Anda di halaman 1dari 24

TIK 6

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN KELAINAN KONGENITAL
SISTEM DIGESTIF: HIRSCHPRUNG
DEFINISI
Penyakit Hirschprung/megakolon
aganglionik kongenital merupakan
obstruksi mekanis yang disebabkan oleh
ketidakadekuatan motilitas bagian usus.
(Wong,
2008)
PENGKAJIAN
ANAMNESA
• Identitas: Nama, jenis kelamin, umur, dan wali.
• Keluhan utama: Obstipasi merupakan tanda utama dan pada
bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah
mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah
lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain
adalah muntah dan diare.
• Riwayat kesehatan terdahulu: Apakah sebelumnya klien
pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan ibu, persalinan
dan kelahiran, riwayat alergi, serta imunisasi.
PENGKAJIAN
(lanj…)

• Riwayat kesehatan sekarang: Perhatikan adanya


keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal. Tanyakan
sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan
bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
• Riwayat kesehatan keluarga: Tanyakan pada orang tua
apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
PEMERIKSAAN FISIK

01 Inspeksi
Adanya distensi abdominal. Pemeriksaan rektum dan
feses anak serta ukur lingkar abdomen.

Penurunan bising usus, berlanjut dengan hilangnya


02 Auskultasi bising usus karena tidak keluarnya feses menuju
rektum.

Timpani akibat abdominal mengalami kembung


03 Perkusi (distensi).

04 Palpasi Teraba dilatasi kolon pada abdominal.


DATA
FOKUS

• Sistem Integumen: CRT memanjang, warna kulit pucat, dan edema.


• Sistem GI: Keterlambatan pengeluaran mekonium, mual dan muntah,
saat dilakukan rectal touching menunjukkan sfingter anal yang
padat/ketat.
• Sistem Kardiovaskuler: Takikardi
• Sistem Pencernaan: Penurunan bising usus, berlanjut dengan
hilangnya bising usus, distensi abdominal, iskemia usus, konstipasi,
diare kronik, mual muntah.
DATA
FOKUS (lanj…)

• Sistem Endokrin: Sistem metabolisme tubuh terganggu.


• Sistem Muskuluskoletal: Normal hingga merasakan ketidak-
nyamanan berujung nyeri, BB turun.
• Sistem Integumen: Gangguan integritas kulit terjadi pada post-
operasi atau terdapat kelembapan pada area kolostomi.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

• Pemeriksaan laboratorium untuk


mendeteksi adanya leukositosis dan
gangguan elektrolit atau metabolik.
• Gambaran normal dari radiografi polos
untuk melihat keadaan abdomen.
(Dwitya,
2017)
DIAGNOSA YANG
MUNGKIN MUNCUL
Pra Operasi:
1. Konstipasi b.d penurunan motilitas kolon, defekasi
yang tidak adekuat
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d mual dan muntah
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan mengenai
keadaan penyakit
4. Kekurangan volume cairan b.d asupan cairan yang
tidak adekuat
DIAGNOSA YANG
MUNGKIN MUNCUL (lanj…)
Pasca Operasi:
1. Resiko kekurangan volume cairan b.d
pemasukan terbatas akibat mual
2. Nyeri b.d prosedur insisi bedah
3. Kerusakan integritas kulit b.d adanya stoma
4. Gangguan citra tubuh b.d adanya stoma
Bayi berusia dua bulan dibawa oleh ibunya ke
rumah sakit dengan keluhan tidak BAB selama dua
minggu, dan muntah terus menerus selama dua hari.
KASUS
Pada pemeriksaan fisik terlihat perut bayi distensi
berat, bising usus terdengar lemah saat di auskultasi,
dan teraba dilatasi kolon pada saat dipalpasi,
membran mukosa kering, turgor kulit menurun,
CRT>3 detik. Berat badan 3,8 kg, keluarga
mengatakan tidak ada penambahan berat badan yg
signifikan dan bayi sering menolak minum ASI.
Hasil pemeriksaan rontgen polos abdomen tampak
dilatasi lumen kolon, ditemukannya segmen
aganglionik dengan irisan 3,4 cm pada biopsi rektal.
PENGKAJIAN

ANAMNESA
1. Identitas
• Nama: An. M
• Jenis Kelamin: Laki-laki
• Umur: 2 bulan
• Wali: Ny. R
PENGKAJIAN (lanj…)

2. Keluhan Utama:
• Tidak BAB selama 2 minggu
• Muntah selama 2 hari
• Tidak ada penambahan BB
yang signifikan
• Sering menolak ASI
PENGKAJIAN (lanj…)
3. Riwayat Kesehatan
• Riwayat kesehatan terdahulu: -

• Riwayat kesehatan sekarang:


 Tidak BAB selama 2 minggu
 Muntah terus menerus selama 2 hari
 Tidak ada penambahan BB secara
signifikan
 Sering menolak ASI

• Riwayat kesehatan keluarga: -


No Analisa Data Etiologi Masalah
1 DS : “Tidak BAB selama 2 minggu” Penurunan Konstipasi
DO: motilitas kolon
• Inspeksi: Distensi abdomen
• Palapsi: Teraba dilatasi kolon
• Auskultasi: Bising usus lemah
• Perkusi: Timpani pada abdominal
• Hasil lab: Dilatasi lumen kolon, ditemukan segmen
aganglionik dengan irisan 3-4 cm pada biopsi rektal
2 DS : “Tidak ada penambahan BB dan bayi menolak Kehilangan Ketidakseimbangan
minum asi” nafsu makan nutrisi
DO: BB 3,8 kg
3 DS : “Muntah terus menerus selama 2 hari” Mual dan Defisit volume cairan
DO: muntah
• Turgor kulit jelek
• Mukosa bibir kering
• CRT > 3 detik
DIAGNOSA UTAMA
1. Konstipasi b.d penurunan motilitas kolon
2. Ketidakseimbangan nutrisi b.d kehilangan nafsu makan
3. Defisit volume cairan b.d mual muntah
INTERVENSI
KEPERAWATAN
DX 1. Konstipasi b.d Penurunan Motilitas Kolon
NOC NIC RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk memperoleh informasi
keperawatan selama 2x24 konstipasi penyebab konstipasi
jam. 2. Monitor bising usus 2. Pergerakan bising usus yang
Kriteria hasil: 3. Monitor frekuensi BAB tidak memadai menunjukkan
• Konsistensi feses lunak dan konsistensi feses anak adanya konstipasi
dan berbentuk 4. Monitor tanda-tanda 3. Untuk melihat perubahan
• Konstipasi menurun ruptur bowel/peritonitis frekuensi BAB dan
yang dibuktikan dengan 5. Anjurkan peningkatan konsistensi feses
pola defekasi 1-5 frekuensi pemberian ASI 4. Agar dilakukannya segera
• Hidrasi adekuat penanganan ruptur bowel
5. Peningkatan frekuensi
pemberian ASI membantu
mengurangi gejala konstipasi
DX 2. Ketidakseimbangan Nutrisi b.d Kehilangan Nafsu Makan

NOC NIC RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan 1. Catat warna, jumlah, dan 1. untuk memonitor mual muntah bayi
keperawatan 2x24 jam. frekuensi muntah dan mencegah danya dehidrasi
Masalah teratasi dengan 2. Identifikasi faktor 2. Dengan mengidentifikasi pencetus
Kriteria hasil: pencetus mual dan mual muntah akan mengurangi
• Memperlihatkan status muntah pengeluatran cairan yang berlebihan
nutrisi normal 3. Bantuan pemberian dan 3. Untuk memberikan Asupan gizi
• Berat badan bertambah konseling ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Monitor BB dan metabolik
4. Untuk melihat perubahan pada BB
bayi
DX 3. Defisit Volume Cairan b.d Mual Muntah

NOC NIC RASIONAL

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status hidrasi dan 1. Untuk mengetahui balance
keperawatan 2x24 jam defisit ketidakadekuatan haluan urin cairan dan tidak adanya tanda-
volume cairan bisa teratasi dengan bayi dengan cara timbang popok tanda dehidrasi
Kriteria Hasil: bayi. 2. Untuk mengetahui intake dan
• Turgor kulit kembali 2. Pantau intake dan output cairan output cairan
segeraukosa bibir dan mulut normal 3. Peningkatan frekuensi
lembab 3. Anjurkan peningkatan frekuensi pemberian ASI membantu
• Vital sign dalam batas normal pemberian ASI meningkatkan status cairan dan
4. Kolaborasi pemberian cairan IV nutrisi bayi
jika diperlukan 4. Untuk memenuhi kebutuhan
cairan
EVALUASI
DIAGNOSA EVALUASI (SOAP)
1. Konstipasi b.d penurunan motilitas S: Ibu bayi mengatakan:
kolon • BAB mulai lancar dan konsistensi feses lunak
• Frekuensi pemberian ASI meningkat
O:
• Distensi abdomen berkurang
• Bising usus normal
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

2. Ketidakseimbangan nutrisi b.d S: Ibu bayi mengatakan:


kehilangan nafsu makan • BB bayi bertambah
• Bayi minum ASI sesuai anjuran
O:
• Frekuensi muntah berkurang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi 3 dilanjutkan
EVALUASI (lanj…)
DIAGNOSA EVALUASI (SOAP)

3. Defisit volume cairan bd mual S: Ibu bayi mengatakan:


muntah • Bayi sudah tidak muntah lagi
• Bayi sudah mulai mau minum ASI
O:
• Membran mukosa lembab
• Turgor kulit kembali elastis
• CRT 1 detik
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
• Wong, Donna, L, et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
Jakarta: EGC

• Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedaitrik (Mosby’s


Pediatric Nursing Refrence) Edisi 3. Jakarta: EGC

Hirschsprung • Wilkinson, Judith, M. 2016. Diagnosis Keperawatan Edisi 10.


Jakarta: EGC

• Dwitya, Rilianti. Dan Rasmi. (2017). Radiografi Abdomen 3


Posisi pada Kasus Neonatus dengan Mereorismus. J Medula
Unila, 2; 42-47 (Diakses 15/09/2020)
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai