Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DISUUSUN OLEH :

Dina Azman

2314901019

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Ns. Weni Mailita, S.Kep, M.Kep ) (Rita Kumala Sari, S.Kep )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES ALIFAH PADANG
2023/2024
1. Pengertian
Kebutuhan cairan sangat diperlukan dalam tubuh karena
berguna untuk mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa
metabolisme, zat pelarut elektrolit dan non elektrolit, memelihara
suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan,
(Fitriana&Sutanto, 2017).

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan, (Utami, 2020).

2. Anatomi fisiologi

Pergerakan cairan yang normal melalui dinding kapiler


kedalam jaringan tergantung pada kenaikan tekanan hidrostatik
(tekanan yang dihasilkan oleh cairan pada dinding pembuluh
darah) pada kedua ujung pembuluh arteri dan vena.

Arah perpindahan cairan tergantung pada perbedaan dari


kedua arah yang berlawanan (tekanan hidrostatik dan osmotik).

a. Osmosis dan osmolaritas

Perpindahan air terjadi melalui membran dari daerah dengan


konsentrasi zat yang terlalu rendah ke daerah dengan
konsentrasi zat terlalu tinggi sampai dengan konsentrasi
tersebut sama.

b. Difusi

Merupakan kecendrungan alami dari suatu substansi untuk


bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi
ke daerah konsentrasi yang rendah.
c. Filtrasi

Tekanan hidrostatik dalam kapiler cenderung untuk menyalin


cairan yang keluar dari kompartemen vaskuler kedalam caiaran
CIS.

d. Pompa Natrium-Kalium

Konsentrasi natrium lebih besar didalam CES dibanding di


CIS. Oleh karena itu ada kecenderung natrium utuk memasuki
sel dengan cara difus
3. Etiologi
a. Ketidakseimbangan volume cairan
1. Kekurangan volume cairan : Diare , muntah ,keringat berlebihan
2. Kelebihan volume cairan :gagal jantung kongesif, gagal ginjal
3. Sindrom ruang ketiga : hipertensi ,portal,luka bakar
4. Ketidakseimbangan hiperosmolar : diabetes insipidus
5. Ketidakseimbangan hiposmolar : asupan cairan berlebihan
b. Ketidakseimbangan elektrolit
1. Hiponetremia : penyakit ginjal insufiensi
2. Hipernatremia : mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat
3. Hipokalemiagastrointestinal : penggunaan diuretic yang dapat
membuang kalium
4. Hiperkalemia : gagal ginjal ,dehidrasi hipertonik
5. Hipokalemia : defisiensi vitamin D, penyakit neoplastik
6. Hiperkalsemia : osteoporosis, imobilisasi yang lama
4. Patofisologi
Secara umum defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,
yakni kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
pendarahan,pergerakan cairan ke lokasi ketiga ( lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat bepindah dari lokasi intraveskuler menuju lokasi
potensial seperti pluera, peritonium,pericardium, atau rongga sendi. Selain
itu , kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan cairan elektrolit yaitu :
a. Pemeriksaan radiologi
Photo thorak dapat mengarah ke kardiomegali : pembesaran jantung
dengan kongestif paru.
b. Ekg
Ekg dilaksanakan untuk mengetahui adanya miokardial akut, guna
mengkaji aritma untuk mengenal respon kompoensatori seperti
terjadinya hypertropi vertikel.
c. Laboratorium
1. Darah
2. Urin
3. Kateteri jantung
Biasanya ditemukan tekanan akhir distole ventrikel kiri, atrium kiri
tekanan vena pulmonalis meninggi ,sedangkan atrium kanan baru
meninggi pada keadaan lanjut.
6. Penatalaksanakan Medis
a. Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut
atau berat
b. Pengkajian masalah yang berat, bunyi nafas dan warna kulit
c. Imobilisasi cairan dengan memposisikan pasien pada posisi
supined.
d. Menghentikan infus bila pemberian natrium cairan berlebihane.
Frekuensi pemberian cairan didasarkan keparahan,
kekurangan ,dan respon hemodinamik pasien terhadap
penggantian cairan.
e. Pemberian deuretik jika pembatasan diet natrium tidak cukup
untuk menggurangi edema dengan mencegah reabsorbsi natrium
dan air oleh ginjalf.
f. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau
pengobatan penyakit dasar g.
g. Terapi cairan intravena mungkin diperlukan untuk hidrasi cepat,
khususnya untuk anak kecil dan lansia .
Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Identitas klien
Kaji identitas klien yang meliputi : nama, usia,alamat , Pendidikan dll
2. Riwayat keperawatan
- Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan masa lalu
4. Riwayat psikososial keluarga
5. Kebutuhan dasar
- Pola eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari dengab
konsistensi cair, berlendir dan kadang disertai darah
- Pola nutrisi
Diawalai dengan mual, muntah, anoreksia, malas makan dan minum
- Pola istirahat dan tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman
- Pola aktifitas
Akan terganggu karena adanya kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distenri abdomen.
6. Pemeriksaan penunjang
- Darah : hematokrit meningkat, leukosit menurun, tapi pada
kondisi tertentu memungkinkan lonjakan pada leukosit
- Feses : pada pemeriksaan feses biasanya didapatkan bakteri atau
penyakit
- Elektrolit : pada pemeriksaan elektrolit didapatkan kadar natrium dan
kalium menurun
- Urinalisa : urin pekat
- Analisa gas darah : asidosis metabolil (bila sudah kekurangan cairan)
Diagnosa Keperawatan
a. Hipovelemia b.d kehilangan cairan aktif
b. Diare b.d iritasi gastroinyesnial
c. Hipertermi b.d penyakit

NO DIAGNOSIS RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Hipovelemia b.d kehilangan cairan Observasi
aktif 1. Periksa tanda tanda
Tujuan : setelah dilakukan asuhan dan gejaal
keperawatan 2x24 jam pasien tidak hipovelemia
mengalami penurunan volume (missal : frekuensi
cairan intraveskuler,interstisial nadi
atau intraseluler meningkat ,nadi
Kriteria hasil : teraba lemah,
- Mempertahankan urine tekanan darah
output sesuai dengan menurun, turgor
usia, BB,BJ,urine kulit mukosa
normal kering, volume
- Tekanan darah, nadi, urine menurun,
suhu tubuh dalam batas hematokrit
normal meningkat ,haus,
- Tidak ada tanda tanda lemah )
dehidrasi, elestisitas 2. Monitor intake dan
turgor kulit output cairan
baik,membrane mukosa Teraupetik
lembab, tidak ada rasa 3. Hitung kebutuhan
haus berlebihan cairan
4. Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
5. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
6. Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
7. Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis
(missal :
NaCL,RL)
8. Kolaborasi
pemberian IV
hipotonis ( missal :
glukosa
2,5%,NaCL0,4%)
9. Kolaborasi
pemberian cairan
IV koloid
10. Kolaborasi
pemberian produk
darah
2. Diare berhubungan dengan iritasi Observasi
gastrointensinal 1. Identifkasi
Tujuan : penyebab diare
Setelah dilakukan asuhan 2. Identifikasi
keperawatan 2x24 jam pasien tidak Riwayat permberin
diare lagi makanan
Kriteria hasil : 3. Monitor warna
- Feses terbentuk ,BAB volume, frekuensi
sehari 1-3kali dan konsistensi
- Tidak mengalami diare tinja
- Menjaga daerah sekitar 4. Monitor tanda dan
rectal dari iritasi gejala hipovolemia
- Menjelaskan penyebab 5. monitor iritasi dan
diare dan rasional ulserasi kulit
Tindakan didaerah perinal
- Memperhatikan turgor teraupetik
kulit 6. berikan asupan
cairan oral
7. pasang jalur
intravena
8. berikan cairan
intravena
9. ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
10. ambil sampel feses
untuk kultur,jika
perlu
edukasi
11. anjurkan makan
porsi sedikit dan
sering secara
bertahap
12. ajarkan
menghindari
makann pembentuk
gas ,pedas,mengan
dung laktosa
13. anjurkna
melanjutkan
pemberian air
minum secukupnya
kolaborasi
14. kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas
(loperamide)
15. kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses
3. Resiko ketidakseimbangan Observasi
elektrolit dibuktikan dengan 1. identifikasi
ketidakseimbangan cairan,diare kemungkinan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan penyebab
keperawtaan 2x24jam ketidakseimbangan
keseimbangan elektrolit elektrolit
meningkat. 2. monitor kadar
Kriteria hasil : keseimbangan serum elektrolit
elektrolit meningkat ditandai 3. monitor
dengan mual,muntah dan
- serum natrium normal diare
- serum kalium normal 4. monitor kehilangan
- serum klorida normal cairan
5. monitor tanda dan
gejala hipokalemi
dan hiperkalemi
6. monitor tanda dan
gejala hiponatremi
dan hipernatremi
teraupetik
7. atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
8. dokumentasikan
hasil pemantauan
9. berikan diet yang
tepat
10. pasang akses
intravena jika perlu
edukasi
11. jelakan tujuan dan
prosedur
pemantauan
12. jelaskan jenis,
penyebab dan
peangganan
ketidakseimbangan
elektrolit
kolaborasi
13. kolaborasi
pemberian
suplemen elektrolit.

Evaluasi keperawataan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
Tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menajdi
dua yaitu evaluasi proses atau evaluasi formatif , dilakukan setiap selesai
melaksanakan Tindakan evaluasi hasil dan sumatif ( dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan)
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A, Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Wartonah dan Tarwoto. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses
Keperawatan : Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika. EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 3.Jakarta: Salemba
PPNI (2017). Standar diagnosa keperawatan Indonesia: defisi dan
indicator diagnostik Edisi 1.jakarta.DPP PPNI
PPNI (2018).Standar intervensi keperawatan Indonesia : defisi dan
Tindakan keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia : defisi dan kriteria
hasil keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Wartonah, tarwoto, 2010. Kebutuhan dasar manusia dan proses
keperawatan. Jakarta : salemba medika

Anda mungkin juga menyukai