Anda di halaman 1dari 8

Tutorial Worksheet8

Topik: Atresia ani dan Atresia ductus hepaticus

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dan gunakan sumber yang dapat dipercaya
dalam menjawab!

1. Apa yang dimaksud dengan atresia ani?


Atresia ani adalah tidak terjadinya perforasi membrane yang memisahkan bagian
endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna, anus tampak
rata atau sedikit cekung kedalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum(Brunnner dan suddarth, 2011)

2. Apa penyebab atresia ani?


Faktor penyebabnya belum diketahui pasti, karena kegagalan pembentukan septum
urorektal scara komplit karena gangguan pertumbuhan, pembentukan anus, putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang anus,
(Brunnner dan suddarth, 2011)

3. Apa masalah yang mungkin muncul pada anak yang mengalami atresia ani?
 Banyi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir.
 Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula
 Konstipasi berhubungan dengan aganglion
 Resiko infeksi berhubungan dengan fese masuk uretra

4. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan atresia ani?


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, tanggal/jam,
no RM, diagnose medis
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat tumbuh kembang
BB lahir abnormal
Kemampuan motoric halus, motoric kasar, kognitif, tumbuh kembang
pernah mengalami trauma saat sakit
f. Pola nutrisi- metabolic
Anoreksia, penurunan BB, mal nutrisi umum terjadi pada pasien dengan
atresia ani post kolostomi, mual muntah
g. Pola eliminasi
Pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi

2. Diagnose keperawatan
A. Konstipasi berhubungan dengan aganglion ditandai dengan kelulitan BAB
B. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake
cairan ditandai dengan mual muntah
C. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi ditandai dengan adanya kemerahan
D. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan dysuria

3. intervensi

No Diagnosa (NOC) (NIC)


1 Konstipasi berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan  lakukan irigasi rectal sesuai
aganglion ditandai dengan selama 3x24 jam diharapkan klien kebutuhan klien
kelulitan BAB mampu mempertahankan pola  kaji bising usus dan abdomen
eliminasi BAB dengan teratur setiap 4 jam
dengan kriteria hasil :  ukur lingkar abdomen
 penurunan distensi abdomen  berikan posisi yang nyaman
 meningkatnya kenyamanan
2 Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan perawatan  monitor intake dan output
cairan berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan klien cairan
menurunnya intake cairan dapat mempertahankan  lakukan pemasangan infus
ditandai dengan mual muntah keseimbangan cairan dengan dan berikan cairan melalui IV
kriteria hasil :  kaji TTV
 output urin 1-2 ml/kg/jam  ukur dan catat BB klien
 turgor kulit baik  berikan cairan sedikit tetapi
 membrane mukosa sering
lembab/baik  obsevasi membrane mukosa
dan turgor kulit

3 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan perawatan  kaji kulit, catat warna, turgor,
berhubungan dengan terdapat selama 3x24 jam diharapkan sirkulasi, sensasi
stoma sekunder dari kolostomi kerusakan integritas kulit teratasi  membasuh kulit dan
ditandai dengan adanya dengan kriteria hasil : mengeringkannya dengan
kemerahan  keadaan umum klien baik hati-hati
 kulit kembali normal dan  dorong klien untuk
baik ambulasi/turun dari tempat
tidur jika memungkinkan.
 Tutupi luka tekan yang
terbuka dengan pembalut
steril
4 Gangguan eliminasi BAK Setelah dilakukan perawatan  Observasi out put dan intake
berhubungan dengan dysuria selama 3x24 jam diharapkan pola cairan selama 24 jam
eliminasi urin kembali normal  Anjurkan klien untuk
dengan kriteria hasil : mempertahankan intake dan
 Tidak ada nyeri saat BAK output cairan adekuat
 Kolaborasi pemberian
analgesic atau
antipasmodik(PPNI, 2017)
5
5. Apa yang dimaksud dengan atresia duktus hepatikus?
Atresia ductus hepatikus adalah suatu penghambat didalam pipa/saluran yang
membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantong empedu (gallbladder) ini
merupakan kondisi kongenital yang berarti terjadi saat kelahiran(Arief Mansjoer, 2010)

6. Apa penyebab duktus hepatikus?


 Infeksi virus/bakteri setelah lahir
 Paparan zat kimia
 gangguan perkembangan hati dan saluran empedu saat didalam Rahim
 maslah dengan system imun(Arief Mansjoer, 2010)

7. Apa masalah yang mungkin muncul pada anak yang mengalami duktus hepatikus?
Obstruksi aliran normal empedu ke luar hati dan kedalam kantong empedu dan usus.
Akhirnya terbentuk sumbatan dan menyebabkan empedu balik ke hati fibrosis, sirosis,
sehingga menyebabkan gagal hati.(smeltzer suzan, 2009)

8. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan duktus hepatikus?


A. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, tanggal/jam,
no RM, diagnose medis
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pemeriksaan tingkat perkembangan
BB lahir abnormal
Kemampuan motoric halus, motoric kasar, kognitif, tumbuh kembang
pernah mengalami trauma saat sakit
g. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya
penyakit
h. Pemeriksaan fisik
 Urin berwarna gelap
 Tinja pucat
 Kulit berwarna kuning
 Hati membesar
 BB tidak bertambah
 Gangguan pertumbuhan
i. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan lab ; cek bilirubin meningkat karena kerusakan
parenkim hati
 USG : Mengetahui kelainan kongenital
 Biopsy hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan
dan noduler.
B. Diagnose keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
ditandai dengan BB menurun dan konjungtiva anemis
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi
abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya nausea
ditandai oleh mual muntah
4. Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi

C. Intervensi keperawatan

No Diagnose (NOC) (NIC)


1 Nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan perawatan  Kaji distensi abdomen
tubuh berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan  Pantau masukan nutrisi dan
anoreksia ditandai dengan BB pola nutrisi menjadi adekuat perhatikan frekuensi muntah
menurun dan konjungtiva anemis dengan kriteria hasil : klien
 BB pasien stabil  Berikan diet sedikit tapi
 Konjungtiva tidak
anemis sering
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang diet sesuai indikasi
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan perawatan  Kaji distensi abdomen
berhubungan dengan peningkatan selama 3x24 jam diharapkan  Kaji RR, kedalaman nafas,
distensi abdomen ditandai oleh pola nafas yang efektif dengan  Atur posisi klien agar
adanya perasaan sesak kriteria hasil : nyaman
 RR normal  Kolaborasi dengan tim
 Tidak ada penggunaan operasi jia diperlukan
otot bantu nafas
3 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan perawatan  Pantau asupan cairan klien
berhubungan dengan tingginya selama 3x24 jam diharapkan  Pantau lingkar perut klien
nausea ditandai oleh mual muntah pasien dapat mempertahankan  Observasi tanda-tanda
keseimbangan cairan dan dehidrasi
elektrolit dengan kriteria hasil :  Kolaborasi dengan tim
 Pengisian kapiler darah laboratorium untuk
kurang dari 3 detik pemeriksaan elektrolit, kadar
 Turgor kulit baik protein, albumin,cek darah
lengkap
4 Gangguan eliminasi fekal (diare) Setelah dilakukan perawatan  Evaluasi jenis intake
berhubungan dengan malabsorbsi selama 3x24 jam diharapkan makanan
pola BAB normal dengan  Kaji tanda-tanda iritasi
kriteria hasil :  Kolaborasi jika ada tanda
 Tidak ada diare diare
 Monitor turgor kulit,
membrane mukosa
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk diet yang tepat(PPNI,
2017)
Daftar pustaka

References
Arief Mansjoer (2010) Kapita Selekta Kedokteran. 1 ed. Jakarta: EGC.
Brunnner dan suddarth (2011) keperawatan medikal bedah. jakarta: egc.
PPNI, D. (2017) SDKI,SIKI,SLKI. 1 ed. Diedit oleh PPNI. Jakarta: DPP PPNI.
smeltzer suzan (2009) kepe

Anda mungkin juga menyukai