Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN GERONTIK

“MAKALAH MENJELANG AJAL”

Disusun Oleh:
Vetri Lusiana
1814201221
S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Ns. Falerisiska Yunere, M.Kep

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2021/2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
Karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Ucapan terimakasih pun saya
haturkan kepada teman-teman kelompok, dan sumber yang membantu.

Kepada teman-teman saya terlebih terhadap Dosen pembimbing saya yang dengan penuh sabar
membimbing saya dalam mengerjakan makalah dengan judul Menjelang Ajal Dan Askep. Atas
kepeduliannya serta bimbingannya saya mengucapkan banyak terima kasih kiranya makalah ini dapat
menjadi sumber pembelajaran kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan.

DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan..................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Defini Ajal Dan Tanda Klinis.................................................... 4


B. Merawat Pasien Menjelang Ajal Dan Keluarganya............... 6
C. Defini Terminal.......................................................................... 8
D. Cara memberikan pertolongan bagi orang yang sekarat...... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................
B. Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut (Mirzal Tawi, 2008)Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan
system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal
dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif.
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik
maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang
mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial
dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).Contoh
masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan, penderita gangguan jiwa, masalah
anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak remaja: tawuran dan kenakalan, dsb.
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan,
otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan
tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi, maka akan menimbulkan sebuah perasaan yang tidak menentukan pada batin ataupun jiwanya,
akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian
dan rasa tidak pasti. Bahkan sampai ketidak kontrolannya emosi, bahkan pada beberapa kasus terjadi
beberapa orang yang mana kebutuhan kana tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan gangguan pada
jiwa seseorang.
Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan
memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap
saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.
Psikososial, merupakan gabungan dari dua kaata, yakni psiko Dan Sosial. Dalam pengkajian
psikologi, terdapat beberapa faktor :
1. Status Emosional
Status emosional ini biasanya dapat diamati dengan melihat ekpresi klien apakah
menunjukan kemarahan, kesedihan, kesakiitan dan sebagainya. Tingkah laku bisa dilihat dengan
apakah gelisah, melamun, takut,bingung, dll.

2. Konsep diri
1
Konsep diri ini dalam perkembangannya dipengaruhi oleh budaya, hubungan antara
pribadi, penghargaan baik dalam keluarga maupun masyarakat. Konsep diri ini berkaitan dengan
penilai orang lain terkait dengan dirinya, bahkan sampai bagaimana penilaian klien dari klien itu
sendiri sebagai manusia, dan apakah klien tersebut suka akan dirinya.
3. Cara berkomunikasi
Perlu di perhatikan tentang cara berkomunikasi dengan klien, berhubungan dengan respon
yang diberikan oleh klien, apakah respon dari klien tersebut agak lambat, atau bahkan di merespon
sama sekali, atau merespon hanya jawaban yang diberikan klien tidak berhubungan dengan
pertanyaan yang ajukan.
4. Pola Interaksi
Dalam mengetahui pola interaksi dari klien, kita harus fahami dahulu diri klien, termasuk
sifatnya. Perlu kita ketahui juga mengenai orang yang berharga bagi dirinya, sehinggan klien dapat
berkomunikasi secara baik dengan orang tersebut. Artinya orang penting bagi klien tersebut bisa
menjadi jembatan antara perawat dengan klien, ketika klien sedang tidak ingin berbicara kecuali
hanya dengan orang-orang penting bagi hidupnya saja.

Selain mengenai hal yang berhubungan dengan psiko. Dalam pengkajian sosial, ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi,diantaranya
1. Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan dan pekerjaan ini berkaitan dengan derajat pendidikan yang dicapai ataupun
sedang ditempuh oleh klien ketika itu. Adapun apabila telah bekerja maka yang perlu menjadi
acuannya adalah pekerjaan apa yang sedang dilakoninya, apakah keterampilannya, dan tentunya
bagaimana status keuangannya.
2. Hubungan sosial
Kehidupan sosial klien ketika beliau masih dalam lingkup masyarakat. Bagaimana
pergaulan klien, karna faktor ini cukup penting, dalam menunjukan pengaruhnya bagi kesehatan
psikososialnya. Kemudian apakah klien berkecimpung dengan aktif dalam organisasi masyarakat.
3. Sosio kultural
Agama adalahh sesuatu keyakinan yang melekat pada hati setiap individu akan adanya
Tuhan. Hubungan antara klien dengan Tuhan juga merupakan suatu faktoor yang penting, salah
satunya untuk penenangan batik, emosi, dan jiwa dari klien. Kemudia berhubungan juga dengan
budaya yang ada di lingkungan klien.

4. Pola hidup

2
Pola hidup ini berhubungan dengan lingkungan hidup klien, termasuk tempat tinggal klien,
keadaan rumahnya atau lingkungan rumahnya, bagaimana keluarganya ataupun dengan siapa si
klien ini tinggal dalam naungannya tersebut. Dan yang terpenting dengan apakah cara klien dalam
menenangkan diri.

Psikososial sesungguhnyaa melekat pada setiap diri manusia, baik perempuan ataupun laki-laki.
Psikososial ini berhubungan dengan kondisi kejiwaan, batin seseorang. Apakah orang tersebut sedang
senangkah batinnya, ataupaun sedih. Kemudian respon dari lingkungan luar ataupun dalam pun dapat
mempengaruhi perubahan psikososial seseorang. Salah satu contohnya ketika seseorang kehilangan
seseorang yang berharga baginya. Sebagian besar manusia ketika seseorang yang berharga bagi dirinya
ataupun orang yang ia cintai meninggal, hal ini dapat menjadi pukulan atau tekanan batin yang sangat
menyayat, sangat membekas bagi batin seseorang. Tentu sangat dapat berpengaruh pada psikososial
seseorang, bahkan dapat merubah perilaku bahkan kebiasaan seseorang.
Maka darinya perlu diberikan perawatan atau pun pemahaman yang tujuan dasarnya
mengembalikan kondisi psikososial seseorang tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi ajal dan tanda-tanda klinisnya.
2. Bagaimana merawat pasien menjelang ajal dan keluarganya.
3. Definisi sekarat.
4. Bagaimana memberikan pertolongan kepada orang yang sekarat.

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui defini ajal serta tanda klinisnya.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara merawat pasien menjelang ajal dan keluarganya.
3. Untuk mengetahui definisi dari sekarat.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara memebrikan pertolongan kepada orang yang sekarat.

D. Manfaat penulisan
Dari penulisan atau tersusunnya makalah ini diharapkan bagi pembaca khususnya dapat mengerti
atau pun menambah wawasan mengenai Ajal Dan Kondisi sekarat, baik mampu memahami dalam
pengertian atau tindakan yang diperlukan sesuai dengan kondisi klien seputar Ajal atau pun sekarat

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ajal Dan Tanda Klinis


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ajal dapat berarti batas hidup seseorang yang
telah ditentukan atau ditetapkan oleh Tuhan YME.
1. Tahap-tahap Menjelang Ajal Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan/ membagi tahap-tahap
menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:
1). Menolak/Denial Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya
terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak. Timbul pemikiran-pemikiran seperti: “Seharusnya tidak
terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini?”. Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan
menunjukkan keceriaan yang palsu (biasanya orang akan sedih mengalami keadaan menjelang
ajal).
2). Marah/Anger Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan
segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Timbul pemikiran pada
diri klien, seperti: “Mengapa hal ini terjadi dengan diriku?” Kemarahan-Kemarahan tersebut
biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang dekat dengan klien, seperti:keluarga, teman dan
tenaga kesehatan yang merawatnya.
3). Menawar/bargaining Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya. Pada pasien yang
sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali klien berkata: “Ya Tuhan, jangan dulu
saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi sarjana”.
4). Kemurungan/Depresi Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan
mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping
pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5). Menerima/Pasrah/Acceptance Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien
dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini
sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang
terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis
surat wasiat, dsbg.

2. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian


5
1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai:
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung,
obstipasi, dsbg.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.

2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:


a. Kemunduran dalam tempo atau denyut nadi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.

3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital


a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

4. Gangguan Sensori
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.
Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang-kadang klien tetap
sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum
meninggal.

3. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal


1) Pupil mata melebar.
2) Tidak mampu untuk bergerak&Kehilangan reflek.
3) Nadi cepat dan kecil.
4) Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
5) Tekanan darah sangat rendah
6) Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

4. Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat
melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical
6
Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu: Tidak ada respon
terhadap rangsangan dari luar secara total,Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan,
Tidak ada reflek,Gambaran mendatar pada EKG.

B. Merawat Pasien Menjelang Ajal Dan Keluarganya


Penting bagi perawat yang merawat pasien yang menjelang ajal menyadari perasaan mereka
sendiri tentang kematian dan tentang pasien mereka. Perawat perlu saling memberi kenyamanan dan
mendukung dalam perawatan perawat terhadap orang yang menjelang ajal.

1. Meredakan nyeri orang yang menjelang ajal


Pada pasien yang berada pada tahap akhir penyakit, penting untuk mengingatkan bahwa salah satu
tujuan utama keperawatan adalah meredakan atau menghilangkan penderitaan. Berikut pedoman untuk
meredakan atau menghilangkan penderitaan :
 Selalu percaya apa yang pasien katakan tentang nyeri mereka. Jangan pernah membuat keputusan
perawat sendiri tentang seberapa nyeri yang mereka rasakan.
 Banyak pasien takut bahwa mereka akan meninggal dalam penderitaan yang dalam. Bersikap baik
ketika orang mengekspresikan atau menunjukan rasa takut. Tenangkan mereka dan beritahu
mereka bahwa perawat dapat merawat nyeri tersebut dan bahwa mereka tidak perlu merasa takut.
 Berikan dosis medikasi nyeri yang memberikan pengendalian nyeri paling besar dengan efek
samping paling kecil.
 Berikut obat nyeri sepanjang siang dan malaam hari ( 24 jam ) untuk meyakinkan bahwa pasien
mendapatkan peredaan nyeri yang cukup.
 Obat nyeri paling baik untuk pasien menjeang ajal adlah morfin. Dosis morfin dapat ditingkatkan
sesuai dengan meningkatnya toleransi pasien dan menurunnya efektivitas obat.
 Memberikan beberapa obat secara bersamaan ( dalam kombinasi ) akan meningkatkan efektivitas
obat. Misalnya, obat anti-inflamasi non-steroid meningkatkan keefektifan opioid seperti morfin.
 Gunakan rute paling sederhana untuk memberikan obat. Berikan peroral, secara pasien dapat
menelan. Jika pasien tidak dapat menelan, bolus opiod berulang dapat diberikan dibawah kulit
( rute subkutan ). Rute intramuskular tidak seefektif rute subkutan.
 Gunakan cara lain untuk mengendalikan nyeri, termasuk masase, musik, dan memposisikan pasien
dengan nyaman. Kadang bantalan panas atau botol air panas berguna untuk mengatasi.

7
 Adiksi terhadap medikasi tidak pernah menjadi masalah yang penting untuk pasien menjelang
ajal.
 Penurunan pernapasan ( depresi pernapasan ) tidak penting untuk pasien menjelang ajal.

2. Pertahankan kenyamanan pasien


 Pasien mungkin menderita ketidaknyamanan lain sebagian karena medikasi nyeri.
 Bila pasien konstipasi, laktasif mungkin membantu. Juga dorong pasien untuk minum jus buah.
 Sebanyak mungkin, beri pasien diet tinggi kalori dan tinggi vitamin. Jangan memaksa pasien
untuk makan. Pasien harus makan hanya makanan yang ia ingin makan.
 Dorong pasien untuk meminum cairan.
 Pertahankan pasien bersih; mandikan dengan sering, beri perawatan bila mulut kering,
danbersihkankelopak mata bila ada sekresi.
 Bantu pasien turun dari tempat tidur dan duduk dikursi bila ia mampu jika tidak ganti posisi setiap
2 jam dan coba untuk mempertahankan pasien pada posisi apapun yang paling nyaman
 Jika pasien mengalami kesulitan bernapas bantu ia duduk
 Jika jalan napas tersumbat anda mungkin perlu untuk mengisap tenggorok pasien
 Jika pasien merasa napas pendek atau kekurangan udara berikan oksigen.
 Bahkan ketika pasien hampir meninggal,mereka dapat mendengar sehingga jangan bicara dengan
berisik. Bicara dengan jelas. Pasien juga masih merasakan sentuhan Anda.

3. Bagaimana membantu pasien dengan damai


Penting menanyakan kepada pasien dan keluarganya apakah pasien ingin tinggal di Rumah
Sakit atau pulang untuk hari terakhirnya. Bila pasien inginpulang ajarkankeluarga bagaimana merawat
pasien. Terutama cara memberikan obat untuk nyeri dalam dosis dan waktu yang tepat. Juga jelaskan
pada keluarga bagaimana cara membuat pasien merasa nyaman. Bila pasien tinggal di Rumah Sakit,
cobalah untuk sebanyak mungkin apa yang di inginkan pasien dan keluarga. Penting untuk
memberikan kenyamanan fisik dan untuk membuat pasien merasa nyaman sampai tenang terhadap
rasa takut dan memberi pasien harapan. Dengan membuat pasien merasa nyaman dan terlindungi
dengan menujukkan bahwa ia akan dirawat dan tidak akan ditinggalkan sendiri. Berikan harapan,
jangan memberikan keyakinan palsu. Berikan target yang lebih kecil.cara tentang, atau anjurkan
bahwa pasien dapat berharap tentang kebaikan dimasa yang akan datang atau mengingatkan ia bahwa
anak-anak nya akan segera berkunjung bila pasien memiliki urusan yang belum selesai, berikan
bantuan apa yang ia lakukan. Pasien mungkin perlu bantuan dalam mengatur anak-anak atau
rumahnya. Berikan perawatan spiritual bila pasien menginginkan, atau bicara pada keluarga untuk

8
memanggil rohaniawan berkunjung. Ketika kematian mendekat, biarkan mereka mengetahui sehingga
keluarga dapat bersama pasien ketika kematian itu datang.

C. Peran Perawat Kepada Pasien Saat Menjelang Ajal

1. perawat berperan sebagai komunikator


Peran sebagai komunikator dilakukan baik terhadap pasien, keluarga, maupun terhadap
dokter. Perawat berkomunikasi dengan keluarga pasien untuk menjelaskan kondisi pasien dan
memberikan dukungan emosional.
Penelitian Kozier, dkk. (2010) mengungkapkan bahwa salah satu aspek terpenting dalam
menyediakan dukungan untuk anggota keluarga dari pasien yang menjelang ajal adalah melibatkan
penggunaan komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan dalam memfasilitasi ekspresi perasaan
mereka.

2. Perawat sebagai fasilitator


Perawat memberikan waktu kunjungan yang lebih lama bagi keluarga pasien menjelang
ajal sehingga pasien dan keluarga memiliki lebih banyak kebersamaan.

3. Perawat sebagai motivator


Perawat memberikan dukungan kepada keluarga pasien yang menjelang ajal sehingga
keluarga pasien dapat mengikhlaskan pasien meninggal dengan tenang.

D. Definisi Sekarat (Terminal)


Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/ sakit yang tidak
mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian.Respon pasien dalam
kondisi terminal sangat individual tergantung  kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga
dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan
dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.Perawat harus memahami apa yang dialami pasien dengan
kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada
saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Respon terhadap penyakit yang mengancam hidup dibagi kedalam empat fase, yaitu (Doka,1993):
1. Fase Prediagnostik Terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko penyakit.
2. Fase Akut Terpusat pada kondisi krisis. Pasien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan,
termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.
9
3. Fase Kronis Pasien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
4. Fase Terminal Dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pastiterjadi.  

Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain:


1. Problem Oksigenisasi Respirasi irregular, cepat atau lambat, sirkulasi perifer menurun,
perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi
ireguler.
2. Problem Eliminasi Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltik, kurang diet
serat dan asupan makanan juga mempengaruhi konstipasi.
3. Problem Nutrisi dan Cairan Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun,
distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
4. Problem suhu Ekstremitas dingin, kedinginan menyebabkan harus memakai selimut.
5. Problem Sensori Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian,
menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi
menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
6. Problem nyeri Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, pasien
harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyaman.
7. Problem Kulit dan Mobilitas Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit
sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
8. Masalah Psikologis Pasien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon
emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi
produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi/ barrier
komunikasi.
9. Perubahan Sosial-Spiritual Pasien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi
peredaan terhadap penderitaan.

Pokok-pokok perawatan pasien terminal terdiri dari:


a. Peningkatan Kenyamanan Kenyamanan bagi pasien menjelang ajal termasuk
pengenalan dan peredaan distress psikobiologis.Perawat harus memberikan bimbingan
kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi pasien sakit terminal.Kontrol nyeri
10
penting karena mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi
psikologis.Pemberian kenyamanan bagi pasien terminal juga mencakup pengendalian
gejala penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada  perawat
dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa
memberikan bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara
memberikan kenyamanan pada klien.
b. Pemeliharan Kemandirian Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah
perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang memungkinkan
perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus memberikan informasi tentang
pilihan ini kepada keluarga dan pasien.Sebagian besar pasien terminal ingin mandiri
dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana
seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan martabat pasien. Perawat tidak
boleh memaksakan partisipasi pasien terutama jika ketidakmampuan secara fisik
membuat partisipasi tersebut menjadi sulit.Perawat bisa memberikan dorongan kepada
keluarga untuk membiarkan pasien membuat keputusan.
c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman
untuk merespon secara efektif terhadap pasien menjelang ajal.Untuk mencegah
kesepian dan penyimpangan sensori, perawatmeningkatkan kualitas
lingkungan.Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota
keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian.Keluarga atau penjenguk harus
diperbolehkan bersama pasien menjelang ajal sepanjang waktu.Perawat memberikan
bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu bersama klien menjelang ajal, terutama
saat-saat terakhir hidupnya.
d. Peningkatan Ketenangan Spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta
rohaniawan.Ketika kematian mendekat, pasien sering mencari ketenangan.Perawat dan
keluarga dapat membantu pasien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. pasien
menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum
menyerahkan diri kepada kematian. Pasien mungkin minta pengampunan baik dari
yang maha kuasa atau dari anggota keluarga.Perawat   dan keluarga memberikan
ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, empati, berdoa
dengan pasien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.
e. Dukungan untuk keluarga yang berduka Anggota keluarga harus didukung melewati
waktu menjelang ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai.Semua tindakan
medis, peralatan yang digunakan pada pasien harus diberikan penjelasan, seperti alat
Bantu nafas atau pacu jantung.Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien
11
terminal harus dijelaskan pada keluarga.

E. Cara memberikan pertolongan bagi orang yang sekarat


Setiap hari kita mendengar atau membeaca berita tentang kematian, tanpa sejenak pun kita
berhenti lagi untuk merenungkannya. Namun sangat berbeda keadaannya jika kita secara langsung terlibat
langsung dalam proses kematian yang terjadi. Orang-orang yang mengurus dan merawat penderita yang
tidak mungkin sembuh lagi dari penyakit mereka dan orang yang sedang sekarat, harus berusaha untuk
mengiringi dan membimbing mereka dengan sebaik-baiknya.
Memang dapat dipahami bahwa banyak yang merasa ketakutan dan terkejut kalau mereka harus
mendampingi dan bahkan memberikan pertolongan kepada orang yang sedang sekarat. Oleh karena itu,
maka semakin sukar untuk mengambil sikap yang tepat dalam keadaan-keadaan tersebut. Namun
bagaimanapun juga kita harus dapat menguasai keadaan terutama karena anggota keluarga penderita yang
dalam keadaan ini, sering kali membutuhkan pertolongan kita.
Kematian pada seseorang dapat datang dengan berbagai cara. Kematian tersebut dapat terjadi
secara tiba-tiba, tetapi dapat juga berlangsung selama berhari-hari. Bagi anggota keluarga penderita sering
sekali menjadi sulit untuk menghadapi anggota keluarga mereka yang sedang sekarat dalam jangka waktu
yang lama. Kadang-kadang, jauh sebelum terjadi kematian, penderita telah kehilangan kesadarannya.
Kalau penderita masih sadar, maka harus kita sadari bahwa pendengaran penderita yang sedang sekarat
tetap utuh keadaannya sampai saat yang terakhir. Sudah menjadi kewajiban kita untuk memberitahu
seluruh anggota keluarga penderita mengenai hal ini tentunya tanpa sepengetahuan penderita yang sedang
sekarat itu.

a. Pertolongan keagamaan
Pertolongan keagamaan harus diberikan atas permintaan penderita ataupun keluarga penderita itu.
Bagi penderita yang memiliki agama atau keyakinan sangat penting bagi mereka untuk didatangkan
orang-orang yang memiliki ilmu terkait agama yang dianutnya masing-masing. Kedatangan para petinggi
agama tersebut diharapkan dapat menenangkan spiritual penderita sekaligus keluarganya dalam persiapan
menyambut kematian. Namun bagi seorang yang tidak memiliki keyakinan maka kita juga harus
mengambil lagkah-langkah yang diperlukan bagi kepentingan mereka semua.

b. Perawatan ringan yang terakhir


Kalau memang masih memungkinkan, maka kita biarkan anggota keluarganya sendiri yang
sebanyak mungkin berbuat untuk penderita yang sedang sekarat. Perawatan kecil yang terakhir terdiri dari
membasuh muka penderita dan membasahi bibirnya secara teratur. Mungkin saja penderita yang sudah
berada dalam keadaan ini masih saja mendapatkan obat-obatan melaluui mulutnya, sedangkan penderita
12
sudah mengalami kesulitan menelan. Dalam keadaan ini harus dirundingkan dengan cara bagaimana obat
tersebut dapat diberika kepada penderita. Setelah dirundingkan dan disetujui, maka lendir terbentuk, yang
tidak dapat lagi dibatukkan oleh penderita, kita sedot dengan pennyedot lendir listrik.

c. Kemungkinan perubahan akan timbul


Sebagai gejala pertama biasanya akan timvul penurunan indera perasa. Akibatnya penderita akan
berkurang keluhan-keluhannya, perasaan nyerinya jufa berkutang dan ia berminat/berselera atau sesuatu.
Keadaan perasaan yang enak ini sesungguhnya sangat bertolakbelakang dengan keadaan sebenarnya.
Kalau kita harus memberikan kendi kepada penderita yaang berada dalam keadaan ini, kita harus
lebih berhari-hati lagi, oleh karena penderita tidak mengetahui kalai panas yang kita berikan terlalu tinggi
suhunya.
Secara berangsur-angsur kemampuan pengelihatan penderita akan mengurang. Juga mengenai
perkembangan ini, kita perlu, diluar kamar penderita, memberitahukan kepada seluruh anggota keluarga
penderita. Kemudian secaara perlahan-lahan akan menyusul hilangnya pekerjaan otot. Dalam keadaan ini,
maka penderita yang kita rawat dalam keadaan duduk, terancam akan terjatuh ke tempat tidurnya.
Penderita juga sudah tidak dapat lagi mempertahankan kepalanua secara tegak. Wajah kehilangan
mimiknua, sehingga muka penderita kelihatan kosong.
Penderita akan mengalami inkontensia, sebagai akibat daripada melemahnya otot-otot sfinger
kandung kemih dan rektum. Kadang-kadang,setelah dirundingkan dan disetujui oleh dokter yang
merawat, pada penderita kita pasang kateter menetap.
Denyut nadi pergelangan tangan semakin sukar dapat kita amati dan seringkali memperlihatkan
ketidak teraturan yang khas.
Kalau denyut pergelangan tangan penderita sudah tidak dapat lagi kita rana dan pernafasannya
untuk waktu cukup lama berhenti, maka secara hati-hati kita sampaika kepada seluruh anggota keluarga
penderita bahwa penderita telah meninggal dunia.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkaan isi pembahasan pada makalah yang berjudul Perawatan Menjelang Ajal Dan
Terminal ini, dapat kita simpulkan bahwa. Ajal merupakan bagian dari proses kematian, menurut KBBI
Ajal dapat berarti batas hidup seseorang yang telah ditentukan atau ditetapkan oleh Tuhan YME. Dalam
ilmu medis ketika vonis dokter telah menetapkan bahwa tidaklah lama lagi klien mampu bertahan hidup
maka banyak ekpresi yang ditunjukan oleh klien, diantaranya klien akan menolak, merasa marah,
berusaha memperbaiki di sisa hidupnya, ada pun yang depresi dan ada pula yang menerima atau pasrah
dengan vonis dokter tersebut. Dan sedikit pula banyak yang klien tidak percaya dengan vonis dokter,
dikarenakan Ajal atau maut merupaka sebuah rahasia yang hanya Tuhan sajalah yang tahu batasannya.
Menurut ilmu medis, terdapat beberapa tanda-tanda menjelang kematian. Diantaranya yakni
kehilangan tonus otot, kelambatan dalam sirkulasi, Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital,
Gangguan sensori seperti penglihatan yang kabur dan gangguan pada penciuman dan perabaan. Namun
sebagai catatan, dari semua organ indra manusia, ketika menjelang kematian datang organ terakhir yang
masih berfungsi hanyalah pendengaran.
Merawat pasien menjelang ajal bertujuan untuk menyadari perasaan klien sendiri tentang
kematian. Ketika vonis dokter tentang kematian telah dijatuhkan, respon dari tiap individu dalam
menerima haal tersebut tergantung dari kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak
yang ditimbulkan pada setiap individu juga berbeda. Karnanya perawat perlu memberikan sebuah
kenyamanan dan mendukung klien agar tetap tenang pada psikisnya dan perawat juga harus memahami
apa yang dialami pasien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan
bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekeliruan dan
kesalahan yang terdapat didalamnya. Olehnya itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan makalah ini sekaligus sebagai bekal wawasan
kami untuk proses pembuatan makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bouwhuizen. (1996). ILMU KEPERAWATAN . Jakarta: EGC.


Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2007). BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA;TEORI DAN
APLIKASI DALAM PRAKTIK. Jakarta: EGC.
P.J.M, S., Bordui, F., Meer, W. V., Almekinders, G., Caris, J., & Weyde, J. V. (2000). ILMU
KEPERWATAN JILID 1 EDISI 2. Jakarta: EGC.

Jurnal menjelang ajal B.19-persepsi-perawat-NCCU.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai