Anda di halaman 1dari 16

Obstipasi

Obstipasi adalah pengeluaran


mekonium tidak terjadi pada 24 jam
pertama sesudah kelahiran atau
kesulitan atau keterlambatan pada
faeces yang menyangkut konsistensi
faeces dan frekuensi berhajat.
Sedangkan pada neonatus lanjut
didefinisikan sebagai tidak adanya
pengeluaran feses selama 3 hari/lebih.
Jenis-jenis obstipasi
Obstipasi Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya
feses atau flatus dan pada
pemeriksaan colok dubur didapat
rectum yang kosong

Obstipasi parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat
buang air besar selama beberapa
hari, tetapi kemudian dapat
mengeluarkan feses disertai gas
Etiologi

Kebiasaan makan
penyaluran makanan yang
kurang baik
Obstipasi akibat obstruksi dari
intralumen usus
Kemungkinan adanya gangguan
Obstipasi akibat obstruksi dari pada usus
ekstralumen usus
Tanda dan gejala
• Sakit dan kejang pada perut
• Bayi sering menangis.
• Susah tidur dan gelisah
• Kadang-kadang muntah.
• Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).
• Bayi susah/tidak mau menyusui.
• Bising usus yang janggal
• Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
• Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rektum
• Terdapat luka pada anus
Patofisiologi dan pathogenesis

Apabila bayi tidak mengkonsumsi ASI (cairan) secara adekuat,


produksi dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat
dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum,
sehingga penyerapan terjadi terus-menerus dan feses menjadi semakin
kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Ini
yang menyebabkab bayi tidak bisa BAB dan akan menyebabkan
kemungkinan berkembangnya luka.
komplikasi

• Perdarahan
• Ulserasi
• Obstruksi parsial
• Diare intermiten
• Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum
yang mengawali proses defekasi
Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan abdomen standar seperti


inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi
untuk melihat apakah ada massa abdomen,
nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon
2. Pemeriksaan region femoral dan inguinal
untuk melihat apakah ada hernia atau tidak.
3. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur)
untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang
mungkin menyebabkan obstruksi dan
memberikan gambaran tentang isi rectum.
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan Hb
• Pemeriksaan Urine
• Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
• Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan
kontras.
• Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah, hematocrit,
hitung leukosit, dan endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan
menentukan sebab obstipasi.
Penatalaksanaan Obstipasi
1. Mencari penyebab obstipasi
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan
gizi, tambahan cairan, dan psikis.
3. Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosonganrektum bisa dilakukan
dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, obat-obatan
4. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang
banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
5. Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa.
6. Pada obstruksi parsial, dapat diberikan makanan cair dan obat-obat oral.
7. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila
diperlukan saja.
8. Peningkatan intake cairan
9. Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.
10. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang
Kasus
Bayi perempuan usia 3 hari dibawa orangtuanya ke IGD dengan
keluhan belum BAB sejak lahir. Menurut ibu, anaknya lahir spontan di
bidan desa. Lahir normal dan menangis ketika lahir. Keanehan
dirasakan ibu sejak usia anaknya 1 hari, anaknya tidak BAB dan
perutnya semakin hari perut anaknya semakin membesar disertai
muntah jika diberi ASI, muntah berwarna kehijauan. Pemeriksaan fisik
didapatkan perut teraba keras, bising usu (+), anus(+), RR=40X/mnt,
nadi= 120x/mnt, S=37’5°C, suara nafas vesikuler. Ibu terlihat cemas
melihat anaknya sakit, dan bertanya kepada perawat mengenai
penyebab dan langkah-langkah pengobatan dan perawatan untuk
anaknya.
Asuhan Keperawatan
Analisa data
Dx : Resiko konstipasi Gangguan pemenuhan nutrisi

Ds : Ds:
Ibu pasien mengatakan pasien belum Ibu pasien mengatakan pasien
BAB sejak 3 hari yang lalu muntah berwarna kehijauan ketika
Do : diberi ASI
Perut tampak besar
Do:
Perut teraba keras
Ttv : Nadi : 120 x/menit
Nadi : 120 x/menit RR : 40x/menit
Suhu :37,5 C
RR : 40x/menit
Suhu :37,5 C Bising usus (+)
Bising usus (+)
Anus (+)
Intervensi
NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Dx 1
selama 2 x 24 jam diharapkan kondisi
klien kembali normal dengan kriteria
hasil :

 Abdomen klien simetris NIC


 Klien dapat BAB dengan normal
sesuai dengan usia
• Monitor tanda dan gejala konstipasi
 Frekuensi, volume warna dan bentuk • Monitor bising usus
feses klien normal
 Perkusi abdomen pekak
• Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi
konstipasi
 Nadi : 120 x/menit
 RR : 40x/menit • Ajarkan kelurga tentang proses pencernaan
 Suhu :37,5 C yang normal
 Bising usu (+) • Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
 Anus (+) obat
Dx 2

NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam diharapkan kondisi • Kaji TTV
klien kembali normal dengan kriteria
hasil : • kaji tanda-tanda status malnutrisi
• monitor status nutrisi klien
• Kebutuhan nutrisi terpenuhi • kaji frekuensi, warna, bau, dan jumlah muntah
• Tidak ada tanda-tanda malnutrisi klien
• Berat badan sesuai dengan usia • beri cairan infus RL
• Nadi : 120 x/menit • kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
• RR : 40x/menit obat
• Suhu :37,5 C
• Bising usus (+)
Trimakasih

Anda mungkin juga menyukai