“GEA”
1. Pengertian
a) Gastroenteritis ialah frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak; konsisten feses encer, dapat berwarna hijau,
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja. (FK
UI,2015).
b) Gastroenteritis ialah individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB
yang normal, ditandai dengan seringnya kehilangan cairan dan feses yang
tidak berbentuk. (Susan Martin T,2016).
c) Gastroenteritis ialah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari atau tanpa darah
dan atau tanpa lendir dalam tinja. (Suharyono,2012).
d) Gastroenteritis ialah bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja
yang dikeluarkan. (Soeparto Pitono,dkk,2011).
2. Etiologi
a. Factor infeksi
1) Factor infeksi: vibrio E.coli, sakni bella shingella
2) Inveksi virus: adenovirus, enterovirus, dll
3) Infeksi parasite: cacing, protozoa, jamur.
b. Factor mal absorbsi
1) Mal absorbsi karbohidrat disakarida, monosakarida
2) Mal absorbsi lemak
3) Mal absorbsi protein.
c. Factor makanan
Makanan beracun, basi, alergi.
d. Factor psikologis
Rasa takut dan cemas.
3. Patofisiologi
a) Gangguan osmotic
Makanan tidak dapat diserap mengakibatkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (mis. Toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c) Gangguan metalitas usus
Hiperperistaltik akan meningkatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul lebih banyak sehingga timbul
diare.
4. Manifestasi klinik
a) Gelisah, suhu tubuh meningkat, kurang tidur
b) Tidak ada nafsu makan, BAB kurang lebih tiga kali sehari, BB menurun
c) Feses darah dan berlendir, sering berubah warna kehijauan
d) Mual, muntah
e) Mata cekung
f) Denyut jantung menjadi cepat
g) RR cepat dan dalam
h) Perut kembung
i) Turgor kulit tidak elastis
j) Selaput lendir, bibir, mulut serta kulit tampak kering
k) Nadi meningkat.
5. Komplikasi
a) Dehidrasi (ringan, sedang, akut)
b) Hypokalemia
c) Hipoglikemia
d) Renjatan hipovolemik.
6. Penatalaksanaan
a. Medic
1) Penberian cairan per oral: oralit atau terapi
2) Obat-obat anti diare: antibiotic.
Rencana pengobatan A
Tujuan: untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare di
rumah dan memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi.
Empat dasar terapi di rumah:
1) Berikan banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi.
Gunakan cairan rumah tangga seperti oralit, sup, air matang dan
minum yogurt. Berikan larutan tersebut sebanyak mungkin dan
teruskan hingga diare berhenti.
2) Berikan makanan untuk meningkatkan gizi.
3) Bawa ke rumah sakit apabila tidak membaik dalam tiga hari dan
menderita lagi:
a. BAB cair seringkali
b. Muntah berulang-ulang
c. Sangat haus
d. Makan atau minum sedikit
e. Demam
f. Tinja darah.
4) Berikan larutan oralit setiap habis BAB dan berikan oralit yang cukup
untuk dua hari dengan jumlah oralit yang diberikan 300-400 ml
sedangkan oralit yang disediakan di rumah 1200-2800 ml/hr.
Cara memberikan oralit:
a. Berikan beberapa teguk dari gelas
b. Bila muntah, tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih
sedikit dari yang pertama.
Rencana pengobatan B
1. Dalam tiga jam pertama berikan 75 ml/kg BB bila berat badan
tidak diketahui sedangkan pada orang dewasa 2400 ml.
2. Ambil dengan saksama/bantu ibu memberikan oralit:
a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan yaitu 2400
ml
b. Berikan beberapa teguk dari cangkir
c. Periksa dari waktu ke waktu
d. Bila muntah, tunggu 10 menit lalu berikan lagi
e. Bila kelopak mata bengkak hentikan pemberian oralit
f. Berikan oralit sesuai rencana.
Rencana pengobatan C
1. Cairan intravena adalah larutan ringer laktat. Bila tidak tersedia garam
faat (NaCl). Larutan DC ana (25 gr/50 gr) atau dekstrose 2a (50 gr/100
gr).
II. Konsep Dasar Askep
2.1. Pengkajian
a) Data subjektif
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, BB menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir dan bibir kering,
frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
4. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi
5. Riwayat psikolog keluarga. Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak
itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua
tidak prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit
anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
6. Kebutuhan dasar:
a) Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari
4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b) Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d) Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya.
e) Pola aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah
dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
b) Data obyektif
1. Pemeriksaan umum:
KU: gelisah, rewel
Kesadaran : composmentis
Nadi: normal.
2. Pemeriksaan fisik:
a) Pemeriksaan psikologis: keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan
lemah, pernapasan agak cepat.
b) Pemeriksaan sistematik:
a. Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir mulut
dan bibir kering, BB menurun, anus kemerahan.
b. Perkusi: adanya distensi abdomen.
c. Palpasi: turgor kulit elastis.
d. Auskultasi: terdengarnya bising usus.
c) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
d) Pemeriksaan penunjang/lab
e) Program terapi:
a. Pemberian cairan
b. Pemberian makanan
c. Obat-obatan.
8. Implementasi
Sesuai dengan intervensi.
9. Evaluasi
Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA