Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di RSD Gunung Jati Kota

Cirebonyang merupakan rumah sakit terbesar di Yogyakarta dan

merupakan rumah sakit pendidikan kelas A, selain itu menjadi rumah

sakit rujukan utama wilayah 3 Jawa Barat. RSD Gunung Jati

berusaha mengembangkan diri menjadi rumah sakit bertaraf

Internasional agar mampu menangani permasalahan kesehatan

dengan lebih baik. Saaat ini RSD Gunung Jati telah bekerja sama

dengan berbagai rumah sakit internasional yang berada di luar

negeri. Mitra terpecaya menuju sehat menjadi semangat yang dibawa

oleh staff kesehatan dan pengelola RSD Gunung Jati . Lokasi RSD

Gunung Jati berada di Jl. Kesambi kota Cirebon.

Lokasi yang digunakan pada studi kasus ini menggunakan Ruang

Anak Rawin 3 RSD Gunung Jati Kota Cirebon yang mana ruangan

tersebut berkapasitas 25 tempat tidur yang terbagi dalam kelas 1,

kelas 2, dan kelas 3. Ruang Rawin 3 merupakan ruang rawat inap

anak khusus bedah.


2. Karakteristik Partisipan

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan


No Karakteristik Pasien An. A Pasien An. S
1. Umur 7 bulan 19 hari 1 bulan 24 hari
2. Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
3. Agama Islam Islam
4. Pendidikan Belum Sekolah Belum Sekolah
5. Pekerjaan Belum Bekerja Belum Bekerja
6. Status Perkawinan Belum Kawin Belum Kawin
7. Diagnosa Medis Hirschprung Hirschprung
Disease Tipe Short Disease Tipe
Post Biopsy Rectal Short Post
Biopsy Rectal
Sumber: Rekam Medik Pasien 2021

3. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hirschprung Disease

Dengan Gangguan Eliminasi Fekal

a. Pasien An. A

Hasil pengkajian dari pasien An. A tentang gangguan

eliminasi fekal di dapatkan data keluarga pasien mengatakan

An. A lahir secara sectio caesarea pada saat usia kandungan 36

minggu, dikarenakan ibu pasien mengalami ketuban pecah dini.

Ibu pasien mengatakan selama masa kehamilan tidak

mengalami keluhan apapun. Saat ini pasien masih bayi yang

berusia 7 bulan 19 hari. Keluarga pasien mengatakan bahwa

An. A telah dilakukan pemeriksaan biopsyrectal di umur 1

bulan An A dirujuk ke RS Sumber Kasih lalu di rujuk ke RSD

Gunung Jati namun baru di operasi sekarang pada tanggal

dikarenakan positif covid 19 sebanyak 2 kali. Pada saat

pengkajian pasien terpasang infus wida ¼ Ns 10 tetes per menit

pada kaki sebelah kiri pasien, nadi 120x/menit, dan suhu

36,4°C. Keluarga mengatakan sejak umur 1 sampai 2 bulan

pasien BAB perut pasien mengalami


kembung sejak beberapa minggu yang lalu, perut pasien teraba

sedikit keras. Ibu pasien mengatakan pasien buang air besar

dengan normal melalui anus, dengan konsistensi feses cair,

berwarna kuning, berbau khas feses, frekuensi 10 kali sehari,

pasien sebelum bab biasanya mengeluarkan flatus.

Pasien di diagnosa medis Hirsprungch Disease Tipe

Short Post Biopsy Rectal hari kedua. Dari pengkajian diatas

didapatkan diagnosis keperawatan :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (post

biopsy)

2) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

3) Gangguan eliminasi fekal (inkontinensia) berhubungan

dengan gangguan gastrointestinal

4) Risiko jatuh berhubungan dengan faktor usia

Rencana keperawatan yang dilakukan adalah

melakukan pengkajian gangguan eliminasi meliputi, kaji

penurunan masalah ADL yang berhubungan dengan

masalah inkontinensia, observasi pengeluaran feses per

rektal – bentuk, konsistensi, jumlah dan atur pola makan

dan sampai berapa lama terjadinya buang air besar,

Implementasi yang dilakukan adalah melakukan pengkajian


adanya penuruan ADL yang berhubungan dengan masalah

inkontinensia, observasi pengeluaran feses meliputi bentuk,

konsistensi, jumlah, atur pola makan dan sampai berapa

lama terjadinya buang air besar, observasi tanda vital dan

bising usus setiap 2 jam sekali dan kelola pemberian

program terapi.

Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji penurunan

masalah ADL yang berhubungan dengan masalah

inkontinensia, mengobservasi pengeluaran feses meliputi

bentuk, konsistensi, jumlah, atur pola makan dan sampai

berapa lama terjadinya buang air besar, mengobservasi

tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali dan

memberikan terapi pasien inj cefotaxime 350 mg/8 jam, inj

intravena metronidazole 70 mg/8jam, dan inj intravena

paracetamol 70 mg/8jam.

Evaluasi hasil keperawatan dari pelaksanaan tersebut

adalah tujuan teratasi sebagian. Karena masalah gangguan

eliminasi fekal yang dialami An. A masih ada yang belum

teratasi seperti perut masih kembung, sehingga masih ada

rencana tindakan lanjut yaitu memonitor buang air besar

dan dan melakukan irigasi anus menggunakan Nacl 0,9%

dan betadine (disemprot-semprot dibagian anus).


b. Pasien An. S

Hasil pengkajian dari pasien An. A tentang gangguan

eliminasi fekal di dapatkan data keluarga pasien mengatakan

pasien An. S Dibawa ke RSD Gunung Jati pada tanggal 1

April 2019. Ibu pasien mengatakan anaknya 2 minggu setelah

lahir ibu pasien mengatakan anaknya mengalami kembung dan

tidak bisa BAB selama ±1 minggu. Ibu pasien mengatakan

setelah lahir pasien dirawat oleh tante (adik ibu), dan sejak lahir

minum susu formula. Pada saat pengkajian pasien terpasang

irigasi rektal tube pada anus. Pasien dilakukan biopsi pada

tanggal 9 Maret 2019 dan telah dilakukan skrining tyroid

tinggal menunggu hasil. Ibu pasien mengatakan pasien BAB

melalui saluran irigasi rektal tube. Feses berwarna kuning

dengan bentuk cair dan terdapat feses dengan bentuk butir-

butir, berbau khas feses. Pasien di diagnosa medis Hirschprung

Disease Tipe Short.

Pasien di diagnosa medis Hirsprungch Disease Tipe

Short Post Biopsi. Dari pengkajian diatas didapatkan diagnosis

keperawatan :

1) Gangguan eliminasi fekal (inkontinensia) berhubungan

dengan gangguan gastrointestinal.


2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi

nutrisi

3) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

4) Risiko jatuh berhubungan dengan faktor usia

Rencana keperawatan yang dilakukan adalah melakukan

pengkajian gangguan eliminasi meliputi, mengkaji

penurunan masalah ADL yang berhubungan dengan

masalah inkontinensia, observasi pengeluaran feses per

rektal – bentuk, konsistensi, jumlah dan atur pola makan

dan sampai berapa lama terjadinya buang air besar,

observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali.

Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji

penurunan masalah ADL yang berhubungan dengan

masalah inkontinensia, mengobservasi pengeluaran feses

meliputi bentuk, konsistensi, jumlah, atur pola makan dan

sampai berapa lama terjadinya buang air besar,

mengobservasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam

sekali.

Evaluasi hasil keperawatan dari pelaksanaan

tersebut adalah tujuan teratasi sebagian. Karena masalah

gangguan eliminasi fekal yang dialami An. S masih ada

yang belum teratasi seperti perut masih kembung, buang air

besar
dengan konsistensi cair berbentuk butir-butir feses, dan

buang air besar masih menggunakan saluran rektal tube,

sehingga masih ada tindakan lanjut yaitu memonitor buang

air besar dan melakukan irigasi rektal tube.

4. Gambaran Data Partisipan

Tabel 4.2 Gambaran Data Partisipan


No Proses Pasien An. A Pasien An. S
Keperawatan
1. Pengkajian Pada saat pengkajian Pada saat pengkajian
pasien terpasang infus pasien buang air besar
wida ¼ Ns 10 tetes melalui irigasi rektal
per menit pada kaki tube melalui anus.
sebelah kiri pasien, Pasien buang air besar
nadi 120x/menit, dan 2-3x sehari, feses
suhu 36,4°C. Buang berwarna kuning
dengan bentuk cair dan
air besar pasien
terdapat butir-butir
spontan atau normal
feses, berbau khas
melalui anus. Pasien
feses, perut pasien
buang air besar 5-6x
tampak kembung,
sehari dengan
bising usus 25x per
konsistensi lunak,
menit.
warna kuning, berbau
khas feses. Bising usus
23x per menit, perut
pasien tampak
kembung
2. Diagnosis
Gangguan Eliminasi Gangguan Eliminasi
Keperawatan
Fekal (inkontinensia) Fekal (inkontinensia)
b.d gangguan b.d gastrointestinal
gastrointestinal ditandai dengan :
ditandai dengan : DS :
DS : - Ibu pasien
- Ibu pasien mengatakan An. S
mengatakan BAB melalui irigasi
anaknya BAB 5-10x (rektal tube)
sehari. Feses - Ibu pasien
berwarna kuning, mengatakan irigasi
bentuk lunak, dilakukan setiap
berbau khas feses. pagi dan sore hari
- Ibu pasien dan buang air besar
mengatakan bahwa tidak tentu
An. A buang air
besar tidak tentu
Tabel 4.2 Lanjutan

No Proses Pasien An. A Pasien An. S


Keperawatan
dan r menit
pasie kiri
n An. - Pasien
A distensi
post teraba sed
biops - Bising us
i hari menit
kedua 3. Per
DO : enc
- ana
an
Tuj
uan
(N
OC
) :
Bo
wel
Elimination d
hasil :
1. Buang air

batas
normal

(warna kuning
lunak, berbau
2. Perut

tidak kem
Rencana kepe

Bowel
Irigation

dengan interve
1. Kaji penu
ADL yan
dengan
inkontine
2. Observasi
feses per

rektal
- bentuk, k
jumlah
3. Atur pola

sampai
berapa

lama terjadiny
Tabel 4.2 Lanjutan

4. DO : utir kuning feses ,konsistensi,


- - Pasien terpasang saluran jumlah
F rektal tube pada anus 3. Atur
e pola
s maka
e n dan
s Tujuan (NOC) : sampa
b Bowel Elimination i
e dengan kriteria hasil : berap
r 1. Buang air besar dalam batas a
w normal (warna kuning, lama
a konsistensi lunak, berbau terjadi
r khas feses) nya
n 2. Buang air besar tidak buang
a menggunakan rektal tube air
k (buang air besar besar
u menggunakan anus) 4. Obser
n 3. Perut tidak vasi
i kembung tanda
n Rencana keperawatan (NIC): vital
g Bowel Irigation dengan dan
, intervensi : bising
k 1. Kaji penurunan usus
o masalah ADL yang setiap
n berhubungan dengan ±2
s masalah inkontinensia jam
i 2. Observasi pengeluaran sekali
s feses per rektal - bentuk
t
e
n
s
i
c
a
i
r
d
a
n
b
e
r
b
e
n
t
u
k
b
u
t
i
r
-
b
Tabel 4.2 Lanjutan

No Proses Pasien An. A Pasien An. S


Keperawatan
1. Mengkaji 1. Mengkaji
4. Pelaksanaan penurunan Penurunan
masalah ADL masalah ADL
Yang Yang
berhubungan Berhubungan
dengan masalah dengan masalah
inkontinensia Inkontinensia
2. Mengobservasi 2. Mengobservasi
pengeluaran feses pengeluaran feses
per rektal per rektal
bentuk,konsistens bentuk,konsistens
i, jumlah i, jumlah
3. Mengatur pola 3. Mengatur pola
makan dan makan dan
sampai berapa sampai berapa
lama terjadinya lama terjadinya
buang air besar buang air besar
4. Mengobservasi 4. Mengobservasi
tanda vital dan tanda vital dan
bising usus setiap bising usus setiap
2 jam sekali 2 jam sekali.

5. Evaluasi Evaluasi hasil Evaluasi hasil


Keperawatan dari keperawatan dari
pelaksanaan tersebut pelaksanaan tersebut
adalah tujuan teratasi adalah tujuan teratasi
sebagian. Karena sebagian. Karena
masalah gangguan masalah gangguan
eliminasi fekal yang eliminasi fekal yang
dialami An. A masih dialami An. S masih
ada yang belum ada yang belum
teratasi seperti perut teratasi seperti perut
masih kembung, masih kembung, buang
sehingga masih ada air besar dengan
rencana tindakan konsistensi cair
lanjut yaitu memonitor berbentuk butir-butir
buang air besar dan feses, dan buang air
dan melakukan irigasi besar masih
anus menggunakan menggunakan saluran
Nacl 0,9% dan rektal tube, sehingga
betadine (disemprot- masih ada tindakan
semprot dibagian lanjut yaitu memonitor
anus) buang air besar dan
melakukan irigasi
rektal tube.

Sumber : Data Pasien 2021


B. Pembahasan

Data pengkajian An. A dalam karakteristik didapatkan bahwa

pasien berusia 7 bulan dan 1 bulan, hal ini sesuai dengan teori yang

diungkapkan oleh Rahman Z, dkk (2010) mencatat bahwa umur

pasien yang didiagnosis hirschprung disesase berumur 1 hari – 3 tahun.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Abbas M dkk. (2012) di India

mendapatkan hasil umur terendah 3 bulan dan tertinggi 12 tahun. Faktor

ini juga dipengaruhi oleh jenis kelamin partisipan adalah laki-laki yang

mempunyai risiko lebih tinggi terkena Hirschprung Disease sesuai

dengan penelitian yang diungkapkan oleh Corputty, dkk (2015) yang

menyebutkan bahwa penyakit hirschsprung disease lebih banyak

ditemukan pada laki-laki dari perempuan dengan rasio 1,3:1. Namun

pada kasus segmen usus yang mengalami aganglionosis lebih panjang

maka insidensi padaperempuan lebih besar daripada laki-laki. Serabut

saraf intrinsik yang berfungsi mengatur motilitas normal saluran

cerna terdiri dari pleksus Meissner, pleksus Aurbachii, dan pleksus

mukosa kecil. Kedua partisipan yaitu pasien An. A dan An. S

mengalami mengalami distensi, hal ini di dukung dengan pernyataan

dari kedua keluarga pasien yang mengatakan bahwa pasien

mengalami perut kembung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Abbas M. Dkk (2012) di India pada 60 pasien

Hirschsprung, 66,67 % dari total pasien sebanyak 40 orang

diantaranya memiliki gejala distensi abdomen.


Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan keluarga

pasien An.S ditemukan adanya keluhan gangguan eliminasi fekal

dengan konsistensi buang air besar berbentuk cair, feses berbentuk

butir- butir, dengan frekuensi buang air besar sehari 2-3x dan

buang air besar apabila sudah di irigasi oleh dokter melalui saluran

rektal tube sedangkan pada An. A ditemukan keluhan gangguan

eliminasi fekal hal ini di dukung dengan pernyataan keluarga

pasien bahwa An. A mengalami kembung, tetapi buang air besar

secara normal dengan konsistensi lunak, frekuensi buang air besar

6-7x sehari. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pasien post biopsy

mengalami gangguan eliminasi fekal. Hal ini didukung dengan

penelitian yang dilakukan Henna. N (2011) dari bulan Maret 2009

– Oktober 2009 di Pakistan, menunjukkan proporsi gejala klinik

menunjukkan konstipasi sebesar 78 %.

Hasil analisa data pada An. A dan An. S masalah

keperawatan yang muncul adalah gangguan eliminasi fekal

berhubungan dengan inkontinensia. Masalah keperawatan yang

muncul pada An. A dan An. S sesuai dengan teori yang

diungkapkan Padila (2012) bahwa pasien dengan Hirschprung

Disease mengalami gangguan eliminasi fekal hal ini karena isi

usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul

didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang


proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obtruksi dan

menyebabakan dibagian Colon tersebut melebar (Padila, 2012).

Untuk mengatasi masalah gangguan eliminasi fekal An. A dan

An. S penulis melakukan implementasi atau pelaksanaan dengan

perencanaan menurur teori Mutaqqin & Sari (2013 )mengkaji

penurunan masalah ADL yang berhubungan dengan masalah

inkontinensia, mengobservasi pengeluaran feses per rektal

bentuk,konsistensi, jumlah, mengatur pola makan dan sampai

berapa dan lama terjadinya buang air besarlama terjadinya buang

air besar dan mengobservasi tanda vital dan bising usus setiap 2

jam sekali.

Rasionalnya menurut Donges (2014), mencatat warna, bau,

konsistensi, jumlah, dan frekuensi feses. Evaluasi hasil dari

masalah gangguan eliminasi fekal antara An. A dan An. S bahwa

gangguan eliminasi fekal inkontinensia yang berhubungan dengan

gangguan gastrointestinal teratasi sebagian untuk An. A dan An. S

teratasi sebagian.

C. Keterbatasan Studi Kasus

1. Ketika melakukan pengkajian pasien belum bisa berkomunikasi

verbal karena pasien masih bayi atau berusia kurang dari 1 tahun

sehingga untuk memperoleh data peneliti melakukan pengkajian

tentang kondisi pasien kepada orangtua pasien.


2. Pengambilan data untuk kedua pasien hanya sampai pada hari

kedua siang, dikarenakan pasien An. A pulang ke rumah, dan

pasien An. S dipindah di bangsal lain.


BAB V
PENUTU
P

A. Kesimpulan

Dari hasil karya tulis ilmiah tersebut di dapatkan kesimpulan seperti

yang disebutkan dibawah ini yaitu :

1. Studi kasus dilakukan di RSD Gunung Jati Kota Cirebon di ruang anak

rawin 3 yang dilakukan observasi selama 3x24 jam. Ruang anak Rawin

3 merupakan ruang bedah yang berkapasitas 25 tempat tidur dan terbagi

dalam kelas 1, kelas 2, dan kelas 3.

2. Karakteristik partisipan yang dilakukan studi kasus yaitu dua

partisipan seorang perempuan berusia 7 bulan dan 1 bulan, beragama

islam, pendidikan belum bersekolah dengan diagnosa medis

hirschprung disease tipe short post biopsy.

3. Hasil yang diperoleh dari kedua pasien dengan gangguan

gastrointestinal fekal pada masalah keperawatan gangguan eliminasi

fekal adalah masalah pada kedua pasien teratasi sebagian, karena pada

pasien An. A masih ada yang belum teratasi seperti perut masih

kembung. Sedangkan pada pasien An. S perut masih kembung dan

pasien masih terpasang saluran rektal tube.

B. Saran

Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya dan kesimpulan diatas

yang dapat disampaikan penulis, dan setelah penulis melakukan studi

kasus pada pasien dengan Gambaran Gangguan Eliminasi Fekal Pada


Pasien Anak dengan Hirschprung Disease di Ruang anak rawin 3 RSD

Gunung Jati Cirebon, maka ada beberapa saran yang akan penulis

sampaikan diantaranya :

1. Bagi Perawat di Ruang Anak Rawin 3 RSD Gunung Jati Kota Cirebon

Diharapkan Karya Tulis ilmiah ini dapat mengembangkan ilmu dan

menambah pengetahuan keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada

pasien anak dengan Hirschprung Disease di Ruang Anak Rawin 3 RSD

Gunung Jati Cirebon.

2. Bagi Institusi Pendidikan STIKes YPIB MAJALENGKA

Diharapkan STIKes Ypib Majalengka memanfaatkan hasil

penelitian ini yang dapat disimpan di perpustakaan kampus sehingga

dapat menjadi tambahan referensi dan bahan bacaan bagi mahasiswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan dan dapat menambah bahan referensi mengenai asuhan

keperawatan pada pasien anak dengan Gambaran Gangguan Eliminasi

Fekal Pada Pasien Anak dengan Hirschprung Disease


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Browne . NT. (2008). Proket Guide to PediatAic Surgical Nursing Canada :


American Pediatric Surgical Nurse Assosiation.

Carpenito, M. L. (2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, alih bahasa


Indonesia, edisi. 10. Jakarta : EGC.

Elfianto D. Corputty, Harsali F., & Alwin Monoarfa (2015). Gambaran Pasien
Hirschsprung Di RSUP DR. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2010-
September 2014. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April
2015. Diakses 28 April 2019 dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/6822/6346

Doenges, Marilynn E. (2014). Manual Diagnosis Keperawatan : Rencana


Intervensi, & Dokumentasi Asuhan Keperawatan, alih bahasa Indonesia
edisi 3. Jakarta : EGC

Henna N, Sheikh MA, Shaukat M, Nagi H. (2011) Children with clinical


presentation of Hirchsprung’s Disease - A Clinicopathlogical Experience.
Pakistan. Biomedica vol . 27. Hal. 1-4

Hidayat, Abdul. Aziz. Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.


Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, Adul. Aziz. Alimul. (2011). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika

Ibnu, B, D. & Maskoen , T.T. (2014). Terapi Nutrisi pada pasien ICU. Medica
Hospital. Vol 2 (3), 140-148. Diakses 5 Mei 2019 dari
https://www.medicalhospitalia.rskariadi.co.id/index.php/mh/article/viev185
96

Kartono D. 2010. Penyakit Hirschsprung. Sagung Seto. Jakarta.


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit
Hirschprung. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Diakses 17 Februari 2019 dari
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07
MENKES-
4742017_ttg_Pelayanan_Kedokteran_Tata_Laksana_Penyakit_Hirschprung
_.pdf

Kasiati, Rosmalawati, Dwi W. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta :


Pusdik SDM Kesehatan.

Kozier Barbara, Erb Glenora. dkk (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konse, Proses dan Praktik. Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC.

Kyle, Terri & Carman Susan., (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta:
EGC

Mutaqqin A dan Sari U., (2013). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba


Medika.

Nanda Internasional (2015-2017). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi Edisi 10 (B. A. Keliat., H. D. Windarwati., A. Pawirowiyono.,
M. A. Subu, Penerjemah). Jakarta: EGC. (Buku asli diterbitkan 2015).

Nasrullah, Dede. (2014). Etika dan Hukum Keperawatan Untuk Mahasiswa dan
Praktisi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Medika.

Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka


Cipta.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam berbagai
kasus. Yogyakarta : Medication Publishing.

Nurhayati Dede, dkk. (2017). Kualitas Hidup Anak Usia Toddler Paska
Kolostomi Di Bandung. Nurseline Journal Volume 2 No./2017 Halaman
167. Diakses 17 Februari 2019 dari
https://media.neliti.com/media/publications/197135-ID-the-quality-of-life-
of-toddler-post-colo.pdf

Nursalam. 2011. Management Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Professional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Potter, P.A, Perry, A.G. (2010) Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses Dan
Praktik. Jakarta : Salemba Medika

Rochadi. 2012. Terapi Pembedahan dan Peran GENA RET Pada Penyakit
Hirschsprung. Disertasi Pascasarjana FK UGM Yogyakarta

Rohmah, Nikmat & Walid Saiful. (2012). Proses Keperawatan & Aplikasi,
Yogyakarta. Ar-Ruzz Medika.

Rosdahl & Kowalski. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar: (Dwi Widiarti,
Anastasia Onny Tampubolon, Penerjemah). Edisi 10. Jakarta: EGC

Setiadi. (2015). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2.


Yogyakarta : Grha Ilmu

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan Edisi 6 Salemba Medika : Jakarta

Tubagus Odih Rhomdani Wahid (2018). Hasil Luaran Operasi Pulltrough pada
Hirsprung dengan Skoring Klotz di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru (2010-
2016) . Jurnal Kesehatan Melayu, Volume 1. No 2. Halaman 94.
Diakses 3 Maret 2019, dari
https://www.researchgate.net/publication/324958419_Hasil_Luaran_Operas
i_Pulltrough_pada_Hirsprung_dengan_Skoring_Klotz_di_RSUD_Arifin_A
chmad_Pekanbaru_2010-2016

Wong, Donna L. (2013). Clinical Manual Of Pediatric Nursing. (Ester, Monica


Penerjemah). Jakarta : EGC. (Buku asli diterbitkan 2013)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai