuk mencegah anemia gizi besi pada ibu

hamil. Setiap ibu hamil harus mendapatkan minimal 90 tablet zat besi

selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

2.3.4.8. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT untuk mencegah

terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil diskrining status imunisasi TT

pada saat kontak pertama ANC. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil

disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini. Pemberian imunisasi TT

bagi ibu hamil yang belum pernah atau ragu mendapat imunisasi, maka

diberikan imunisasi TT sejak kunjungan pertama sebanyak 2 kali dengan

interval pemberian minimal 1 bulan. Jika, ibu hamil pernah mendapatkan

imunisasi TT sebanyak 2 kali pemberian pada kehamilan sebelumnya atau

pada saat calon pengantin, maka imunisasi TT hanya diberikan 1 kali saja.
2.3.4.9. Periksa laboratorium (rutin dan khusus) .

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada saat ANC

meliputi:

2.3.4.9.1. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb): Pemeriksaan

kadar Hb pada ibu hamil dilakukan minimal sekali pada

saat trimester pertama dan sekali pada saat trimester

ketiga. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui

apakah ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak

selama kehamilannya, karena kondisi anemia yang terjadi

pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin dalam kandungannya.

2.3.4.9.2. Pemeriksaan golongan darah: Pemeriksaan ini selain untuk

mengetahui jenis golongan darah ibu dapat juga untuk

mempersiapkan calon pendonor darah yang diperlukan

apabila terjadi situasi kegawatdaruratan

2.3.4.9.3. Pemeriksaan kadar gula darah: Pemeriksaan gula darah

selama kehamilan harus dilakukan pada ibu hamil yang

dicurigai menderita Diabetes Melitus dengan minimal

pemeriksaan sekali pada trimester pertama, sekali pada

trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (akhir

trimester ketiga).

2.3.4.9.4. Pemeriksaan protein dalam urin: Pemeriksaan ini

dilakukan pada saat trimester kedua dan ketiga sesuai

dengan indikasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk


mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria

adalah salah satu indikator untuk dapat terjadinya

preeklampsia pada ibu hamil.

2.3.4.9.5. Pemeriksaan tes Sifilis: Pemeriksaan ini dilakukan di

daerah yang memiliki risiko tinggi serta ditujukan pada ibu

hamil yang diduga terkena Sifilis. Pemeriksaaan tes Sifilis

sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada saat kehamilan.

2.3.4.10. Tatalaksana/penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan ANC tersebut serta hasil

pemeriksaan laboratorium, maka harus ditangani sesuai dengan standar

dan kewenangan tenaga kesehatan setiap kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil. Kasus-kasus dapat dirujuk sesuai dengan sistem rujukan pada

kasus yang tidak dapat ditangani.

2.3.4.11. KIE Efektif

KIE efektif yang dilakukan setiap kunjungan ANC meliputi:

2.3.4.11.1. Perilaku hidup bersih dan sehat: Dianjurkan untuk menjaga

kebersihan badan pada saat hamil seperti mandi 2 kali

sehari dengan menggunakan sabun, mencuci tangan

sebelum makan, melakukan olah raga ringan serta

menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta.

2.3.4.11.2. Kesehatan ibu: Pemeriksaan ini dianjurkan oleh setiap ibu

hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga

kesehatan secara rutin serta menganjurkan ibu hamil agar


tidak bekerja dengan berat dan beristirahat cukup selama

kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari).

2.3.4.11.3. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas

serta kesiapan menghadapi komplikasi: Tanda-tanda

bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas harus

diperkenalkan oleh setiap ibu hamil misalnya keluar cairan

yang berbau pada jalan lahir pada saat nifas, perdarahan

yang terjadi pada hamil muda maupun hamil tua, dan

sebagainya. Mengenal tanda-tanda bahaya tersebut sangat

penting bagi ibu hamil agar segera mencari pertolongan ke

tenaga kesehatan.

2.3.4.11.4. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan: Dukungan dari keluarga terutama suami dalam

kehamilannya sangat diperlukan oleh setiap ibu hamil.

Suami, keluarga atau masyarakat perlu mempersiapkan

biayapersalinan, biaya transportasi rujukan dan calon

donor darah, biaya kebutuhan bayi. Hal ini sangat penting

jika terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, serta nifas

agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

2.3.4.11.5. Gejala penyakit menular dan tidak menular: Pada saat

hamil, ibu harus mengetahui gejala-gejala penyakit

menular (misalnya penyakit Tuberkulosis, IMS) dan

penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena hal ini

dapat mempengaruhi kesehatan ibu serta janinnya


2.3.4.11.6. Asupan gizi seimbang: Selama kehamilan dianjurkan

untuk mendapatkan asupan makanan dengan pola gizi

yang seimbang dan asupan yang cukup, karena hal ini

penting untuk proses tumbuh kembang janin serta derajat

kesehatan ibu. Misalnya untuk mencegah anemia pada

kehamilannya, ibu hamil dianjurkan minum tablet tambah

darah dengan rutin.

2.3.4.11.7. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di

daerah tertentu (risiko tinggi): Konseling HIV merupakan

salah satu komponen standar pelayanan kesehatan ibu dan

anak. Ibu hamil diberikan penjelasan mengenai risiko

penularan HIV dari ibu ke janinnya, serta diberikan

kesempatan agar dapat menetapkan sendiri keputusannya

untuk dapat menjalani tes HIV atau tidak. Apabila dari

hasil test tersebut ibu hamil terkena HIV positif maka


25

harus dicegah supaya tidak terjadi penularan HIV dari ibu

ke janinnya, namun sebaliknya apabila dari hasil test

tersebut ibu hamil HIV negatif maka diberikan bimbingan

agar tetap negatif selama kehamilan, menyusui dan

seterusnya.

2.3.4.11.8 KB paska persalinan: Setelah persalinan, setiap ibu hamil

diberikan pengarahan tentang suatu pentingnya jika

mengikuti KB untuk menjarangkan kehamilan serta supaya


ibu memiliki waktu untuk merawat anak, kesehatan diri

sendiri, dan keluarga.

2.3.4.11.9. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif:

Segera setelah bayi lahir dianjurkan untuk memberikan

ASI kepada bayinya oleh setiap ibu hamil karena ASI

mengandung suatu zat kekebalan tubuh yang sangat

penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI kemudian

dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

2.3.4.11.10. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan

(Brain booster): Setiap ibu hamil dianjurkan untuk

memberikan stimulasi pemenuhan nutrisi pengungkit otak

(brain booster) dan auditori secara bersamaan pada

periode kehamilan Untuk dapat meningkatkan intelegensi

bayi yang akan dilahirkan.

2.3.4.11.11. Imunisasi: Untuk dapat mencegah bayi mengalami

tetanus neonatorum maka setiap ibu hamil harus

mendapatkan imunisasi TT.

Pemeriksaan kunjungan ulangan merupakan pemeriksaan ANC yang

dilakukan setelah kunjungan pemeriksaan ANC yang pertama. Kunjungan

ulangan ANC lebih mengarah ke mendeteksi komplikasi, mendeteksi

kegawatdaruratan, mempersiapkan kelahiran, pemeriksaan fisik yang terarah dan

penyuluhan bagi ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan seperti anamnesa keluhan
utama, pemeriksaan umum, laboratorium, obstetrik, pemberian obat rutin khusus,

imunisasi TT bila perlu, dan penyuluhan (Depkes, 2007)

2.4. Konsep Kepatuhan

2.4.1. Definisi

Menurut adiwinarta, mulana, & suratman (2012) dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan yang dimaksud ialah tindakan yang

berkaitan dengan perilaku seseorang.

Kepatuhan adalah kesetiaan, ketaatan dan loyalitas perubahan sikap

dan perilaku individu dimulai tahap kepatuhan, identifikasi kemudian

menjadi internalisasi. ( Prawirohardjo,2010 ). Kepatuhan yang dimaksud

disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan prosedur tetap yang telah dibuat.

2.4.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan

2.4.2.1. Tingkat pengetahuan

Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang

lebih tentang resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar

ibu akan berpikir untuk menentukan sikap, berperilaku untuk

mencegah, menghindari atau mengatasi masalah resiko

kehamilan tersebut.

2.4.2.2. Umur

Umur mempengaruhi pada sikap dan pola pikir seseorang

karena semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin

banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang sudah


didapat, sehingga lebih peka dalam mengkategorikan suatu

pelayanan itu baik atau tidak.

2.4.2.3. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan

2.4.2.4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari

nafkah, adanya pekerjaan memerlukan waktu dan tenaga untuk

menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan masing-masing

dianggap penting dan memerlukan perhatian, masyarakat yang

sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh

informasi. Dimana semakin sibuk orang bekerja maka tidak

mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilannya.

2.4.2.5. Pengalaman

Pengalaman tentang kehamilan dapat diperoleh dari

kehamilan seseorang yang dialami sebelumnya atau mendapat

informasi dari pengalaman orang lain. Pengalaman seseorang

ibu hamil tentang keberhasilan atau ketidakberhasilan tentang

pengobatan terhadap suatu penyakit berpengaruh terhadap

tingkat kepatuhan mereka terhadap nasehat tenaga kesehatan.

Seseorang yang merasa selalu berhasil mengobati penyakit

yang diderita tanpa bantuan tenaga kesehatan, akan cenderung

tidak patuh atau taat terhadap tenaga kesehatan, karena ia


merasa tidak butuh bantuan atau nasehat orang lain. Sementara

yang sering gagal dalam mengobati diri sendiri akan cenderung

lebih patuh terhadap saran dari tenaga kesehatan termasuk

melakukan kunjungan antenatal.

2.4.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

2.4.3.1. Pemahaman tentang instruksi

Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah

paham tentang instruksi yang diberikan kepadanya.

2.4.3.2. Kualitas Interaksi

Kualoitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien

merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat

kepatuhan.

2.4.3.3. Isolasisosial dan Keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh

dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu

serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang

dapat mereka terima .

2.4.3.4. Keyakinan, sikap dan kepribadian

Becker Et Al ( 2006 ) dalam Niven ( 2012) telah membuat

suatu usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna

untuyk memperkirakan adanya ketidakpatuhan.


Green ( 2007, dalam Notoatmodjo 2013) menjelaskan

bahwa ketidakpatuhan seseorang dipengaruhi oleh perilaku

seseorang, dan ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku

yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.

Ketiga faktor tersebut sebagai berikut:

1. Faktor predisposisi ( Predisposing Factors )

Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku

yang menjadi dasar atau motivasi perilaku.faktor predisposisi dalam arti

umum juga dapat dimaksud sebagai prefelensi pribadi yang dibawa

seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Prefelensi ini

mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat. Faktor predisposisi

melingkupi sikap, keyakinan, nilai – nilai dan persepsi yang berhubungan

dengan motivasi individu atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan.

Selain itu status sosial-ekonomi, umur, dan jenis kelamin juga merupakan

faktor predisposisi. Demikian juga tingkat pendidikan dan tingkat

pengetahuan termasuk kedalam faktor ini.

2. Faktor Pemungkin ( Enabling Factors )

Faktor ini merupkan faktor antedesenden terhadap perilaku yang

memungkinkan aspirasi terlaksana termasuk didalamnya adalah

kemampuan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan suatu

perilaku. Faktor – faktor pemungkin ini melingkupi pelayanan kesehatan

( termasuk didalamnya biaya, jarak, ketersediaan transportasi , waktu

pelayanan dan keterampilan petugas ). (Marlina,2012).


3. faktor Penguat ( Reinforcing Factors )

Faktor penguat merupakan faktor yang datang sesudah perilaku

dalam memberikan ganjaran atau hukuman atas perilaku. Termasuk dalam

faktor ini adalah manfaat sosial dan manfaat fisik serta ganjaran nyata atau

tidak nyata yang pernah diterima oleh pihak lain. Sumber dari faktor

penguat dapat berasal dari tenaga kesehatan, kawan, keluarga, atau

pimpinan. Faktor penguat bisa positif dan negatif tergantung pada sikap

dan perilaku orang lain yang berkaitan.

2.4.4. Upaya untuk mengurangi ketidakpatuhan

Dinicola dan Dimatteto ( dalam neil,2006 ) mengusulkan rencana untuk

mengatasi ketidakpatuhan pasien antara lain :

2.4.4.1. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak

dari pasien yang tidak patuh yang memilki tujuan untuk

mematuhi nasihat – nasihat pada awalnya. Pemicu

ketidakpatuhan dikarenakan kurangnya komunikatif anatara

tenaga kesehatan dengan pasien, sehingga pasien mempunyai

sikap patuh bisa berubah menjadi tidak patuh. Kesadarn diri

sangat dibutuhkan dari diri pasien.

2.4.4.2. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan,

sehingga perlu dikembangkan suatu strategis yang bukan hanya

untuk mengubah perilaku , tetapi juga mempertahankan

perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan penghargaan


terhadap diri sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri.

Modifikasi perilaku harus duilakukan anatar pasien dengan

pemberi pelayanan kesehatan agar terciptanya perilaku sehat.

2.4.4.3. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga

dan sahabat dalam bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan

faktor – faktor penting dalam kepatuhan pasien. Contoh

sederhana, tidak memeilki pengasuh, transportasi tidak ada,

anggota keluarga sakit, dapat mengurangi intensitas kepatuhan.

Keluarga dan teman dapat menghilangkan godaan pada

ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok

pendukung untuk memcapai kepatuhan.

2.4.5. Upaya untuk meningkatkan kepatuhan :

2.4.5.1. Dukungan profesional kesehatan

Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk

meningkatkan kepatuhan. Contoh sederhana dalam hal dukungan

tersebut adalah adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang

peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh

profesional kesehatan dapat menanamkan ketaatan.

2.4.5.2. Dukungan sosial

Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para

profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk

menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan

dapat dikurangi.
2.4.5.3. Perilaku sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Yaitu dengan

melakukan ANC dengan rutin untuk mendeteksi dini adanya

komplikasi yang terjadi agar segera dilakukan penanganan lebih

lanjut. Dan rutin minum obat tablet fe yang dianjurkan oleh petugas

kesehatan untuk menghindari terjadinya anemia pada ibu hamil.

2.4.5.4. Pemberian Informasi

Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga

mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya.

Dengan begitu dapat meningkatkan kepatuhan.


2.5. Kerangka Teori

Kerangka teori dalah serangkaian teori yang menunjang tema atau

topik penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Beberapa teori yang

mendukung tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan kerangka

konsep tersebut. Selain itu, kerangka teori merupakan acuan untuk

melakukan pembahsan terhadap hasil penelitian yang diperoleh nantinya.

(Hermanto,2015). Adapun Kerangka teori pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tingkat pengetahuan
:

Tingkat Pengetahuan ibu hamil 1. Tahu


2. Memahami
tentang kehamilan resiko tinggi 3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. evaluasi

1. Definisi kehamilan beresiko


Kepatuhan Kunjungan ANC
2. Klasifikasi kehamilan beresiko
3. Faktor resiko tinggi kehamilan
4. Komplikasi resiko tinggi
kehamilan
5. Tanda bahaya kehamilan
6. penatalaksanaan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
dan kepatuhan: umur, pendidikan,
pekerjaan. media massa, budaya,
pengalaman dan tenaga kesehatan
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep

Berdasarkan teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang

menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel

dependen.

Variabel bebas atau variabel independen. Variabel bebas adalah

“Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Sedangkan,

Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat , karena adanya variabel bebas.

(Sugiyono, 2011)

Dimana indikator yang diteliti meliputi tingakat pengetahuan ibu

hamil tentang resiko tinggi dan kepatuhan ANC.


Kerangka konsep tersebut digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan

Usia

Tingkat Kepatuhan Kunjungan


Pendidikan ANC Ibu Hamil Tentang
Kehamilan Resiko Tinggi .

Pekerjaan

Sumber Informasi

Dukungan Tenaga
Kesehatan
3.2. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Alat Hasil Ukur Skala

Independen Ukur Ukur

1. Tingkat Tinggi rendahnya hasil tahu Kuesioner Checklist 1. Baik : Ordinal

Pengetahuan ibu tentang kehamilan yang apabila nilai

Ibu Hamil mengancam/membahayakan 76% - 100%

Tentang terhadap kehidupan ibu 2. Cukup :

kehamilan maupun janin, meliputi : apabila nilai

Resiko pengertian, faktor resiko 60% - 75%

Tinggi tinggi kehamilan, tanda 3. Kurang :

bahaya pada apabila nilai

kehamilan,klasifikasi <60%

kehamilan

beresiko,penatalaksanaan

kehamilan resiko tinggi dan

bahaya yang ditimbulkan

akibat ibu hamil resiko

tinggi.

2. Usia Ibu Lama hidup seseorang Kuesioner Checklist 1. <20 Tahun Ordinal

dihitung dari sejak lahir 2. 20 – 35

sampai saat ini ( Setiawati Tahun

2011 ). 3. >35 Tahun


3. Pendidikan Perubahan Sikap dan tingkah Kuesioner Checklist 1. SD Ordinal

laku melalui pengajaran dan 2. SMP

pelatihan dan Tinjauan dari 3. SMA

pendidikan formal yang 4. D3/S1

dicapai ibu sampai

mendapatkan ijazah (

Notoadmojo, 2007).

Aktivitas yang dilakukan

4. Pekerjaan sehari – hari diluar rumah Kuesioner Checklist 1. IRT Nominal

dan menghasilkan 2. Wiraswasta

pendapatan ( Gulo W, 2004). 3. PNS

Pertama kali ibu mendapat

pengetahuan informasi

5. Sumber tentang kehamilan. Kuesioner Checklist 1. Nakes Nominal

Informasi 2. Media

Elektronik

3. Media Cetak

Dukungan yang dapat 4. Pengalaman

mempengaruhi perilaku ibu

6. Dukungan dengan cara memberikan Kuesioner Checklist 1. Positif Nominal

Tenaga pendidikan kesehatan, 2. Negatif

Kesehatan penyuluhan dan konseling

tentang pengertian dan


tujuan antenatal care,

kebijakan terkait jadwal

pemeriksaan, dan asuhan

yang harus diberikan pada

ibu hamil.

No. Variable Definisi Operasional Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Dependen Ukur

1. Kepatuhan Kepatuhan responden dalam Buku Melihat 1. Patuh : apabila Ordinal

Kunjungan melakukan pemeriksaan ANC KIA jumlah >2 kali

ANC sedikitnya 4 kali selama kunjungan kunjungan ANC

periode anenatal. ANC pada pada trimester III.

buku KIA

ibu 2. Tidak Patuh :

apabila apabila <2 kali

ibu pernah kunjungan ANC

melakukan pada trimester III.

kunjungan

ANC
3.3. Hipotesis

Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan

penelitian. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian.

Hipotesis dari suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan

dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian

maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. (

Notoadmodjo,2010).

3.1.1. Hipotesis 1

3.1.1.1. HO ( hipotesis Null) Tidak terdapat hubungan antara

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang kehamilan resiko

tinggi dengan kepatuhan Kunjungan ANC di

Puskesmas Johar Baru.

3.1.1.2. Ha ( Hipotesis Alternatif) Terdapat hubungan antara

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang kehamilan

resiko tinggi dengan kepatuhan Kunjungan ANC di

Puskesmas Johar Baru.

3.1.2. Hipotesis 2

3.1.2.1. HO ( hipotesis Null) Tidak terdapat hubungan antara

Usia Ibu Hamil Tentang kehamilan resiko tinggi dengan

kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas Johar Baru.


3.1.2.2. Ha ( Hipotesis Alternatif) Terdapat hubungan antara

Usia Ibu Hamil Tentang kehamilan resiko tinggi dengan

kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas Johar Baru.

3.1.3. Hipotesis 3

3.1.3.1. HO ( hipotesis Null) Tidak terdapat hubungan antara

Pendidikan Ibu Hamil Tentang kehamilan resiko tinggi

dengan kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas Johar

Baru.

3.1.3.2. Ha ( Hipotesis Alternatif) Terdapat hubungan antara

Pendidikan Ibu Hamil Tentang kehamilan resiko tinggi

dengan kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas Johar

Baru.

3.1.4. Hipotesis 4

3.1.4.1. HO ( hipotesis Null) Tidak terdapat hubungan antara

Pekerjaan Ibu Hamil Tentang kehamilan resiko tinggi

dengan kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas Johar

Baru.

3.1.4.2. Ha ( Hipotesis Alternatif) Terdapat hubungan antara

Pekerjaan Ibu Hamil Tentang kehamilan resiko tinggi

dengan kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas Johar

Baru.
3.1.5. Hipotesis 5

3.1.5.1. HO ( hipotesis Null) Tidak terdapat hubungan antara

Sumber Informasi Ibu Hamil Tentang kehamilan resiko

tinggi dengan kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas

Johar Baru.

3.1.5.2. Ha ( Hipotesis Alternatif) Terdapat hubungan antara

Sumber Informasi Ibu Hamil Tentang kehamilan resiko

tinggi dengan kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas

Johar Baru.

3.1.6. Hipotesis 6

3.1.6.1. HO ( hipotesis Null) Tidak terdapat hubungan antara

Dukungan Tenaga Kesehatan Ibu Hamil Tentang kehamilan

resiko tinggi dengan kepatuhan Kunjungan ANC di

Puskesmas Johar Baru.

3.1.6.2. Ha ( Hipotesis Alternatif) Terdapat hubungan antara

Dukungan Tenaga Kesehatan Ibu Hamil Tentang kehamilan

resiko tinggi dengan kepatuhan Kunjungan ANC di

Puskesmas Johar Baru.

Catatan :

H0 diterima jika nilai P ≥ 0,05

H0 ditolak jika nilai P ≤ atau = 0,05


BAB IV

METODEOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian

ini menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan crossectional,

penelitian crossectinal adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu

dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variable

independen ( sebab ) dan variabel dependen ( akibat ). metode ini

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang atau yang sedang terjadi.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi adalah tempat atau lokasi yang digunakan untuk mengambil

laporan kasus (Notoatmodjo,2010). Penelitian dilaksanankan pada tanggal

4 Maret – 13 April periode 2019 di Puskesmas Johar Baru.

4.3. Populasi, Sampel,dan Teknik pengambilan sampel

4.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang di tetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2011). Populasi penelitian ini adalah


seluruh ibu hamil trimester III yang berkunjung di Puskesmas

Johar Baru.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan diangap mewakili seluruh

populasi. Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil anata 20 – 25 %

atau lebih.

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang

memasuki usia kehamilan trimester III di Puskesmas Johar Baru

yang berjumlah 50 orang.

4.3.3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah Total sampling yaitu mengambil sampel

secara keseluruhan . Menurut Erni (2011) teknik total sampling

adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan

jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Pengambilan

sampel ini adalah ibu hamil yang memasuki usia kehamilan

trimester III yang berkunjung ke Puskesmas Johar Baru.


4.4. Besar Sampel

Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan

sampel yang dikehendaki harus sesuai dengan kriteria tertentu yang

ditetapkan. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

memperhatikan kriteria inklusi dan kriteria eklusi.

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau, dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Nursalam, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu hamil yang periksa ke Puskesmas Johar Baru.

2. Ibu hamil dengan usia kehamilan trimester 3

3. Ibu hamil yang sehat jasmani dan rohani

4. Ibu hamil bisa membaca dan menulis

5. Ibu hamil bersedia menjadi responden

Kriteria Eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat penelitian, menolak

menjadi partisipan atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk

dilakukan penelitian. Kriteria eklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu hamil yang menolak menjadi subjek penelitian

2. Ibu hamil yang tidak sehat jasmani dan rohani


4.5. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang diguanakan sebagai ciri, sifat,atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang sesuatu

konsep. (Notoatmodjo,2010).

variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori yaitu

variabel terikat (dependen), dan variabel bebas (independen).

(Notoatmodjo, 2012)

4.5.1. Variabel bebas (Independen)

Variabel bebas pada penelitian ini adalahtingkat pengetahuan ibu

hamil tentang kehamilan resiko tinggi

4.5.2. Variabel terikat ( Dependen )

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kepatuhan Kunjungan

Antenatal Care.

4.6. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu

adalah kuesioner tertutup. Kuesioner ini bersifat tertutup karena

responden hanya menyentang jawaban yang dianggap benar atau salah

sesuai dengan pendapatnya. Pernyataan disusun berdasarkan kisi-kisi

yang diambil dari sumber teori tentang kehamilan beresiko. Pernyataan

terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif

(unfovarable) dengan pilihan benar dan salah. Pernyataan positif


(favorable) jika benar mendapat skor 1 dan jika salah mendapat skor 0.

Sedangkan pernyataan negatif (unfovarable) jika benar mendapat skor 0

dan jika salah mendapat skor 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan

memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar.

4.7. Alat Pengukuran dan Cara Pengumpulan Data

4.7.1. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini Dalam

penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis dan alat pengolah data

seperti laptop dan kalkulator. pengumpulan data menggunakan

kuesioner penelitian yang terdiri dari 2 bagian yaitu:

4.7.1.1. Kuesioner A

Kuesioner ini berisi data demografi. Kusioner ini digunakan

untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi umur,

budaya, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan dukungan

tenaga kesehatan.

4.7.1.2. Kuesioner B

Kuesioner B adalah kuesioner yang berisi data tentang

pengetahuan yang berkaitan dengan kehamilan beresiko.


No Item pertanyaan Nomor pertanyaan Jumlah soal

Favorable Unfovarable

1. Pengertian kehamilan beresiko 1,2 2

2. Usia yang tepat untuk hamil dan 3,4,5 3

usia yang tidak tepat untuk hamil

3 Tentang frekuensi pemeriksaan 16 15 2

kehamilan

4 Tentang anemia dan tinggi badan 21 7 2

5. Jarak kehamilan dan jumlah anak

6 . Tanda bahaya atau kelainan kehamilan 22 1

7 . Tekanan darah tinggi, kehamilan 23,24 2

postterm, kehamilan ganda

8 . Perdarahan saat kehamilan 17 1

9 . Faktor resiko tinggi kehamilan 20,18 12 3

10 . Letak janin 19 1

11. tentang Berat Badan dan pengertian 25,6 2

kunjungan ANC

Tabel 3.2 kisi-kisi kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

kuesioner rancangan peneliti yang bersumber dari beberapa literatur.

Kuesioner yang dipakai akan dilakukan uji validitas dan uji realibilitas.
a Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan

tingkat kevalidan atau keaslian suatu instrumen. Validitas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan kisi –

kisi instrument atau matriks pengembangan instrumen

dengan materi pembelajaran yang diajarkan. Dalam kisi –

kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak

ukur dan nomor butir item pertanyaan dan pernyataan yang

dijabarkan dari indikator. Selain validitas isi, validitas dapat

diketahui dengan melihat validitas item yaitu

mengkorelasikan setiap skor item dengan total skor item

yang diperoleh individu.

Uji validitas dilakukan di Puskesmas Johar Baru.

Pengujian validitas data – data keaslian butir dalam

penelitian ini dengan menggunakan program komputer

statisticial Package Social Science ( SPSS ) for windows

versi 16, dengan menggunakan rumus korelasi pearson

product momen.

Setelah diperoleh nilai r, kemudian hasilnya

dibandingkan dengan nilai pearson product moment. Bila r

hitung sama atau lebih besar dibandingkan r tabel dengan

taraf signifikan 5%, maka kuesioner dapat dikatakan valid.

Jumlah responden 25 orang maka r tabel adalah 0.396 Dalam


aplikasi pelaksanaan, peneliti menggunkan program

komputer untuk mendapatkan data tersebut. Hasil uji

validitas kuesioner pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan

beresiko terdapat 6 pernyataan (pernyataan nomor 8, 9, dan

10, 11, 13, 14 ) menunjukan r hitung lebih kecil dari r tabel

(0.396) yang dapat diambil kesimpulan bahwa 6 pernyataan

tersebut tidak valid sehingga jumlah pernyataan yang

terdapat dalam kuesioner menjadi 19 pernyataan.

No. Item rhitung R tabel Sig Kriteria


5%(25)
1. 0,412 0,396 0,041 Valid
2. 0,519 0,396 0,008 Valid
3. 0,525 0,396 0,007 Valid
4. 0,430 0,396 0,032 Valid
5. 0,435 0,396 0,030 Valid
6. 0,539 0,396 0,005 Valid
7. 0,582 0,396 0,002 Valid
8. 0,132 0,396 0,528 Tidak Valid
9. 0,241 0,396 0,245 Tidak Valid
10. 0,354 0,396 0,082 Tidak Valid
11. 0,211 0,396 0,312 Tidak Valid
12. 0,606 0,396 0,001 Valid
13. 0,359 0,396 0,078 Tidak Valid
14. 0,359 0,396 0,078 Tidak Valid
15. 0,606 0,396 0,001 Valid
16. 0,589 0,396 0,002 Valid
17. 0,702 0,396 0,000 Valid
18. 0,599 0,396 0,002 Valid
19. 0,519 0,396 0,008 Valid
20. 0,519 0,396 0,008 Valid
21. 0,440 0,396 0,028 Valid
22. 0,703 0,396 0,000 Valid
23. 0,469 0,396 0,018 Valid
24. 0,437 0,396 0,029 Valid
25. 0,412 0,396 0,041 Valid
b Uji Realibilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata

reliability yang berasal dari kata rely dan ability, pengukuran

yang mempunyai reliabilitas tinggi disebut sebagai

pengukuran yang reliabel.

Uji Reliabilitas adalah suatu instrunen yang dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji

reliabilitas dapat dilakukan dengan alpha cronbach

Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik

jika alpha cronbach > 0,60. Sebagai patokan suatu

kuesioner, dapat ditentukan ukuran indeks reliabilitas, yaitu

tidak reliabel (0.00-0.20), kurang reliabel (0.21- 0.40),

reliabel (0.41- 0.60), cukup reliabel (0.61- 0.80) dan sangat

reliabel (0.80 – 1.00).

Hasil dari uji reliabilitas kuesioner yang diperoleh

dari analisa rumus alpha cronbach, yaitu sebesar 0.885. dari

hasil uji reliabilitas kuesioner dinyatakan reliabel karena nilai

α hitung lebih besar dari nilai α tabel, yaitu 0.60.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.885 19
4.8. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer dikumpulkan menggunakan kuesioner yang berisi pertnyaan –

pertanyaan yang disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Kuesioner

tersebut diberikan kepada semua ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya dengan usia kehamilan memasuki trimester III di

Puskesmas Johar Baru. Selain menggunakan data primer, peneliti juga

menggunakan data sekunder seperti Buku KIA untuk mengetahui Jumlah

frekuensi kunjungan ANC.

4.9. Pengolahan Data dan Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi.

4.9.1. Editing

Adalah suatu proses pengelompokkan data yang dilakukan dengan

cara memeriksa kelengkapan data. Tahap penyesuaian data yang telah

dikumpulkan sesuai dengan variabel yang diteliti.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban

dari kusioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap.

4.9.2. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap –

tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan

data selanjutnya.
4.9.3. Skoring

Kegiatan penilaian dan dengan memberikan skor pada jawaban

yang berkaitan dengan pengetahuan. Pernyataan benar mendapat skor

1 dan jika salah mendapat skor 0.

4.9.4. Entry

Kegiatan ini memasukkan data dalam program komputer untuk

dilakukan analisis lanjut.

4.9.5. Tabulasi Data

Proses penyajian data memasukkan data kedalam tabel berdasarkan

variabel yang diteliti sehingga setiap frekuensi dapat diketahui dengan

jelas. Setelah dilakukan coding kemudian data dianalisa. Analisa data

dilakukan secara manual, untuk setiap item yang dijawab benar diberi

nilai 1 dan jika salah atau tidak diisi diberi nilai 0. Selanjutnya

dilakukan pelaporan hasil penelitian dengan cara menghitung (%)

jawaban benar untuk item pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan

dari seluruh responden dengan menggunakan rumus :

a
P = ( ) X 100%
b

Keterangan :

P : presentase

a : jumlah pertanyaan yang dijawab benar

b : jumlah semua pertanyaan


Dengan melihat kategori aspek pengukuran dengan mengikuti teori

dan pendapat arikunto (2010:387) yaitu :

Maka kategori aspek pengetahuan terbagi atas :

1) Baik memenuhi standar bila responden dapat menjawab dengan

benar > 75% dari soal.

2) Cukup memenuhi standar bila responden dapat menjawab dengan

benae 60 - 75% dari soal.

3) Kurang memenuhi standar bila responden dapat menjawab dengan

benar <60% dari soal.

4.10. Analisa Data

4.10.1. Analisa Univariat

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

analisa univariat. Menurut Notoatmodjo (2010), analisa univariat

adalah menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian

untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap

variabel. Dimana artinya adalah suatu tabel penelitian yang

menggambarkan masing – masing penyajian data untuk 1 variabel

saja. Data presentase dihitung dengan menggunakan SPSS 16 yaitu :

Data presentase dihitung dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 yaitu

Keterangan :
X
F = ( ) X 100%
N X : jumlah yang didapat

N : jumlah sampel

F : Frekuensi
4.10.2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat ini dilakukan unuk membuktikan hipotesa dengan

menentukan hubungan dan besarnya hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat. Analisis ini dilakukan untuk membuktikan

adanya hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan variabel

terikat.

4.11. Etika Penelitian

Peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada

respondenterlebih dahulu dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti,tujuan

penelitian,serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam

penelitian. Pelaksanaan penelitian ini npeneliti mendapat ijin dari kepala dan

staf di puskesmas X dan dari responden sendiri melalui informed consent yang

terjamin kerahasiannya.

Menurut Hidayat ( 2007 ), masalah etika penelitian kebidanan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

kebidanan berhubungan langsung dengan manusia , maka segi etika penelitian

harus diperhatikan .

Setiap penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh

bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, kemudian

kuesioner dikirim ke subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah

etika penelitian. Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi :
4.11.1. Informed Consent

Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian .

inforemed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya . jika subjek bersedia , maka mereka harus

mendatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak

bersedia , maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut

(Hidayat,2007). Pada penelitian ini semua responden akan diberi

lembar persetujuan.

4.11.2. Anonimity ( kerahasiaan nama/ identitas )

Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada

lembar pengumpulan data (kuesioner) . peneliti hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data tersebut (Hidayat,2007).

Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar

pengumpulan data dalam penelitian ini.

4.11.3. Confidentiality ( kerahasiaan hasil )

Sub bab ini menjelaskan masalah – masalah responden

yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti , hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil

penelitian (Hidayat,2007). Penelitian ini kerahasiaan

hasil/informasi yang telah dikumpulkan dari setiap subyek akan

dijamin oleh peneliti.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian di Puskesmas Johar Baru Periode

Maret – April 2019 didapatkan sample sebesar 50 orang. Data

yang diteliti yaitu jumlah seluruh ibu hamil trimester III

berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan sumber informasi, dan

dukungan tenaga kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi di

puskesmas johar baru. Adapaun gambaran karakteristik responden

dan hasil penelitian sebagai berikut

5.1. Univariat

Tabel 5.1.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil di Puskesmas Johar Baru

No. Pengetahuan Frequency Percent (%)

1. Baik 27 54.0%

2. Cukup 11 22.0%

3. Kurang 12 24.0%

Total 50 100%
Berdasarkan tabel 5.1.6 menunjukan bahwa dari 50 responden

yang memeriksakan kehamilan di Puskesmas Johar Baru yang

berpengetahuan baik sebanyak 27 orang ( 54.0%), yang berpengetahuan

cukup baik sebanyak 11 orang ( 22.0%) dan yang berpengetahuan kurang

baik sebanyak 12 orang ( 24.0% ).

Tabel 5.1.2

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di

Puskesnmas Johar Baru

No. Usia Frequency Percent (%)

1. <20 tahun 6 12.0%

2. 20 – 35 tahun 37 74.0%

3. >35 tahun 7 14.0%

Total 50 100%

Berdasarkan tabel 5.1.1 menunjukan bahwa responden yang

berumur ≤20 tahun sebanyak 6 orang ( 12.0% ), sedangkan responden

yang berumur 20 – 35 tahun sebanyak 37 orang ( 74,0%), dan responden

yang berumur ≥35 tahun sebanyak 7 0rang ( 14.0% ). Berdasarkan data

tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa usia responden sebagian besar

dalam kategori reproduksi sehat, namun masih terdapat 13 orang dalam

kelompok resiko tinggi (≤20 tahun dan ≥35 tahun ).


Tabel 5.1.3

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan di Puskesmas Johar Baru

No. Pendidikan Frequency Percent (%)

1. SD 12 24.0%

2. SMP 13 26.0%

3. SMA 22 44.0%

4 D3/S1 3 6.0%

Total 50 100%

Berdasarkan tabel 5.1.2 menunjukan bahwa responden yang

berpendidikan SD sebanyak 12 orang ( 24.0% ), responden dengan

pendidikan SMP sebanyak 13 orang ( 26.0% ), sedangakan pendidikan

SMA sebanyak 22 orang ( 44,0%) dan pendidikan responden D3/S1

sebanyak 3 orang ( 6.0% ).

Tabel 5.1.4

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Pekerjaan di Puskesmas Johar Baru

No. Pekerjaan Frequency Percent (%)

1. Tidak Bekerja 44 88.0%

2. Bekerja 6 12.0%

Total 50 100%
Berdasarkan tabel 5.1.3 menunjukan bahwa mayoritas

pekerjaan responden adalah IRT sebanyak 44 orang ( 88,0%) dan yang

bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 6 orang ( 12.0% ).

Tabel 5.1.5

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber

Informasi di Puskesmas Johar Baru

No. Sumber Informasi Frequency Percent (%)

1. Nakes 23 46.0%

2. Media Elektronik 23 46.0%

3 Media Cetak 2 4.0%

4. Pengalaman 2 4.0%

Total 50 100%

Berdasarkan tabel 5.1.4 menunjukan bahwa dari 50 responden

yang mendapatkan informasi tentang kehamilan resiko tinggi adalah

melalui tenaga kesehatan sebanyak 23 orang ( 46,0%), Media Elektronik

sebanyak 23 orang ( 46.0% ), media cetak sebanyak 2 orang ( 4.0% ) dan

pengalaman sebanyak 2 orang ( 4.0% ).


Tabel 5.1.6

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Dukungan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Johar Baru

No. Dukungan Tenaga Frequency Percent (%)

Kesehatan

1. Positif 46 92.0%

2. Negatif 4 8.0%

Total 50 100%

Berdasarkan tabel 5.1.5 menunjukan bahwa mayoritas dukungan

tenaga kesehatan memberikan hasil yang positif Kepada responden

sebanyak 46 orang ( 92.0% ), dan memeberikan hasil negatif kepada

responden sebanyak 4 orang ( 8.0%).

Tabel 5.1.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan

Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Johar Baru

No. Kepatuhan Frequency Percent (%)

Kunjungan ANC

1. Patuh 41 82.0%

2. Tidak Patuh 9 18.0%

Total 50 100%
Berdasarkan tabel 5.1.7. menunjukan bahwa sebagian besar

responden sudah patuh dalam melakukan kunjungan antenatal care yaitu

sebanyak 41 orang ( 82.0% ) dan yang tidak patuh dalam melakukan

kunjungan antenatal care karena tidak mengetahui manfaat dan pelayanan

antenatal care sebanyak 9 orang ( 18.0% ).

5.2. Bivariat

Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi ( Notoadmojo,2010:183). Uji statistik

menggunakan uji beda proporsi dengan menggunakan uji chi-square,

untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen dengan batas kemaknaan p-value (p) = 0,05, yang artinya bila

p ≥0,05, maka hubungan antara variabel independen dan dependen tidak

bermakna, tetapi bila p ≤0,05 maka hubungan bermakna ( sabri,2010).


Tabel 5.2.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Ibu Hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan kepatuhan

kunjungan antenatal care di Puskesmas Johar Baru

Pengetahuan Kepatuhan kunjungan Jumlah P


ANC value
patuh Tidak patuh
n % n % n % 0.385
Baik 24 48.0% 3 6.0% 27 54.0%
Cukup 8 16.0% 3 6.0% 11 22.0%
Kurang 9 18.0% 3 6.0% 12 24.0%
41 82.0% 9 18.0% 50 100.0%
Jumlah

Berdasarkan tabel 5.1.6. menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang patuh melakukan ANC dengan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 24 orang ( 48.0% ), responden yang patuh melakukan ANC

dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 8 orang ( 16.0% ),

responden yang patuh melakukan ANC dengan tingkat pengetahuan

kurang sebanyak 9 orang ( 18.0% ), sedangkan responden yang tidak

patuh melakukan ANC dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1

orang ( 2.0% ), responden yang tidak patuh melaakukan ANC dengan

tingkat pengetahuan cukup sebanyak 3 orang ( 6.0% ), responden yang

tidak patuh melakukan ANC dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak

5 orang ( 10.0% ).
Tabel 5.2.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu Hamil

dengan kepatuhan kunjungan antenatal care di

Puskesmas Johar Baru

Usia Kepatuhan kunjungan Jumlah P


ANC value
Patuh Tidak patuh
n % n % n % 0.577
< 20 tahun 4 8.0% 2 4.0% 6 12.0%
20 – 35 tahun 31 62.0% 6 12.0% 37 74.0%
 > 35tahun 6 12.0% 1 2.0% 7 14.0%
41 82.0% 9 18.0% 50 100.0%
Jumlah

Berdasarkan tabel 5.2.2. menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang patuh melakukan ANC dengan Usia < 20 tahun sebanyak

4 orang ( 8.0% ), responden yang patuh melakukan ANC dengan Usia 20

– 35 tahun sebanyak 31 orang ( 62.0% ), responden yang patuh

melakukan ANC dengan Usia >35 tahun sebanyak 6 orang ( 12.0% ),

sedangkan responden yang tidak patuh melakukan ANC dengan Usia

<20 tahun sebanyak 2 orang ( 4.0% ), responden yang tidak patuh

melaakukan ANC dengan Usia 20 -35 tahun sebanyak 6 orang ( 12.0% ),

dan responden yang tidak patuh melakukan ANC dengan Usia > 35 tahun

sebanyak 1 orang ( 2.0% ).


Tabel 5.2.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil

dengan kepatuhan kunjungan antenatal care di

Puskesmas Johar Baru

Pendidikan Kepatuhan kunjungan Jumlah P


ANC value
Patuh Tidak patuh
n % n % n % 0.857
SMP 10 20.0% 2 4.0% 12 24.0%
SMA 10 20.0% 3 6.0% 13 26.0%
 D3/S1 21 42.0% 4 8.0% 25 50.0%
41 82.0% 9 18.0% 50 100.0%
Jumlah

Berdasarkan tabel 5.2.3. menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang patuh melakukan ANC dengan berpendidikan SMP

sebanyak 10 orang ( 20.0% ), responden yang patuh melakukan ANC

dengan pendidikan SMA sebanyak 10 orang ( 20.0% ), responden yang

patuh melakukan ANC dengan pendidikan D3/S1 sebanyak 21 orang (

42.0% ), sedangkan responden yang tidak patuh melakukan ANC dengan

berpendidikan sebanyak 2 orang ( 4.0% ), responden yang tidak patuh

melaakukan ANC dengan pendidikan sebanyak 3 orang ( 6.0% ),

responden yang tidak patuh melakukan ANC dengan pendidikan

sebanyak 4 orang ( 8.0% ).


Tabel 5.2.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil

dengan kepatuhan kunjungan antenatal care di

Puskesmas Johar Baru

Pekerjaan Kepatuhan kunjungan Jumlah P


ANC value
patuh Tidak patuh
n % n % n % 0.293
IRT 37 74.0% 7 14.0% 44 88.0%
Wiraswasta 4 8.0% 2 4.0% 6 12.0%

41 82.0% 9 18.0% 50 100.0%


Jumlah

Berdasarkan tabel 5.2.4. menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang patuh melakukan ANC mayoritas bekerja sebagai IRT

sebanyak 37 orang ( 74.0% ), dan yang bekerja sebagai wiraswasta

sebanyak 4 orang ( 8.0% ), sedangkan responden yang tidak patuh

melakukan ANC yang bekerja sebagai IRT sebanyak 7 orang ( 14.0% ),

dan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 2 orang ( 4.0% ).


Tabel 5.2.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Ibu

Hamil dengan kepatuhan kunjungan antenatal care di

Puskesmas Johar Baru

Sumber Kepatuhan kunjungan Jumlah P


Informasi ANC value
Patuh Tidak patuh
n % N % n % 0.241
Nakes 17 34.0% 6 12.0% 23 46.0%
Media Elektronik 21 42.0% 2 4.0% 23 46.0%
Media Cetak 2 4.0% 0 0% 2 4.0%
Pengalaman 1 2.0% 1 2.0% 2 4.0%

41 82.0% 9 18.0% 50 100.0%


Jumlah

Berdasarkan tabel 5.2.5. menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang patuh melakukan ANC yang mendapatkan informasi

tentang kehamilan resiko tinggi adalah melalui tenaga kesehatan

sebanyak 17 orang ( 34,0%), Media Elektronik sebanyak 21 orang (

42.0% ), media cetak sebanyak 2 orang ( 4.0% ) dan pengalaman

sebanyak 1 orang ( 2.0% ). sedangkan responden yang tidak patuh

melakukan ANC dengan yang mendapatkan informasi tentang kehamilan

resiko tinggi adalah melalui tenaga kesehatan sebanyak 6 orang ( 12.0%

), media elektronik sebanyak 2 orang ( 4.0% ), pengalaman sebanyak 1

orang ( 2.0% ).
Tabel 5.2.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga

Kesehatan Ibu Hamil dengan kepatuhan kunjungan antenatal care

di Puskesmas Johar Baru

Dukungan Kepatuhan kunjungan Jumlah P


Tenaga ANC value
Kesehatan
Patuh Tidak patuh
n % n % n % 0.293
Positif 37 74.0% 7 14.0% 44 88.0%
Negatif 4 8.0% 2 4.0% 6 12.0%

41 82.0% 9 18.0% 50 100.0%


Jumlah

Berdasarkan tabel 5.2.6. menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang patuh melakukan ANC mayoritas dukungan tenaga

kesehatan memberikan hasil yang positif Kepada responden sebanyak 37

orang ( 74.0% ), dan memeberikan hasil negatif kepada responden

sebanyak 4 orang ( 8.0%). sedangkan responden yang tidak patuh

melakukan ANC mayoritas dukungan tenaga kesehatan memberikan

hasil yang positif Kepada responden sebanyak 7 orang ( 14.0% ), dan

memeberikan hasil negatif kepada responden sebanyak 2 orang ( 4.0%).


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Responden


6.1.1. Usia

Ibu hamil di Puskesmas Johar Baru berdasarkan karakteristik umur

sebagian besar berusia 20-35 tahun sebanyak 37 orang (74.0%).

Notoatmodjo (2010) menjelaskan semakin tua umur seseorang, maka

pengalaman bertambah sehingga akan meningkatkan pengetahuannya akan

suatu objek.

Umur < 20 tahun kurang mengerti tentang pentingnya pemeriksaan

kehamilan dan cenderung kurang percaya diri untuk ANC sedangkan ibu

yang berusia > 35 tahun beranggapan telah memiliki banyak pengalaman

pada kehamilan yang lalu. Ibu hamil pada kelompok umur 20-35 tahun

merupakan kelompok umur reproduksi yang sehat. Ibu dikatakan beresiko

tinggi apabila ibu hamil berusia < 20 tahun dan > 35 tahun. Umur berguna

untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang

dilakukan (Salemo, 2012).

6.1.2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sebab tidak langsung yang

memengaruhi pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil di Puskesmas Johar Baru

berdasarkan karakteristik pendidikan responden sebagian besar

berpendidikan SMU/sederajat sebanyak 22 orang (44.0%). Pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan sikap ibu terhadap nilai-

nilai yang baru diperkenalkan seperti pentingnya kunjungan ANC pada


saat hamil, sebaliknya bagi ibu yang berpendidikan tinggi akan mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan tentang

pentingnya ANC.

Pendidikan adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat

pendidikan mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan, orang

yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi akan mempunyai tingkat

pengetahuan yang lebih tinggi. Seseorang yang mempunyai tingkat

pendidikan tinggi akan mudah untuk memahami suatu informasi tentang

tanda bahaya kehamilan. Hal ini sesuai dengan teori dari sukanto (2010)

yang diantaranya menyatakan pendidikan sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan.

6.1.3. Pekerjaan

Ibu hamil dengan karakteristik pekerjaan ibu hamil di Puskesmas

Johar Baru sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga ( IRT )

sebanyak 44 orang (88.0%). Ibu hamil yang tidak bekerja memiliki waktu

yang lebih banyak untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan pergi ke

fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya. Berdasarkan hasil

dan teori peneliti berpendapat bahwa ibu hamil yang sebagian besar

pekerjaannya sebagai Ibu Rumah Tangga cenderung lebih banyak waktu di

rumah, sehingga mempunyai banyak waktu untuk mencari informasi

tentang kehamilannya. Terbukti pada saat ibu hamil menjawab kuesioner

pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi, sebagian besar menjawab


dengan benar, Pada ibu bekerja, pekerjaan mereka memberikan kesibukan

tambahan sehingga ibu hamil kadang tidak sempat memeriksakan

kehamilannya. Walaupun demikian, lingkungan tempat mereka bekerja

dapat memberikan akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi

mengenai kesehatan khususnya pemeriksaan kehamilan.

6.1.4. Sumber Informasi

Ibu hamil di Puskesmas Johar Baru berdasarkan karakteristik

sumber informasi sebagian besar memperoleh dari tenaga kesehatan

sebanyak 23 orang (46.0%) dan media elektronik sebanyak 23 orang

(46.0%).

6.1.5. Dukungan Tenaga Kesehatan

Ibu hamil di Puskesmas Johar Baru berdasarkan karakteristik

dukungan tenaga kesehatan sebagian besar diperoleh sebanyak 46 orang

(92.0%) pada kategori dukungan positif. Pada keadaan ini dukungan

petugas kesehatan merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan

informasi, perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas kesehatan)

memberikan informasi yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan kehamilan.

Dukungan profesi kesehatan merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku kepatuhan ibu hamil. Dukungan mereka dapat

mempengaruhi perilaku ibu dengan cara memberikan pendidikan

kesehatan tentang pengertian dan tujuan antenatal care, kebijakan terkait

jadwal pemeriksaan, dan asuhan yang harus diberikan pada ibu hamil.
6.2. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Resiko Tinggi

Penelitian ini di dapat bahwa sebagian besar responden mempunyai

tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 32 orang (64.0%). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang melakukan pemeriksaan

kehamilan di Puskesmas Johar Baru memiliki pengetahuan yang baik tentang

kehamilan resiko tinggi. Sedangkan 11 orang (22.0%) memiliki pengetahuan

cukup dan 7 orang memiliki pengetahuan kurang (14.0%). Hal ini didukung

oleh tingkat pendidikan responden yaitu sebagian besar memiliki tingkat

pendidikan SMA. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa

tingkat pendidikan yang ditempuh oleh individu merupakan salah satu faktor

yang akan mendukung kemampuannya untuk menerima informasi, seperti

yang dikemukakan Menurut Wied Hary A. dalam Notoatmodjo (2010) yang

menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik

pula pengetahuanya.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manuasia terhadap

suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor umur, intelegensi, tingkat

pendidikan,social budaya, informasi, pengalaman, dan lingkungan

(Notoatmodjo, 2009).
Meskipun sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi

tentang tanda bahaya kehamilan, tetapi ada beberapa sub bahasan tentang tanda

bahaya kehamilan yang kurang dipahami oleh para responden, yaitu tentang

anemia, perdarahan pada kehamilan,preeklampsi dan Abortus. Hal ini terlihat

dari banyak ditemukannya.

6.3. Kepatuhan Melakukan Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Kepatuhan pada program kesehatan merupakan prilaku yang dapat

diobservasi dan dengan begitu dapat langsung diukur (Bastabel, 2009).

Penilaian terhadap kepatuhan ibu hamil dalam melakukan perawatan antenatal,

dapat dilihat dari kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang

memberi pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, yaitu dengan

melihat K1 (kunjungan baru ibu hamil), K4 (kunjungan ibu hamil yang

keempat) dan kunjungan ulang sebagai indikator aksesabilitas (jangkauan)

pelayanan (Anggreini, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

kepatuhan dalam melakukan ANC yaitu sebanyak 41 orang (82.0%),

sedangkan yang tidak patuh yaitu sebanyak 9 orang (18.0%). Alasan ibu hamil

tidak patuh melakukan kunjungan antenatal care ( ANC ) karena kurang nya

pengetahuan tentang manfaat dan pelayanan antenatal care.

Kepatuhan merupakan tindakan yang berkaitan dengan perilaku seseorang.

Kepatuhan adalah kesetiaan, ketaatan dan loyalitas perubahan sikap dan

perilaku individu dimulai tahap kepatuhan, identifikasi kemudian menjadi

internalisasi (Sarwono,2010) . Dalam rangka mencapai hasil pelayanan


kesehatan seperti yang diharapkan, kepatuhan pasien untuk melakukan

kunjungan menjadi sangat penting. Pasien tidak patuh melakukan kunjungan ke

tempat pelayanan kesehatan secara rutin akan menyebabkan pelayanan menjadi

kurang sempurna sehingga hasil yang diharapkan tidak tercapai.

6.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan

Resiko Tinggi Dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Berdasarkan tabel 5.1.6. distribusi silang tingkat pengetahuan ibu

hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan kepatuhan kunjungan ANC

menunjukkan bahwa 24 responden (48.0%) memiliki tingkat pengetahuan

baik dan patuh melakukan ANC, dan 3 responden ( ) dengan pengetahuan

kurang dan tidak patuh melakukan ANC, 8 responden (6.0%) memiliki

tingkat pengetahuan cukup dan patuh melakukan ANC, dan 3 responden (

2.0%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan tidak patuh melakukan

ANC. Sisanya 9 responden ( ) memiliki tingkat pengetahuan kurang dan

patuh melakukan ANC dan 3 responden ( ) dengan tingkat pengetahuan

kurang dan tidak melakukan ANC. Hasil analisis diatas menggunakan Uji

Chi Square dengan P = 0,385 (sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0 diterima

atau tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan

kunjungan ANC, karena pada dasarnya seseorang belum tentu bertindak

atas dasar tingkat pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula seseorang

yang belum tentu bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku

karena sistim kepribadian yang dimiliki. Kepatuhan juga dapat di

pengaruhi oleh motivasi ibu, karena motivasi merupakan keadaan dalam


pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan tertentu sesuai pernyataan Handoko cit Siswoyo (2009). Manusia

juga menggunakan pikiran, motivasi dan kemauan sendiri sebagai

manusia yang berkehendak bebas dan mempunyai kebutuhan obyektif

untuk menerima suatu pelayanan (WS. Winkel, 2004). Dan Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulhaerani (2009) hasil

penelitiannya menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kepatuhan dalam kunjungan

ANC.

6.5. Hubungan Usia ibu dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Usia merupakan salah satu variabel yang digunakan sebagai

ukuran mutlak atau indikator fisiologis untuk mengukur perbedaan

derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan

kesehatan (Notoadmojo, 2010). Terdapat pembagian tiga kategori usia

dalam tabel hasil penelitian, dimana kategori yang pertama adalah

rentang usia < 20 tahun, kategori yang kedua adalah rentang usia 20 –30

tahun, dan kategori usia yang ketiga yaitu usia > 30 tahun. Dalam kurun

reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk gestasi dan persalinan

adalah 20 – 30 tahun. Wanita melahirkan anak pada usia <20 tahun atau

>35 tahun merupakan factor risiko terjadinya perdarahan pasca

persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini

dikarenakan pada usia di bawah 20 tahun, fungsi reproduksi seorang

wanita belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan pada usia >35


tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan

dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk

terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih

besar (Siswosudarmo, 2008). Hasil penelitian menunjukan bahwa

sebagian besar responden yang patuh melakukan ANC dengan Usia < 20

tahun sebanyak 4 orang ( 8.0% ), responden yang patuh melakukan ANC

dengan Usia 20 – 35 tahun sebanyak 31 orang ( 62.0% ), responden yang

patuh melakukan ANC dengan Usia >35 tahun sebanyak 6 orang ( 12.0%

), sedangkan responden yang tidak patuh melakukan ANC dengan Usia

<20 tahun sebanyak 2 orang ( 4.0% ), responden yang tidak patuh

melaakukan ANC dengan Usia 20 -35 tahun sebanyak 6 orang ( 12.0% ),

dan responden yang tidak patuh melakukan ANC dengan Usia > 35 tahun

sebanyak 1 orang ( 2.0% ). Dan Hasil analisis diatas menggunakan Uji

Chi Square dengan P = 0,577 (sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0

diterima atau tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan

kepatuhan kunjungan ANC.

6.6. Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Peranan pendidikan terhadap kunjungan pertama sangat besar

dalam hal kesehatan reproduksi, ibu berpendidikan tinggi cenderung akan

mempunyai suatu pemikiran yang lebih baik untuk peningkatan

kesehatan sedangkan ibu yang berpendidikan rendah mempunyai

pengetahuan yang kurang tentang kesehatannya dan lebih bersifat pasrah.

Selain itu, ibu yang berpendidikan tinggi akan senantiasa menentukan


keputusannya lebih rasional dalam hal ini perilaku pemeriksaan

kehamilannya. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa

meskipun pendidikan ibu hamil tinggi tetapi ibu hamil banyak yang tidak

memeriksakan kehamilannya secara rutin disebabkan karena ibu

memiliki pandangan bahwa walaupun ibu mengalami keluhan selama

masa kehamilan tetapi jika keluhan tersebut tidak menghambat aktifitas

sehari-hari maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan dan hal

ini dapat menyebabkan rendahnya pemanfaatan ANC nya. Newman

dalam Andersen (1975) dalam Wibowo (1992) menyatakan bahwa

pendidikan seseorang secara tidak langsung memengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan. Pendidikan merupakan dasar terjadinya variasi

dalam pengetahuan, sikap dan nilai-nilai terhadap suatu pelayanan

kesehatan. Selanjutnya variasi tersebut membawa dampak terhadap

variasi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian oleh Lian

(2015) dijelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

pendidikan terhadap kepatuhan kunjungan ANC.Menurut Sedarmayanti

(2001) yang dikutip oleh Hardywinoto (2007), pendidikan akan

mendorong individu dan merupakan salah satu unsur penting yang dapat

memengaruhi keadaan seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih

tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan

pelayanan kesehatan akan lebih baik. Pengetahuan kesehatan akan

berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai hasil jangka menengah

dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan berpengaruh

pada meningkatnya indicator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari


pendidikan kesehatan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap

pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak

memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden yang patuh

melakukan ANC dengan berpendidikan SMP sebanyak 10 orang ( 20.0%

), responden yang patuh melakukan ANC dengan pendidikan SMA

sebanyak 10 orang ( 20.0% ), responden yang patuh melakukan ANC

dengan pendidikan D3/S1 sebanyak 21 orang ( 42.0% ), sedangkan

responden yang tidak patuh melakukan ANC dengan berpendidikan

sebanyak 2 orang ( 4.0% ), responden yang tidak patuh melaakukan ANC

dengan pendidikan sebanyak 3 orang ( 6.0% ), responden yang tidak

patuh melakukan ANC dengan pendidikan sebanyak 4 orang ( 8.0% ).

Dan Hasil analisis diatas menggunakan Uji Chi Square dengan P = 0,857

(sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0 diterima atau tidak terdapat

hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan kunjungan ANC.

6.7. Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Mengacu pada hasil penelitian bahwa tidak terdapat hubungan

antara pekerjaan terhadap kepatuhan kunjungan ANC di wilayah

Puskesmas Johar Baru. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan

bahwa sebagian besar responden yang patuh melakukan ANC mayoritas

bekerja sebagai IRT sebanyak 37 orang ( 74.0% ), dan yang bekerja

sebagai wiraswasta sebanyak 4 orang ( 8.0% ), sedangkan responden

yang tidak patuh melakukan ANC yang bekerja sebagai IRT sebanyak 7
orang ( 14.0% ), dan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 2 orang (

4.0% ). Hasil analisis diatas menggunakan Uji Chi Square dengan P =

0,293 (sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0 diterima atau tidak terdapat

hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan kunjungan ANC.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka

(2012), ibu yang mempunyai pekerjaan formal maupun tidak formal,

tetap melakukan pemeriksaan kehamilan meskipun ibu dengan pekerjaan

tidak formal selalu melakukan pemeriksaan sesuai jadwal pemeriksaan

yang dianjurkan oleh bidan jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki

pekerjaan formal. Kesadaran akan pentingnya menjaga kehatan

kehamilan dapat memberikan motivasi tersendiri pada ibu hamil yang

bekerja untuk melakukan pemeriksaan ANC. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Haryanti (2003) yang menyatakan

bahwa status pekerjaan tidak berhubungan dengan ibu hamil dalam

melakukan pemeriksaan kehamilannya.

6.8. Hubungan Sumber Informasi dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden

yang patuh melakukan ANC yang mendapatkan informasi tentang

kehamilan resiko tinggi adalah melalui tenaga kesehatan sebanyak 17

orang ( 34,0%), Media Elektronik sebanyak 21 orang ( 42.0% ), media

cetak sebanyak 2 orang ( 4.0% ) dan pengalaman sebanyak 1 orang (

2.0% ). sedangkan responden yang tidak patuh melakukan ANC dengan

yang mendapatkan informasi tentang kehamilan resiko tinggi adalah


melalui tenaga kesehatan sebanyak 6 orang ( 12.0% ), media elektronik

sebanyak 2 orang ( 4.0% ), pengalaman sebanyak 1 orang ( 2.0% ). Hasil

analisis diatas menggunakan Uji Chi Square dengan P = 0,241 (sig 2

tailed >0,05) yang berarti H0 diterima atau tidak terdapat hubungan

antara sumber informasi dengan kepatuhan kunjungan ANC.

6.9. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Kepatuhan

Kunjungan ANC

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden yang

patuh melakukan ANC mayoritas dukungan tenaga kesehatan memberikan

hasil yang positif Kepada responden sebanyak 37 orang ( 74.0% ), dan

memeberikan hasil negatif kepada responden sebanyak 4 orang ( 8.0%).

sedangkan responden yang tidak patuh melakukan ANC mayoritas

dukungan tenaga kesehatan memberikan hasil yang positif Kepada

responden sebanyak 7 orang ( 14.0% ), dan memeberikan hasil negatif

kepada responden sebanyak 2 orang ( 4.0%). Dan Hasil analisis diatas

menggunakan Uji Chi Square dengan P = 0,241 (sig 2 tailed >0,05) yang

berarti H0 diterima atau tidak terdapat hubungan antara dukungan tenaga

kesehatan dengan kepatuhan kunjungan ANC. Dukungan profesi

kesehatan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan

ibu hamil. Dukungan mereka dapat mempengaruhi perilaku ibu dengan

cara memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian dan tujuan

antenatal care, kebijakan terkait jadwal pemeriksaan, dan asuhan yang

harus diberikan pada ibu hamil.


BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Johar Baru

Periode Maret – April 2018, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

7.1.1. Dari 50 responden yang diteliti diperoleh mayoritas sebagian besar

tingkat pengetahuan baik sebanyak 32 responden (64.0%). Hal ini

menunjukkan pengetahuan yang baik pada ibu hamil tentang

kehamilan resiko tinggi.

7.1.2. Responden yang berusia 20 - 30 tahun 62%, responden dengan

pendidikan D3/S1 sebesar 42%, responden yang tidak bekerja

sebanyak 74%, responden dengan sumber informasi yang didapat

media elektronik 42%, responden dengan dukungan tenaga

kesehatan yang memberikan hasil positif 74%

7.1.3. Kepatuhan kunjungan ANC responden sebagian besar adalah

patuh sebanyak 41 responden (82.0%). Kepatuhan ANC tersebut

dipengaruhi oleh pengetahuan responden yang sudah baik tentang

kehamilan resiko tinggi kehamilan.

7.1.4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan kunjungan ANC

tidak dipengaruhi oleh factor pengetahuan, usia, pekerjaan,

pendidikan, sumber informasi dan dukungan tenaga kesehatan.


Hasil uji secara statistic menggunakan uji Chi Square didapatkan

nilai p value seperti yang dijabarkan dibawah ini :

7.1.4.1 Hasil analisis menggunakan uji Chi Square terlihat nilai

P = 0,385 (sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0 diterima

atau tidak terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan kunjungan pertama ANC.

7.1.4.2 Hasil analisis menggunakan uji Chi Square terlihat nilai

P = 0,577 (sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0 diterima

atau tidak terdapat hubungan antara usia dengan

kunjungan pertama ANC.

7.1.4.3 Hasil analisis menggunakan uji Chi Square terlihat nilai

P = 0,857 (sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0 diterima

atau tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan

kunjungan pertama ANC.

7.1.4.4 Hasil analisis menggunakan uji Chi Square terlihat nilai

P = 0,293 (sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0 diterima

atau tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan

kunjungan pertama ANC.

7.1.4.5 Hasil analisis menggunakan uji Chi Square terlihat nilai

P = 0,241 (sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0 diterima

atau tidak terdapat hubungan antara sumber informasi

dengan kunjungan pertama ANC.

7.1.4.6 Hasil analisis menggunakan uji Chi Square terlihat nilai

P = 0,293 (sig 2 tailed >0,05) yang berarti H0 diterima


atau tidak terdapat hubungan antara dukungan tenaga

kesehatan dengan kunjungan pertama ANC.

7.2. Saran

7.2.1. Untuk Puskesmas Johar Baru

Diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan

informasi dengan lebih banyak memberikan materi penyuluhan

kepada ibu hamil tentang pentingnya pengetahuan tentang

kehamilan resiko tinggi khususnya mengenai anemia, preeklampsia

dan perdarahan dan kepatuhan kunjungan ANC.

7.2.2. Untuk Institusi

Diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas mahasiswa

serta memberikan masukan dan perbaikan dalam hal keefektifan

waktu yang dapat menunjang untuk penelitian selanjutnya.

7.2.3. Untuk peneliti selnajutnya

Diharapkan bagi peneliti lain bisa melakukan penelitian

yang berkaitan / berkelanjutan dengan penelitian ini misalnya

pengaruh pemberian penyuluhan tentang kehamilan resiko tinggi

terhadap kepatuhan melakuakan ANC.


DAFTAR PUSTAKA

Agustini M, Suryani N, Murdani, P. 2013. Hubungan antara tingkat


pengetahuan ibu dan dukungan keluarga dengan cakupan pelayanan
antenatal di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I. JurnalMagister
Kedokteran Keluarga 1(1):67-79

Budiman, Riyanto A. 2013. Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap


dalam penelitian kesehatan.Jakarta: Salemba Medika.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, SpongCY. 2012.
Obstetri williams.Edisi ke-23. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan (Depkes). 2007. Pedoman pelayanan antenatal. Jakarta:


Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. hlm1–98.

Depkes RI. (2008). Standar Pelayanan Kesehatan Kehamilan. Departemen


Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman pelayanan


antenatal terpadu. Jakarta: Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil kesehatan Indonesia


tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Komariyah S. 2008. Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil


tentang pemeriksaan kehamilan dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Sukorame Mojoroto Kediri
[Tesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Laminullah, lian dkk. (2015). Faktor – Fakotr Yang Berhubungan dengan

Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care K4 di Psukesmas Sipatana Kota

Gorontalo. Skripsi Sam Ratulangi.

Notoatmodjo S. 2012.Metodologi penelitian kesehatanedisi revisi. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Pramasanthi RI. 2016. Hubungan pengetahuan ibu hamil dan dukungan suami
dengan kepatuhan melaksanakan program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) di Kota Salatiga. JSK. 1(4):179-85

Prawirohardjo S. 2014.Ilmu Kebidanan.Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, AB. 2013. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.

Siswosudarmo, R. (2008). Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Syamsiah N, Pustikasari S,2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kunjungan antenatal care pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat Tahun 2013. 6(1):1–4.

Vitriyani, Eka. (2012). Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan


Antenatal Care (ANC) K1 Ibu Hamil Di Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

WHO.Antenatal care for a positive pregnancy experience: World Health


Organization; 2016.

Wundashary, Darmawansyah, Nurhayani. 2012. Analisis mutu pelayanan


antenatal care di puskesmas wonrely kabupaten maluku barat daya
provinsi maluku tahun 2011.
LAMPIRAN

PENGETAHUAN

Statistics

pengetahuan

N Valid 50

Missing 0

Mode 1

Minimum 1

Maximum 3

pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 27 54.0 54.0 54.0

cukup 11 22.0 22.0 76.0

kurang 12 24.0 24.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

USIA
Statistics

usia

N Valid 50

Missing 0

Mode 2

Minimum 1

Maximum 3
usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 20 tahun 6 12.0 12.0 12.0

20 - 35 tahun 37 74.0 74.0 86.0

> 35 tahun 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Statistics

pendidikan

N Valid 50

Missing 0

Mode 4

Minimum 2

Maximum 4

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 12 24.0 24.0 24.0

SMA 13 26.0 26.0 50.0

D3/S1 25 50.0 50.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


PEKERJAAN

Statistics

pekerjaan

N Valid 50

Missing 0

Mode 1

Minimum 1

Maximum 2

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 44 88.0 88.0 88.0

wiraswasta 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

SUMBER INFORMASI
Statistics

sumber informasi

N Valid 50

Missing 0

Mode 1a

Minimum 1

Maximum 4
sumber informasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid nakes 23 46.0 46.0 46.0

media elektronik 23 46.0 46.0 92.0

media cetak 2 4.0 4.0 96.0

pengalaman 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN


Statistics

dukungan nakes

N Valid 50

Missing 0

Mode 1

Minimum 1

Maximum 2

dukungan nakes

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid positif 46 92.0 92.0 92.0

negatif 4 8.0 8.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


KEPATUHAN KUNJUNGAN ANC

Statistics

kepatuhan ANC

N Valid 50

Missing 0

Mode 1

Minimum 1

Maximum 2

kepatuhan ANC

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid patuh 41 82.0 82.0 82.0

tidak patuh 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kepatuhan kunjungan


ANC

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan * kepatuhan
50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
ANC
pengetahuan * kepatuhan ANC Crosstabulation

kepatuhan ANC

patuh tidak patuh Total

pengetahuan baik Count 24 3 27

% within pengetahuan 88.9% 11.1% 100.0%

% of Total 48.0% 6.0% 54.0%

cukup Count 8 3 11

% within pengetahuan 72.7% 27.3% 100.0%

% of Total 16.0% 6.0% 22.0%

kurang Count 9 3 12

% within pengetahuan 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 18.0% 6.0% 24.0%

Total Count 41 9 50

% within pengetahuan 82.0% 18.0% 100.0%

% of Total 82.0% 18.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1.907a 2 .385

Likelihood Ratio 1.915 2 .384

Linear-by-Linear Association 1.403 1 .236

N of Valid Cases 50

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,98.
Hubungan Usia ibu dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia * kepatuhan ANC 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Crosstab

kepatuhan ANC

patuh tidak patuh Total

usia < 20 tahun Count 4 2 6

% within usia 66.7% 33.3% 100.0%

% of Total 8.0% 4.0% 12.0%

20 - 35 tahun Count 31 6 37

% within usia 83.8% 16.2% 100.0%

% of Total 62.0% 12.0% 74.0%

> 35 tahun Count 6 1 7

% within usia 85.7% 14.3% 100.0%

% of Total 12.0% 2.0% 14.0%

Total Count 41 9 50

% within usia 82.0% 18.0% 100.0%

% of Total 82.0% 18.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 1.101a 2 .577

Likelihood Ratio .960 2 .619

Linear-by-Linear Association .712 1 .399

N of Valid Cases 50

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1,08.
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan * kepatuhan ANC 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Crosstab

kepatuhan ANC

patuh tidak patuh Total

pendidikan SMP Count 10 2 12

% within pendidikan 83.3% 16.7% 100.0%

% of Total 20.0% 4.0% 24.0%

SMA Count 10 3 13

% within pendidikan 76.9% 23.1% 100.0%

% of Total 20.0% 6.0% 26.0%

D3/S1 Count 21 4 25

% within pendidikan 84.0% 16.0% 100.0%

% of Total 42.0% 8.0% 50.0%

Total Count 41 9 50

% within pendidikan 82.0% 18.0% 100.0%

% of Total 82.0% 18.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square .309a 2 .857

Likelihood Ratio .297 2 .862

Linear-by-Linear Association .023 1 .880

N of Valid Cases 50

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,16.
Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pekerjaan * kepatuhan ANC 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

pekerjaan * kepatuhan ANC Crosstabulation

kepatuhan ANC

patuh tidak patuh Total

pekerjaan IRT Count 37 7 44

% within pekerjaan 84.1% 15.9% 100.0%

% of Total 74.0% 14.0% 88.0%

wiraswasta Count 4 2 6

% within pekerjaan 66.7% 33.3% 100.0%

% of Total 8.0% 4.0% 12.0%

Total Count 41 9 50

% within pekerjaan 82.0% 18.0% 100.0%

% of Total 82.0% 18.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.086a 1 .297

Continuity Correctionb .226 1 .634

Likelihood Ratio .943 1 .331

Fisher's Exact Test .293 .293

Linear-by-Linear Association 1.064 1 .302

N of Valid Casesb 50

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1,08. b. Computed only for a 2x2 table
Hubungan Sumber Informasi dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sumber informasi *
50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
kepatuhan ANC

sumber informasi * kepatuhan ANC Crosstabulation

kepatuhan ANC

patuh tidak patuh Total

sumber informasi nakes Count 17 6 23

% within sumber informasi 73.9% 26.1% 100.0%

% of Total 34.0% 12.0% 46.0%

media elektronik Count 21 2 23

% within sumber informasi 91.3% 8.7% 100.0%

% of Total 42.0% 4.0% 46.0%

media cetak Count 2 0 2

% within sumber informasi 100.0% .0% 100.0%

% of Total 4.0% .0% 4.0%

pengalaman Count 1 1 2

% within sumber informasi 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 2.0% 2.0% 4.0%

Total Count 41 9 50

% within sumber informasi 82.0% 18.0% 100.0%

% of Total 82.0% 18.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 4.195a 3 .241

Likelihood Ratio 4.374 3 .224

Linear-by-Linear Association .216 1 .642

N of Valid Cases 50

a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
,36.

Hubungan Sumber Informasi dengan Kepatuhan Kunjungan ANC

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dukungan nakes * kepatuhan


50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
ANC

dukungan nakes * kepatuhan ANC Crosstabulation

kepatuhan ANC

patuh tidak patuh Total

dukungan nakes positif Count 38 8 46

% within dukungan nakes 82.6% 17.4% 100.0%

% of Total 76.0% 16.0% 92.0%

negatif Count 3 1 4

% within dukungan nakes 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 6.0% 2.0% 8.0%

Total Count 41 9 50

% within dukungan nakes 82.0% 18.0% 100.0%

% of Total 82.0% 18.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .144a 1 .704

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .133 1 .715

Fisher's Exact Test .560 .560

Linear-by-Linear Association .141 1 .707

N of Valid Casesb 50

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,72.

b. Computed only for a 2x2 table


CODING

Respond Pengetah usi pendidik pekerja sumber dukunga kunjung


en uan a an an informasi n Nakes an ANC
1 3 1 3 1 2 1 1
2 3 3 4 1 2 1 1
3 3 2 4 1 2 1 1
4 3 2 4 1 1 1 1
5 3 2 4 1 2 1 1
6 3 2 3 1 1 1 1
7 3 2 4 1 1 1 1
8 2 2 3 1 1 1 1
9 1 2 2 1 2 1 2
10 2 2 5 1 3 1 1
11 2 3 3 1 2 1 2
12 3 2 3 1 2 1 1
13 1 2 4 1 2 1 1
14 3 2 4 1 1 1 1
15 3 2 4 2 4 1 2
16 2 2 2 1 3 2 1
17 1 2 4 1 2 1 1
18 3 2 2 1 1 1 1
19 3 2 5 1 1 1 2
20 3 2 2 1 4 2 1
21 3 1 2 1 1 1 1
22 3 3 2 1 2 1 1
23 3 2 2 1 1 1 1
24 3 2 4 1 1 1 1
25 3 2 4 1 1 1 1
26 1 3 2 1 2 2 1
27 2 2 2 1 1 2 2
28 3 2 4 1 2 1 1
29 3 1 4 1 2 1 1
30 1 2 2 1 1 1 1
31 3 2 3 2 2 1 1
32 2 2 4 1 2 1 1
33 3 3 3 1 1 1 1
34 1 2 4 1 1 1 1
35 3 2 4 2 2 1 1

Anda mungkin juga menyukai