Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSTIPASI

DISUSUN OLEH :
ARENIKE REZMA VIVIOLITA
P27220016 056

D-III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2018
KONSEP TEORI

1. Definisi
Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang tidak normal pada
seseorang, disertai dengan kesulitan keluarkan feses yang tidak lengkap atau
keluarnya feses yang keras dan kering (Wilkinson, 2006).
Konstipasi adalah kesulitan atau kelambatan pasase feses yang menyangkut
konsistensi tinja dan frekuensi berhajat. Konstipasi dikatakan akut jika lamanya 1
sampai 4 minggu, sedangkan dikatakan kronik jika lamanya lebih dari 1 bulan
(Mansjoer, 2010).
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan
frekunsi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan
kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan
konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar
pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah
kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang
kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum. (Potter & Perry, 2015).
Jadi konstipasi adalah penurunan frekuensi buang air besar, kesulitan dalam
mengeluarkan feses, atau perasaan tidak tuntas ketika buang air besar.

2. Etiologi
a. Obat-obatan: golongan antikolinergik, golongan narkotik, golongan analgetik,
golongan diuretik, NSAID, kalsium antagonis, preparat kalsium, preparat besi,
antasida aluminium, penyalahgunaan pencahar.

b. Kondisi neurologik: stroke, penyakit parkinson, trauma medula spinalis, neuropati


diabetic.
c. Gangguan metabolik: hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroidisme.
d. Kausa psikologik: psikosis, depresi, demensia, kurang privasi untuk BAB,
mengabaikan dorongan BAB, konstipasi imajiner.
e. Penyakit-penyakit saluran cerna: kanker kolon, divertikel, ileus, hernia, volvulus,
iritable bowel syndrome, rektokel, wasir, fistula/fisura ani, inersia kolon.
f. Lain-lain: defisiensi diet dalam asupan cairan dan serat, imobilitas/kurang
olahraga, bepergian jauh, paska tindakan bedah perut

3. Manifestasi Klinis
Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi adalah: Kesulitan
memulai dan menyelesaikan BAB
a. Mengejan keras saat BAB
b. Massa feses yang keras dan sulit keluar
c. Perasaan tidak tuntas saat BAB
d. Sakit pada daerah rectum saat BAB
e. Rasa sakit pada daerah perut saat BAB
f. Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
g. Menggunakan bantuan jari-jari intuk mengeluarkan feses
h. Menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa BAB

4. Patofisiologi

Defekasi merupakan suatu proses fisiologi yang menyertakan kerja otot-otot


polos dan serat lintang, persarafan, sentral dan perifer, koordinasi sisitem reflek,
kesadran yang baik dan kemampuan fisik untuk mencari tempat BAB.
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang menghantarkan feses
ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan meregangkan ampula rektum yang
diikuti relaksasi sfingter anus interna. Untuk menghindarkan pengeluaran feses yang
spontan, terjadi refleks kontraksi refleks anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis
yang dilayani oleh syaraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB
dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, dan rektum mengeluarkan
isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. Kontraksi ini akan menaikkan
tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot elevator ani.baik persyarafan simpatis
dan para simpatis terlibat dalam proses ini.
Patogenesis konstipasi bervariasi macam-macam, penyebabnya multipel,
mencakup beberapa faktor yang tumpah tindih, motilitas kolon tidak terpengaruh
dengan bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak mengakibatkan
perlambatan perjalanan saluran cerna. Pengurangan respon motorik sigmoid
disebabkan karena berkurangnya inervasi instinsik akibat degenerasi pleksus
myenterikus, sedangkan pengurangan rangsang saraf pada otot polos sirkuler
menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus. Pada lansia mempunyai kadar
plasma beta- endorfin yang meningkat, disertai peningkatan ikatan pada reseptor opiat
endogen di usus. Ini dibuktikan dengan efek konstipasif sediaan opiat karena dapat
menyebabkan relaksasi tonus otot kolon, motilitas berkurang dan menghambat refleks
gaster-kolon. Terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan otot-
otot polos berkaitan dengan usia khususnya pada wanita. Pada penderita konstipasi
mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras,
menyebabkan upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. Hal ini berakibat
penekanan pada saraf pudendus dengan kelemahan lebih lanjut.
5. Pathway

- Pola konsumsi makanan kurang sehat


- Kurang minum
- Menahan BAB
- Obat-obatan,dll

Obstruksi sal cerna

Kerusakan neuromuscular

Motalitas (peristaltic kolon)

Penurunan pengeluaran ciaran di dalam usus

Penaikan penyerapan air dari tinja di dalam usus

Tinja kering, keras Nyeri Akut

Tinja tertahan di dalam usus

Tinja sulit dikeluarkan

Konstipasi

Sakit perut, melilit, Nafsu makan  Sering buang air Rewel


mules, kembung kecil

Anoreksia Poliuri

Dehidrasi
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan tubuh
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Biodata Pasien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dibuat untuk mendapatkan informasi tentang awitan dan
durasi konstipasi, pola emliminasi saat ini dan masa lalu, serta harapan pasien
tentang elininasi defekasi. Informasi gaya hidup harus dikaji, termasuk latihan dan
tingkat aktifitas, pekerjaan, asupan nutrisi dan cairan, serta stress. Riwayat medis
dan bedah masa lalu, terapi obat-obatan saat ini, dan penggunaan laksatif serta
enema adalah penting. Pasien harus ditanya tentang adanya tekanan rektal atau rasa
penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan saat defekasi, flatulens, atau diare
encer.
e. Riwayat / Kondisi Psikososial
f. Pemeriksaan Fisik
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
h. Analisa data
Pengkajian objektif mencakup inspeksi feses terhadap warna, bau, konsistensi,
ukuran, bentuk, dan komponen. Abdomen diauskultasi terhadap adanya bising usus
dan karakternya. Distensi abdomen diperhatikan. Area peritonial diinspeksi terhadap
adanya hemoroid, fisura, dan iritasi kulit.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi berhubungan dengan penurunan respon terhadap dorongan defekasi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.
3. Intervensi Keperawatan

NO.
NOC NIC
DX
Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen konstipasi
1
keperawatan selama 3x7 jam, b. Identifikasi faktor-faktor yang
pasien dengan Konstipasi menyebabkan konstipasi
diharapkan dapat teratasi dengan c. Monitor tanda-tanda ruptur
kriteria hasil : bowel/peritonitis
a. Pola BAB dalam batas normal d. Jelaskan penyebab dan rasionalisasi
b. Feses lunak tindakan pada pasien
c. Cairan dan serat adekuat e. Konsultasikan dengan dokter tentang
d. Aktivitas adekuat peningkatan dan penurunan bising usus
e. Hidrasi adekuat f. Kolaburasi jika ada tanda dan gejala
konstipasi yang menetap
g. Jelaskan pada pasien manfaat diet
(cairan dan serat) terhadap eliminasi
h. Jelaskan pada klien konsekuensi
menggunakan laxative dalam waktu
yang lama
i. Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi
serat dan cairan
j. Dorong peningkatan aktivitas yang
optimal
k. Sediakan privacy dan keamanan selama
BAB
Setelah dilakukan tindakan NIC - Nutrition Management
2
keperawatan selama 3x7 jam, a. Catat status nutrisi pasien pada
pasien dengan ketidakseimbangan penerimaan,catat turgor
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kulit.BB,Intergritas mukosa
diharapkan dapat teratasi dengan oral,kemampuan menelan,riwayat
kriteria hasil : mual/muntah/diare
NOC - Nutritional Status (status b. Pastikan pola diet biasa pasien
nutrisi) : c. Awasi masukan dan pengeluaran nutrisi
a. Intake nutrisi meningkat sesuai dan BAB secara periodic
dengan diit d. Selidiki adanya anoreksia
b. Intake makanan dan cairan
meningkat sesuai dengan diet
c. Menunjukkan perubahan
prilaku/pola hidup untuk
menigkatkan/mempertahankan
BB.
Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri secara
3
keperawatan selama 3x7 jam, komprehensif termasuk lokasi,
pasien Nyeri akut diharapkan dapat karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
teratasi dengan kriteria hasil : dan faktor presipitasi
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu b. Observasi reaksi nonverbal dari
penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik c. Bantu pasien dan keluarga untuk
nonfarmakologi untuk mencari dan menemukan dukungan
mengurangi nyeri, mencari d. Kontrol lingkungan yang dapat
bantuan) mempengaruhi nyeri seperti suhu
b. Melaporkan bahwa nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan
berkurang dengan menggunakan e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
manajemen nyeri f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
c. Mampu mengenali nyeri (skala, menentukan intervensi
intensitas, frekuensi dan tanda g. Ajarkan tentang teknik non
nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
d. Menyatakan rasa nyaman distraksi, kompres hangat/ dingin
setelah nyeri berkurang h. Berikan analgetik untuk mengurangi
e. Tanda vital dalam rentang nyeri
normal i. Tingkatkan istirahat
f. Tidak mengalami gangguan j. Berikan informasi tentang nyeri seperti
tidur penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
4. Implementasi
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat

5. Evaluasi
Kaji tingkat keberhasilan tindakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk., ( 2010 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus,
FKUI, Jakarta.

Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2014. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth
Edition. United State of America : Mosby Elsevier

Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2014. Nursing Intervention Classification (NIC) United
State of America : Mosby Elsevier

Perry, P. d. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith.M, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Edisi 7), Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai