Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 REGULER A 2018

Ketua : Putri Puspita Sari 04021181823021


Sekretaris : Dwi Meidinasari Kusumajaya 04021181823023
: Tiar Puspa Ningrum 04021181823004
Anggota : Aulia Sri Handayani 04021181823005
Anya Bunga Fakhriyah 04021181823006
: Aurel Melinia 04021181823012
: Peny Ristika 04021181823050
: Mellysa Dwi Putri 04021181823024
Suci Andaresta 04021281823022

DOSEN PEMBIMBING:
Jaji, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


BAGIAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, laporan tutorial ini dapat diselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas
kompetensi kelompok. Solawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita,
nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya
sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di
masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat
bantuan bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan,
2. Dosen pembimbing kelompok 1
3. Teman-teman kelompok 1 dan sejawat PSIK UNSRI,
4. Semua pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT.

Indralaya, 21 Oktober 2021

Kelompok 1 Reguler A 2018

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2

DAFTAR ISI................................................................................................................. 3

SKENARIO ................................................................................................................... 4

KLARIFIKASI ISTILAH .............................................................................................. 4

IDENTIFIKASI MASALAH ........................................................................................ 5

ANALISIS MASALAH .............................................................................................. 6

TOPIK PEMBELAJARAN DAN KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN ..... 32

SINTESIS .................................................................................................................... 33

KERANGKA KONSEP............................................................................................... 41

KESIMPULAN ............................................................................................................ 42

DATAR PUSTAKA ................................................................................................... 43

3
SKENARIO
Seorang perawat melakukan kunjungan rumah ke keluarga Ny.N (68 tahun). Hasil
pengkajian diketahui Ny.N saat ini tinggal bersama anak bungsunya yang belum
menikah yaitu Ny.P (39 tahun). Pada saat pengkajian Ny.N tampak berpakaian rapi.
Ny.N mengeluh nyeri pada lutut dan pergelangan kaki kanannya dengan skala nyeri 5,
nyeri biasanya dirasakan pada dini hari dan diperberat pada saat hendak duduk maupun
berdiri. Ny.N merasa terganggu dan cemas dengan kondisinya. Ny.N mengatakan takut
ibadahnya terganggu dengan kondisinya karena Ny.N kesulitan untuk duduk maupun
berdiri. Pada saat dilakukan pengkajian lutut dan pergelangan kaki kanan Ny.N tampak
bengkak dan kemerahan. Hasil pengkajian TTV menunjukkan TD 130/90 mmHg, RR
20x/menit, HR 98x/menit. Perawat juga memeriksa kadar asam urat Ny.N dan
mendapatkan hasil 7.8 mg/dL. Ny.N mengeluh sulit tidur dan mudah terbangun pada
malam hari karena penyakitnya. Ny.N mengatakan tidak suka mengikuti kegiatan
apapun, karena Ny.N merasa sudah tua dan tubuhnya mudah merasa lelah, sudah tidak
mampu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan seperti acara pengajian. Ny.N mengatakan
kakinya tidak bisa tahan lama untuk berdiri bahkan berjalan terlalu jauh. Ny.N juga
terkadang memerlukan bantuan anaknya saat pergi ke kamar mandi. Hasil pemeriksaan
Barthel index menunjukkan total skor 115.

I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Kadar asam urat : Kadar Asam Urat : ketentuan hasil metabolisme di
dalam tubuh yaitu asam urat yang berupa purin
(Noviyanti, 2015).
2. Barthel index : Indeks Barthel adalah suatu indeks untuk mengukur
kualitas hidup seseorang dilihat dari kemampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri
3. TTV : Tanda-tanda Vital (TTV) : Vital sign atau
tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai
fisiologis yang digunakan untuk membantu
menentukan status kesehatan seseorang, terutama
pada pasien yang secara medis tidak stabil atau
memiliki faktor-faktor resiko komplikasi

4
kardiopulmonal dan untuk menilai respon terhadap
intervensi. (Buku Panduan Pendidikan Keterampilan
Klinik 1, 2020) .

II. IDENTIFIKASI MASALAH


No. Kenyataan Kesesuaian Prioritas
1. Seorang perawat melakukan Sesuai -
kunjungan rumah ke keluarga
Ny.N (68 tahun). Hasil pengkajian
diketahui Ny.N saat ini tinggal
bersama anak bungsunya yang
belum menikah yaitu Ny.P (39
tahun). Pada saat pengkajian
Ny.N tampak berpakaian rapi.
2. Ny.N mengeluh nyeri pada lutut Tidak sesuai √√
dan pergelangan kaki kanannya
dengan skala nyeri 5, nyeri
biasanya dirasakan pada dini hari
dan diperberat pada saat hendak
duduk maupun berdiri. Ny.N
merasa terganggu dan cemas
dengan kondisinya. Ny.N
mengatakan takut ibadahnya
terganggu dengan kondisinya
karena Ny.N kesulitan untuk
duduk maupun berdiri. Ny.N
mengeluh sulit tidur dan mudah
terbangun pada malam harikarena
penyakitnya. Ny.N mengatakan
tidak suka mengikuti kegiatan
apapun, karena Ny.N merasa
sudah tua dan tubuhnya mudah
merasa lelah, sudah tidak mampu

5
untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan seperti acara
pengajian. Ny.N mengatakan
kakinya tidak bisa tahan lama
untuk berdiri bahkan berjalan
terlalu jauh. Ny.N juga terkadang
memerlukan bantuan anaknya saat
pergi ke kamar mandi.
3. Pada saat dilakukan pengkajian Tidak sesuai √
lutut dan pergelangan kaki kanan
Ny.N tampak bengkak dan
kemerahan. Hasil pengkajian TTV
menunjukkan TD 130/90 mmHg,
RR 20x/menit, HR 98x/menit.
Perawat juga memeriksa kadar
asam urat Ny.N dan mendapatkan
hasil 7.8 mg/dL. Hasil
pemeriksaan Barthel index
menunjukkan total skor 115.

III. ANALISIS MASALAH


A. Ny.N mengeluh nyeri pada lutut dan pergelangan kaki kanannya dengan
skala nyeri 5, nyeri biasanya dirasakan pada dini hari dan diperberat
pada saat hendak duduk maupun berdiri. Ny.N merasa terganggu dan
cemas dengan kondisinya. Ny.N mengatakan takut ibadahnya terganggu
dengan kondisinya karena Ny.N kesulitan untuk duduk maupun berdiri.
Ny.N mengeluh sulit tidur dan mudah terbangun pada malam hari karena
penyakitnya. Ny.N mengatakan tidak suka mengikuti kegiatan apapun,
karena Ny.N merasa sudah tua dan tubuhnya mudah merasa lelah, sudah
tidak mampu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan seperti acara pengajian.
Ny.N mengatakan kakinya tidak bisa tahan lama untuk berdiri bahkan
berjalan terlalu jauh. Ny.N juga terkadang memerlukan bantuan anaknya
saat pergi ke kamar mandi.

6
1. Apa asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada kasus di atas?
Jawab :
No. Diagnosis Luaran Intervensi
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen nyeri
agen pencedera keperawatan selama 3 x 24 a. Observasi
fisiologis (inflamasi) jam diharapkan tingkat  Identifikasi lokasi,
nyeri menurun dengan karakteristiknya, durasi,
DS : kriteria hasil: prekuensi, kualitas,
- Mengeluh nyeri  Keluhan nyeri intensitas nyeri
DO : menurun  Identifikasi skala nyeri
- Tampak  Meringis menurun  Identifikasi respon nyeri
meringis  Sikap protektif non verbal
- Bersikap menurun  Identifikasi faktor yang
protektif  Gelisah menurun memperberat dan
- Gelisah  Kesulitan tidur memperingat nyeri
- Frekuensi nadi menurun  Identifikasi pengetahuan
meningkat  Frekuensi nadi dan keyakinan tentang nyeri
- Sulit tidur membaik  Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
b. Terapeutik
 Berikan teknik non formal
kologis untuk mengurangi
rasa nyeri ( mis . Tens ,
hypnosis,akupresure, terapi
musik,biofitback,terapi
pijat, aroma trapi,teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau

7
dingin,terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan ,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
c. Edukasi
 Jelaskan penyebab ,
periode , dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
 anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
 Anjurkan teknik non
formakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
2. Pemberian analgesik
a. Observasi
 Identifikasi
karakteristiknya ( mis.
Pencetus,pereda,kualitas,lo
kasi,intensitas,frekuensi,du
rasi)
 Identifikasi riwayat alergi

8
obat
 Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotika,
atau NSAID) dengan
tingkat kemarahan nyeri
 Monitor tanda -tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian Analgesik
 Monitor efektifitas
analgesik
b. Terapeutik
 Diskusikan jenis Analgesik
yang disukai untuk
mencapai analgesik
Potonglah, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan
infus kontinum, atau bolus
opioit untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengungkapkan respon
pasien
 Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
c. Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian

9
dosis dan jenis analgesik
sesuai indikasi. Jika perlu

2. D.0057 Setelah dilakukan 1. Edukasi Aktivitas/Istirahat


Keletihan b.d kondisi intervensi keperawatan a. Observasi
fisiologis selama 3x 24 jam maka  Identifikasi kesiapan dan
tingkat keletihan menurun kemampuan menerima
DS : dengan kriteria hasil: informasi
- Merasa energi  Verbalisasi b. Terapeutik
tidak pulih kepulihan energi  Sediakan materi dan
walaupun telah meningkat media pengaturan
tidur  Tenaga meningkat aktivitas dan istirahat
- Merasa kurang  Kemampuan  Jadwalkan pemberian
tenaga melakukan pendidikan kesehatan
- Mengeluh lelah aktivitas rutin sesuai kesepakatan
DO : meningkat  Berikan kesempatan
- Tidak mampu  Verbalisasi lelah kepada pasien dan
mempertahankan menurun keluarga untuk bertanya
aktivitas  Lesu menurun c. Edukasi
- Tampak lesu  Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
 Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok,
aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
 Anjurkan menyusun

10
jadwal aktivitas dan
istirahat
 Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis.
kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas)
 Ajarkan cara
mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan

2. Manajemen Energi
a. Observasi
 Identifkasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik
dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
b. Terapeutik
 Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
 Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi

11
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
c. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
d. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3. D.0100 Risiko Setelah dilakukan 1. Dukungan Spiritual
distress spiritual d.d intervensi keperawatan a. Observasi
sakit fisik selama 3 x 24jam maka  Identifikasi perasaan
status spiritual membaik khawatir, kesepian dan
dengan kriteria hasil: ketidakberdayaan
Kemampuan beribadah  Identifikasi pandangan
membaik tentang hubungan antara
spiritual dan kesehatan
 Identifikasi harapan dan
kekuatan pasien
 Identifikasi ketaatan
dalam beragama
b. Terapeutik
 Berikan kesempatan

12
mengekspresikan
perasaan tentang penyakit
dan kematian
 Berikan kesempatan
mengekspresikan dan
meredakan marah secara
tepat
 Yakinkah bahwa perawat
bersedia mendukung
selama masa
ketidakberdayaan
 Sediakan privasi dan
waktu tenang untuk
aktivitas
 Diskusikan keyakinan
tentang makna dan tujuan
hidup, jika perlu
 Fasilitasi melakukan
kegiatan ibadah
c. Edukasi
 Anjurkan berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan/atau orang lain
 Anjurkan berpartisipasi
dalam kelompok
pendukung - Ajarkan
metode relaksasi,
meditasi, dan imajinasi
terbimbing
d. Kolaborasi
 Atur kunjungan dengan
rohaniawan (mis. Ustadz,
pendeta, romo, biksu)

13
2. Promosi Koping
a. Observasi
 Identifikasi kegiatan
jangka pendek dan
panjang sesuai tujuan
 Identifikasi kemampuan
yang dimiliki
 Identifikasi sumber daya
yang tersedia untuk
memenuhi tujuan
 Identifikasi pemahaman
proses penyakit
 Identifikasi dampak
situasi terhadap peran dan
hubungan
 Identifikasi metode
penyelesaian masalah
 Identifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap
dukungan sosial
b. Terapeutik
 Diskusikan perubahan
peran yang dialami
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan
 Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
 Diskusikan untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku
sendiri

14
 Diskusikan konsekuensi
tidak menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
 Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya
pada diri sendiri
 Fasilitasi dalam
memperoleh informasi
yang dibutuhkan
 Berikan pilihan realitas
mengenai aspek-aspek
tertentu dalam perawatan
 Motivasi untuk menentuka
harapan yang realistis
 Tinjau kembali
kemampuan dalam
pengambilan keputusan
 Hindari mengambil
keputusan saat pasien
berada di bawah tekanan
 Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
 Motivasi mengidentifikasi
sistem pendukung yang
tersedia
 Dampingi saat berduka
(mis. penyakit kronis,
kecacatan)
 Perkenalkan dengan orang
atau kelompok yang
berhasil mengalami
pengalaman sama
 Dukung penggunaan

15
mekanisme pertahanan
yang tepat
 Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancam
c. Edukasi
 Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
 Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika
perlu
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
 Anjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik
 Ajarkan cara memecahkan
masalahsecara konstruktif
 Latih penggunaan teknik
relaksasi
 Latih keterampilan sosial,
sesuai kebutuhan
 Latih mengembangkan
penilaian obyektif

2. Bagaimana cara mengukur skala nyeri ?


Jawab :
Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri
menggunakan skala assessment nyeri (Novita, 2015).
a) Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak
digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara

16
visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien.
Rentang nyeri diwakili sebagai garis
sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda
pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan
deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung
yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala
dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi
menjadi skala hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien
anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya
sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS
tidak banyak bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual
dan motorik serta kemampuan konsentrasi.

b) Verbal Rating Scale


Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan pada
skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala numerik
verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena secara
alami verbal / kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual
dan motorik. Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis atau
angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan
dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat
dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup
berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi
pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe
nyeri.

17
c) Numeric Rating Scale (NRS)
Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap
dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS
terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah
keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak
memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti
dan dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang
menggambarkan efek analgesik.

d) Wong Baker Pain Rating Scale


Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak
dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.

3. Apa saja peran perawat untuk mengatasi masalah spiritual pada Ny.N?
Jawab :
Perawat sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan
spiritualitas pasien seperti mendatangkan pemuka yang diyakini pasien,
memberikan privacy untuk berdoa, memberi kesempatan pada pasien untuk

18
berinteraksi dengan orang lain (keluarga atau teman). (Young & Koopsen,
2005).
Perawat dapat memberikan pemenuhan kebutuhan spiritulitas kepada
pasien dengan memberikan dukungan emosional, membantu dan
mengajarkan doa, memotivasi dan mengingatkan waktu ibadah sholat,
mengajarkan relaksasi dengan berzikir ketika sedang kesakitan, berdiri di
dekat pasien, memberikan sentuhan selama perawatan (Potter & Perry,
2005).
Secara aplikatif ketika perawat memberikan tuntunan terhadap
pelaksanaan sholat, thoharoh bagi orang sakit, dzikir dan doa sehari-hari,
tuntunan bagi keluarga dalam menghadapi cobaan, hakikat sakit dan
bagaimana cara berikhtiar menurut Islam, konseling keagamaan,
pendekatan dengan pasien dan keluarga, mencegah berputus asa, dan
menjaga kemurnian tauhid, bimbingan sakaratul maut maka akan sangat
direspon secara positif oleh pasien (Yaseda dkk., 2013).
Pada kasus Ny. N, maka perawat dapat berperan dalam memotivasi
pasien bahwa ibadahnya tidak akan terganggu jika kesulitan dan berdiri.
Pasein bisa memenuhi kebutuhan ibadahnya dengan senyaman mungkin
dan perawat memberikan tuntunan terhadap pelaksanaan ibadah.

4. Bagaimana peran perawat untuk mengatasi sulit tidur pada Ny.N ?


Jawab :
a) Pemberian intervensi dukungan tidur
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis.
kopi, teh, alkohol, makan mendekali waktu tidur, minum banyak
air sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
- Batasiwaktu tidur siang, jika perlu

19
- Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
- Tetapkan Jadwal tidur rutin Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mongganggu
tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang lidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja).
Selain memberikan intervensi berupa dukungan tidur perawat juga dapat
memberikan/mengajarkan beberapa terapi sebagai berikut:
a) Terapi musik
Musik dapat merelaksasikan tubuh, yang bisa memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas tidur. Terapi musik sendiri adalah keahlian
menggunakan musik atau elemen musik oleh seorang terapis untuk
meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental,
fisik, emosional dan spritual. Potter mendefinisikan terapi musik sebagai
teknik yang digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit dengan
menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan
dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan kebutuhan, seperti musik
klasik, instrumental, slow musik, orkestra, dan musik modern lainnya
b) Senam Lansia
Senam lansia adalah olahraga yang ringan yang mudah dilakukan
tidak memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia. Aktivitas olahraga
ini akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan tetap segar, karena
senam lansia ini mampu melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung
bekerja secara optimal dan mampu membantu menghilangkan radikal
bebas yang berkaitan dalam tubuh (Widianti & Proverawati, 2010).
Senam mampu mengembalikan posisi dan kelenturan sistem saraf dan
aliran darah. Senam mampu memaksimalkan supply oksigen ke otak,

20
mampu menjaga sistem kesegaran tubuh serta sistem pembuangan energi
negatif dari dalam tubuh (Heri, 2014).
Senam lansia merangsang penurunan aktivitas saraf simpatis dan
peningkatan aktivitas parasimpatis yang berpengaruh pada penurunan
hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin serta vasodilatasi pada
pembuluh darah yang mengakibatkan transpor oksigen ke seluruh tubuh
terutama otak lancar sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan nadi
menjadi normal. Pada kondisi ini akan meningkatkan relaksasi lansia.
Selain itu sekresi melatonin yang optimal dan pengaruh beta endhorphin
dan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia (Rahayu,
2008).
c) Aromacare
Aromacare merupakan penggunaan konsep caring yang digunakan
sebagai dalam asuhan perawatan klien yang mengalami gangguan tidur
dengan pendekatan menggunakan aroma-aroma relaksan. Pemberian
aromaterapi dengan pendekatan asuhan keperawatan melalui proses
sugesti yang disebut aromacare ini dimaksudkan untuk meningkatkan
pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia. Pemberian aromaterapi sendiri
dapat meningkatkan kualitas pemenuhan tidur pada seseorang di mana
lansia dapat berpartisipasi dalam pelayanan kesehatannya dan
mempraktikkan pemberian aromaterapi melati untuk mendapatkan
istirahat secara teratur.
d) Terapi Relaksasi
Tujuan terapi ini adalah mengatasi kebiasaan usia lanjut yang mudah
terjaga dimalam hari saat tidur. Pada beberapa usia lanjut mengalami
kesulitan untuk tertidur kembali setelah terjaga. Metode terapi relaksasi
meliputi: melakukan relaksasi otot, guided imagery, latihan pernapasan
dengan diafragma, yoga atau meditasi.

5. Apa penatalaksanaan yang dapat dilakukan perawat untuk mengatasi cemas


yang dirasakan Ny.N?
Jawab :
Penatalaksanaan cemas pada Ny.N dapat dilakukan dengan
penatalaksanaan psikologis dengan terapi untuk mereduksi ansietas pada

21
lansia klien, terapi yang dapat dklienjarkan oleh pperawat anatara lain
adalah :
1) Terapi Hipnotis Lima Jari
Hipnotis lima jari adalah permusatan”pikiran pada bayangan atau
kenangan yang diciptakan sambil menyentuhkan lima jari secara
berurutan”dalam keadaan rileks. Berdasarkan hasil penelitklienn serta
teori yang ada maka peneliti berpendapat bahwa metode terapi yang
dilakukan secara benar pada pasien yang mengalami ansietas memang
memberikan pengaruh terhadap tingkat ansietas. Hal ini disebbabkan
oleh efek dari terapi hipnotis 5 jari memberikan kondisi rileks, mereka
dapat melepaskan ketegangan otot, menghilangkan stress, dan
memberikan perasaan nyaman pada pasien.
Tata Cara Hipnotis 5 Jari :
 posisisikan diri atau orang yang akan diterapi senyaman
mungkin, boleh duduk ataupun berbaring, tanyakan terlebih
dahulu apakah posisinya sudah nyaman atau belum. Jika sudah,
minta klien untuk tarik napas dalam dan memejamkan mata
 minta klien untuk menyentuhkan ibu jari dengan telunjuk, lalu
suruh klien untuk membayangkan moment-moment ketika
dirinya dalam keadaan sehat, membayangkan ketika fisiknya
bisa bergerak dengan bebas dan baik. Berikan sugesti, sampai
klien benar-benar merasakan kondisi tersebut.
 Minta klien untuk menyentuhkan ibu jarinya dengan jari tengah,
lalu perintahkan klien untuk membayangkan hari dimana klien
mendapatkan pujklienn yang paling berkesan dalam hidupnya.
Hari dimana klien mendapatkan penghargaan yang yang sangat
berkesan. Suruh klien untuk terus membayangkan
moment-moment tersebut, setelah itu tanya apakah klien merasa
bahagklien saat itu.
 minta klien untuk menyentuhkan jari ibu ke jari yang lainnya
yaitu jari manis. Suruh untuk membayangkan hari dimana
pertama kali jatuh cinta, pertama kali bertemu dengan orang

22
yang dicintainya, dan suruh klien untuk membayangkan bahwa
hari tersebut adalah hari yang paling indah.
 minta klien untuk menyentuhkan ibu jari dengan jari
kelingking, lalu susruh untuk membayangkan tempat yang
paling klien sukai, suruh klien untuk membayangkan keindahan
disekitarnya, suruh untuk merasakan nuansa dan suasana indah
tersebut. Jika sudah minta untuk tarik napas dalam kembali, dan
membuka matanya
2) Terapi Psikoedukasi
Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan mental pada
lansklien yang mengalami ansietas adalah dengan melakukan Terapi
Psikoedukasi. Terapi Psikoedukasi adalah salah upaya pada program
perawatan kesehatan jika melalui pemberklienn informasi dan edukasi
melalui proses komunikasi terapeutik . Psikoedukasi juga merupakan
bentuk intervensi yang mengintegrasikan pemberklienn edukasi dan
intervensi psikoterapeutik yang dapat diberikan pada individu, keluarga
maupun kelompok.
Psikoedukasi yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok
dapat meningkatkan pengetahuan tentang permasalahan yang ada pada
diri peserta terapi dan juga mengajarkan ketrampilan yang penting untuk
menghadapi pemasalahan tersebut. Pemberklienn terapi psikoedukasi
ini besar harapan bahwa terapi ini dapat diberikan untuk mengatasi
permasalahan ansietas pada tingkatan usklien yang lain dan bukan hanya
bagi lansklien serta terapi psikoedukasi untuk mengatasi
permasalahamn psikososklienl lain yang dimiliki oleh orang yang
memiliki penyakit kronis.

6. Apa penatalaksanaan nonfarmakologi yang dapat dilakukan perawat untuk


mengurangi rasa nyeri pada Ny.N?
Jawab :
Mengurangi rasa nyeri dengan cara non farmakologik
1) Terapi Fisik & Occupational Therapy
Terapi fisik dengan panas atau dingin dan latihan fisik akan
membantu menjaga dan mengembalikan rentang gerakan sendi dan

23
mengurangi rasa sakit dan kejang otot. Mandi atau berendam air hangat
akan mengurangi rasa sakit dan kekakuan. Efek fisiologi dari suhu adalah
relaksasi otot dan mengurangi rasa sakit. Walau demikian pemakaian
panas harus dipertimbangkan secara komprehensif bagi pasien
OAPenderita ada yang melakukan penyembuhan tanpa obat.
 Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air hangat,
dapat mengurangi kekakuan dan rasa sakit.
 Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat
menghilangkan rasa sakit atau mengebalkan bagian yang ngilu.
Tanyakan kepada dokter atau terapi mana yang lebih cocok bagi
pasien. Untuk OA di lutut, pasien dapat memakai sepatu dengan sol
tambahan yang empuk untuk meratakan pembagian tekanan akibat
berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan di lutut
2) Akupuntur
Stimulasi untuk menurunkan nyeri salah satunya dapat
menggunakan Akupuktur. Akupunktur adalah cara pengobatan
dengan cara menusuk jarum (Acus = Jarum, Punture = Tusuk), dan
dalam bahasa Cina disebut Cen Jiu. Akupunktur adalah suatu
ilmu dan seni pengobatan tradisional timur dengan
penusukan jarum akupunktur, pada daerah khusus di
permukaan tubuh, dengan tujuan utama menjaga
keseimbangan bioenergi dalam tubuh manusia (Rajin, Masruroh, &
Ghofar, 2015).
Akupunktur adalah memasukan jarum ke dalam tubuh
melalui titik khusus secara anatomis sesuai dengan keluhan.
Pengobatan ini berasal dari china semenjak 2000 tahun
yang lalu dan berkembang secara popular di Amerika
Serikat sekitar 20 tahun yang lalu, ddi gunakan oleh para ahli anastesi,
penyakit syaraf, perawat, kedokteran fisik. Terapi ini bertujuan
untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa sakit
(Nurgiwiati, 2015).
Akupuntur dapat mengobati nyeri dan dapat digunakan sebagai
terapi analgesia (Complemetary and Alternative Medicine, 2010).

24
Akupunktur dapat menstimulasi sekresi endorphin di dalam
tubuh, teruta,a encephalin yang mempunyai efek analgesia
(Singer, 2013; Madsen, Peter, dan Asbjorn, 2009; Han, 2004).
Akupunktur juga dapat mempengaruhi susunan saraf otonom,
yaitu saraf simpatis dan parasimpatis yang berperan dalam
patofisiologi nyeri (Strauss, 1997). Akupuntur dapat
mempengaruhi kadar neurotransmitter spesifik, seperti serotonin dan
noradrenalis yang terlibat dalam proses timbulnya nyeri (Irnich
dan Beyer, 2002).
Persepsi nyeri sesorang diatur oleh bagian system
saraf yang mengatur impuls yang akan diinterpretasikan
sebagai nyeri. Bagian system saraf ini disebut the gate.Jika the gate
ini menerima terlalu banyak impuls, the gate akan berlimpah impuls
yang meluap-luap, lalu menutup untuk mencegah impuls lainnya
masuk.
Akupunktur menyebabkan tertutupnya the gate dan
mencegah serabut saraf C untuk menghantarkan impuls nyeri
(Singer, 2010; Madsen, Peter, & Absjorn, 2009). Akupunktur
juga dapat menstimulasi pelepasan neuron motoric
gamma, pelepasan ini menyebabkan kontraksi serat otot
intrafusal yang mengaktivasi sel spindle dan memicu kontraksi
otot (Singer, 2010; Madsen, Peter, Absjorn, 2009; Irnich, Beyer,
2002).Goldman, et al (2010) menyatakan akupunktur dapat
menurunkan nyeri karena jarum akupunktur memicu pelepasan
adenosine, salah satu zat penghilang rasa sakit
alami.Peningkatan adenosin dapat menimbulkan efek menenangkan.
3) Kompres Hangat Kayu Manis
Kompres hangat kayu manis telah lebih efektif mengurangi nyeri
dibanding kompres dingin dalam penurunan skala nyeri arthitis gout.
Kompres dengan menggunakan air hangat mengakibatkan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan meningkatkan relaksasi otot
sehingga mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, dan juga
memberikan rasa yang nyaman . Penambahan kayu manis dalam air
hangat lebih mendorong terjadinya penurunan nyeri sebab kayu manis

25
mengandung anti inflamasi dan anti rematik yang berperan dalam proses
penyembuhan peradangan sendi. Hal ini disebabkan bahwa bubuk kayu
manis mengandung sinamaldehid yang dapat mengambat kerja
peradangan dan dapat mengatasi nyeri arthritis 3
Langkah-langkah kompres hangat kayu manis
Tujuan: Untuk mengurangi nyeri sendi pada penderita asam urat
Persiapan alat:
 20 gram bubuk kayu manis
 Kayu manis kering
 Alat penggiling
 Air hangat
 Baskom kecil
 Handuk kecil/ waslap

Cara pembuatan:
(kompres hangat) untuk mendapatkan bubuk kayu manis dapat
dengan menggiling kulit kayu manis kering. Cara meletakannya yaitu
serbuk kayu manis dicampur dengan air hangat secukupnya kemudian di
lakukan kompres hangat selama kurang lebih 20 menit.
(untuk di oles) pembuatan pasta kayu manis yaitu 20 gram bubuk
kayu manis dilarutkan dalam 1 sendok makan air hangat 450 C kemudian
dibalurkan pada bagian tubuh yang nyeri di tunggu 10-20 menit
4) Rebusan Daun Sirsak
Terapi minum rebusan daun sirsak terbukti efektif dalam menurunkan
nilai asam urat darah dan menurunkan keluhan nyeri sendi pada
penderita gout arthritis. Sifat anti oksidan yang dimiliki oleh daun sirsak
dapat mengurangi terbentuknya asam urat melalui penghambatan
produksi enzim xantin oksidase. Enzim ini berperan penting dalam
perubahan basa purin menjadi asam urat.Sedangkan penurunan nyeri
pada asam urat ini karena daun sirsak memiliki ekstrak etanol dan
magostine yang berperan sebagai anti inflamasi dan mampu meredam
nyeri pada penderita gout
Langkah-langkah rebusan daun sirsak
Tujuan:

26
1. Untuk mengurangi nyeri sendi pada penderita asam urat
2. Menurunkan kadar asam urat

Persiapan alat:
1. 10 lembar daun sirsak
2. 2 gelas air mineral

Cara pembuatan:
 Intervensi dilakukan dengan cara meminum rebusan daun sirsak
sebanyak 10 lembar direbus dengan 2 gelas air hingga mendidih
sampai tersisa 1 gelas (dengan api sedang), diminum 2x sehari
pada pagi dan sore hari 1 jam setelah makan rutin selama 8
minggu

7. Apa peran perawat untuk mengatasi masalah sosial pada Ny.N ?


Jawab :
Peran perawat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sosial pada
lansia adalah dengan cara
1) Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawatdalam melakukan pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia
berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia dengan
perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia
untuk mengadakan komunikasi. Lansia perlu dimotivasi untuk
membaca surat kabar dan majalah.

2) Membantu kegiatan sosial klien


Sosialisasi lansia dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan
secara bertahap dari interpersonal (satu per satu), kelompok, dan massa.

27
Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok. Perawat
dapat memberikan terapi aktivitas kelompok kepada lansia.

B. Pada saat dilakukan pengkajian lutut dan pergelangan kaki kanan Ny.N
tampak bengkak dan kemerahan. Hasil pengkajian TTV menunjukkan
TD 130/90 mmHg, RR 20x/menit, HR 98x/menit. Perawat juga memeriksa
kadar asam urat Ny.N dan mendapatkan hasil 7.8 mg/dL.. Hasil
pemeriksaan Barthel index menunjukkan total skor 115.
1. Bagaimana cara memeriksa kadar asam urat?
Jawab :
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Kadar asam urat adalah
dengan metode Strip. Metode strip adalah cara penetapan kadar asam urat
darah dari darah utuh dengan prinsip pemeriksaan berdasarkan tehnik
deteksi elektrokimia, dimana arus listrik yang dihasilkan diubah oleh
detektor menjadi suatu sinyal listrik yang diterjemahkan sesuai kadar
asam urat yang terkandung dalam sampel.
a) Prinsip : Tes strip menggunakan enzim asam urat dan didasarkan pada
tehnologi biosensor yang spesifik untuk pengukuran asam urat, tes stick
mempunyai bagian yang dapat menarik darah utuh dari
lokasipengambilan/tetesan darah kedalam zona reaksi. Uric oksidase
dalam zona reaksi kemudian mengoksidasi uric acid didalam darah.
Intensitas arus elektron terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi
asam urat didalam sampel darah (Suryaatmadja, 2006).
b) Kelebihan:
 Bisa untuk semua sampel darah
 Hanya butuh sampel sedikit
 Tidak membutuhkan reagen khusus
 Praktis dan mudah dipergunakan dan dapat dilakukan oleh siapa
saja tanpabutuh keahlian khusus
 Hasil dapat segera diketahui
c) Kekurangan
 Akurasinya belum diketahui

28
 Memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh hematokrit,
interfensi zat lain (vitamin C, lipid, dan hemoglobin) suhu,
volume sampel yang kurang.
 Stick bukan untuk menegakkan diagnosa klinis melainkan hanya
untuk pemantauan kadar Asam Urat.

2. Berapakah rentang normal TTV pada lansia ?


Jawab :
a. Tekanan darah (blood pressure)
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 2014
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 >160 >100

b. Suhu (Temperature)
 Normal: 36 C-37,5C
 Hyperthermia : peningkatan suhu tubuh
 Hypothermia : penurunan suhu tubuh
c. Pernapasan (Respiratory Rate/RR)
 Frekuensi napas normal: 14-20 x/menit
d. Denyut Nadi (Heart Rate/HR)
 Normal : 60 – 100 x /menit
 bradikardi : < 60 x/menit
 takikardi : > 100 x/menit

3. Berapakah rentang normal kadar asam urat pada lansia dan interpretasi
hasil pemeriksaan kadar asam urat Ny.N ?
Jawab :

29
Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung
usia dan jenis kelamin. Asam urat ergolong normal apabila pada pria
dibawah 7 mg/dl dan wanita dibawah 6 mg/dl. (Misnadiarly, 2007).

4. Bagaimana asam urat yang meningkat bisa menyebabkan nyeri pada


sendi?
Jawab :
Asam urat yang meningkat di dalam serum menyebabkan
hipersaturasi asam urat dalam plasma dan garam urat di cairan tubuh
yang akhirnya membentuk Kristal monosodium urat (MSU) di jaringan
lunak dan persendian. Penumpukan dan pengendapan MSU akan muncul
dan terjadi pembentukan tophus yang pada akhirnya respon inflamasi
meningkat. Oleh karena adanya respon inflamasi, maka terjadilah
pembesaran dan penonjolan sendi. Akibatnya, muncullah rasa nyeri pada
sendi (Nurarif & Kusuma, 2016).

5. Bagaimana cara melakukan penilaian Barthel index dan interpretasinya?


Jawab :
Instrumen Pengukuran Kemandirian Lansia
Indeks Barthel merupakan suatu alat ukur pengkajian yang
berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas dengan sistem penilaian yang didasarkan pada kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Indeks ini menggunakan 10 indikator penilaian, yaitu:
Tabel 1: Instrument Pengkajian Kemandirian dengan Indeks Barthel.
NO. ITEM YANG DINILAI SKOR NILAI
1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
5 = Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega dll
10 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
5 = Mandiri
3. Perawatan diri (Grooming) 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
5 = Mandiri dalam perawatan muka,

30
rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian (Dressing) 0 = Tergantung orang lain
5 = Sebagian dibantu (misal mengancing
baju)
10 = Mandiri
5 Buang air kecil (Bowel) 0 =Inkontinensia atau pakai kateter dan
tidak terkontrol
5 = Kadang Inkontinensia (maks,
1x24jam)
10 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang air besar (Bladder) 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
perluenema)
5 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
10 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan Toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
5 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
10 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
5 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
10 = Bantuan kecil (1 orang)
15 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
5 = Menggunakan kursi roda
10 = Berjalan dengan bantuan satu orang
15 =Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
5 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
10 = Mandiri

31
Berdasarkan tabel di atas, interprestasi hasil menurut Bartheladalah jika total nilai
indeks 100 maka disebut Dependen Total jika skor 0-20, Dependen Berat jika skor
21-40, Dependen Sedang jika skor 41-60, Dependen Ringan jika skor 61-90, dan
Mandiri jika skor 91-100 (Sugiarto,2005).

IV. HIPOTESIS
Menurut kelompok kami pasien Ny.N mengalami nyeri sendi karena
peningkatan kadar asam urat setelah dilakukan pengkajian pada sendi yang nyeri
juga terdapat tanda-tanda peradangan yaitu kemerahan bengkak dan terasa panas.
Pasien juga memiliki masalah pada biopsikososio dan spiritual.

V. TOPIK PEMBELAJARAN DAN KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN


What I Don’t What I Have to
No. Topik What I Know How I Learn
Know Prove
1. Penyakit  Pengertian  Penyebab  Cara Sumber:
asam urat penyakit asam pemeriksaan  Buku
urat kadar asam  Jurnal
 Penatalaksanaan urat  Internet
penyakit asam  Rentang
urat normal kadar
 Komplikasi asam urat
pada penyakit  Patofisiologi
asam urat penyakit asam
 Factor risiko urat
penyakit asam
urat
 Tanda dan
gejala penyakit
asam urat
 Pencegahan
penyakit asam
urat
 Askep asam

32
urat

VI. SINTESIS
1. Penyakit asam urat
A. Penyebab penyakit asam urat
Penyebab asam urat sendiri utamanya adalah tingginya kadar asam
urat dalam darah yang bisa dipicuh oleh bermacam faktor. Asam urat
merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang kita
konsumsi (Istianty & Rusilanti, 2013). Mengonsumsi secara berlebihan
makanan yang mengandung purin tinggi sehingga terjadi metabolisme
purin di dalam tubuh. Namun, karena purin yang masuk ke tubuh dalam
jumlah banyak, maka kadar asam urat di dalam tubuh pun meningkat.
Meningkatnya kadar asam urat menyebabkan ginjal tidak mampu
mengekskresikan asam urat. Asam urat yang tidak dapat diekskresikan
menumpuk dan mengkristal di daerah persendian. Hal ini menyebabkan
peradangan dan rasa nyeri pada sendi (Herliana, 2013).
Penyebab penyakit pada lansia berasal dari dalam tubuh (endogen),
hal ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari
berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua.
Sehingga produksi hormon, enzim dan zat-zat yang diperlukan untuk
kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan demikian, lansia akan lebih
mudah terkena infeksi. (Maryam dkk, 2008).
Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat
adalah pola makan, kegemukan, dan suku bangsa (Dewanti, 2010).
Sedangkan faktor resiko yang mempengaruhi peningkatan kadar asam urat
adalah usia, jenis kelamin, konsumsi purin dan obat-obatan (Nikmah,
2015).

B. Penatalaksanaan Asam Urat


Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadipenanganan
serangan Akut dan penanganan serangan Kronis.
 Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
a. Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.

33
b. Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan
Kristal Urat pada jaringan, terutama persendian.
c. Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
 Terapi Farmakologi
a. Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan
terapi lini pertama dalam menangani serangan akut gout, asalkan
tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari
karena ekskresi aspirin berkompetisi dengan asam urat dan dapat 11
memperparah serangan akut gout. Keputusan memilih NSAID atau
kolkisin tergantung pada keadaan pasien, misalnya adanya penyakit
pernyerta lain/komorbid, obat lain yang juga diberikan pada pasien
saat yang sama, dan fungsi ginjal. Kolkisin merupakan obat pilihan
jika pasien juga, menderita penyakit kardiovaskuler, termasuk
hipertensi, pasien yang mendapat diuretik untuk gagal jantung dan
pasien yang mengalami toksisitas gastrointestinal, kecendrungan
perdarahan atau gangguan fungsi ginjal.Obat yang menurunkan
kadar asam urat serum (allopurinol dan obat urikosurik seperti
probenesid dan sulfinpirazon) tidsk boleh digunakan pada serangan
akut. Penggunaan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX-2).
b. Serangan Kronik
Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor penting
untuk mencegah terjadinya serangan akut gout, gouttophaceous
kronik, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat. Kapan
mulai diberikan obat penurun kadar asam urat masih kontroversi.
Penggunaan allopurinol, urikourik dan feboxostat (sedang dalam
pengembangan) untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini :
1) Allopurinol Obat hipurisemik pilihan unuk gout kronik adalah
allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga
melindungin fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan fungsi
asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase.
Dosis pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal
allopurinol tidak boleh melebihi 300mg/24 jam.

34
2) Obat urikosurik kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang
sedikit mengekskresikan asam urat dapat diterapi dengan obat
urikosurik. Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g
2kali/hari) dan sulfinpirazon (100 mg 3-4kali/hari) merupakan
alternatif allopurinol, terutama untuk pasien yang tidak tahan
terhadap allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada pasien
dengan 12 nefropati urat dan yang memproduksi asam urat
berlebihan. allopurinol.
 Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan
gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres
dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan
berat badan pada pasein yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
a. Terapi Komplementer penatalaksanaan secara medik atau
farmakologi, Selain mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan
teknik nonfarmakologi yaitu dengan menggunakan
penatalaksanaan secara komplementer salah satunya dengan
menggunakan terapi herbal, ada beberapa tanaman obat asli
indonesia (OAT) yang mempunyai indikasi kuat untuk mengatasi
nyeri gout arthritis yang telah melalui prngujian klinis antara lain :
b. Daun Salam (Syzghium Polyanthum) Berkhasiat sebagai
Diuretika, Analgesik, dan anti radang yang efektif.Tetapi dari
sekian banyaknya tanaman herbal dalam masyarakat biasanya
jahe merahlah yang paling sering dijadikan alternative
pengobatan herbal untuk meredakan nyeri, karena khasiatnya
lebihbaik dibandingkan dengan tanaman obat yang lainnya yang
digunakan untuk pengobatan nyeri dan juga banyak penelitian
mengenai manfaat jahe dan kelebihan jahe untuk meredakan
nyeri.
c. Jahe merah (Zingiber Officinale Var Rubrum) Jahe (zingiber
officinale rosc) termasuk dalam daftar prioritas WHO sebagai
tanaman obat yang paling banyak digunakan didunia,
rimpangnya yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid
terbukti berkhasiat mengurangi peradangan dan nyeri sendi.Jahe

35
menekan sintesis prostagalandin melalui inhibisi cyclooxygenase
– 1 dan cyclooxygenase – 2,hasil penemuan selanjutnya
menyatakan bahwa jahe juga menekan biosintesis leuktorin
dengan menghambat 5– lipoxygenase, dan dalam penelitian
sebelumnya dinyatakan bahwa dua inhibitor cyclooxygenase dan
5 – lipoxygenase memiliki riwayat 13 teraupetik lebih baik dan
efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan NSAID .
Kandungan jahe yaitu zingerol, gingerol dan shagaol merupakan
kandungan dari jahe yang bermanfaat untuk mengurangi nyeri
gout arthritis.
Jenis ramuan jahe dan cara pemberi kompres jahe pada area
nyeri sendi (Chan, 2011)
1) Cuci bersih jahe 3-5 ruas
2) Parut jahe dan tempatkan didalam mangkok bersih
3) Aduk menjadi seperti bubur
4) Balurkan parutan jahe pada sendi yang sakit selama kurang
lebih 15 menit
5) Kemudikan sisa parutan jahe perbankan pada sendi yang
bengkak.

C. Komplikasi pada Asam Urat


Komplikasi dari arthritis gout belum banyak disadari oleh masyarakat
umum. Menurut Soeryoko (2011), berikut ini komplikasi yang terjadi
akibat tingginya kadar asam urat.
1) Kerusakan sendi
Arthritis gout merupakan penyakit yang cukup ditakuti sebagian
orang karena menimbulkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk
tubuh. Kerusakan sendi yang disebabkan tingginya asam urat dapat
terjadi di tangan maupun kaki. Kerusakan tersebut terjadi karena asam
urat menumpuk di dalam sendi dan menjadi kristal yang menganggu
sendi. Sendi yang tertutup kristal asam urat menyebabkan jari-jari
tangan maupun kaki menjadi kaku dan bengkok tidak beraturan.
Namun yang ditakuti penderita bukan bengkoknya melainkan rasa
sakit yang berkepanjangan.

36
2) Terbentuk tofi
Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat
monohidrat(MSUM) di sekitar persendian yang sering mengalami
serangan akut atau timbul di sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa,
atau tendon. Di luar sendi, tofi juga bisa ditemukan di jaringan lunak,
otot jantung (miokard), katup bicuspid jantung (katup mitral), retina
mata, dan pangal tenggorokan (laring). Tofi tampak seperti benjolan
kecil (nodul) berwarna pucat, sering teraba pada daun telinga, bagian
punggung (ekstensor) lengan sekitar siku ibu jari kaki, bursa di sekitar
tempurung lutut (prepatela), dan pada tendon achilles.Tofi baru
ditemukan pada kadar asam urat 10-11 mg/dL. Pada kadar >11 mg/dL,
pembentukan tofi menjadi sangat progresif. Bila hiperurisemia tidak
terkontrol, tofi bisa membesar dan menyebabkan kerusakan sendi
sehingga fungsi sendi terganggu.Tofi juga bisa menjadi koreng
(ulserasi) dan mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang
mengandung MSU. Dengan adanya tofi, kemungkinan sudah terjadi
pengendapan Na urat di ginjal.
3) Penyakit jantung
Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan
jantung. Bila penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah arteri
maka akan mengganggu kerja jantung. Penumpukan asam urat yang
terlalu lama dapat menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropy)
yaitu pembengkakan ventrikel kiri pada jantung.
4) Batu ginjal
Tingginya kadar asam urat uang terkandung dalam darah dapat
menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa zat yang
disaring dalam ginjal. Bila zat tersebut mengendap pada ginjal dan
tidak bisa keluar bersama urine maka membentuk batu ginjal. Batu
ginjal yang terbentuk diberi nama sesuai dengan bahan pembuat batu
tersebut. Batu ginjal yang terbentuk dari asam urat disebut batu asam
urat.
5) Gagal ginjal (nefropati gout)
Komplikasi yang sering terjadi karena arthritis gout adalah gagal
ginjal atau nefropati gout. Tingginya kadar asam urat berpotensi

37
merusak fungsi ginjal. Adanya kerusakan fungsi ginjal dapat
menyebabkan ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik
atau mengalami gagal ginjal. Bila gagal ginjal terjadi,ginjal tidak dapat
membersihkan darah. Darah yang tidak dibersihkan mengandung
berbagai macam racun yang menyebabkan pusing, muntah, dan rasa
nyeri sekujur tubuh.

D. Faktor Resiko Penyakit Asam Urat


a. Usia dan jenis kelamin
Proses penuaan akan mengakibatkan gangguan dalam
pembentukan enzim urikinase yang mengoksidasi asam urat menjadi
alotonin yang mudah dibuang. Jika pembentukan enzim ini terganggu
maka kadar asam urat darah menjadi naik. Perkembangan artritis gout
sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
wanita. Namun angka kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua
jenis kelamin setelah usia 60 tahun.
b. Asupan senyawa purin berlebih
Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya misalnya
daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, buncis
dan kembang kol dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah
antara 0,5-0,75 g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau
minyak tinggi seperti makanan yang digoreng, santan, margarin atau
mentega dan buah-buahan yang mengandung lemak tinggi seperti
durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran asam urat.
c. Konsumsi alkohol berlebih Minum
alkohol dapat menimbulkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat
akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam
laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi
peningkatannya dalam serum.
d. Aktivitas fisik
Olahraga atau aktivitas fisik akan menyebabkan peningkatan
kadar asam laktat. Asam laktat terbentuk dari proses glikolisis yang
terjadi diotot. Jika otot berkontraksi didalam media anaerob, yaitu

38
media yang tidak memiliki oksigen maka glikogen yang menjadi
produk akhir glikolisis akan menghilang dan muncul laktat sebagai
produksi akhir utama. Peningkatan asam laktat dalam darah akan
menyebabkan penurunan pengeluaran asam urat oleh ginjal.
e. Obat-obatan tertentu (terutama diuretika)
Obat anti hipertensi terutama thiazide, obat-obatan diuretic,
aspirin dosis rendah, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,
azetasolamid, dan etambutol diduga secara tidak langsung
mempengaruhi metabolisme lemak yang pada akhirnya mengurangi
pengeluaran asam lemak.
f. Penyakit-penyakit
Penyakit seperti leukemia (kanker sel darah putih), gangguan
fungsi ginjal sehingga ekskresi asam urat menjadi terhambat,
polisitemia, diabetes mellitus, hiperurisemia, dan hipertensi dapat
menyebabkan tingginya kadar asam urat dalam darah.
g. Kegemukan (obesitas)
Seseorang dinyatakan obesitas jika indeks masa tubuh (IMT)
lebih dari 30. Obesitas merupakan salah satu faktor gaya hidup yang 11
berkontribusi terhadap kenaikan asam urat selain diet tinggi purin dan
konsumsi alkohol.

E. Tanda & gejala penyakit asam urat


Gejala yang dirasakan dan tanda yang sering muncul pada penderita
Gout diantaranya adalah (Vitahealth, 2005; Kusumayanti dkk, 2014):
1) Rasa nyeri hebat dan mendadak pada ibu jari kaki dan jari kaki
2) Terganggunya fungsi sendi yang biasanya terjadi di satu tempat, sekitar
70-80 % pada pangkal ibu jari
3) Terjadi hiperurikemia dan penimbunan kristal asam urat dalam cairan
dan jaringan sendi, ginjal, tulang rawan dan lain-lain;
4) Telah terjadi >1 kali serangan di persendian (arthritis) yang bersifat
akut;
5) Adanya serangan nyeri pada satu sendi, terutama sendi ibu jari kaki.
Serangan juga biasa terjadi di tempat lain seperti pergelangan kaki,
punggung kaki, lutut, siku, pergelangan tangan atau jari-jari tangan;

39
6) Sendi tampak kemerahan;
7) Peradangan disertai demam (suhu tubuh >38oC), dan pembengkakan
tidak simetris pada satu sendi dan terasa panas;
8) Nyeri hebat di pinggang bila terjadi batu ginjal akibat penumpukan
asam urat di ginjal;

F. Pencegahan penyakit asam urat.


Pencegahan asam urat dapat dilakukan dengan menghindari
makanan yang tinggi purin, seperti jeroan dan makanan yang diawetkan.
Minuman beralkohol, serta obesitas juga merupakan salah satu penyebab
kadar asam urat tinggi, oleh karena itu dianjurkan untuk menjaga pola
makan agar berat badan dapat terkontrol (Sutanto, 2013).
Olahraga yang teratur dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit
asam urat, karena olahraga yang teratur dapat memperbaiki kondisi
kekuatan dan kelenturan sendi serta memperkecil resiko terjadinya
kerusakan sendi akibat peradangan sendi. Selain itu olahraga juga memberi
efek menghangatkan tubuh sehingga dapat mengurangi rasa sakit dan
mencegah pengendapan asam urat (Sutanto, 2013).
Batasi asupan makanan yang mengandung tinggi purin, sesuaikan
kebutuhan kalori yang masuk ke dalam tubuh dengan berat badan dan
tinggi badan, konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi
seperti ubi-ubian, singkong, nasi dan roti, karena dapat meningkatkan
pengeluaran asam urat dalam tubuh. Makan- makanan yang mengandung
rendah lemak dan tinggi cairan. Cairan dapat membantu mengeluarkan
asam urat melalui urine, cairan yang dikonsumsi bisa berasal dari air putih
dan buah-buahan. Hindari juga konsumsi alkohol, karena alkohol
mengandung purin tinggi dan dapat menghambat pengeluaran asam urat
dalam tubuh (Sutanto, 2013)

40
VII. KERANGKA KONSEP

Perawat melakukan
home visit ke rumah
Ny.N (68 tahun).

TTV :
TD 130/90 mmHg,
RR 20x/menit,
HR 98x/menit.
asam urat 7.8 mg/dL

Asam urat meningkat di


serum

Hipersaturasi asam urat


dalam plasma dan garam
urat di cairan tubuh

Kristal monosodium urat


(MSU) dijaringan lunak
dan persendian

Pembentukan Tophus

Respon inflamasi
meningkat

Pembesaran dan
penonjolan sendi

Nyeri akut
Nyeri Lutut dan Sendi Sulit tidur dan mudah
terbangun

Peran perawat : Tidak suka mengikuti


Manajemen nyeri kegiatan,mudah lelah
Pemberian analgesik Tidak suka mengikuti acara
pengajian

41
Keletihan dan risiko
distress spiritual

Peran perawat Peran Perawat :


Edukasi aktivitas/istirahat Dukungan spiritual
Manajemen energi Promosi koping

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil tutorial 1 dan tutorial 2, kelompok kami menyimpulkan
bahwa Ny.N menderita penyakit asam urat. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan kadar asam urat pada Ny.N yaitu sebesar 7,8 mg/dL. Penyakit ini
menyebabkan perubahan biopsikososiospiritual pada Ny.N dengan hasil
pemeriksaan Barthel Index sebesar 115 yang berarti memiliki ketergantungan
sebagian. Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut, keletihan dan
risiko distress spiritual. Peran yang dapat dilakukan perawat untuk mengatasi
masalah keperawatan pada Ny.N adalah dengan melakukan manajemen nyeri,
edukasi aktivitas/istirahat, manajemen energi, dukungan spiritual dan promosi
koping.

42
DAFTAR PUSTAKA
Asmarani, F., L. (2018). Penurunan nyeri akibat asam urat melalui pemanfaatan terapi
komplementer akupunktur. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(2):
2541-2728.

Buana & Burhanto. (2021). Pengaruh Terapi Musik terhadap Kualitas Tidur Lansia:
Literatur Review. Journal Borneo Student Research, 2(2).

Chan, U.A. (2020). Pengaruh Terapi Hipnotis 5 Jari Terhadap Tingkat Ansietas pada
Lansia. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang.

Dewi, S. R., & Ners, S. K. (2015). Buku ajar keperawatan gerontik. Deepublish.

DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI.

DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI.

DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI.

Hardywinoto & Setiabudi. (2005). Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

Ilkafah, (2017). Efektivitas Daun Sirsak Dalam Menurunkan Nilai Asam Urat Dan
Keluhan Nyeri Pada Penderita Gout Di Kelurahan Tamalanrea Makassar. Jurnal
Ilmiah Farmasi, 6(2). 22-29

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2006). Pharmaceutical care untuk pasien


penyakit arthritis rematik. Direktorat bina farmasi komunitas dan klinik ditjen bina
kefarmasian dan alat kesehatan departemen kesehatan

Kusnaidi, dkk. (2011). Aromacare Melati Meningkatkan Pemenuhan Kebutuhan Tidur


pada Lansia. Jurnal Ners, 6(2). 192-200.

Margowati S, Sigit P. (2017). Pengaruh Penggunaan Kompres Kayu Manis


(Cinnamomum Burmani) Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Arthitis Gout.
Urecol Proceeding. 598-607

Misnadiarly. (2007). Asam Urat, Hiperurisemia, Arthtritis Gout. Penerbit Pustaka


Obor

Nurarif, A.H & Kusuma, Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
Penerbit Mediaction Populer, Jakarta.

Potter & Perry.(2005). Fundamental of Nursing Concept, Process and Practice. Edisi 4.
Jakarta: EGC

Sincihu, Y., Dewi, B.D. (2014). Peningkatan Kemandirian Lansia Berdasarkan


Perbedaan Activities Daily Living: Perawatan Lansia di Rumah dan di Panti
Werda. Departemen IKM dan Faramkologi Fakultas Kedokteran Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya.

43
Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan
Sehari-Hari Pada Lansia Dip Anti Werda Pelkris Elim Semarang Dengan
Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP.

Therik, K. S. S. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat


Pada Pasien Di Puskesmas Naibonat (Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang).

Yaseda, G.C., Noorlayla, S.F., Efendy, M.A. (2013). Hubungan peran perawat dalam
pemberian terapi spiritual terhadap perilaku pasien dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual di ruang icu rsm ahmad dahlan kota Kediri. STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehatan

Young & Koopsen. (2005). Spirituality, Health and Healing; An In tegrative Approach,
second edition. California: LLC

Yudiyanta, Novita. (2015). Assessment Nyeri. Patient Comfort Assessment Guide

Yunalia, E.M, Soeharto, I.P.S, Nurseskasatmataa, S.E, Sulistyawati. W, Etika, A.N.


(2021). Pemberian Psikoedukasi Sebagai Upaya Penatalaksanaan Ansietas padaa
Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal JAIM UNIK , 4(1). 59-65.

Yurintika, dkk. (2015). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur pada Lansia
yang Insomnia. Jurnal JOM, 2(2).

44

Anda mungkin juga menyukai