Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN

GERONTIK
Oleh:
Vetri Lusiana
Definisi

 Konstipasi atau sembelit sering diderita oleh para lansia.


Seseorang dianggap sembelit jika tidak dapat buang air
besar selama duahari atau lebih. Secara umum, penyebab
konstipasi adalah kekurangan cairan yang masuk (minum)
atau serat. Kurang beraktivitas dan berolahraga juga
menyebabkan kerja usus menjadi lamban.
 The American Gastroenterological Association
mendefinisikan konstipasi adalah sulitnya buang air besar
pada waktu terteentu yang berhubungan dengan kerasnya
feses atau perasaan tidak tuntas pada saat buang air besar
(Wells et al.,2015).
Etiologi

 Banyak lansia mengalami konstipasi sebagai akibat


dari penumpukan sensasi saraf, tidak sempurnanya
pengosongan usus, atau kegagalan dalam
menanggapi sinyal untuk defekasi. Konstipasi
merupakan masalah umum yang disebabkan oleh
penurunan mobilitas, kurang aktivitas, penurunan
kekuatan dan tonus otot.
Patofisiologi

 Konstipasi merupakan penyakit primer atau sekunder (disebabkan karena penggunaan


obat-obatan tertentu, kebiasaan hidup (lifestyle), atau karena penyakit. Konstipsi
bukan merupakan penyakit tetapi merupakan sebuah gejala dari penyakit.
 Konstipasi pada lansia sering disebabkan karena rendahnya diet makanan yang
berserat, kurangnya asupan cairan, menurunnya aktivitas fisik, atau karena
penggunaan obat-obat seperti obat golongan opiat. Konstipasi kadang menjdi
psicogenic sejak lahir (Wells et al.,2015).
 Beberapa penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan konstipasi sebagai berikut:
 Gangguan GI termasuk Irritable bowel syndrome (IBS), upper and lower GI tract
diseases, hemorrhoids, tumors, hernia syphilis, dan tubercolosis.
 Gangguan metabolik dan endokrin termasuk diabetes militus komplikasi neuropati,
hipotiroidsme, hiperkalsemia dan gangguan masuknya glukosa secara enteric.
 Penyakit jantung seperti gagal jantung.
 Konstipasi neurologik seperti Head trauma, CNS tumors, sipnal cord injurs,
cerebrospinal accident, dan penyakit Parkinson.
 Kasus psycohgenic.
Faktor Risiko

 Faktor-faktor konstipasi pada usia lanjut:


 Obat-obatan: golongan antikolinergik, golongan narkotik, golongan
analgetik, golongan deuretik, NSAID, kalsium antagonis, preparat
kalsium, besi, antasida alumunium, penyalahgunaan pencahar.
 Kondisi neurologik: stroke penyakit parkinson, trauma medula spinalis,
neuropati diabetic.
 Gangguan metabolik: hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroidisme
 Kausa psikologik: psikosis, depresi, dimensia, kurang privasi untuk
BAB, mengabaikan dorongan BAB, konstipasi imajiner.
 Penyakit-penyakit saluran cerna: kanker kolon, divertikel, ileus, hernia,
volvulus, iritable bowel syndrome, rektokel, wasir, fistula/fisura ani,
inersi kolon.
 Lain-lain: difesiensi diet dalam asupan cairan dan serat,
imobilitas/kurang olahraga, berpergian jauh, paska tindakan bedah parut.
Manifestasi Klinik

 Tanda Dan Gejala


 Manifestasi klinik dari konstipasi yaitu:
 Buang air besar kurang dari 2 kali per minggu
 Feses keras, kecil-kecil atau kering
 Sulit untuk buang air besar/defekasi (ditandai dengan mengedan)
 Perasaan tidak nyaman pada perut seperti kembung, atau tidak tuntas pada saat
buang air besar (feses seperti masih tertinggal didalam jejenum) (Wells et
al.,2015).
 Tanda dan gejala yang perlu diwaspadai (Alarm) yaitu:
 Hematosezia
 Melena
 Anorexia
 Mual dan muntah
 New onset atau konstipasi yang memburuk pada lansia tanpa ada penyebab
primer (Wells et al.,2015).
Pemeriksaan Diagnostik

 Uji digital pada rektum untuk menge-cek ada yang mempengaruhi


feses, penyempitan pada dubur, atau masa rektal (Wells et al.,2015).
 Uji laboratorium dan diagnostik yaitu:
 Pada pasien (lansia) yang mendapat tanda dan gejala yang mengarah
pada gangguan organik, spesifik, dilakukan uji fungsi tiroid
elektrolit, glukosa, tes darah lengkap berdasarkan presentasi klinik.
 Pasien dengan tanda dan gejala alarm maka dapat dibuktikan uji tes
diagnostik dibawah ini:
 Protoskopi
 Sigmoidoskopi
 Kolonoskopi
 Enema barium (Wells et al.,2015)
Penatalaksanaan

 Terapi farmakologi:
 Laksatif
 Laksatif dibagi menjadi tiga yaitu:
 Laksatif yang bekerja dengan cara melunakkan feses degan durasi 1-3 hari (agen laksatif bulk
forming, dukosat, dn laktulosa).
 Laksatif yang bekerja dengan cara melunakkan atau membasahi feses menjadi lunak dan
mudah untuk dikeluarkan dengan durasi sedang 6-12 jam. Contoh: obat yang bisakodil, dan
senna.
 Laksatif yang bekerja dengan menyebabkan air terserap pada feses sehingga feses mudah
dikeluarkan dengan durasi pendek 1-6 jam. Contoh: obat yaitu garam kartatik, minyak kastor,
polietilen glikol (PEG)-electrolyte lavage solution (Wells et al,.2015)
 Aktivator kanal kalsium
 Katartik
 Tujuan terapi yaitu:
 Menghilangkan gejala
 Menstabilkan kebiasaan defekasi
 Memperbaiki kualitas hidup dengan meminimalkan efek samping terapi obat (Wells et al.2015).
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai