Anda di halaman 1dari 6

1. Kekurangan cairan dan elektrolit b.

d keluar cairan dari muntah, ketidakmampuan


absorbsi air oleh intestinal.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria Hasil : pasien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembab, turgor kulit
normal, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine >600 ml/hari,
laboratorium nilai elektrolit normal.

Intervensi keperawatan

intervensi rasional
mandiri:
a. Monitoring status cairan a. Jumlah dan tipe cairan
turgor kulit,membrane pengganti ditentukan dari
mukosa,urine output. keadaan status cairan.
Penurunan volume cairan
mengakibatkan menurunnya
produksi urine, monitoring
yang ketat pada produksi
urine<600ml/hari
merupakan tanda terjadinya
syok hipovolemik.
b. Hipotensi dapat terjadi pada
b. Monitor TTV secara hipovolemi yang
berkala. memberikan manifestasi
sudah terlibatnya system
kardiovaskuler untuk
melakukan kompensasi
mempertahankan tekanan
darah.
c. Mengetahui adanya
c. Kaji warna kulit, suhu, pengaruh adanya
sianosis, nadi perifer, dan peningkatan tahanan
diaphoresis secara teratur. perifer.

kolaborasi:
a. Pertahankan a. Jalur yang paten penting
pemberian cairan untuk pemberian cairan
secara intravena. cepat dan memudahkan
perawat dalam melakukan
control intake dan output
cairan.
b. Evaluasi kadar b. Sebagai deteksi awal
elektrolit. menghindari gangguan
elektrolit sekunder dari
muntah pada pasien
peritonitis.

2. Nyeri b.d penekanan sel saraf di usus.

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi

Kriteria hasil:

a. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat di adaptasi.


b. Skala nyeri 0-1
c. Pasien tidak gelisah.

Intervensi keperawatan
intnnervensi rasional

mandiri:
a. Jelaskan dan bantu pasien dengan a. Pendekatan dengan
tindakan pereda nyeri menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi dan noninfasif nonfarmakologi lainnya telah
menunjukan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.

HE:
a. Tingkatkan pengetahuan a. Pengetahuan yang akan di
tentang : sebab-sebab nyeri, dan rasakan membantu mengurangi
menghubungkan beberapa lama nyerinya dan dapat membantu
nyeri akan berlangsung . mengembangkan kepatuhan
pasien terhadap rencana
trapeutik.

3. Konstipasi b.d hipomotilitas/kelumpuhan intestinal.


Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam terjadi perbaikan konstipasi.
Kriteria Hasil : Laporan pasien sudah mampu flatus dan keinginan untuk
melakukan BAB, bising usus terdengar normal (frekuensi= 5-
25x/menit), gambarab poto polos abdomen tidak terdapat adanya
akumulasi gas didalam intestinal.
Intervensi keperawatan

intervensi rasional

Mandiri :
a. Kaji factor predisposisi terjadinya a. Walaupun predisposisi illeus
illeus. terjadi pascabedah abdomen,
tapi ada predisposisi lain yang
mendukung peningkatan resiko
terjadinya illeus. Hal ini harus
segera dikolaborasikan untuk
mendapat intervensi
medis,misalnya adanya sepsis
harus diatasi, kondisi gangguan
elektrolit harus dikoreksi
b. Monitoring status cairan. b. Penurunan volume cairan akan
meningkatkan resiko illeus
semakin parah Karena terjadi
gangguan elektrolit.Peran
perawat harus
mendokumentasikan kondisis
status cairan dan harus
melaporkan apabila didapatkan
adanya perubahan yang
signifikan.

Kolaborasi:
a. Berikan Opioid antagonis selektif a. Alvimopan ini ditunjukkan
untuk membantu mencegah
illeus post operasi reseksi
illeus.
b. Pasang selang nasogastrik. b. Pemasangan selang nasogastrik
dilakukan untuk menurunkan
keluhan kembung dan distensi
abdomen. Perawat melakukan
pemantauan setiap 4 jam dan
pengeluaran pada selang
nasogastrik.

Anda mungkin juga menyukai