Riwayat Kesehatan
02 a. Keluhan Utama: kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, acites
b. Riwayat Sekarang:
• Kaji output urine
• Kaji onset bengkak pada wajah atau kaki disertai pusing dan cepat lelah
• Kaji anoreksia
• Kaji sakit kepala dan malaise
Pemeriksaan Fisik
04 a. Status kesehatan umum
b. KU: terlihat lemah dan sakit berat
c. Kesadaran: compos mentis
d. TTV
Pengkajian
Pemeriksaan Sistem Tubuh
05 a. Breathing: adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas pada fase akut
b. Blood: penurunan curah jantung
c. Brain: edema periorbital
d. Bladder: perubahan pada warna urin dan output
e. Bowel: mual, muntah, anoreksia, serta asites
f. Bone: kelemahan fisik
Pemeriksaan Diagnostik
06 Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria,
terutama albumin.
Case Study
Seorang ibu datang bersama anak laki-laki usia
4 tahun ke RS dengan keluhan bengkak sejak 5 hari
yang lalu. Bengkak pada wajah, mata, tangan dan kaki
mulai pagi hari dan menghilang sore hari. Klien
tampak gemuk, adanya edema pada ekstremitas dan
wajahnya tampak pucat dan lemas. Ibu anak juga
mengatakan bahwa anaknya kurang nafsu makan
dan mudah lelah saat beraktivitas. Pada pemeriksaan
laboratorium menunjukkan produksi urin 0,25 ml/kgBB,
proteinuria (+4), ureum 20 mg/dl, kreatinin 0,6 mg/dl,
dan krearinin urin 150 mg/dl. Berat Badan anak 20 kg
dan tinggi badan 105cm.
Analisa Data
Symptom Etiologi Masalah
DS: klien mengeluh bengkak pada wajah, mata, tangan, Gangguan mekanisme regulasi Kelebihan volume cairan
dan kaki
DO:
- Klien tampak gemuk dan edema pada ekstremitas
- Produksi urin 0,25 ml/kgBB
- Proteinuria (+4)
- Ureum 20 mg/dl
- Kreatinin 0,6 mg/dl
- Kreatinin urin 150 mg/dl
DS: ibu klien mengeluh anaknya kurang nafsu makan Kurang asupan makanan Ketidakseimbangan nutrisi:
DO: kurang dari kebutuhan
- Wajah anak pucat tubuh
- BB 20 kg
- TB 105 cm
DS: ibu klien mengatakan bahwa anaknya mudah lelah Kelelahan Intoleransi aktivitas
saat beraktivitas
DS:
- Wajah klien pucat dan tampak lemas
INTERVENSI
Diagnosa 1: kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
P: intervensi dihentikan
Evaluasi
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Pasien diperbolehkan pulang berdasarkan visite dokter
Chronic Kidney
Diseases
Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan
- riwayat kesehatan sekarang : urine klien kurang dari
biasanya kemudian wajah bengkak dan klien muntah
- riwayat penyakit dahulu : diare hingga dehidrasi,
infeksi pada saluran kemih yang penyembuhannya tidak
adekuat sehingga timbul obstruksi
3. Aktifitas sehari-hari
nutrisi : nafsu makan menurun (anorexia), muntah
eliminasi : jumlah urin berkurang 10 sampai 30 ml
sehari ( oliguri)
aktivitas : klien mengalami kelemahan
istirahat tidur : kesadaran menurun
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan umum
BB meningkat, TD dapat normal meningkat atau berkurang
tergantung primer gagal ginjal
2. Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : Malaise, letargi, tremor, mengantuk, koma
• Kepala : edema periorbital
• Dada : takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas
tambahan
• Abdomen : terdapat distensi abdomen karena asites
• Kulit : pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar
• Mulut : lidah kering, fetoruremia, ulserasi, dan perdarahan
mulut
• Mata : merah
PEMERIKSAAN
• Kardiovaskular : hipertensi, kelebihan cairan, gagal
jantung, perikarditis, piting edema, edema
periorbotal, pembesaran vena jugularis
• Respiratori : hiperventilasi, asidosis, edema paru,
efusi pleura, krekels, napas dangkal, sputum kental
• Gastrointestinal : anorexia, nausea, gastritis,
konstipasi/ diare, vomitus, perdarahan saluran
pencernaan
• Muskuloskeletal : kram otot, kehilangan kekuatan
otot, fraktur tulang, footdrop, defisiensi vitamin d
• Neurologi : kelemahan dan letih. Kejang, kelemahan
pada tungkai, panas di telapak kaki
• Hematologi : anemia, defisiensi imun, mudah
perdarahan
Case Study
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ke RS dengan
keluhan lemas dan tidak mampu beraktivitas yang dirasakan sejak 3
hari lalu. Pasien mengeluh perut terasa kembung dan membesar sejak
1 bulan tanpa adanya rasa nyeri pada perut. Pasien juga mengeluh
kedua kaki bengkak yang muncul bersamaan dengan perut yang
membesar. Ibu pasien mengatakan bahwa sang anak mual dan
muntah sebanyak 3 kali per hari selama 2 hari. Dan juga mengatakan
bahwa BAK sang anak berjumlah sedikit dengan frekuensi 1-2 kali per
hari. Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada anak didapatkan edema
pada kedua ekstremitas bawah, pipi dan ada asites, kulit pucat dan
konjungtiva enemis. Hasil observasi tanda-tanda vital diperoleh data :
nadi 130x/menit RR 30x/menit, TD 115/80 mmHg, suhu 36,5°C, BB :
10 kg. Pasien minum air maksimal 220 cc per hari.
Analisa Data
Kelebihan volume cairan b.d S : pasien mengatakan bengkak pada perut dan
mekanisme pengaturan ginjal kedua kaki berkurang
P : intervensi dihentikan
Evaluasi
Masalah keperawatan Catatan perkembangan Paraf
Ketidakseimbangan nutrisi S: klien mengatakan nafsu makan anaknya
kurang dari kebutuhan meningkat dan mual muntah berkurang
tubuh b.d ketidakmam-
puan memakan makanan O: wajah sudah tidak tampak pucat, tubuh nya
sudah tampak kembali normal Karen tidak adanya
lagi penumpukan cairan
Porsi makanan yang dihidangkan dihabiskan
P: intervensi dihentikan
Evaluasi
Intoleransi aktivitas b.d S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak lemah dan
kelemahan sudah bisa beraktivitas sendiri
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Pasien diperbolehkan pulang berdasarkan visite dokter
Jurnal 1: Nefrotik Syndrom
Judul Jurnal : Pengaruh Kepatuhan Pengobatan Terhadap Kejadian Kekambuhan Pada Anak
Pengidap Sindrom Nefrotik
Peneliti: Immawati, Akper Dharma Wacana Metro
Afiliasi & Tahun : Wacana Kesehatan, Desember 2017, Vol. 2, No.2
Pembahasan : Beberapa faktor menurut peneliti yang berhubungan dengan kejadian kekam-
buhan SN pada anak antara lain: usia saat terdiagnosis, pengetahuan orang tua tentang
penyakit SN, kepatuhan pengobatan, dan kepatuhan diet. Kekambuhan yang sering berdampak
berupa gangguan fisik, emosi dan gangguan perilaku. Hasil penelitian, menemukan ada hubun-
gan yang signifikan antara tindakan keperawatan ibu dengan tingkat pendidikan mereka. Kepa-
tuhan orang tua yang kurang terhadap pengobatan anak SN akan berisiko mengalami
kekambuhan sebesar 0,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua yang patuh dalam
pengobatan anak SN. Sedangkan beberapa faktor lainnya tidak memiliki hubungan yang signifikan
terhadap kekambuhan pada anak SN
Kesimpulan : Kepatuhan pengobatan sangat berpengaruh terhadap kejadian kekambuhan pada
anak SN. Perawat perlu membekali orang tua pengetahuan yang cukup tentang pengobatan
dan perawatan yang harus dilakukan terhadap anaknya yang menderita SN terutama dalam
mematuhi program pengobatan bagi anaknya sehingga dapat meminimakan kejadian kekam-
buhan yang disebabkan ketidakpatuhan pengobatan.
Jurnal 2: CKD
Judul : Intervensi Keperawatan Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis :
Sistematik Review
Peneliti : Hayyu Sitoresmi, Andi Masyitha Irwan , Elly Lilianty Sjattar
Afiliasi & Tahun : Jurnal Ilmiah Keperawatan & 2020, Vol 6, No 1
Pembahasan : Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat kepada
pasien hemodialisis adalah melakukan terapi relaksasi dan distraksi, monitoring tanda-tanda vital,
pengaturan dialisat yakni penggunaan bicarbonat dan asetat, pengaturan suhu dialisat 34o-36o
C, edukasi diet, oral hygiene, latihan atau range of motion, dan penggunaan lotion untuk
melembabkan kulit telah disebutkan dalam buku Nursing Intervention Classification(NIC)
Dari systematic review ini juga dipaparkan intervensi keperawatan inhalasi aromatherapi laven-
der untuk mengatasi nyeri saat kanulasi AV fistula, training intradialitik untuk memaksimalkan
fungsi fisik, pijat kaki untuk mengatasi kram, akupresur untuk mengatasi kecemasan dan gang-
guan psikologis lainnya, penggunaan cairan dialisat dingin untuk mengurangi pruritus, serta ter-
api musik untuk mengatasi nyeri, mual, muntah saat HD berlangsung.
Kesimpulan : intervensi keperawatan ini dapat menjadi intervensi yang berbasis evidence/bukti
terkhusus pada fase intradialisis. Dapat pula menjadi dasar tindakan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain demi meningkatkan kualitas pelayanan.
Thank you