Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL (BOWEL ELIMINATION)

A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Eliminasi


1. Definisi

Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang


penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan
masalah pada system gastrointestinal dan system tubuh lainya. Karena fungsi
usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola dan kebiasaan
eliminasi bervariasi di antara individu. Namun, telah terbukti bahwa pengeluaran
feses yang sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya
berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal (Potter & Perry,
2013). Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa
metabolisme. Sisa metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa feses yang
berasal dari saluran cerna dan urin melalui saluran perkemihan (Kasiati &
Rosmalawati, 2016). Masalah – masalah eliminasi fekal :
a. Konstipasi
Konstipasi adalah defekasi kurang dari tiga kali per minggu. Pengeluaran
Ini menunjukkan pengeluaran feses yang kering, keras atau tanpa
pengeluaran feses. Konstipasi terjadi jika pergerakan feses di usus besar
berjalan lambat, sehingga memungkinkan bertambahnya waktu reabsorpsi
cairan di usus besar. Konstipasi mengakibatkan sulitnya pengeluaran
feses dan bertambahnya upaya atau penekanan otot-otot volunter
defekasi. (Kozier, 2010)
b. Diare
Diare merujuk pada pengeluaran feses encer dan peningkatan frekuensi
defekasi. Diare merupakan kondisi yang berlawanan dengan konstipasi
dan terjadi akibat cepatnya pergerakan isi fekal di usus besar. Cepatnya
pergerakan kime mengurangi waktu usu besar untuk menyerap kembali
air dan elektrolit. (Kozier,2010)
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Defekasi
Setiap individu memiliki pola eliminasi fekal berbeda yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain usia, diet, cairan, aktivitas, faktor psikologi, obat-
obatan dan faktor-faktor lainnya. Apabila konsumsi serat dalam makanan, asupan
cairan, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan beberapa faktor lainya tidak terpenuhi
maka akan menimbulkan gangguan di saluran pencernaan (Setyani, 2012; Kozier,
Erb, Berman & Snyder 2010). Menurut Potter & Perry (2013) konstipasi di
pengaruhi oleh beberapa factor yaitu:
a. Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
lanjut kontrol defekasi menurun.
b. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juga memengaruhi proses defekasi.
c. Intake Cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.
d. Aktifitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diagfragma akan sangat membantu
proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses
bergerak sepanjang kolon
e. Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan diare
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
g. Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar, dan kebiasaan membuang air besar.
h. Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuasakan atau
dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah
makan
i. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi
j. Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi inpuls parasimpatis, sehingga kadang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung
selama 24 – 48 jam.
k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktus
os pubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.
l. Kerusakan Sensorik dan Motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensori untuk defekasi.
3. Manisfestasi Klinis (Gejala Klinis)
a. Gejala klinis Konstipasi
1) Data mayor (harus terdapat)
 Nyeri pada saat defekasi
 Feses keras dan berbentuk
 Kesulitan dalam defekasi
 Defekasi dilakukan kurang dari dua kali seminggu
b. Data minor ( mungkin terdapat)
 Mengenjan pada saat defekasi
 Darah merah pada feses
 Massa rektal yang dapat diraba
 Mengeluh rektal terasa penuh
 Bising usus
1. Persepsi Konstipasi
Data mayor :
 Harapan untuk dapat defekasi setiap hari yang menyebabkan
penggunaan laksatif,enema, dan suposutoria yang berlebihan
 Berharap feses keluar pada waktu yang sama setiap hari
2. Diare
a. Data mayor ( harus terdapat)
 Pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk
 Peningkatan frekuensi defekasi (lebih dari tiga kali sehari )
 Ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses
b. Data minor ( mungkin terdapat )
 Urgensi
 Kram/nyeri abdomen
 Frekuensi bising usus meningkat
 Keenceran atau volume feses meningkat
4. Fisiologi

5. Patofisiologi
1. Gangguan Eliminasi Fekal
Diare

Faktor infeksi Faktor Faktor Faktor


malabsorpsi makanan psikologi
karbohidrat,
protein, lemak

Masuk dan Tekanan Toksin tak cemas


berkembang osmotik dapat diserap
dalam usus meningkat

Hipersekresi Pergeseran air Hiperperistalti


air dan dan elektrolit k menurun
elektrolit ke rongga usus kesempatan
(meningkat isi usus menyerap
rongga usus) makanan

DIARE
Konstipasi

Diet rendah serat, asupan cairan Penggunaan obat-obatan tertentu


kurang, kondisi psikis, kondisi (seperti, gol. Opiat)dan
metabolik, dan penyakit yang di derita mengandung AL dan Ca

Absorbsi cairan dan elektrolit Memperpanjang waktu transit di kolon

Memperpanjang waktu transit di kolon Memberi efek pada segmen usus


karena absorbsi terus berlangsung

Feses mengeras Kontraksi tidak mendorong

Gangguan defekasi
KONSTIPASI

Rangsangan refleks
penyebab rekto anal

Relaksasi sfingter interna


dan eksterna

Membran Tekanan intra abdomen


mukorektal dan meningkat
muskulatur tidak
peka terhadap
rangsangan fekal
Diperlukan
rangsangan yang
lebih kuat untuk
mendorong feses
Spasme setelah
makan nyeri kolik
pada abdomen bawah

Kolon kehilangan tonus Tidak responsif terhadap KONSTIPASI


rangsangan normal
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Anuskopi
b. Proktosigmoidoskopi
c. Rontgen dengan kontras
d. Pemeriksaan laboraturium
7. Penatalaksanaan Medis
 Pemberian obat pencahar pada pasien konstipasi (sesuai dengan dosis) dan
tidak boleh diberikan terlalu sering
 Pemberian Huknah/lavement
 Pemberian Glyserin spuit
 Melatih bowel training
 Evakuasi feses (mengeluarkan feses dengan jari)
 Pemasangan dan perawatan kolostomi
8. Komplikasi
Rektum akan relaksasi dan hasrat untuk defekasi hilang apabila defekasi
tidak sempurna. Air tetap diabsorpsi dari massa feses yang menyebabkan
feses menjadi keras, sehingga defekasi selanjutnya lebih sukar. Tekanan
feses berlebihan menyebabkan kongesti vena hemoroidalis interna dan
eksterna, dan merupakan salah satu penyebab hemoroid. Daerah anorektal
sering merupakan tempat abses dan fistula. Kanker kolon dan rectum
merupakan kanker saluran cerna yang paling sering terjadi pada penderita
konstipasi (Price & Wilson, 2002). Komplikasi lain yang dapat terjadi
adlah hipertensi arterial, impaksi fekal, fisura serta megakolon (Smeltzer
& Bare, 2008).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat keperawatan
a. Pola defekasi : Frekuensi , pernah berubah
b. Perilaku defekasi: Penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola
c. Deskripsi feses : Warna, bau, dan tekstur
d. Diet : Makanan memengaruhi defekasi,makanan biasa dimakan,
makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak.
e. Cairan : Jumlah dan jenis minuman/hari
f. Aktivitas :Kegiatan sehari-hari , kegiatan yang spesifik yang dilakukan
g. Penggunaan medikasi : Obat-obatan yang memengaruhi defekasi
h. Stress : stres yang berkepanjangan atau pendek, koping untuk
menghadapi atau bagaimana menerima
i. Pembedahan atau penyakit menetap
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya pada
bagian yang tampak saja.
1. Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas,
adanya distensi, atau gerak peristaltik
2. Auskultasi : dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas,
frekuensi dan kualitasnya.
3. Perkusi : lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya
distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah pada bagian
kanan atas dan seterusnya.
4. Palpasi : lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi abdomen
serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen.
b. Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau
sims.
c. Feses, amati feses pasien dan catat konstitensi, bentuk bau, warna, dan
jumlahnya.
Karakteristik feses
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan
Penyebab
Warna Orang dewasa : Seperti tanah liat Tidak ada pigmen
Coklat atau putih empedu
(obstruksi
empedu);studi
diagnostik
menggunakan
barium
Bayi : kuning Hitam atau Obat (mis : zat
seperti ter besi ); perdarahan
dari saluran
pencernaan atas
(mis: lambung
usus halus); diet
tinggi daging
merah dan
sayuran hijau tua
(mis ., bayam )
Merah Perdarahan dari
saluran
pencernaan
bawah
(mis.,rektum);
beberapa
makanan (mis.,
bit)
Pucat Malabsorpsi
lemak; diet tinggi
susu dan produk
susu serta rendah
daging
Jingga atau hijau Infeksi usus
Konsistensi Memiliki Keras, kering Dehidrasi :
bentuk, lunak, penurunan
semipadat, motilitas usus
berair yang terjadi
akibat kekurangan
serat dalam diet,
kurang olahraga,
kesedihan
emosional,
penyalahgunaan
laksatif.
Diare Peningkatan
motilitas usus
(mis., karena
iritasi kolon oleh
bakteria)
Bentuk Silindris (kontur Feses Kondisi obstruksi
rektum) dengan berdiameter pada rektum
diameter sekitar kecil, seperti
2,5 cm pada pensil, atau
orang dewasa menyerupai
benang
Jumlah Beragam sesuai
dengan diet
(sekitar 100-400
g per hari)
Bau Aroma : Berbau tajam Infeksi darah
dipengrauhi oleh
makanan yang
dimakan dan
flora bakteri
yang dimiliki
oleh orang itu
sendiri.
Kandungan Sejumlah kecil Nanah Infeksi bakteria
dari bagian Lendir Kondisi
kasar makanan Parasit peradangan
yang tidak Darah Perdarahan
tercerna, bakteri Lemak dalam gastrointestinal
mati dan sel jumlah jumlah Malabsorpsi
epitel yang banyak Tidak sengaja
meluruh, lemak, Benda asing tertelan
protein, unsur
kering dari asam
lambung (mis.,
pigmen empedu,
zat inorganik)

3. Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis kandungan feses : untuk mengetahui kondisi patologis seperti
: tumor, perdarahan dan infeksi.
2. Tes Guaiak : pemeriksaan darah samar di feses yang mengitung
jumlah darah mikroskopik di dalam feses.

Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda International diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Konstipasi
A. Definisi : Penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh
kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/atau pengeluaran feses
yang keras, kering dan banyak
Gejala dan tanda mayor:
 Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
 Pengeluaran feses lama dan sulit
 Feses keras
 Peristaltik usus menurun
Gejala dan tanda minor:
 Mengejan saat defekasi
 Distensi abdomen
 Kelemahan umum
 Teraba massa pada rektal
Penyebab:
Fisiologi
 Penurunan motilitas gastrointestinal
 Ketidakcukupan diet
 Ketidakcukupan asupan serat
 Ketidakcukupan asupan cairan
 Aganglionik
 Kelemahan otot abdomen
Psikologis
 Konfusi
 Depresi
 Gangguan emosional
Situasional
 Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
 Ketidakadekuatan toileting (mis : batasan waktu, posisi untuk
defekasi, privasi)
 Kurang aktivitas fisik
 Kebiasaan defekasi tidak teratur
 Perubahan lingkungan saat ini
I. Perencanaan :

NO Diagnosa Tindakan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil

1 Gangguan Setelah diberikan NIC : Konstipation atau impaction


pola asuhan management
eliminasi keperawatan a. Monitor tanda dan gejala
fekal : selama 2 x 24 jam konstipasi
konstipasi diharapkan pola b. Monitor frekuensi, warna, dan
berhubungan eliminasi fekal konsistensi.
dengan pasien normal c. Anjurkan pada pasien untuk
kelemahan dengan kriteria makan buah-buahan dan serat
otot hasil : NOC : tinggi dengan konsultasi bagian
abdomen Bowel gizi.
elimination d. Mobilisasi bertahap
- Buang air e. Kolaborasikan dengan tenaga
besar / BAB medis mengenai pemberian
dengan laksatif, enema dan pengobatan
konsistensi f. Berikan pendidikan kesehatan
lembek tentang : kebiasaan diet, cairan
- Pasien menyat dan makanan yang mengandung
akan mampu gas, aktivitas dan kebiasaan BAB
mengontrol g. Intruksikan agar pasien tidak
pola BAB mengejan saat defekasi
- Mempertahank
an pola
eliminasi usus
tanpa ileus

2 Gangguan Setelah diberikan a. Timbang berat badan pasien


pola asuhan b. Ajarkan pasien untuk
eliminasi keperawatan menggunakan obat antidiare yang
fekal : diare selama 2 x 24 benar
berhubungan jam diharapkan c. Instruksikan pasien/keluarga
dengan efek feses pasien untuk mencatat warna, jumlah,
samping obat berbentuk dan frekuensi dan konsistensi dari feses
lembek dengan d. Evaluasi intake makanan yang
kriteria hasil : masuk
NOC: e. Anjurkan pasien untuk
- Bowel menghindari susu, kopi, makanan
elimination pedas, dan makanan yang
- Fluid Balance mengiritasi saluran cerna.
- Hydration f. Ajarkan tehnik menurunkan
- Electrolyte stress
and Acid base g. Kolaborasi pemberian obat
Balance antidiare
Kriteria Hasil :
- Feses
berbentuk, BAB
sehari sekali-
tiga hari
- Menjaga
daerah sekitar
rectal dari iritasi
- Tidak
mengalami diare
J. Refrensi

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosa


Keperawatan.Jakarta:EGC
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika. Jakarta
Kozeir Barbara. (2011). Fundamental Keperawatan volume 1, edisi 7. Jakarta.
EGC
Nanda International. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai