Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK

TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA


SUBUR

(Studi di Desa Tanjung Jati Kecamataan Kamal)

SKRIPSI

Oleh :
MAYA ROSTINA PUTRI
NIM. 14142010066

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
BANGKALAN
2020

i
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK
TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA
SUBUR

(Studi di Ds. Tanjung Jati Kec. Kamal)

SRIPSI

Di buat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi sarjana


Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Ngudia Husada
Madura. Proposal ini telah diperiksa, dikonsultasikan dan siap untuk diujikan pada
sidang ujian proposal pada tanggal 2021 dan dinyatakan memenuhi syarat sah
sebagai proposal pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Ngudia Husada
Madura.

Oleh:
MAYA ROSTINA PUTRI
NIM. 14142010066

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
BANGKALAN
2020

ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul :

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK


TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA
SUBUR

(Studi di Ds. Tanjung Jati Kec. Kamal)

Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura, sejauh
yang saya ketahui bukanlah merupakan tiruan atau duplikasi dari proposal yang
sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan di lingkungan STIKes Ngudia Husada Madura maupun di perguruan
tinggi atau di instansi manapun, kecuali bagian sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.

Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia
menerima konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila dikemudian
hari diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar.

Bangkalan, 07 Februari 2020

Maya RostinaPutri
14142010066

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK


TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA
SUBUR

(Studi di Ds. Tanjung Jati Kec. Kamal)

Di buat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura. Skripsi
ini telah diperiksa, dikonsultasikan dan siap untuk diujikan pada sidang ujian
skrispi pada tanggal 2021 dan dinyatakan memenuhi syarat sah sebagai proposal
pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura.

Bangkalan, 07 Februari 2020


Pembimbing

Novi Anggraeni, S.SiT.,M.PH


NIDN. 0728058101

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK


TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA
SUBUR

(Studi di Ds. Tanjung Jati Kec. Kamal)

Di buat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura. Proposal
ini telah diperiksa, dikonsultasikan dan siap untuk diujikan pada sidang ujian
proposal pada tanggal 2021 dan dinyatakan memenuhi syarat sah sebagai proposal
pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura.

Bangkalan, 15 Agustus 2021

Tim Penguji

Ketua : Mufarika.S.Kep.,Ns.,M.,Kes.

Anggota : Novi Anggraeni, S.SiT.,M.PH

Anggota : Qurotu Aini, S,Kep, Ns.,Kes

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Ngudia Husada Madura

Ns. Nisfil Mufidah, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0717098402

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
karunia, magfiroh dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Pengaruh Pemberin Ekastrak Daun Sirsak Terhadap Kejadian
Keputihan Pada Wanita Usia Subur” sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga dan setinggi-


tingginya kepada yang terhormat:
1. Dr. Mustofa Haris, S. Kp., M. Kes, selaku ketua Yayasan Ngudia Husada
Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan di STIKes Ngudia Husada Madura.
2. Dr. Fitriyah, S.Kp., M.Pd., M.Kep., selaku pembina Yayasan Ngudia Husada
Madura yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan di STIKes Ngudia Husada Madura.
3. Dr. M. Hasinuddin, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku ketua STIKes Ngudia Husada
Madura.
4. Ns. Nisfil Mufidah, M. Kep. Selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Ngudia Husada Madura yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu
Keperawatan.
5. Ns. Ulva Noviana, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing yang telah membimbing
dengan sabar dan memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan
proposal ini.
6. Shofwan Haris S.Farm., Apt selaku wali kelas yang baik dan banyak
memberikan petunjuk.
7. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf STIKes Ngudia Husada Madura yang
telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini.
8. Kedua orang tua tercinta dan keluarga besarku yang selalu memberikan
dukungan moral dan materi, movitasi, restu serta doa yang berlimpah sehingga
Proposal ini dapat diselesaikan.
9. Selir hati yang tanpa lelah memberikan dukungan meski hanya dengan secuil
senyum manja untuk semangat juang yang membara.

vi
10. Kawan-kawan Cfighters yang telah menemani bersama dari awal semester
hingga saat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis dalam perbaikan
dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bangkalan, 15 Agustus 2021

Penulis

Maya RostinaPutri

vii
Rostina Putri Dosen pembimbing
14142010066 Novi Anggraeni, S.SiT.,M.PH
S1 Ilmu Keperawatan NIDN. 0728058101
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK
TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA USIA
SUBUR

ABSTRAK

Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dikeluhkan


adalah keputihan. Seringkali keputihan dapat mengganggu hingga menyebabkan
ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keputihan merupakan
suatu keadaan yang normal (fisiologis) atau sebagai tanda dari suatu adanya
penyakit (patologis). Dari hasil studi pendahuluan di desa Tanjung Jati Kecamatan
Kamal wanita usia subur di dapatkan ada 7 orangyang mengalami keputihan dan
yang tidak mengalami keputihan 3 orang. Tujuan penelitian ini untuk
Menganalisis pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kejadian
keputihan pada wanita usia subur.

Metode penelitian ini bersifat pra eksperimen dengan rancangan one group
pretest posttest. variabel independen pemberian ekstrak daun sirsak sedangkan
variable dependen keputihan pada wanita usia subur. Jumlah populasinya 30
responden, jumlah sampelnya 28 responden. Pengambilan sample menggunakan
Accidental, instumen yang digunakan adalah kuesioner. Uji statistic yang
digunakan uji Wilcoxon dengan nilai kemaknaan α 0,05.

Hasil uji wilcoxon untuk pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap
kejadian keputihan pada wanita usia subur didapatkan nilai pvalue sebesar 0,000 <
0,05 yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap
kejadian keputihan pada wanita usia subur.

Masyarakat dapat menerapkan ekstrak daun sirsak untuk salah satu


pencegahan dalam mengobati masalah keputihan.
Kata kunci: Ekstrak daun sirsak, Keputihan pada wanita usia subur

viii
Rostina Putri Dosen pembimbing
14142010066 Novi Anggraeni, S.SiT.,M.PH
S1 Ilmu Keperawatan NIDN. 0728058101
THE EFFECT OF GIVING SOURSOP LEAF EXTRACT ON THE
EVENT OF WHITENING ON WOMEN OF RELIABLE AGE

ABSTRACT

One of the female reproductive health problems that are often complained of
is vaginal discharge. Often vaginal discharge can be annoying to cause
discomfort in carrying out daily activities. Vaginal discharge is a normal
condition (physiological) or as a sign of a disease (pathological). From the
results of a preliminary study in Tanjung Jati village, Kamal district, women of
childbearing age were found to have 7 people who experienced vaginal discharge
and 3 people who did not experience vaginal discharge. The purpose of this study
was to analyze the effect of giving soursop leaf extract on the incidence of vaginal
discharge in women of childbearing age.

This research method is pre-experimental with one group pretest posttest


design. the independent variable was giving soursop leaf extract while the
dependent variable was vaginal discharge in women of childbearing age. The
total population is 30 respondents, the number of samples is 28 respondents.
Sampling using Accidental, the instrument used is a questionnaire. The statistical
test used was the Wilcoxon test with a significance value of 0.05.

The results of the Wilcoxon test for the effect of giving soursop leaf extract
on the incidence of vaginal discharge in women of childbearing age obtained a p-
value of 0.000 <0.05 which indicates the effect of giving soursop leaf extract on
the incidence of vaginal discharge in women of childbearing age.

the public can apply soursop leaf extract for one of the preventions in
treating the problem of vaginal discharge
Keywords: soursop leaf extract, vaginal discharge in women of childbearing age

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KRIPSI................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
ABSTRAK................................................................................................ viii
DAFTAR ISI............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR................................................................................ viii
DAFTAR TABEL..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Penyebab Masalah........................................................... 4
1.3..Pembatasan Masalah.......................................................................... 7
1.4 Rumusan Masalah.............................................................................. 7
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................ 7
1.6 Manfaat Penelitian.............................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 12
2.1 Konsep Dasar Keputihan.................................................................... 12
2.2.1 Definisi Keputihan.................................................................... 12
2.2.2 Jeni Keputihan ......................................................................... 12
2.2.3 Klasifikasi Keputihan............................................................... 12
2.2.4 Gelaja Kinik Keputihan ........................................................... 13
2.2.5 Pemeriksaan Fisik..................................................................... 16
2.2 Konsep Dasar WUS........................................................................... 19
2.3.1 Definisi WUS............................................................................ 19
2.3.2 Tanda Tanda Wanita Subur....................................................... 20
2.3.3 Perhitungan Masa Subur........................................................... 22
2.3.4 Pennghambat Masa Subur......................................................... 24
2.3 Konsep Dasar Sirsak.......................................................................... 28
2.4.1 Taksonomi................................................................................. 28
2.4.2 Deskripsi Daun Sirsak............................................................... 29
2.4.3 Ciri Ciri Umum Daun Sirsak..................................................... 29
2.5 Kerangka Konsep............................................................................... 31
2.7 Hipotesis............................................................................................. 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 33
3.1 Desain Penelitian................................................................................ 33
3.2 Identifikasi Variabel........................................................................... 34
3.2.1 Variabel Independen................................................................. 34
3.2.2 Variabel Dependen................................................................... 34
3.3 Definisi Operasional........................................................................... 35

x
3.4 Desain Sampling................................................................................ 37
3.4.1 Populasi..................................................................................... 37
3.4.2 Sampel....................................................................................... 37
3.4.3 Besar Sampel............................................................................ 38
3.4.4 Teknik Sampling....................................................................... 39
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 39
3.6 Pengumpulan Data............................................................................. 39
3.6.1 Pengumpulan Data.................................................................... 39
3.7 Uji Validitas dan Reabilitas................................................................ 42
3.7.1 Validitas.................................................................................... 42
3.7.2 Reabilitas.................................................................................. 42
3.8 Cara Pengumpulan Data..................................................................... 42
3.8.1 Pengolahan data........................................................................ 43
3.9 Analisis Data...................................................................................... 46
3.9.1 Analisa Univariat...................................................................... 46
3.9.2 Analisa Bivariat........................................................................ 47
3.10Kerangka Kerja.................................................................................. 48
3.11 Etika Penelitian.................................................................................. 49
3.11.1 Persetuajuan Responden (informet consent).......................... 49
3.11.2 Kerahasiaan (Confidentiality)................................................. 49
3.11.3 Tanpa Nama (Anonimity)....................................................... 49

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Identifikasi Penyebab Masalah.................................................. 4


Gambar 2.1 Gambar Kerangka Konsep......................................................... 31
Gambar 3.1 Gambar Kerangka Kerja............................................................ 49

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................... 35

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Studi Pendahuluan....................................... 52


Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan...................................................... 53
Lampiran 3 Surat Permohonan Menjadi Responden..................................... 54
Lampiran 4 Surat Persetujuan Menjadi Responden....................................... 55
Lampiran 5 Lembar Observasi Cek List........................................................ 56
Lampiran 6 Lembar SOP............................................................................... 57
Lampiran 7 Data pasien tiga bulan terkhir..................................................... 58

xiv
xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dikeluhkan adalah

keputihan. Seringkali keputihan dapat mengganggu hingga menyebabkan

ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keputihan merupakan suatu

keadaan yang normal (fisiologis) atau sebagai tanda dari suatu adanya penyakit (patologis).

Keputihan yang normal biasanya tidak berwarna (bening), tidak berbau, tidak berlebihan

dan tidak menimbulkan keluhan. Sedangkan keputihan yang tidak normal biasanya

berwarna kuning, hijau atau keabu-abuan, berbau amis atau busuk, jumlahnya banyak dan

menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa terbakar pada daerah intim (Agustini Dalam

Qauliyah, 2007).

Keputihan atau yang dikenal dengan istilah medisnya flour albus, adalah cairan yang

berlebihan yang keluar dari vagina. Penyakit keputihan tidak mengenal batas usia.

Berapapun usia meraka, setiap wanita bisa terkena keputihan. Jika terjadi peningkatan

jumlah cairan vagina yang fisiologis biasanya disebabkan karena peningkatan jumlah

hormon pada sekitar masa haid atau saat hamil. Serta rangsangan seksual, stres atau

kelelahan, penggunaan obat-obatan atau alat kontrasepsi (Indah, 2011).

Menurut WHO (2009) masalah kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah

mencapai 33% dari jumlah seluruh penyakit yang diderita para perempuan di dunia. Angka

ini lebih tinggi dibanding kesehatan reproduksi pria yang hanya mencapai 12,3%. Di

indonesia wanita yang mengalami keputihan ini sangat besar, 75% wanita indonesia pasti

1
mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan

eropa yang hanya 25% saja. Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab, yang

mempermudah perkembangan infeksi jamur dan bakteri patogen (Murtiastutik, 2008).

Meskipun keputihan (flour albus) termasuk penyakit yang sederhana, kenyataannya

keputihan (flour albus) tidak mudah disembuhkan. Keputihan (flour albus) menyerang

sekitar 50% populasi wanita dan hampir mengenai semua umur (Widia, 2011).

Dari hasil studi pendahuluan di desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal wanita usia

subur di dapatkan ada 7 orangyang mengalami keputihan dan yang tidak mengalami

keputihan 3 orang. Data tersebut menunjukan bahwa masih banyaknya wanita usia subur

yang mengalami keputihan.

Keputihan (fluor albus) disebabkan oleh faktor endogen dari dalam tubuh dan faktor

eksogen dari luar tubuh, keduanya saling mempengaruhi. Faktor endogen yaitu kelainan

pada lubang kemaluan. Faktor eksogen dibedakan menjadi dua, yaitu infeksi dan penyebab

tidak langsung. Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, virus, sedangkan penyebab

tidak langsung adalah masuknya benda asing ke dalam vagina, baik sengaja atau tidak

pemakaian kontrasepsi, tidak ganti celana dalam dan pembalut, penggunaan sabun

antiseptik, hormon endokrin, stres, peradangan alat kelamin, adanya penyakit dalam organ

reproduksi seperti kanker leher rahim. menggunakan WC umum yang tercemar bakteri

clamydia, hubungan seks dengan pria yang membawa bakteri neisseria gonorrhoea. selain

faktor yang tersebut di atas, faktor lainnya yang mempengaruhi keputihan (fluor albus)

adalah usia dan perilaku. Apabila keputihan (fluor albus) tidak di tangani dapat

mengakibatkan kemandulan (infertile) dan hamil diluar kandungan, dikarenkan terjadi

penyumbatan pada saluran tuba dan kematian(Ramawati, 2004).

2
Banyak wanita indonesia yang tidak tau tentang keputihan (fluor albus), sehingga

mereka menganggap sebagai hal yang umum dan kurang penting. Padahal keputihan (fluor

albus) yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar

kandungan, keputihan juga merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang dapat

berakhir dengan kematian. Keputihan (fluor albus) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

keputihan fisiologis dan patologis (Manuaba, 2008).

Solusi untuk mengobati keputihan bisa menggunakan obat-obatan seperti Betadine

VaginalkitIntima dan Dettol. Obat-obatan ini sekadar membersihkan cairan keputihan dari

liang vagina, tapi tidak membunuh kuman penyebabnya.selain obat kimia bisa

menggunakan pengobatan herbal yaitu dengan daun sirsak dapat mengobati keputihan pada

wanita karena mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman, yaitu fenol,

dimana kandungan fenol dalam daun sirsak memiliki sifat antiseptik 5 kali lebih efektik

dibandingkan fenol biasa(Aulia, 2012).

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor Penyebab Kepu tihan :


1. Faktor Infeksi
1. Bakteri Pemberian ekstrak
2. Jamur daun sirsak
3. Parasit
4. Virus

2. Penyebab Tidak Langsung


Banyak WUS yang
1. Benda asing Mengalami Keputihan
2. Penggunaan celana dalam (Fluor Albus)
3. Penggunaan pembalut
4. Penggunaan sabun
antiseptik
5. Hormon endokrin
6. Kondisi tubuh (stres)

Gambar 1.1 Identifikasi penyebab masalah (Notoatmodjo, 2010)

3
1.2.1 Faktor Penyebab Keputihan

a. Faktor Infeksi

1) Bakteri terdiri dari gonococcus, clamydia trakhomatis, gardnerella vaginalis,

treponema pallidum, corynebacterium vaginae (Ramayanti, 2004). Bakteri ini

sering ditemukan dalam cairan vagina yang disebabkan oleh PMS dan bisa

menyebabkan keputihan (fluor albus)

2) Jamur

Jamur yang menyebabkan fluor albus adalah darispesies candida albican

(Ramayanti, 2004). Bila jamur Candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak,

dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Seseorang

terinfeksi jamur ini, seperti saat haid, hamil, minum antibiotika dalam jangka waktu

lama, kontrasepsi oral (pil KB), obat kortikosteroid, dan penyakit kencing manis

(diabetes millitus).

3) Parasit

Fluor Albus oleh parasit ini tidak terlalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan

timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih bila berkemih (Ramayanti, 2004). cara

penularan penyakit ini melalui senggama dan juga bisa melalui perlengkapan

mandi, seperti handuk atau bibir kloset.

4) Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (VHS)

tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV) (Dalimartha, 2002). Penyakit ini

ditularkan melalui senggama, gangguan imun sistem tubuh, seperti kehamilan,

4
pemakaian steroid yang lama seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setela

transplantasi ginjal,serta penderita AIDS.

b. Penyebab tidak langsung

1) Benda asing

Adanya benda asing di dalam vagina,baik disengaja atau tidak, seperti tertinggalnya

kondom atau pemakaian kontrasepsi IUD (Dalimartha, 2002). Benda asing dalam

vagina akan merangsang produksi cairan berlebihan apabila menimbulkan luka

pada vagina akan terinfeksi sehingga timbul fluor albus.

2) Penggunaan celana dalam

Pemakaian celana dalam kurang dari 2 kali sehari dan bahan yang menyerap

keringat seperti katun sehingga menyebabkan infeksi.

3) Penggunaan pembalut

Jarang mengganti pembalut kurang dari 2 kali sehari sehingga berpontensi sebagai

tempat berkembang biaknya kuman dan bakteri.

4) Penggunaan sabun antiseptik

Penggunaan sabun/cairan antiseptik lebih dari 1 kali sehari sehingga dapat

menimbulkan iritasi.

5) Hormon endokrin

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga kesamaan vagina. Apabila mengalami

kelainan hormon bisa menyebkan infeksi dan terjadi keputihan.

6) Kondisi tubuh stres

5
Kondisi tubuh yang selalu tegang, cemas, dan kurang istirahat, dapat menyebabkan

fluor albus (Ramayanti, 2004) jika wanita mengalami kondisi yang stres, daya tahan

tubuh rendah biasanya menyebabkan cairan ini keluar sedikit lebih banyak.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang ada di lapangan dan keterbatasannya waktu yang

dimiliki oleh peneliti maka untuk memfokuskan kajian dan menyingkat waktu dalam

penelitian ini peneliti membatasi masalahnya pada pengaruh pemberian ekstrak daaun

sirsak terhadap kejadian keputihan pada wanita usia subur.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang diambil peneliti dapat merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kondisi wanita usia subur yang mengalami keputihan sebelum di

berikan ekstrak daun sirsak di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal?

2. Bagaimanakah kondisi wanita usia subur yang mengalami keputihan sesudah di

berikan ekstrak daun sirsak di Desa Tanjung Jati Jecamatan Kamal?

3. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kejadian keputihan pada

wanita usia subur di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kejadian keputihan pada

wanita usia subur (desa tanjung jati kecamatan kamal.

6
1.5.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi keputihan sebelum di berikan ekstrak daun sirsak kondisi wanita usia

subur di desa tanjung jati kecamatan kamal.

b. Mengidentifikasi keputihan sesudah di berikan ekstrak daun sirsakkondisi wanita usia

subur di desa tanjung jati kecamatan kamal.

c. Menganalisis pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kejadian keputihan

pada wanita usia subur di desa tanjung jati kecamatan kamal.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara langsung maupun tidak langsung diharapkan akan

memberikan sumbangan konsep baru yang diharapkan Peneliti akan menjunjung terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang terapi non farmakologi.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan tenaga kesehatan puskesmas di Desa Tanjung Jati memberikan

pendidikan tentang kesehatan reproduksi khususnya anatomi reproduksi manusia,

melengkapi sarana dan prasarana kesehatan reproduksi, dan diharapkan dapat

menyampaikan kepada masyarakat agar dapat berperan menimalisir terjadinya

keputihan pada wanita usia subur.

b. Bagi Responden

Sebagai informasi untuk menghadapi / mengatasi keputihan. Serta wanita usia

subur bisa lebih mengetahui dan memahami tentang informasi dalam mengatasi saat

keputihan terjadi.

7
c. Bagi Institusi Pendidikan dan Kesehatan

Kepada puskesmas khususnya perawat untuk memberikan penyuluhan tentang

kesehatan reproduksi dan pencegahan serta cara mengatasi keputihan. Bagi dunia

pendidikan keperawatan digunakan untuk mengembangkan ilmu dan teori keperawatan

khususnya dalam keperawatan maternitas dan untuk kesehatan dapat mendeteksi

kelainan pada wanita saat mengalami keputihan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai acuan melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai ilmu pengetahuan

baru yang dapat digunakan untuk informasi dalam penelitian.

Diharapkan penelitian selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian ini dengan

metode yang lebih baik sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik khususnya

tentang pengaruh lingkungan dengan kejadian keputihan.

1.7 Penelitian terdahulu

No Judul Penulis & Variabel Desain Hasil


penelitian tahun penelitian
penelitian
1. Keputihan Suwanti dan Keputihan Quasi Ekstrak daun sirsak
pada wanita Yonferizal dan Daun Eksperiment efektif terhadap
subur MR koto Sirsak kejadian keputihan.
menggunakan 2016
Ekstrak Daun
Sirsak.

2. Efektifitas Ratna sari Policresulen eksperimen Terdapat pengaruh


vaginal dan Amirul suppositoria pemberian
suppositoria malia 2013 keputihan policresulen vaginal
terhadap suppositoria
keputihan terhadap kejadian
pada wanita keputihan pada
usia subur di WUS
desa latukan

8
3. Fakyor-faktor Rika puji Keputihan Analitik Ada hubungan yang
yang rahayu, dan wanita dengan yang bermakna alat
berhubungan Fitriani, usia subur pendekatan kontrasepsi dengan
dengan Indri astuti cross keputihan,vulva
keputihan 2015 sectional hayigene dengan
pada wanita keputihan,
usia subur pekerjaan dengan
(wus) keputihan

4. Hubungan Maghfiroh Personal Deskriptif Ada hubungan


tingkat 2010 hygien dan terhadap tingkat
pengetahuan pencegahan pengetahuan tentang
putri tentang keputihan personal hygine
personal dengan pencegahan
hygine dengan keputihan
tindakan
pencegahan
keputihan
5. Efektifitas Duangga Hygine Deskriptif Ada perbedaan
pendidikan 2014 kewanitaan antra remaja putri
kesehatan dan yang telah di
tentang hygine menangani berikan pendidikan
kewanitaan keputihan kesehatan
terhadap
pengetahuan
dan sikap
remaja putri
dalam
menangani
keputihan

6. Fakyor-faktor Rika puji Keputihan Analitik Ada hubungan yang


yang rahayu, dan wanita dengan yang bermakna alat
berhubungan Fitriani, usia subur pendekatan kontrasepsi dengan
dengan Indri astuti cross keputihan,vulva
keputihan 2015 sectional hayigene dengan
pada wanita keputihan,
usia subur pekerjaan dengan
(wus) keputihan

7. Hubungan Maghfiroh Personal Deskriptif Ada hubungan


tingkat 2010 hygien dan terhadap tingkat
pengetahuan pencegahan pengetahuan tentang
putri tentang keputihan personal hygine
personal dengan pencegahan
hygine dengan keputihan
tindakan
pencegahan
keputihan

9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keputihan

2.1.1 Pengertian Keputihan

Keputihan merupakan sekresi vaginal yang tidak normal pada wanita.Yang sering

menyebabkan timbulnya keputihan ini adalah bakteri, virus, jamur. Infeksi berbagai

penyakit ini bisa sampai pada saluran kencing sehingga muncul rasa pedih ketika hendak

buang air kecil.(Agnes, 2013).

Keputihan adalah sekresi vaginal abnormal pada perempuan. Hampir semua

perempuan pernah mengalami keputihan. Dalam kondisi biasa, sebenarnya hal ini normal.

Hal ini menjadi masalah dan disebut “keputihan” bila kondisinya terlalu banyak, gatal, bau,

dan menyakitkan. (Mumpuni dan Andang, 2013).

2.1.2 Jenis Keputihan

Menurut Manuaba (2008), jenis keputihan dibagi dua macam,

yaitu :

a. Keputihan fisiologis.

b. Keputihan patologis.

2.1.3 Ciri atau Klasifikasi Keputihan

a. Keputihan fisiologis

Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang berupa mukus yang

mengandung banyak epitel dengan leukosit jarang, sedang pada kondisi patologis

terdapat banyak leukosit. Keputihan fisiologis keluarnya getah yang berlebihan dari

10
vulva (biasanya lendir) dapat dijumpai pada waktu ovulasi, waktu menjelang dan

setelah haid, rangsangan seksual dan dalam kehamilan (Wiknjosastro, 2005).

b. Keputihan patologis

Keputihan patologis disebabkan karena infeksi, disini cairan berwarna kekuningan

sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau, dan banyak mengandung leukosit.

Keputihan dapat disebabkan oleh trichomonas vaginalis, candida albicans dan infeksi

campuran dari gardnerella vaginalis dan vaginal anaerob atau vaginosis bakterial.

Keluhan ini dapat disertai gatal, edema genetalia, disuria, nyeri abdomen bagian bawah

atau nyeri pinggang (Murtiastutik, 2008).

2.1.4 Gejala Klinis Keputihan

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala keputihan

tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis (Dalimartha,

2002).

a. Gejala keputihan karena faktor fisiologis

1. Cairan dari vagina berwarna bening

2. Tidak berwarna, tidak berbau,tidak gatal

3. Jumlah cairan bisa sedikit

b. Gejala keputihan karena faktor patologis

1. Cairan dari vagina keruh dan kental

2. Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan

3. Berbau busuk, amis, dan terasa gatal

4. Jumlah cairan banyak

11
c. Faktor Infeksi

5) Bakteri terdiri dari gonococcus, clamydia trakhomatis, gardnerella vaginalis,

treponema pallidum, corynebacterium vaginae (Ramayanti,2004). Bakteri ini sering

ditemukan dalam cairan vagina yang disebabkan oleh PMS dan bisa menyebabkan

keputihan (fluor albus).

6) Jamur

Jamur yang menyebabkan fluor albus adalah darispesies candida albican

(Ramayanti, 2004). Bila jamur Candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak,

dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Seseorang

terinfeksi jamur ini, seperti saat haid, hamil, minum antibiotika dalam jangka waktu

lama, kontrasepsi oral (pil KB), obat kortikosteroid, dan penyakit kencing manis

(diabetes millitus).

7) Parasit

Fluor Albus oleh parasit ini tidak terlalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan

timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih bila berkemih (Ramayanti, 2004). cara

penularan penyakit ini melalui senggama dan juga bisa melalui perlengkapan

mandi, seperti handuk atau bibir kloset.

8) Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (VHS)

tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV) (Dalimartha, 2002). Penyakit ini

ditularkan melalui senggama, gangguan imun sistem tubuh, seperti kehamilan,

pemakaian steroid yang lama seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setela

transplantasi ginjal,serta penderita AIDS.

12
d. Penyebab tidak langsung

7) Benda asing

Adanya benda asing di dalam vagina,baik disengaja atau tidak, seperti tertinggalnya

kondom atau pemakaian kontrasepsi IUD (Dalimartha, 2002). Benda asing dalam

vagina akan merangsang produksi cairan berlebihan apabila menimbulkan luka

pada vagina akan terinfeksi sehingga timbul fluor albus.

8) Penggunaan celana dalam

Pemakaian celana dalam kurang dari 2 kali sehari dan bahan yang menyerap

keringat seperti katun sehingga menyebabkan infeksi.

9) Penggunaan pembalut

Jarang mengganti pembalut kurang dari 2 kali sehari sehingga berpontensi sebagai

tempat berkembang biaknya kuman dan bakteri.

10) Penggunaan sabun antiseptik

Penggunaan sabun/cairan antiseptik lebih dari 1 kali sehari sehingga dapat

menimbulkan iritasi.

11) Hormon endokrin

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga kesamaan vagina. Apabila mengalami

kelainan hormon bisa menyebkan infeksi dan terjadi keputihan.

12) Kondisi tubuh stres

Kondisi tubuh yang selalu tegang, cemas, dan kurang istirahat, dapat menyebabkan

fluor albus (Ramayanti, 2004) jika wanita mengalami kondisi yang stres, daya tahan

tubuh rendah biasanya menyebabkan cairan ini keluar sedikit lebih banyak.

13
2.1.5 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan, untuk mendeteksi adanya

kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya

yang mungkin berkaitan dengan fluor albus, Pemeriksaan khusus yang harus dilakukan

adalah pemeriksaan genetalia, meliputi: inspeksi dan palpasi genetlia ekterna,

pemeriksaan speculum untuk melihat vagina dan serviks; pemeriksaan pelvis bimanual.

Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lendir serviks.

Pada infeksi karena gonococcus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium

urethra eksternum merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labia mayora dapat

bengkak, merah dan tekan. Kadang-kadang kelenjar batholini ikut meradang dan terasa

nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum, terlihat serviks

merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.

Pada trikomonas vaginalis, dinding vagina tampak merah dan sembab. Kadang

terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi

berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance. Bila sekret banyak di

keluarkan dan menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genetalia eksternal.

Infeksi gardnerella vaginalis, memberikan gambaran vulva dan vagina yang

berwarna hyperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai

lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi, disertai

lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.Pada candidiasis vagina,

dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina. Pada dinding vagina sering terdapat

membran-membran kecil berwarna putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang

agak berdarah.

14
Pada kanker serviks awal, akan terlihat bercak berwarna merah dengan permukaan

tidak licin. Gambaran ini, dapat berkembang menjadi granuler, berbenjol-benjol dan

ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu, tampak sekret yang kental

berwarna coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks lanjut, serviks menjadi nekrosis,

berbenjol-benjol dan ulseratif serta permukan bergranuler, memberikan gambaran seperti

bunga kol.

Gambaran seperti bunga kol ini, juga dapat ditemui pada kondilomaakuminata di

vulva, bahkan sampai ke luar dari vagina maupun serviks.Pada herpes genitalis akan

terlihat adanya vesikel-vesikel pada vulva,labia mayora, labia minora, vagina dan serviks.

Pada keadaan lebih lanjut, dapat dilihat adanya ulkus-ulkus pada vagina dan serviks.

Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi, seperti IUD,

tampon vagina , pesarium, kondom yang tertinggal dan sebaginnya.

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:

1) Penentuan pH

Penentuan pH, dengan kertas indikator pH (normal : 3,0-4,5).

2) Penilaian sediaan basah

Penilaian diambil untuk periksaan sediaan basah dengan KOH 10% dan

pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis. Trichomonas vaginalis, akan

terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit berbentuk lonjong, dengan

flagellanya dan gerakannya yang cepat, sedangkan candida albican,dapat dilihat

jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) atau hifa semu. Vaginalis non

spesifik yang disebabkan gardnerella vaginalis, pada sediaan dapat ditemukan

15
beberapa kelompok basil, leukosit yang tidak seberapa banyak dan banyak sel-sel

epitel, yang sebagian besar permukannya berbintik-bintik. Sel ini disebut clue cell,

yang merupakan ciri khas infeksi gardnerella vaginalis.

3) Pewarnaan gram

Neisserea gonorrhoea, memberikan gambaran adanya gonococcus intra dan

ekstra seluler. gardnerella vaginalis, memberikan gambaran batang-batang

berukuran kecil,gram negatif yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyaknya

sel epitel dengan koko basil, tanpa ditemukan laktobasil.

4) Kultur

Dengan kultur akan ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi sering kali

kuman tidak tumbuh, sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.

5) Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan ini dapat digunakan, untuk mendeteksi herpes genitalis dan Human

Papiloma Virus (HPV) dengan pemeriksaan Elisa.

6) Test pap smear

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks,

infeksi termasuk Human Papiloma Virus (HPV), peradangan, sitologi hormonal

dan evaluasi hasil terapi.

16
2.2 Konsep Dasar WUS

2.2.1 Pengertian WUS

Wanita usia subur (WUS) adalah wanita pada masa atau periode dimana dapat

mengalami proses reproduksi berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun

(Suparyanto, 2011).

Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria, puncak kesuburan

ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk

hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40

wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat

reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam masa

wanita subur ini harus menjaga dan merawat alat kelaminnya dengan rajin oleh karena itu

WUS dianjurkan untuk merawat diri (Suparyanto, 2011).

2.2.2 Tanda- Tanda Wanita Subur

Menurut Suparyanto, 2011 untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain:

a. Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu putaran

haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali,

yang biasanya berlangsung selama 28 hingga 30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat

dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak.

Siklus menstruasi dipengarui oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan

progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh

perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu

basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks). Perubahan pada serviks.

17
Panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti

nyeri perut dan perubahan payudara.

b. Alat pencatat kesuburan

Kemajuan teknologi seperti ovulation thermometer juga dapat dijadikan sebagai alat

untuk mendeteksi kesuburan seorang wanita.

Thermometer ini akan mencatat perubahan suhu badan saat wanita mengeluarkan benih

atau sel telur. Bila benih keluar, biasannya themometer akan mencatat kenaikan suhu

sebanyak 0,2⁰C selama 10 hari. Namun jika wanita tersebut tidak mengalami perubahan

suhu badan pada masa subur, berarti wanita tersebut tidak subur.

c. Tes darah

Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti datangnya haid tiga bulan sekali atau

enam bulan sekali biasanya tidak subur. Jika dalam kondisi seperti ini, beberapa tes

darah perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab dari tidak lancarnya siklus haid. Tes

darah dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon yang berperan pada kesuburan

seorang wanita.

d. Pemeriksaan fisik

Untuk mengetahui wanita subur juga dapat diketahui dari organ tubuh seorang

wanita.Beberapa organ tubuh, seperti buah dada,kelenjar tiroid pada leher, dan organ

reproduksi. Kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin berlebihan akan

menganggu proses pelepasan sel telur.Sedangkan pemeriksaan buah dada ditujukan

untuk mengetahui hormon prolaktin di mana kandungan hormon prolaktin yang tinggi

akan mengganggu proses pengeluaran sel telur. Selain itu, pemeriksan sistem reproduksi

juga perlu dilakukan untuk mengetahui sistem reproduksinya normal aau tidak.

18
e. Track record

Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja ataupun tidak,peluang

terjangkit kuman pada saluran reproduksi akan tinggi. Kuman ini akan menyebabkan

kerusakan dan penyumbatan saluran reproduksi.

2.2.3 Perhitungan masa subur

Menurut Suprayanto,2011 perhitungan masa subur sebagai berikut :

a. Ada beberapa metode yang digunakan untuk dapat menghitung masa subur seorang

wanita. Metode yang paling efektif adalah dengan menggunakan pendekatan berbagai

indikator biasanya perubahan suhu yang dikombinasikandengan perubahan lendir

serviks. Indikator-indikator ini secara ilmiah telah terbukti merefleksikan perubahan

hormonal dan status kesuburan secara akurat.

b. Perhitungan masa subur dengan menggunakan sistem kalender adalah cara natural atau

alamiah yang digunakan hanya bila seorang wanita mempunyai siklus menstruasi yang

teratur. Perhitungan masa subur ini didasarkan saat ovulasi terjadi pada hari ke 14v dari

menstruasi yang akan datang dan dikurangi 2 hari karena sperma dapat hidup selama 48

jam setelah ejakulasi 2 hari karena sel telur dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.

c. Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah

dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:

1) Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi.

2) Memprediksikan hari-hari subur yang maksimum.

3) Mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan

kehamilan.

4) Membantu mengidentifikasi sebagaian masalah infertilitas.

19
d. Kurangnya pengetahuan tentang kesuburan alat reproduksi khususnya pada wanita,

sering kali di kaitkan dengan berbagai macam penyakit, padahal tingkat masa kesuburan

setiap orang berbeda – beda tergantung kondisi fisik, mental dan kebersihannya.

Ketidaksuburan alat reproduksi sering kali juga dikaitkan dengan berbagai penyakit

yang diderita oleh salah satu pasangan yang mengidapnya,diantaranya 40% faktor

ketidak suburan disebabkan oleh wanita sedangkan 40% dan oleh sebab pria, dan sisa

20% karena keduannya.

e. Namun pada dasarnya ketidaksuburan alat reproduksi pada wanita disebabkan oleh :

1) Disfungsi hormon

2) Tersumbatnya saluran telur

3) Endometriosis

4) Kista Ovarii

f. Oleh karena itu wanita usia subur (WUS) harus melakukan pemeriksaan kesehatan

(pemeriksaan alat kelamin) walaupun memiliki siklus haid/menstruasi yang teratur. Hal

ini bukan tanda bahwa wanita itu subur.Artinya WUS harus sehat bebas dari penyakit

kelamin. Sebelum menikah WUS sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan agar

mengetahui kondisi organ reproduksinya apakah berfungsi dengan baik. Dengan

mengadakan pemeriksaan kesehatan maka akan mencegah penyakit alat kelamin. Alat

kelamin wanita sangat berhubungan dengan dunia luar yang melalui liang sanggama,

saluran mulut rahim, rongga/ruang rahim.Saluran telur (tuba falopi) yang bermuara

dalam ruang perut. Karena adanya hubungan yang langsung ini infeksi alat kelamin

wanita disebabkan oleh hubungan seks yang tidak sehat, sehingga infeksi bagian

20
luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput

dinding perut atau disebut juga peritonitis.

g. Sistem pertahanan dari alat kelamin wanita yang cukup baik yaitu dari sistem asam,

biasanya sistem pertahanan yang lainnya dengan cara pengeluaran lendir yang selalu

mengalir ke luar yang menyebabkan bakteri yang dibuang dalam bentuk

menstruasi,sistem pertahanan ini sangat lemah, sehingga infeksinya sering dibendung

dan pasti menjalar ke segala arah yang menimbulkan infeksi mendadak dan menahun.

2.2.4 Beberapa hal yang bisa menghambat atau menganggu kesuburan seorang wanita :

a. Siklus haid yang tidak teratur atau terlambat

1) Seiring dengan bertambahnya usia masalah kesuburan wanita akan berkurang dan

terganggu karena berbagai hal seperti sel telur menjadi cepat mati, berkurangnya

produksi lendir leher rahim, dan masa sel telur berovulasi menjadi lebih pendek.

2) Siklus haid normal adalah sekitar 35 hari. Siklus haid yang lebih panjang dari

normal berhubungan erat dengan unovulatory (tidak adanya sel teluryang dihasilkan

indung telur). Sementara siklus haid yang tidak teratur bisa disebabkan karena

adanya gangguan kista ovarium atau penyakit lainnya kondisi

stress,kecapean,terganggunya keseimbangan hormone. Anda tentu perlu

memeriksakan diri ke dokterbila mengalami masalah gangguan ini.

b. Berat badan yang tidak seimbang

1) Hampir sekitar 30-40% wanita saat ini mengalami masalah kesuburan dan

gangguan pembuahan (konsepsi). Gangguan kesuburan tersebut biasanya

disebabkan karena masalah berat badan yang tidak seimbang,terlalu gemuk atau

21
terlalu kurus. Idealnya, berat badan sebelum hamil (pada masa pra konsepsi) tidak

melebihi atau kurang dari 10 % berat badan normal sesuai tinggi badan.

2) Wanita usia subur tidak boleh terlalu kurus dan tentu harus memerhatikan asupan

gizinya. Namun kenyatannya, banyak wanita usia subur yang makan tidak

teratur,tidak sarapan pagi misalnya atau sering makan junk food yang gadar gizinya

tidak simbang. Status gizi selama masa prakonsepsi yaitu sekitar 3-6 bulan sebelum

berencana konsepsi (berencana untuk hamil) akan berdampak terhadap bayi

dilahirkan nantinya. Terlalu gemuk akan menyebabkan terganggunya

keseimbangan hormone-hormone yang dapat menghambat kesuburan.

3) Diketahui bahwa tubuh membutuhkan 17 % lemak tubuh pada awal siklus haid, dan

22 % sepanjang siklus haid tersebut. Lemak tubuh mengandung enzim aromatase,

yaitu sejenis enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi hormone estrogen.

c. Poli Cycstic Ovary Syndrome (PCOS) dan Endrometriosis

1) Masalah ketidaksuburan pada wanita biasanya juga timbul akibat adanya sindrom

ovarium polisistik atau Poli Cycstic Ovary Syndrome (PCOS) dan Endometriosis

2) PCOS merupakan gangguan dimana folikel (kantung sel telur) tidak berkembang

dengan baik, sehingga tidak terjadi ovulasi (pematangan sel telur). Wanita yang

mengalami PCOS ini menjadi infertile (tidak subur) karena tidak ada sel telur yang

matang, sehingga tidak akanterjadi pembuahan. Gejala yang timbul dari PCOS ini

biasanya adalah siklus haid yang tidak teratur (terlambat,tidak haid,atau haid 2-3

kali dalam sebulan)

3) Sementara Endometriosis merupakan suatu kedaan patologi pada system reproduksi

perempuan dimana jaringan selaput lendir rahim (endometrium) yang seharusnya

22
berada dalam rahim, malah tumbuh di luar rongga pinggul). Hal ini bisa

menganggu kesuburan wanita sehingga akan mengambat terjadinya kehamilan.

Diperkirakan sekitar 30-40% wanita dengan keluhan endometriosis sulit memiliki

keturunan.

d. Adanya infeksi penyakit TORCH

Infeksi TORCH sering menimbulkan gangguan kesuburan wanita. Sel telur yang

terinfeksi TORCH menjadi rusak,mengecil dan tidak bisa dibuahi sehingga menjadi

sulit hamil.

e. Rokok

1) Merokok tidak hanya akan menganggu kesehatan, namun juga dapat menghambat

dan menimbulkan masalah pada kesuburan. Dalam asap rokok terdapat lebih dari

4000 zat racun seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida, sianida,

ammonia, asetilen, benzaldehide, methanol, nikotin, dan lain sebagainya. Pada

wanita, merokok dapat menyebabkan penurunan produksi sel telur sehingga dapat

menganggu kesuburan.

2) Apabila perokok wanita tersebut hamil, akan timbul berbagai masalah pada

kehamilan dan bayi yang dilahirkan nanti. Misalnya, perkembangan janin

terhambat, resiko keguguran kehamilan akan semakin meningkat, kelahiran bayi

prematur dan bayi berat lahir rendah.

f. Efek samping obat

1) Setiap obat pasti memiliki efek samping. Jika berencana ingin hamil,kurangilah

kebiasaan pemakaian sembarang obat. Pantangan konsumsi sembarang obat tidak

23
hanya berlaku pada masa sebelum kehamilan, namun akan terus berlanjut pada

masa selama kehamilan dan masa setelah persalinan yaitu masa menyusui.

2) Apabila sakit cobalah penyembuhan dengan cara alami, misalnya mengatasi flu

dengan banyak minum, istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi.

Langkah pencegahan agar tidak mudah sakit tentu merupakan langkah yang lebih

baik dan tepat. Untuk itu,jagalah kondisi kesehatan agar tubuh selalu bugar dan

siap untuk hamil.

3) Itulah beberapa masalah kesuburan yang sering terjadi pada wanita. Masalah-

masalah tersebut dapat menghambat atau mengganggu kesuburan, sehingga

menjadi sulit hamil. Hal-hal tersebut harus dipantang dan dihindari bila ingin

segera (cepat) hamil.Siapkan kondisi kesehatan yang bener-bener fit dan prima

sebelum kehamilan,agar siap menjalani kehamilan selama sembilan bulan ke

depan dan bayi pun akan tumbuh sehat (Suparyanto,2011).

24
2.3 Konsep Dasar sirsak (Annona Muricata,L)

2.3.1 Taksonomi

Gambar 2.1 Daun Sirsak

Kindom : Plantae

Sub divisi : Angiospermae

Divisi : Spermatopyta

Kelas : Dicotyledonae

Family : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L.(Muktiana,2014)

2.3.2 Deskripsi Daun Sirsak (Annona Muricata,L)

Tanaman sirsak terdiri dari Daun Berbentuk bulat panjang, daun menyirip, berwarna

hijau muda sampai hijau tua, ujung daun meruncing,dan permukaan daun mengkilap.

Bunga tunggal, dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga

berpistil majemuk.Bagian bunga tersusun secara hemicyclis, yaitu sebagian terdapat

dalam lingkaran dan yang lain spiral atau terpencar. Mahkota bunga yang berjumlah 6

25
sepalum yang terdiri atas dua lingkaran,bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku,

berwarna kuning keputih –putihan, dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya.

Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak

daun,cabang,ranting,atau pohon. Bunga umumnya sempurna (hermaprhodit).Tapi

terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja yang terdapat pada satu pohon.

Bunga melakukan penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang terlebih

dahulu sebelum putiknya reseptif(Sunarjono,2005 dalam Rahmat 2013).

2.3.3 Ciri-ciri Umum Daun Sirsak (Annona Muricata, L)

Daun sirsak berbentuk elips, memanjang atau bulat menyempit dengan bagian ujung daun

meruncing. Panjang daun sirsak berkisar antara 6-10 cm dengan lebar daun antara 2-6

cm, memiliki tangkai daun yang cukup pendek sekitar 3-10 mm. Bagian permukaan

daunnya halus dan mengkilat serta berwarna hijau tua pada permukaan atas, dan hijau

muda agak kusam pada permukaan bawah. Selain daun sirsak juga memiliki bau yang

kurang sedap dengan bentuk yang agak tebal dan kaku. Urat daunnya menyirip dan tegak

pada urat daun utama(Asri,2013).

Pemilihan daun yang akan diambil untuk obat sebaliknya daun tidak terlalu muda

(pucuk) atau terlalu tua. Ambilah daun sirsak pada nomor 2 sampai 4. Pada daun yang

terlalu muda, kandungan senyawa flavonoid masih sedikit. Sedangkan pada daun yang

tua sudah mulai ada yang rusak, sehingga kandungannya rendah. Nomor urut tidaklah

menjadi mutlak, yang terpenting daun yang diambil tidak terlalu muda dan tua. Daun

pucuk biasanya berwarna hijau kekuningan, berbeda dengan daun di

sebelahnya,warnanya lebih muda dari daun lainnya. (Prasetyo,2013).

26
Daun sirsak mengandung minyak asitrin, sineol 50%-65%, a-pinen, limonene dan

dipenten, mengandung senyawa asetogin, antara lain asimisin, bulatasin dan skuamosin.

Pada kosentrasi tinggi, senyawa asetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedent,

disamping itu juga mengandung zat annonaceous acetogenins yang mampu 10.000 kali

lebih kuat membunuh sel-sel kanker dari pada zat adriamycin, yang biasa pakai dalam

pengobatan kemotrapi.

Daun sirsak untuk mengobati keputihan pada wanita karena mengandung zat

antiseptik yang dapat membunuh kuman, yaitu fenol, dimana kandungan fenol dalam

daun sirsak memiliki sifat antiseptik 5 kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Untuk

mengobati keputihan rebus 10 daun sirsak dalam 2,5 liter air, kemudian rebusan yang

masih hangat tersebut untuk mencuci vagina, dikonsumsi dalam 2 kali selama 1 minggu.

(Triarsari, 2007).

27
2.4 Kerangka Konsep
Terapi Farmakologi Terapi Non
Farmakologi

Faktor Infeksi : 1. Flukonazol


2. Metronidazolx
1. Bakteri Pemberian
2. Jamur ekstrak daun
sirsak
Penyebab
3. ParasitTidak Langsung :
7.
4. Benda
Virus asing Di berikan daun sirsak
8. Penggunaan celana dalam
9. Penggunaan pembalut
Mengandung fenol
10. Penggunaan sabun antiseptik
11. Hormon endokrin
12. Kondisi tubuh (stres)
Anti septik

Membunuh bakteri
Keputihan (Fluor
Albus)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual (Notoatmodjo, 2010).

Keterangan :
: Diteliti
: Tida : Tidak Diteliti
: mempengaruhi

2.4.1 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo,

2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hₒ : Ada pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kejadian keputihan pada wanita

usia subur.

28
BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau

pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah

merupakan penerapan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan

kebenaran. (Notoatmodjo, 2005).

Penjabaran tentang metode penelitian yang dilaksanakan akan dibahas sebagai

berikut : rancangan penelitian, sampling desain (populasi dan sampel), pengumpulan data

(editing, coding, entri data, cleaning data) dan analisa data, masalah penelitian dan

keterbatasan penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi

suatu hasil. Desain penelitian yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana

suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini desain penelitian adalah pra eksperimen dengan rancangan one

group pretest postest yaitu rancangan juga tidak ada kelompok pembanding (control), tetapi

peling tidak sudah dilakukan observassi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji

perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2014).

29
Menurut Nursalam (2011) Desain penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 desai penelitian Pra Eksperimen


Subjek Pra Perlakuan Pasca test
K O I OI
waktu 1 waktu 2 waktu 3

Keterangan :

K : remaja putri di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal

O : observasi subjek sebelum diberikan ekstrak dau sirsak

I : intervensi air rebusan ekstrak daun sirsak

OI : Observasi subjek setelah diberikan rebusan ekstrak daun sirsak

3.2 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai berbeda terhadap

sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, dkk, 2000) dalam (Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini variabel dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

3.2.1 Variabel Independen atau Variabel Bebas

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu

kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada

variabel dependen (Nursalam, 2013). Variabel independen Pada penelitian ini adalah

Daun sirsak.

3.2.2 Variabel dependen atau Variabel Terikat

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons

akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain (Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini variabel dependen Keputihan.

30
3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

berdasarkan dari sesuatu yang diamati (diamati) itulah yang merupakan kunci dari definisi

operasional (Nursalam, 2013).

Tabel 3.2 Definisi Operasional Pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kejadian
keputihan pada wanita usia subur
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Variabel Daun sirsak adalah tanaman
Independen dari family Annonaceae
Daun Sirsak yang mengandung ekstrak
fenol yang berguna sebagai
antiseptic.

parameter:
merebus 10 lembar daun
sirsak dalam ± 2 gelas (2,5
liter) air rebus daun sirsak
kemudian digunakan untuk
dibilas ke vagina sebelum
tidur selama 6 hari.

Variabel Keputihan merupakan lembar Ordinal 1. Normal jika


Dependen sekresi vaginal yang tidak observasi skor (0-4)
Keputihan normal pada wanita.Yang (pretest- 2. Patologik
sering menyebabkan postes) jika skor (5-
timbulnya keputihan ini 8)
adalah bakteri, virus, jamur.
parameter:
1. Cairan berwarna kuning
kehijauan, berbau, dan
gatal
2. Cairan berwarna putih
seperti keju, kemerahan
pada kemaluan, dan sakit
saat buang air kecil
3. Cairan kental seperti susu,
amis dan anyir
4. Cairan encer berwarna
cokelat atau abu-abu
dengan berbau busuk

31
3.4 Desain Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subejek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan

kemudian ditari kesimpulan (Sujarweni, 204). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

WUS yang mengalami keputihan (fluor albus) di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal

Kabupaten Bangkalan sebanyak 30 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang

digunakan untuk penelitian. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mengambil semua

penelitian missal karena terbatasnya dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut (Sujarweni, 2014).

Sampel dalam penelitian harus memenuhi dua kriteria yaitu inklusi dan eksklusi.

Kriteria sampel membantu peneliti mengurangi ias hasil penelitian, khususnya terhadap

variable yang di teliliti ( Nursalam, 2014).

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2014). Kriteria inklusi pada

penelitian ini adalah:

a. Wanita usia subur yang merasa tidak nyaman dan terganggu pada saat keputihan

32
2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebagai sebab (Nursalam, 2014). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Wanita usia subuar yang melakukan terapi lain untuk mengurangi keputihan seperti

sabun kewanitaan, atau panty lener.

3.4.3 Besar sampel

Dalam penelitilian ini ditemukan besar sampel dengan menggunakan rumus

berdasarkan dari (Hidayat, 2010) adalah:

N . Z a2 P . q
n= 2 2
d ( N −1 )+ Z a . P . q

keterangan: n : jumlah sampel

P : estimator proporsi sampel

q : 1-p

Za 2 : harga kurva normal yang tergantung pada alpa

N : jumlah unit populasi

d : tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

sehingga diperoleh:

30 ( 1,96 )2 0,5.0,5
n=
0,052 ( 30−1 ) +1,962 .0,5 .0,5

115,2 x 0,25
n=
0,072+ 0 , 96

28,8
n= = 27,9
1,032

jadi penelitian ini besar sampelnya 28 orang.

33
3.4.4 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Accidental yaitu tehnik

penentuan sampel yang penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemu itu cocok sebagai sumber data (Saryono, 2013).

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Jati kecamatan kamal, penelitian dilakukan pada

bulan Maret 2020

3.6 Alat Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada

responden, sehingga responden dapat menulis jawabannya. Pada jenis pengukuran ini

peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan

secara tertulis (Nursalam, 2013).

Alat yang diberikan pada penelitian ini untuk mengumpulkan data variabel

dependen dengan menggunakan lembar observasi model check list yang diberikan kepada

wanita usia subur.

3.7 Validitas dan Reabilitas

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa

yang diukur (Notoatmojo, 2005). Instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa

yang hendak diukur, untuk itu perlu dilakukan uji validitas istrumen dimana dalam

penelitian ini akan digunakan external validity dengan cara kuesiner diujikan.Validitas

34
eksternal instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut

sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Uji

validitas eksternal dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi Product Moment

melalui program SPSS Statistik 21 (Person dalam Arikunto, 2012).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau

kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan

(Nursalam, 2014). Menurut Arikunto (2010), reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian

bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data, karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang

reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Untuk menguji reliabilitas instrumen

digunakan rumus KR.20 (Kuder Richardson) karena skor yang digunakan dalam

instrument ini menghasilkan skor dikotomi (Sugiyono, 2004).

Setelah kuesioner dibuat, kemudian dilakukan uji coba pada beberapa responden. Uji

reabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab

hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan suatu variabel dan

disuusun dalam bentuk kuesoner. Uji reabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama

terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Cronbach alpha> 0,06 maka dikatakan

reliabel. Dengan rumus (Sujarweni, 2014).

3.8 Cara Pengumpulan Data

a. Proses pengumpulan data pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan

karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,2011).

35
Setelah meminta surat untuk permohonan ijin penelitian di STIKES Ngudia Husada Madura,

kemudian peneliti meminta ijin kepada Kepala Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal.

Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal,peneliti

mengadakan pendekatan dengan responden dan untuk mendapatkan persetujuan dan

bersedia menjadi responden. Data dikumpulkan dari wanita usia subur yang mengalami

keputihan di Desa Tanjung Jati yang mengalami keputihan. Pelaksanaan pengumpulan data

hanya dilakukan sekali tanpa melakukan intervensi terhadap masalah yang diteliti. Dari hasil

pengisian lembar kuesioner oleh responden, data selanjutnya diolah dan ditabulasi untuk

kemudian dianalisa secara diskriptif dengan menggunakan tabel untuk menggambarkan

besar dan distribusi variabel yang sedang diteliti.

b. Instrumen pengumpulan data Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan datadalam

penelitian ini adalah kuesioner kesiapan menghadapi keputihan.

3.9 Pengolahan Data

3.9.1 Pemeriksaan data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan (Hidayat, 2011). Dalam penelitian ini editing dilakukan setelah

pengumpulan data.

3.9.2 Skor (Skoring)

Setelah data terkumpul dan diperiksa kelengkapannya kemudian peneliti

memberikan skor untuk variabel

Untuk menentukan data keberhasilan setelah diberikan ekstrak daun sirsak yang

digunakan untuk membilas vagina dapat diperoleh dengan kuesioner pada responden

36
apakah setelah dilakukan pembilan dengan air rebusan daun sirsak keputihan sembuh

atau tidak sembuh.

Pemberian skor dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Jawaban “Ya” :1

b. Jawaban “Tidak” :0

3.9.3 Pemberian kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori (Alimun, 2010). Setelah dilakukan editingselajutnya penulis

memberikan kode pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa

data.

Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka setiap variabel diberikan kode

sebagai berikut:

1. Skor “Tidak” (0-5) : Keputihan patologi

2. Skor “Ya” (6-10) : Keputihan Normal

3.9.4 Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master

tabel atau data base (Alimul, 2010). Pada tahap ini jawaban responden yang sama

dikelompokkan dengan teliti dan teratur, lalu dihitung, dijumlahkan dan ditulis dalam

bentuk tabel.

3.10 Analisa Data

3.10.1 Analisa Univariat

37
Analisa univariat adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel. Bentuk analisis univarian tergantung jenis

datanya. Untuk data numeric digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standart

deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

presentase dalam tiap variabel (Notoadmojo, 2014). Pada penelitian ini menggunakan

table distribusi frekuensi.

3.10.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat atau analisis 2 variabel dapat disajikan dalam bentuk tabel silang

atau kurva untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut.Uji statistik yang dipilih

tergantung dari skala variabel independen dan dependen yang digunakan (Sudibyo

&Rustika, 2013). Analisa bivariate menggunakan tabulasi silang antara variabel ekstrak

sirsakdengankeputihan.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis sebagai berikut:

a. Uji normalitas data

Sample > 50 Responden Uji kolmogrof

Sample < 50 Responden Uji shapiro wilk

Jika p> α maka data di nyatakan normal

Jika p< αmaka data tidak di nyatakan normal

b. Mengetahui perbedaan glukosa darah pre dan postpada kelompok perlakuan

Jika semua data berdistribusi normal Uji paired t test

Jika salah satu data tidak berdistribusi normal Uji wilcoxon

c. Mengetahui perbedaan kadar glukosa darahpre dan post pada kelompok kontrol

Jika semua data berdistribusi normal Uji paired t test

38
Jika salah satu data tidak berdistribusi normal Uji Wilcoxon

d. Mengetahui perbedaansenam ergonomikterhadap kadar glukosa darahpada kelompok

perlakuan dan kontrol

Jika semua data berdistribusi normal Uji independent- test

Jika salah satu ada data tidak berdistribusi normal Uji mann withney

Jika p>αH0 gagal ditolak

Jika p< α H0 ditolak

(Data yang digunakan selisih pre dan post)

Uji statistik pada penelitian ini menggunakan α ≤ 0,05

3.11 Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin dari Puskesmas Klampis Kecamtan

Kelampis Kabupaten Bangkalan. Kemudian memberikan senam ergonomic dengan music

Asmaul husna kepada subjek peneliti dengan memperhatikan masalah etika, antara lain.

3.11.1 Hak untuk Mendapat Jaminan (Right To Full Disclosure)

Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan.Seorang peneliti

harus memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang

terjadi kepada subjek (Nursalam, 2008).

3.11.2 Lembar Persetujuan (Informed consent)

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang penelitian yang akan

dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi

responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh

hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu(Nursalam, 2008).

39
3.11.3 Tanpa Nama(Anamonity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2010).

3.12 Kerangka Kerja

Variabel Independen Variabel Dependen

Daun Sirsak Keputihan (fluor albus)

Populasi : 30 wanita usia subur yang mengalami


keputihan

Sampling : wanita usia subur yang mengalami keputihan


sehingga merasa terganggu dan merasa tidak nyaman
yaitu sebanyak 28 orang

Pretest

Intervensi: membilas vagina dengan rebusan air daun


sirsak selama 6 hari digunakan sebelum tidur

Uji statistic:
Post test
a. Univarat
b. Bivariat
Pengolahan data :editing,
1) Uji paried scoring,
40
t-test/Wilcoxon coding, dan
tabulating
Uji independent-test/Mannwitney
Gambar 3.1 Kerangka Kerja
Pengaruh Pemberian Eksrak Daun Sirsak Terhadap Kejadian Keputihan Pada Wanita Usia Subur di Desa Tanjung
Jati Kecamatan Kamal.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan deskripsi daerah penelitian, dan hasil pengumpulan data dari

desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal tahun 2021. Sesuai dengan tujuan yang ditetapkan,

pengumpulan data dilakukan dengan pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kejadian keputihan

pada wanita usia subur.

Data Umum

4.1.1 Karakteristik responden berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia


Usia Frekuensi Presentase (%)
< 25 tahun 12 42,9 %
25-35 tahun 10 35,7 %
>35 tahun 6 21,4 %
Total 28 100 %

41
SumberData: Data Primer (2021)
Dari tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 28 responden yang mengalami keputihan

hampir setengahnya berusia <25 tahun yaitu sebanyak 12 (42,9%) responden.

4.1.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan


Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Tidak sekolah 0 0
SD/MI 9 32,1
SMP/MTS 11 39,3
SMA/MA 8 28,6
Perguruan Tinggi 0 0
Total 28 100 %
SumberData: Data Primer (2021)
Dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 28 responden yang mengalami keputihan

hampir setengahnya berpendidikan SMP/MTS yaitu sebanyak 11 (39,3%) responden.

4.1.3 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis pekerjaan


Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
IRT 9 32,1
Swasta 19 67,9
PNS 0 0
Total 28 100 %
SumberData: Data Primer (2021)
Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 28 responden yang mengalami keputihan

hampir setengahnya bekerja Swasta yaitu sebanyak 19 (67,9%) responden.

4.1 Data Khusus

Pada data khusus ini akan disajikan hasil pengumpulan data yang meliputi distribusi

frekuensi.

4.2.1 Data kejadian keputihan sebelum diberikan rebusan ekstrak daun sirsak

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian keputihan sebelum


diberikan rebusan ekstrak daun sirsak di desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal
No Responden Skor Kategori
1 7 Patologi

42
2 6 Patologi
3 6 Patologi
4 5 Patologi
5 6 Patologi
6 5 Patologi
7 6 Patologi
8 5 Patologi
9 6 Patologi
10 7 Patologi
11 5 Patologi
12 5 Patologi
13 6 Patologi
14 6 Patologi
15 5 Patologi
16 6 Patologi
17 5 Patologi
18 6 Patologi
19 5 Patologi
20 5 Patologi
21 6 Patologi
22 7 Patologi
23 5 Patologi
24 7 Patologi
25 6 Patologi
26 7 Patologi
27 5 Patologi
28 7 Patologi
Kategori Jumlah Presentase (%)
Keputihan Normal 0 0
Keputihan Patologi 28 100%
Total 28 100%
Sumber : Data Primer (20121)

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa seluruh responden wanita usia subur di

Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal mengalami keputihan patologi sebelum diberikan

terapi ekstrak daun sirsak yaitu sebanyak 28 responden dengan persentase 100% dengan

mean 5,82

4.2.2 Data kejadian Keputihan Sesudah diberikan Rebusan Ekstrak daun Sirsak

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian keputihan sesudah


diberikan rebusan ekstrak daun sirsak di desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal
No Responden Skor Kategori
1 1 Normal
2 2 Normal
3 0 Normal
4 2 Normal
5 1 Normal
6 1 Normal
7 0 Normal

43
8 0 Normal
9 1 Normal
10 1 Normal
11 1 Normal
12 0 Normal
13 1 Normal
14 1 Normal
15 0 Normal
16 0 Normal
17 2 Normal
18 0 Normal
19 1 Normal
20 1 Normal
21 0 Normal
22 1 Normal
23 1 Normal
24 0 Normal
25 2 Normal
26 0 Normal
27 0 Normal
28 0 Normal
Kategori Jumlah Presentase (%)
Keputihan Normal 28 100%
Keputihan Patologi 0 0
Total 28 100%
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa seluruh responden wanita usia subur di

Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal yang mengalami keputihan patologi berubah menjadi

normal setelah diberikan ekstrak daun sirsak dengan persentase 100% dengan mean 0,71.

4.2.3 Menganalisis pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap kejadian keputihan pada

wanita usia subur di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian keputihan pada wanita usia
subur antara sebelum dan sesudah diberikan rebusan ekstrak daun sirsak di desa
Tanjung Jati Kecamatan Kamal
No Sebelum Sesudah
Responde Skor Kriteria Skor Kriteria
1 7 Patologi 1 Normal
2 6 Patologi 2 Normal
3 6 Patologi 0 Normal
4 5 Patologi 2 Normal
5 6 Patologi 1 Normal
6 5 Patologi 1 Normal
7 6 Patologi 0 Normal
8 5 Patologi 0 Normal
9 6 Patologi 1 Normal
10 7 Patologi 1 Normal
11 5 Patologi 1 Normal

44
12 5 Patologi 0 Normal
13 6 Patologi 1 Normal
14 6 Patologi 1 Normal
15 5 Patologi 0 Normal
16 6 Patologi 0 Normal
17 5 Patologi 2 Normal
18 6 Patologi 0 Normal
19 5 Patologi 1 Normal
20 5 Patologi 1 Normal
21 6 Patologi 0 Normal
22 7 Patologi 1 Normal
23 5 Patologi 1 Normal
24 7 Patologi 0 Normal
25 6 Patologi 2 Normal
26 7 Patologi 0 Normal
27 5 Patologi 0 Normal
28 7 Patologi 0 Normal
Sumber : Data Primer (2021).

Berdasarkan tabel 4.7 diatas tentang keputihan pada wanita usia subur sebelum

diberikan terapi ekstrak daun sirih didapatkan hasil bahwa dari 28 responden seluruhnya

mengalami keputihan patologi yaitu 28 responden (100%), sedangkan sesudah diberikan

terapi ekstrak daun sirih didapatkan hasil bahwa dari jumlah 12 responden dinyatakan

keseluruhan yang awalnya mengalami keputihan patologi menjadi keputihan normal

dengan persentase (100%).

Setelah dilakukan uji normalitas pada data didapatkan hasil sebelum diberikan terapi

ekstrak daun sirih yaitu 0,000, sedangkan uji normalitas sesudah diberikan terapi ekstrak

daun sirih yaitu 0,000, dimana hasil data tersebut lebih kecil dari 5% (0,05) maka data

tidak berdistribusi normal.

Dari hasil uji beda yang menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p value (0,000)

dengan tingkat kemaknaan α (0,05), berarti nilai p value <α. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Hₒ ditolak yang berarti “ada pengaruh pemberian ekstrak daun sirih

terhadap keputihan pada wanita usia subur di desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal”.

45
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Keputihan Wanita Usia Subur Sebelum diberikan Ekstrak Daun Sirsak

di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal

Berdasarkan hasil penelitian tentang keputihan pada wanita usia subur sebelum

diberikan ekstrak daun sirsak di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal menunjukkan

bahwa seluruh responden yang akan diteliti mengalami keputihan patologi yaitu sebanyak

28 responden (100%). Keputihan tersebut berupa cairan yang keluar agak lengket, berbau

tidak sedap atau bau amis, dan serta terasa gatal, panas pada area kewanitaan.

Keputihan patologi muncul dikarenakan penyebab tertentu dengan keluhan gatal,

aroma khas dan lainnya. Kurangnya seseorang dalam menjaga personal hygiene seperti

46
mengganti celana dalam sesering mungkin juga bisa menjadi pemicu timbulnya keputihan.

Apabila keputihan patologi dibiarkan begitu saja, maka akan memberikan efek yang lebih

serius bagi penderitanya.

Menurut Boyke (2010) beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian

celana dalam yaitu sebaiknya mengganti celana dalam sebanyak 2 kali sehari. Kurang

memperhatikan cara pemakaian celana dalam dapat berpengaruh terhadap kejadian

keputihan. Celana dalam adalah pakaian yang cepak bau dan kotor karena paling dekat

dan menempel dibagian paling jorok, mudah bau, dan sarang kuman. Wanita yang jarang

mengganti celana dalam dapat dipastikan mudah terkena penyakit organ kelamin, conto

kecilnya ialah keputihan. Menjaga kebersihan serta kesehatan di area intim merupakan hal

yang wajib bagi setiap wanita. Jika daerah intim tidak dijaga kesehatannya dapat

menimbulkan banyak masalah, salah satunya adalah keputihan.

Pribakti (2012) menyatakan, tidak sedikit yang beranggapan keputihan merupakan

hal yang wajar dan tidak perlu diobati. Padahal keputihan ini bisa menjadi tanda awal dari

sebuah penyakit yang lebih berat seperti VaginalCandidiasis, Gonorghea, Chlamydia,

kemandulan hingga kanker. Keputihan yang tidak segara diobati akan menimbulkan

komplikasi penyakit radang panggul yang berlarut-larut dan dapat menyebabkan

kemandulan (Infertilisasi).

Berdasarkan analisa hasil pengisian kuesioner penelitian diketahui bahwa dari 28

responden sebelum diberikan rebusan ekstrak daun sirsak hampir setengahnya berusia <25

tahun yaitu sebanyak 12 (42,9%) responden.

Hal ini sesuai denga teori (Susanti, dalam Riska 2014) menyatakan remaja pada

rentang umur 17-25 tahun kerap sibuk dengan berbagai aktifitas yang meraka lakukan.

47
Mengingat pada masa tersebut merupakan masa peralihan sehingga banyak yang ingin

mereka lakukan dengan sesuai keinginannya. Aktivitas yang banyak menyebabkan remaja

kurang memperhatikan keadaan reproduksinya. Remaja tidak akan berpikir tentang

bagaimnaya seharusnya menjaga kebersihan reproduksi. Ditambah dengan pengetahuan

yang masih minim mengenai pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi diusia

tersebut. Tidak jarang pada usia tersebut banyak yang mengalami keputihan karena hal

tersebut.

Selain dipengaruhi oleh faktor usia keputihan pada wanita usia subur jaga

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan diketahui bahwa dari 28 responden sebelum diberikan

ekstrak daun sirsak hampir setengahnya berpendidikan SMP yaitu sebnayak 11 (39,3%)

responden.

Menurut peneliti kurangnya tingkat pendidikan mengakibatkan mereka tidak tau

bagaimana seharusnya menjaga kesehatan reproduksinya yang mengakibatkan remaja

sering mengalami keputihan, khususnya keputihan patologi.

Hal tersebut sesuai teori Triwibowo dan Pusphandani, (2015) bahwa pendidikan

kesehatan adalah segala upaya dan rencana untuk mempengaruhi semua kegiatan yang

diberikan atau meningkatkan pengetahuan tentang genital hygine.Dengan adanya

pengetahuan yang cukup tentang genital hygiene sehingga dapat menimbulkan presepsi

negatif dimasyarakat seperti Arah membersihkan alat kelamin perempuan yang benar

adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), cervicitis,vaginitis dan penyakit

radang panggul.

5.2 Gambaran Keputihan Pada Wanita Usia Subur sesudah diberikan Rebusan Ekstrak

Daun Sirsak Di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal

48
Berdasarkan hasil penelitian tentang keputihan pada wanita usia subur sesudah

diberikan rebusan Ekstrak daun sirsak di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal,

menunjukan bahwa seluruh responden (100%) wanita di usia subur yang awalnya

mengalami keputihan patologis, mengalami perubahan dari keputihan patologis menjadi

keputihan normal. Dimana yang awalnya mengalami Keputihan berupa cairan yang

keluar agak lengket menjadi normal,dan lendir yang keluar berbau tidak sedap atau bau

amis sudah menjadi normal, dan serta terasa gatal, panas pada area kewanitaan sudah

menjadi normal.

5.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirsak Terdahap Keputihan Pada Wanita Usia

Subur Di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal

Berdasarkan hasil uji statistic Wilcoxon di dapatkan hasi p value (0,000) < α

(0,05) sehingga Hₒ diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian

ekstrak daun sirsak terhadap keputihan pada wanita usia subur di Desa Tanjung Jati

Kecamatan Kamal.hal ini dikarenakan dari 28 responden keseluruhan wanita usia subur

mengalami perubahan dari keputihan patologi menjadi keputihan normal setelah

diberikan ekstrak daun sirsak.

Menurut peneliti daun sirsak selain digunakan sebagai obat-obatan alternative

juga dapat dijadikan salah satu cara untuk mencegah terjadinya keputihan yang berlebih

karena didalam daun sirsak terdapat kandungan (zat) yang memiliki manfaat yang dapat

membasmi penyebab terjadinya keputihan.

Hal ini sesuai dengan teori (Triarsari, 2007) Daun sirsak untuk mengobati

keputihan pada wanita karena mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman,

yaitu fenol, dimana kandungan fenol dalam daun sirsak memiliki sifat antiseptik 5 kali

49
lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Selain itu Daun sirsak mengandung minyak

asitrin, sineol 50%-65%, a-pinen, limonene dan dipenten, mengandung senyawa asetogin,

antara lain asimisin, bulatasin dan skuamosin. Pada kosentrasi tinggi, senyawa asetogenin

memiliki keistimewaan sebagai antifeedent, disamping itu juga mengandung zat

annonaceous acetogenins yang mampu 10.000 kali lebih kuat membunuh sel-sel kanker

dari pada zat adriamycin, yang biasa pakai dalam pengobatan kemotrapi.

Penelitian ini didukukng oleh penelitian Hidayati dan Hanifah (2020) tentang

Efektivitas Pemberian Ekstrak daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Terhadap Kejadian

Keputihan Patologis Pada Wanita Usia Subur. Dalam hasil penelitiannya menyatakan

bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona Muricata Linn) terhadap

kejadian keputihan patologis pada wanita usia subur.

50
BAB 6

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian pengaruh

pemberian ekstrak daun sirsak ( Annoma Muricata Linn) terhadap kejadian keputihan

patologis pada Wanita usia subur di Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal

6.1 Kesimpulan

1. Wanita usia subur di Desa Tanjung Jati kecamatan Kamal sebelum diberikan ekstrak

daun sirsak, seluruhnya mengalami keputihan patologis

2. Wanita usia subur di Desa Tanjung Jati kecamatan Kamal sesudah diberikan ekstrak

daun sirsak, seluruhnya mengalami keputihan fisiologis

3. Ada pengaruh sebelum dan sesudah pemberian ekstrak daun sirsak terhadap keputihan

pada Wanita usia subur di desa tanjung jati kecamatan kamal.

6.2 Saran
Setelah mengetahui hasil dari penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya

51
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menambahkan referensi tentang pengaruh
pemberian ekstrak daun sirsak terhadap keputihan pada wanita usia subur.
2. Bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan tentang keputihan patologis dan cara mengobati dengan cara
tradisional seperti salah satunya di berikan ekstrak daun sirsak.
3. Bagi institusi
Hasil penelitian ini selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi ilmiah tentang
pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap keputihan pada wanita usia subur.

DAFTAR PUSTAKA

Asri .,H. (2013). Khasiat Ajaib Daun Sirsak. Malang : Padi

Agustin , (2007). Kesehatan Reproduksi remaja dan wanita. Paling sering terjadi.Jogjakarta:
Buku Biru.

Ardayani, Tri. 2012. Kesehatan reproduksi Pada Kebidanan, Keperawatan, dan Tenaga
Kesehatan. Bandung: CV Cakra.

Dalimartha, S.(2002). Tumbuh Obat untuk Mengatasi Keputihan Cetakan 2. Jakarta.

Hidayat, (2011). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisa Data. Cetakan
ke Empat. Selemba Medika: Jakarta.

Kinasih, N. (2002). Wanita pintar kesehatan dan kecantikan. Betul: Araska.

Murtiastutik, D. (2008). Buku Ajar Infeksi Menular, Seksual. Surabaya: Airlangga


Universityvpresss.

Muktiana, (2014). Khasiat dan cara olah sirsak untuk kesehatan & bisnis makanan,
Yogjakarta. Pustaka Baru Press.

52
Manuaba, (2008). Memahami kesehatan Refroduksi wanita, Edisi 2. Jakarta :EGC

Mumpuni Y. 2003. 45 penyakit musuh kaum wanita. Yogjakarta: Rapha publising.

Nursalam.(2014). Konsep dan penerapan Metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:


Selemba Medika.

Notoatmodjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Prasetyo (2013). Dahsyat Sirsak dan manggis Basmi Segala Penyakit. Jogjakarta : Flashbooks.

Pribakti. 2012. Resep “Rahasia” Kesehatan Wanita. Jakarta: CV Sagung Seto.

Ramayanti. 2004. Pola Mikroorganisme Flour albus patologi yang di sebakan oleh infeksi
pada penderita rawat jalan diklinik. Testik/FK UNDIP. Semarang

Ramyanti, (2004). Pola mikroorganisme Flour Albus patologi yang disebabkan oleh infeksi
pada penderita rawat jalan di Klinik ginikologi rumah sakit umum DR. Kariadi
Semarang. Disertasi, Universitas Semarang.

Suparyanto, (2011). Wanita Usia Subur. Diankes 9 April 2015, Bandung Alfabeta.

Widia, (2011). Perbedaan kejadian Flour Albus patologi Antara yang menggunakan Sabun
Anti Septik Daun Sirih pada Wus.

Wiknjosastro, hanifa. (2005). Ilmu kandungan. Jakarta: YBPS

53
54
Lampiran 1

55
Lampiran 2

56
Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di
Wilayah Desa Tanjung Jati Kecamatan Kamal
Dengan Hormat,
Saya Maya Rosita Putri, Mahasiswa Program Studi STIKes Ngudia Husada Madura
saya akan melakukan penelitian tentang ”Pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap
kejadian keputihan pada wanita usia subur” di desa tanjung jati kec. Kamal Kab. Bangkalan
untuk keperluan tersebut saya mohon partisipasinya anda (bersedia/tidak bersedia) untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.
Apabila saudara menyetujuinya, maka saya mohon kesediaannya untuk
menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Bangkalan………….2019
Responden
Hormat Saya

(………………………………) MAYA ROSTINA PUTRI


NIM 1414201006

57
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakanbersedia untuk menjadi partisipan penelitian mahasiswa Progam Studi

Keperawatan STIKes Ngudia Husada Madura dengan Judul Penelitian “Pengaruh pemberian

ekstrak daun sirsak terhadap kejadian keputihan pada wanita usia subur”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatif dan data-data

mengenai saya dalam penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas yang mencantumkan

identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak

digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data-data.

Demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya bersedia

berperan serta dalam penelitian ini.

Bangkalan………..2021

Responden

(....................................)

58
Lembar observasi
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Ya Tidak
1. cairan keputihan yang dialami sangat banyak
sehingga harus berkali-kali mengganti celana
dalam
2. lender yang keluar berwarna putih seperti susu
basi atau keruh keabu-abuan
3. lender yang keluar berwarna kuning atau
kehijauan
4. timbul kemerahan pada area kewanitaan
5. keputihan yang dialami mengganggu aktifitas
6. lendir yang kelaur agak lengket
7. berbau tidak sedap seperti bau amis
8. terasa gatal, panas, pada area kewanitaan
Jumlah
Petunjuk
1) Bacalah pertanyaan dengan teliti.
2) Mohon dijawab dengan memberikan tanda (√) pada kotak sebelah kanan sesuai jawaban
yang saudara pilih.
3) Mohon jawaban disesuaikan dengan apa yang anda ketahui tanpa ada unsur demi hasil
yang diinginkan.
Tanggal Pengisian Kuesioner :
1. Identifikasi Responden
a) No kode Responden :
1. DATA UMUM
1) Umur
a. <25 tahun
b. 25-35 tahun
c. > 35 tahun

2) Pendidikan

a. Tidak sekolah
b. SD/MI
c. SMP/MTS
d. SMA/MA
e. Peguruan tinggi/Akademi
3) Pekerjaan
a. Ibu rumah tangga
b. Swasta
c. PNS

59
Frequency Table

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <25 tahun 12 42.9 42.9 100.0

25-35 tahun 10 35.7 35.7 57.1

>35 tahun 6 21.4 21.4 21.4

Total 28 100.0 100.0

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD/MI 9 32.1 32.1 32.1

SMP/MTS 11 39.3 39.3 71.4

SMA/MA 8 28.6 28.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 9 32.1 32.1 32.1

Swasta 19 67.9 67.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

60
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


pretest 28 100.0% 0 .0% 28 100.0%
posttest 28 100.0% 0 .0% 28 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


pretest Mean 5.82 .146
95% Confidence Lower Bound 5.52
Interval for Mean
Upper Bound 6.12

5% Trimmed Mean 5.80

Median 6.00

Variance .597

Std. Deviation .772

Minimum 5

Maximum 7

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness .328 .441


Kurtosis -1.207 .858
posttest Mean .71 .135
95% Confidence Lower Bound .44
Interval for Mean
Upper Bound .99

5% Trimmed Mean .68

Median 1.00

Variance .508

61
Std. Deviation .713

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness .486 .441


Kurtosis -.830 .858

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


pretest .249 28 .000 .798 28 .000
posttes .270 28 .000 .784 28 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


posttes - Negative Ranks 28a 14.50 406.00
pretest Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 28
a. posttes < pretest
b. posttes > pretest
c. posttes = pretest

62
Test Statisticsb

posttes - pretest

Z -4.657a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

63

Anda mungkin juga menyukai