Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DAN ASUHAN KEPER-

AWATAN PADA AGREGAT


PENYAKIT KRONIS

DUTA ISS 4
PENYAKIT KRONIS
Penyakit kronik merupakan penyakit yang dapat terjadi secara
berkepanjangan dalam pengobatannya, tidak sembuh secara
spontan, dan jarang sembuh total. Penyakit ini seringkali dapat
dicegah, dan menimbulkan suatu beban yang signifikan dalam hal
mortalitas, morbiditas, dan biaya pribadi dan sosial
(Allender, 2014)

Penyakit kronis dapat dapat diderita oleh semua kalangan,


cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen
sehingga menyebabkan terjadinya penurunan berbagai fungsi
termasuk muskuloskeletal dan organ-organ pengindraan.
(Smeltzer & bare, 2010)

Penyakit kronis merupakan kondisi medis atau masalah kesehatan


yang berkaitan dengan gejala gejala atau kecatatan yang membutuhkan
penatalaksaan jangka panjang.
(Brunner & Suddarth)
PERBEDAAN AKUT DAN KRONIS
PREVALENSI Pada tahun 2016, sekitar 71% penyebab kematian di
dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang
membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80% kematian
tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan
rendah.

73% kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak


menular, 35%
diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah,
12% oleh
penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6%
karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya

(WHO, 2018 dalam Kemenkes RI, 2019).


Hasil Riskerdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018
PREVALENSI
Hasil Riskerdas 2018 menunjukkan prevelensi
penyakit tidak menular mengalami kenaikan diband-
ingkan dengan 2013, antara lain kanker, stroke, ggk,
dm, dan hipertensi
• prevelensi kanker naik dari 1,4% menjadi 1,8%.
• prevelensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%
• prevelensi ggk naik dari 2% menjadi 33,8%
• prevelensi dm naik dari 6,9% menjadi 8,5%
• prevelensi hipertensi naik dari 25,88% menjadi
34,1%
FAKTOR RESIKO PTM/PENYAKIT KRONIK

01 MEROKOK

02 KURANG MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK

03 KURANG MENGKONSUMSI BUAH DAN SAYURAN

04 MENGKONSUMSI ALKOHOL
FASE-FASE PENYAKIT KRONIK

1. Fase pra-trajectory 2. Fase trajectory 3. Fase stabil


Individu berisiko terhadap Fase ini sering tidak jelas Terjadi ketika gejala-gejala
penyakit kronis karena karena sedang di evaluasi dan dan perjalanan penyakit
faktor-faktor genetik atau pemeriksaan diagnostic terkontrol.
prilaku yang meningkatkan sering dilakukan.
ketahanan seseorang
terhadap penyakit kronis.

5. Fase akut
4. Fase tidak stabil
Ditandai dengan gejala-gejala yang
Periode ketidakmampuan untuk
berat dan tidak dapat pulih atau
menjaga gejala tetap terkontrol
komplikasi yang membutuhkan perawatan
atau reaktivasi penyakit.
di rumah sakit untuk menanganinya
FASE-FASE PENYAKIT KRONIK

6. Fase krisis 7. Fase pulih 8. Fase penurunan


Ditandai dengan situasi Pulih kembali pada cara hidup Terjadi ketika perjalanan penyakit
kritis atau mengancam jiwa yang diterima dalam batasan berkembang dan disertai dengan
yang membutuhkan yang dibebani oleh penyakit peningkatan ketidakmampuan dan
pengobatan atau perawatan kronis. kesulitan dalam mengatasi
kedaruratan. gejala-gejala.

9. Fase kematian
Ditandai dengan penurunan bertahap
fungsi tubuh dan penghentian
hubungan individual.
PROGRAM PROMOSI KE-
SEHATAN
TUJUAN PROMOSI KESEHATAN
1. Tersedianya acuan secara berjenjang
bagi pengelola program untuk dapat
menyelenggarakan program P2PTM
secara optimal.
.
4. untuk menurunkan
kejadian
2.Tercapainya kesinambungan penyakit tidak menular (PTM)
penyelenggaraan program .

5. meningkatkan kualitas hidup


3. memacu kemandirian masyarakat sehat masyarakat yang
dalam pencegahan dan berada di semua tatanan
penanggulangan PTM
.

( Kemenkes, 2019)
FOKUS PROMOSI KESEHATAN

01 MASYARAKAT YANG MASIH SEHAT (WELL BEING)

02 MASYARAKAT YANG BERISIKO (AT RISK)

03 TIDAK MELUPAKAN MASYARAKAT YANG BERPENYAKIT

04 MASYARAKAT YANG MENDERITA KECACATAN DAN


MEMERLUKAN REHABILITASI

( Kemenkes, 2019)
KEBIJAKAN PROMOSI KESEHATAN

a. Meningkatkan advokasi kebijakan yang berpihak terhadap program


kesehatan dan sosialisasi P2PTM.
b. Melaksanakan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif
secara komprehensif.
c. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
d. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans.
e. Penguatan jejaring dan kemitraan melalui pemberdayaan masyarakat
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
a. Meningkatkan advokasi kebijakan yang berpihak terhadap program kesehatan dan sosialisasi P2PTM, yaitu :

1) Mendorong penguatan komitmen dari pengambil kebijakan untuk mendukung program P2PTM terutama dalam
alokasi sumber daya daerah.
2) Memberikan informasi dan pemahaman potensial produkti potensial ekonomi yang hilang akibat P2PTM kepada para
pengambil kebijakan lintas sektor.
3) Menumbuhkan kesadaran bahwa masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama.
4) Mendorong advokasi lintas sektor untuk mewujdukan pembangunan berwawasan kesehatan
(Health in All Policy = HiAP).

b. Melaksanakan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif secara komprehensif, yaitu :

1) Menyebarluaskan secara masif sosialisasi pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM kepada seluruh masyarakat.
2) Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui penerapan budaya perilaku CERDIK.
3) Melakukan deteksi dini dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM baik di Posbindu maupun di fasilitas pelayanan
kesehatan.
4) Melakukan penguatan tata laksana kasus sesuai standar.
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

c. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, yaitu :

1) Meningkatkan kapasitas SDM sesuai jenjang fasilitas pelayanan kesehatan dan kompetensi didukung dengan
penganggaran pusat maupun secara mandiri oleh daerah.
2) Mendorong ketersediaan SDM secara kualitas maupun kuantitas.
3) Mendorong pemanfaatan SDM yang ada di masyarakat baik dilingkup awam, akademisi, pegawai pemerintah dan swasta
maupun organisasi profesi.

d. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans, yaitu :

1) Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai ketentuan.


2) Mengoptimalkan dan mengintegrasikan sistem informasi yang dibangun oleh pusat maupun yang diupayakan oleh
daerah.
3) Melakukan evaluasi dan menindaklanjuti hasil pendataan secara berkala dan dijadikan bahan pengambilan keputusan
secara berjenjang untuk perbaikan program.
4) Mendorong dilakukannya penelitian PTM yang diperlukan.
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

e. Penguatan jejaring dan kemitraan melalui pemberdayaan masyarakat, yaitu :

1) Melibatkan peran serta tokoh masyarakat dan kelompok potensial lainnya.


2) Mengintegrasikan kegiatan program dalam pelaksanaan hari-hari besar yang diwilayah masing-masing
untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap P2PTM terutama pencegahan terhadap faktor resiko
(mis. melakukan deteksi dini faktor resiko massal pada hari-hari besar).
3) Berkoordinasi dengan lintas program terkait untuk memastikan ketersediaan sarana prasarana, obat dan
SDM, penerapan mutu pelayanan meliputi akreditasi dan tatalaksan kasus sesuai standar.
4) Berkoordinasi dan menguatkan kemitraan dengan pihak swasta lainnya.
SASARAN PROMOSI KESEHATAN

SASARAN PRIMER
01 Sasaran primer adalah pasien, individu
sehat dan keluarga (rumah tangga)
sebagai komponen dari masyarakat.

SASARAN SEKUNDER
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka
02 informal (misalnya pemuka adat, pemukan agama, dll) maupun
pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintah,
dll), organisasi kemasyarakatan dan media massa.
.

SASARAN TERSIER

03 Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang


berupa peraturan perundang - undangan di bidang kesehatan
dan bidang - bidang lain yang berkaitan serta, mereka yang
dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.

( Kemenkes, 2019)
BENTUK – BENTUK PROGRAM

1. Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di POSBINDU


2. Program Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS)
3. Program Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM
4. Program Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Sekolah
5. Program Layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)
6. Program Deteksi Dini Kanker
7. Program Pengendalian Thalasemia
8. Program Deteksi Dini dan Rujukan Kasus Katarak
9. Program Layanan Kesehatan Inklusi Disabilitas
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AGREGAT PENYAKIT
KRONIK
PENGKAJIAN
• Harus mengkaji antara individual ataupun populasi yang berkontribusi berkontribusi terhadap
perkembangan dari masalah kesehatan fisik kronis

• Pengkajian akan dilakukan terhadap 7 determinan


1. Biological
• usia (>65 tahun)
• jenis kelamin
• ras dan etnik
• faktor genetic

2. Fisiologi
• Fokus kepada 3 area, yaitu : factor risiko dari masalah fisiologis, bukti fisiologis dari masalah Kese-
hatan, dan konsekuensi dari masalah yang ditimbulkan akibat penyakit kronis.

3. Psikologis
• Faktor yang sangat berkontribusi dalam penyakit kronis adalah stres
PENGKAJIAN
4. Lingkungan
• Menilai lingkungan polutan yang mungkin bersifat karsinogenik, seperti polusi udara yang dapat
menyebabkan PPOK dan asma

5. Sosiokultural
• Kondisi social, kebijakan, atau adat istiadat yang mendorong perilaku tidak sehat/membatasi
akses ke perawatan.

6. Perilaku
• Merokok, alcoholic, aktivitas fisik, nutrisi (diet), dan lainnya.

7. Sistem Kesehatan
• Kapasitas untuk mengatasi masalah Kesehatan kronis, kurangnya akses ke perawatan,
kurangnya focus pencegahan, kegagalan dalam praktik berbasis bukti, dan hubungan klien-tenaga
Kesehatan.
DIAGNOSA
Domain 1 : Promosi kesehatan
Kelas 1 Kelas 2
Kesadaran Kesehatan Manajemen Kesehatan
00097 : Penurunan pelaksanaan aktivitas pengalih 00215 : Defisien kesehatan komunitas

00168 : Gaya hidup kurang gerak 00188 : Perilaku kesehatan cenderung


beresiko

00099 : Ketidakefektifan pemeliharaan


kesehatan

00078 : Ketidakefektifan manajemen


kesehatan
PERENCANAAN
Perencanaan ditetapkan berdasarkan kegiatan terkait tiga tingkatan
pencegahan yaitu:
1) Pencegahan primer
2) Pencegahan sekunder
3) Pencegahan tersier
IMPLEMENTASI
1. Membangun kepercayaan masyarakat melalui pertemuan masyarakat
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pertemuan kader kesehatan dan
melakukan FGD
3. Mengembangkan dan mengorganisasikan program promosi kesehatan
“CERDIK : cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas
fisik, diet seimbang, istirahat cukup dan kelola stress”
4. Inisiasi untuk pemeliharaan program
(Trisnowati, 2018)
EVALUASI
a. Evaluasi kuantitatif
Evaluasi ini dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau
kegiatan yang telah dikerjakan

ex: jumlah pasien hipertensi yang telah dibina selama dalam perawatan perawat

b. Evaluasi kualitatif
1. EvaluasStruktur/sumber
ini terkait dengan tenaga manusia/ bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan

2. Proses
Evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung

3. Hasil
Evaluasi hasil dari pemberi asuhan keperawatan
Thank you

Anda mungkin juga menyukai