Anda di halaman 1dari 9

Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah defisit volume cairan

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5

Muhammad Fachry Indrawan (202101013)

Ela Nur Afifah (202101014)

Universitas Bina Sehat PPNI Mojokerto

2021-2021

BAB 1
Definisi

Menurut buku standart diagnosis keperawatan Indonesia Deficit Volume Cairan


(HIPOVOLEMIA) adalah penurunan volume cairan intravaskular, interstisial atau
intraseluler.

Etiologi

Penyebab Hipovolemia ini disebabkan karena

1. Kehilangan cairan aktif


2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permetabilitas kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi

Manifestasi klinis

Gejala dan tanda Mayor

Subjektif

Objektif

1. Frekuensi nadi meningkat


2. Nadi terasa lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit(Tingkat kelenturan kulit) menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urine menurun
8. Hematokrit menurun

Gejala dan tanda minor

Subjektif

1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus

Objektif

1. Pengisian Vena menurun


2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urine meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba

Kondisi klinis yang terkait seperti terkena

1. Penyakit Addison
2. Trauma/ pendarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif

Patofisiologi.

Faktor utama terjadinya diare yaitu faktor infeksi, proses ini diawali dengan adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya
terjadinya proses perubahan usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin atau bakteri akan
menyebabkan sistim transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sektresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kemudian faktor malabsorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare .Kemudian
terjadilah Proses Kehilangan cairan dan elektrolit (hipovolemia) kehilangan cairan aktif.
Kemudian timbul tanda dan gejala seperti, nafsu makan menurun muntah, haus, malaise,
adanya lecet di sekitar anus fases bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak bisa lagi diserap oleh usus, sehingga adanya tanda dehidrasi, menjadi kemampuan
absorpsi menurun sehingga timbul gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada diare
akut, kehilangan cairan secara mendadak dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik
yang cepat. Kehilangan cairan aktif dan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke
hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan
medis dapat mengakibatkan syok hipovolemik

PATHWAY
Penatalaksanaan

Terapi Non Medis

1. Posisikan modified trendelenburg

2. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

3. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

4. Hitung kebutuhan cairan

Terapi Medis

1. Pemberian cairan IV isotonis (NaCL, RL)

2. Pemberian cairan IV Hipotonis (Glukosa 2,5% dan NaCL 4%)

3. Pemberian cairan koloid(Albumin, Plasmanate)

4. Pemberian produk darah


Bab 2

Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

Biodata Pasien : Nama,Usia, Alamat,No.RM, Jenis kelamin, Agama,suku dan lain-lain.

Biodata Penanggung jawab : Nama, Usia, alamat, jenis kelamin, Agam,suku dan lain-lain

Keluhan utama :

Pasien mengatakan BAB Cair lebih dari 4 kali

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengatakan BAB Lebih dari 4 kali dalam sehari dengan konsistensi cair

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengatakan jika dia tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga :

Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang dialaminya.

Pola Gordon :

 Pola metabolik nutrisi


Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi :
meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku dan
membran mukosa, satu tubuh, tinggi dan berat badan.
 Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi ( usus besar, kandung kemih, dan kulit)
termasuk pola individu sehari hari, perubahan atau gangguan, dan metode yang
digunakan untuk mengendalikan ekskresi.

Pemeriksaan fisik :

1. TTV
2.Pola eliminasi BAB

- Pola BAB : 4 x sehari.

- Karakter feses : cair

- Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan.

- Diare : ada

- Penggunaan laksatif : Tidak ada

Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan laboratorium Untuk menegakkan diagnosis (kausal ) yang tepat, sehingga


dapat memberikan terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada diare
yaitu; pemeriksaan tinja, tes darah, Biopsi dengan mengambil sampel jarigan tertentu dari
dalam saluran pencernaan, Endoskopi, pemindaian seperti foto Rontgen, CT Scan, atau MRI,
dan tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat.

Diagnosa keperawatan :

Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan yang ditandai dengan Nadi
terasa lemah,tekanan darah menurun,Turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urine menurun,hematokrit meningkat.

Intervensi Keperawatan :

Meliputi OTEK

Observasi :

1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (Mis, frekuensi nadi meningkat, nadi terasa lemah,
tekanan darah menuru, tekanan Nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus,lemah)
2. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik :

- Hitung kebutuhan cairan

- Berikan posisi modified trendelenburg

- Berikan asupan cairan oral

Edukasi :

~Anjurkan memperbanyak cairan oral

~Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian produk darah

- Kolaborasi pemberian cairan koloid

- Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonis

- Kolaborasi cairan IV isotonis

Luaran Utama Cairan :

-Integntas kulit dan jaringan

-Keseimbangan Asam basa

-Keseimbangan cairan dan elektrolit

-Status nutrisi, Termoregulasi, Perfusi Perifer

Evaluasi

Kriteria hasil :

1. Frekuensi Nadi dalam batas normal ( 70-120 x/menit ),

2. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36,5 – 37,50C )


3. Elastisitas turgor kulit membaik

4. Intake cairan membaik ( 8-8,5 cc/kgBB/hari )

5. Membrane mukosa lembab, Tidak ada rasa haus

Daftar pustaka :

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016)

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai