Anda di halaman 1dari 11

NAMA : MELLYSA DWI PUTRI

NIM : 04021281823015

KELAS : REGULER A 2018

PENATALAKSANAAN PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK

Seorang laki-laki usia 34 tahun dibawa ke IGD RS karena mengalami diare hebat.
Hasil pengkajian berat badan 58 kg, tingkat kesadaran pasien tampak bingung, frekuensi
napas 29 kali/menit, denyut nadi 110 kali/menit, CRT >3 detik, tekanan darah 110/100
mmHg, kulit dingin dan sianosis, urin output 20 ml/jam, vena jugularis datar. Buatlah tata
laksana penanganan pasien syok hipovolemik dari kasus tersebut. Mulai dari primary survey,
secondary survey, dan asuhan keperawatan pada kasus tersebut. Jika diperlukan dapat
ditambahkan data-data penunjang lainnya.

PENATALAKSANAAN SYOK HIPOVOLEMIK

Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah :


1. Memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak
mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
2. Meredistribusi volumecairan
3. Memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.

A. PENGKAJIAN
a. PRIMER SURVEY
1. Airway
 Look, listen dan feel : lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien.

2. Breathing
 Inspeksi dari tingkat pernapasan : pasien sianosis ,tidak ada
penggunaan otot bantu napas.
 Frekuensi pernapasan pasien 29 kali /menit
 Berikan oksigen dengan pompa sungkup (ambu bag)
 Jaga dan pertahankan napas tetap bebas
3. Circulation
 Cek nadi : denyut nadi pasien 110 kali/menit,
 Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau
hipoksia (capillary refill) : CRT >3 detik, kulit dingin dan
sianosis.
 Segera lakukan pemberian cairan
 pasang infus intravena.
 Penggantian volume cairan yang hilang dengan cairan
kristaloid (NaCL 0,9% atau Ringer laktat atau Ringer
Asetat)
 Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk menceg
ah pemberian cairan yang berlebihan

4. Disability
 Kaji tingkat kesadaran pasien : pasien tampak bingung
(Bingung / confused : disorientasi terhadap tempat, orang dan
waktu.)

5. Exposure
Pemeriksaan pelengkap setelah melakukan intervensi untuk
menyelamatkan nyawa pasien.

b. SECONDARY SURVEY
 Anamnesis :
 Identitas Pasien : pria usia 34 th
 Pekerjaan : Pedagang
 Keluhan Utama : diare hebat
 Riwayat Kesehatan Dahulu : Tidak pernah mengalami diare
 Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada penyakit keturunan
 Riwayat Psikososial : Pasien tinggal di perkampungan yang dekat
dengan sungai

 Pemeriksaan Fisik
 Kepala dan Leher: normal
 Dada: normal
 Abdomen:normal
 Pelvis: normal
 Ektremitas Atas/Bawah: Kulit suhu raba dingin, sianosis
 Punggung : normal
 Neurologis : tingkat kesadaran tampak bingung
 Sistem Pernapasan : frekuensi napas 29 kali/menit, tekanan darah
110/100 mmhg , denyut nadi 110 kali/menit, CRT >3 detik, vena
jugularis datar
 Sistem Eliminasi : urin output 20 ml/jam

B. ASUHAN KEPERAWATAN
 Diagnosa Keperawatan :
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d kekurangan volume cairan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
4. Risiko Syok d.d kekurangan volume cairan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


1 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
berhubungan dengan intervensi keperawatan a. Observasi
kehilangan cairan selama 1x24 jam maka ✓ Periksa tanda dan gejala
aktif dibuktikan status cairan membaik hipovolemia
dengan frekuensi dengan kriteria hasil : ✓ Monitor intake dan
nadi meningkat, nadi - Kekuatan nadi meningkat output cairan
terasa lemah, tekanan - Turgor kulit meningkat b. Terapeutik
darah menurun, - Output urine meningkat
✓ Hitung kebutuhan
tekanan nadi - Frekuensi nadi membaik
cairan
menyempit, turgor - Tekanan darah membaik
✓ Berikan asupan cairan
kulit menurun, - Tekanan nadi membaik
oral
membran mukosa - Membran mukosa
c. Edukasi
kering, volume urine membaik
menurun, hematokrit - Kadar hb membaik ✓ Anjurkan
meningkat - Kadar ht membaik memperbanyak asupan cairan oral
✓ Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
d. Kolaborasi
✓ Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
✓ Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
✓ Kolaborasi pemberian
cairan koloid

2 Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan intervensi Pencegahan syok


Efektif berhubungan selam 2×24 jam maka a. Observasi: 
dengan kekurangan perfusi perifer meningkat, Monitor tingkat
volume cairaan ditandai dengan : kesadaran dan respon pupil
dibuktikan dengan - Denyut nadi perifer b. Terapeutik :
pengisian kapiler >3 meningkat Berikan oksigen untuk
detik, akral teraba - Warna kulit pucat menurun mempertahankan saturasi oksigen
dingin,warna kulit - Pengisian kapiler membaik >94%
pucat, dan turgor kulit - Akral membaik Persiapkan intubasi dan
menurun - Turgor kulit membaik ventilasi mekanis, jika perlu
Pasang jalur IV, jika
perlu
Pasang kateter urine
untuk menilai produksi urine, jika
perlu
Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
c. Edukasi :
Jelaskan
penyebab/factor risiko syok
Jelaskan tanda dan
gejala awal syok

✓ Anjurkan melapor jika


menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
✓ Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
d. Kolaborasi :
✓ Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
✓ Kolaborasi pemberiantranfusi
darah, jika perlu

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1.Manajemen Energi


b.d kelemahan dan intervensi keperawatan A. Observasi
imobilitas d.d selama 3x24jam, toleran  Identifikasi gangguan
frekuensi jantung terhadap aktivitas fungsi tubuh yang
meningkat >20% dari meningkat dengan kriteria mengakibatkan kelelahan
kondisi istirahat, hasil :  Monitor kelelahan fisik
mengeluh lelah.  Kemudahan dalam dan emosional
melakukan aktivitas  Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari  Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
 Kekuatan tubuh melakukan aktivitas
bagian atas
meningkat B. Terapeutik
 Kekuatan tubuh  Sediakan lingkungan
bagian bawah nyaman dan rendah
meningkat stimulus
 Keluhan lelah  Lakukan latihan rentang
menurun gerak pasif dan/atau aktif
 Perasaan lelah
menurun C. Edukasi
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Anjurkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

D. Edukasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

2. Terapi Aktivitas
A. Observasi
 Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
 Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
 Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
 Monitor respons
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas

B. Terapeutik
 Fasilitas fokus pada
kemampuan, bukan defisit
yang di alami
 Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi
dan rentang
4 Risiko syok di Pencegahan syok Setelah dilakukan intervensi
buktikan dengan Observasi selama 3x24jam tingkat syok
kekurangan volume - Monitor status menurun dengan kriteria hasil:
cairan (pasien kardiopulmonal - Kekuatan nadi meningkat
mengalami (frekuensi dan - Tingkat kesadaran
perdarahan hidung kekuatan nadi, meningkat
mulut, dan frekuensi napas, - Mean arterial pressure
perdarahan telinga) TD, MAP) membaik
- Monitor status - Tekanan darah sistolik
oksigenisasi membaik
(oksimetri nadi, - Tekanan darah diastolic
AGD) membaik
- Monitor sattus - Frekuensi nadi membaik
cairan (CRT, dll) - Frekuensi napas mambaik
- Monitor tingkat
kesadaran dan
respon pupil
- Periksa riwayat
alergi
Terapeautik
- Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
- Persipakan intubasi
dan ventilasi
mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika
perlu
- Pasang kateter urine
untuk menilai
produksi urine, jika
perlu
- Lakukan skin test
untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi
- Jelaskan
penyebab/faktor
risiko syok
- Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
- Anjurkan melapor
jika
menemukan/merasa
kan tanda dan gejala
awal syok
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan
menghindari
allergen
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian IV, jiak
perlu
- Kolaborasi
pemberian tranfusi
darah, jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
antiinfalamasi, jika
perlu

Pemantauan cairan
Observasi
- Monitor frekuensi
dan kekutan nadi
- Monitor frekuensi
napas
- Monitor tekanan
darah
- Monitor berat badan
- Monitor jumlah, dan
warna, jenis urine
- Monitor kadar
albumin dan protein
total
- Identifikasi tanda –
tanda hypovolemia
(mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi
teraba lemah,
tekanan darah
menurun, tekanan
nadi menyempit,
turgor kulit
menurun, membrane
mukosa kering,
volume urin
menurun,
hematokrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat,
berat badan
menurun dalam
waktu singkat)
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
Dokumentasikan hasil
pemantauan, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Dewi,Enita.Sri Rahayu .2010 Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2. Hal 3-96
PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI :
Jakarta Selatan.
PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI :
Jakarta Selatan.
PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI :
Jakarta Selatan.
Tim KGD. (2014). Panduan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : STIK Aisyiyiah
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai