Anda di halaman 1dari 36

KASUS HIRSCHSPRUNG dan KASUS ATRESIA ANI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

Oleh :
 Nursyifa Destiawati C.0105.18.046
 Pungki Rindiawati C.0105.18.047
 Putri Silvia C.0105.18.048
 Renny Purwati C.0105.18.049
 Rifda Syifahul Husna C.0105.18.050
 Saidah C.0105.18.051
 Siti Aggahra C.0105.18.052
 Siti Holilah C.0105.18.053
 Siti Patir Muluk C.0105.18.054
 Sri Rahayu C.0105.18.055
 Tia Apriliani C.0105.18.057
 Vini Ocktavaini Sopandi C.0105.18.058
 Dewi Lovita C.0105.18.144

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
KOTA CIMAHI
2020
KASUS HIRSCHSPRUNG
PENGKAJIAN:
Gender: Laki-laki.
Usia : 4 Bulan.
Setting : Ruang Perawatan Anak.
Farmakologi : Seperti dibawah (Sebelum dan Sesudah Operarive).
Psikososial : Hospitalisasi Pada Anak.

PROFIL KLIEN:
Seorang bayi laki-laki usia 4 bulan, dibawa ibunya ke rumah sakit dengan keluhan perut
kembung, muntah-muntah, hasil pengkajian data Suhu 370C, nadi 100 x/mnt, Respirasi
50x/mnt nafas cepat dan dangkal, rewel, terjadi penurunan berat badan berat badan lahir 3 Kg,
PBL 50 cm, berat badan sekarang 3,5 Kg. Ibu mengatakan bahwa anaknya semakin lama
perutnya semakin membesar terdapat distensi abdomen, perut nampak mengkilat dan setiap
minum anak selalu muntah, muntah warna hijau dan adanya BAB cair 5-7 x/hari, turgor tidak
elastis. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa anak harus dilakukan
pembedahan. Mengetahui hal tersebut keluarga sangat khawatir dan takut akan kondisi
anaknya, dan setelah dilakukan tindakan foto polos abdomen diketahui bahwa agangliom
terdapat pada daerah sigmoid sampai anus. Selain dilakukan foto polos abdomen, dokter
mengajurkan klien untuk dilakukan enema barium, biopsy isap dan biopsy otot rectum.

HASIL LABORATORIUM:
 Hemoglobin (Hb) 8,4g/dl, Haemtokrit 26%, Leukosit dalam batas normal, Trombosit
570 ribu/ul.
 Pemeriksaan darah lengkap, Radiologi (Barium Enema)
 Anorektal manometri, Biopsi.

HASIL PENGOBATAN: 1
1) Penanganan Pre-Operative
Dekompresi: rectal tube, NGT ● Resusitasi cairan ● Antibiotik profilaksis ● Rectal washout,
Deteksi kelainan lainnya.
2) Penanganan Post-Operative
Colostomy sementara sampai usia 6-12 bulan (dekompresi kolon) ● Operasi – Duhamel
(definitive) – Soave – Swenson.

PERTANYAAN:
1) Apakah yang dimaksud dengan Hirschsprung?
Penyakit Hirschsprung merupakan salah satu jenis kelainan bawaan yang ditemukan pada bayi.
Kelainan terdapat pada usus besar (kolon), berupa tidak adanya saraf pada salah satu bagian
usus besar yang menyebabkan kontraksi usus terganggu.Bayi dengan penyakit Hirschsprung
sering kali mengalami kesulitan dalam buang air besar. Hal ini disebabkan karena gangguan
yang terdapat pada sel saraf yang bertugas untuk mengendalikan pergerakan usus.Penyakit
Hirschsprung adalah gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses atau tinja terjebak di
dalam usus. Penyakit bawaan lahir yang tergolong langka ini bisa mengakibatkan bayi tidak
buang air besar (BAB) sejak dilahirkan. Penyakit Hirschsprung terjadi karena kelainan saraf
yang mengontrol pergerakan usus besar. Hal ini menyebabkan usus besar tidak dapat
mendorong feses keluar, sehingga menumpuk di usus besar dan bayi tidak bisa BAB.

2) Diskusikan tentang manifestasi klinis apa saja yang muncul pada pasien?

Tanda dan gejalah pada neonatus meliputi :

 Kegagalan mengeluarkan mekonium dalam tempo 24 hingga 48 jam karena usus tidak
mampu mendorong isinya ke arah distal.
 Muntah dengan muntahan yang mengandung feses atau empedu sebagai akibat
obstruksi intestinal.
 Distensi abdomen yang terjadi sekunder karena retensi isi usus dan obstruksi usus.
 Iritabilitas (anak menjadi rewel) akibat distensi abdomen yang ditimbulkan.
 Kesulitan menyusu dan kegagalan tumbuh kembang yang berhubungan dengan
retensi isi usus dan distensi abdomen.
 Dehidrasi yang berhubungan dengan kesulitan menyusu dan ketidakmampuan
mengonsumsi cukup cairan.
 Diare overflow yang terjadi sekunder karena peningkatan sekresi air kedalam usus
disertai obstruksi usus

Tanda dan gejalah pada anak-anak meliputi :

 Konstipasi persisten akibat penurunan motilitas gastrointerstinal (GI)


 Distensi abdomen akibat retensi feses.
 Massa feses yang bisa diraba akibat retensi feses
 Ekstremitas yang lisut( pada kasus-kasus berat) yang terjadi sekunder karena
gangguan motilitas intestinal dan pengaruhnya pada nutrisi serta asupan makanan.
 Kehilangan jaringan subkutan (pada kasus-kasus berat) yang terjadi sekunder karena
malnutrisi.
 Abdomen yang besar dan menonjol akibat retensi feses dan perubahan homeostatis
cairan serta elektrolit yang ditimbulkan.

Tanda dan gejalah pada dewasa ( yang lebih jarang ditemukan dan prevalen pada laki-laki)
meliputi :

 Distensi abdomen akibat penurunan motilitas usus dan konstipasi.


 Konstipasi intermitan yang kronis dan merupakan keadaan sekunder karena
 gangguan motilitas usus. (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2014)

3) Diskusikan klasifikasi dari Hirschsprung, dan dalam kasus ini pasien termasuk
dalam klasifikasi mana?
Pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, sel ganglion Auerbach dan Meissner
tidak ditemukan serabut saraf menebal dan serabut otot hipertofik. Aganglionosis ini mulai
darianus ke arah oral.Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Penyakit Hirschsprung dapat
di klasifikasikandalam 4 kategori :
1. Penyakit Hirschsprung segmen pendek/HD Klasik (75%) Segmen aganglionosis dari
anus sampai sigmoid. Merupakan 70% dari kasus penyakit Hirschsprung dan lebih sering
ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschsprung segmen panjang/Long segment HD (20%) daerah
agonglionosis dapat melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon dan sampai usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan
3. Total colonic aganglionosis (3-12%). Bila segmen aganglionik mengenai seluruh
kolon (5-11%)
4. Kolon Aganglionik Universal Bila segmen aganglionik meliputi seluruh usus sampai
pylorus (5%)
5. Kasus tersebut termasuk kepada penyakit hirschsprung segmen pendek/HD klasik
4) Diskusikan penatalaksanaan Hirschsprung – Associaciated Entercolitis (HAEC)
Score?
Penatalaksanaan Hirschsprung disease terbagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaan awal dan
penatalaksanaan definitif. Penatalaksanaan awal dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum,
irigasi, dan dekompresi.
1. Tatalaksana Awal
Tujuan dari penatalaksanaan awal Hirschsprung disease adalah stabilisasi keadaan umum
pasien. Biasanya penderita mengalami gambaran peritonitis, perforasi maupun enterokolitis.
Stabilisasi dilakukan dengan tindakan resusitasi cairan jika pasien mengalami dehidrasi. Selain
itu, dilakukan pula irigasi dan dekompresi.
Irigasi dilakukan dengan cairan fisiologis 10-20 ml/kgBB, diulangi 2-3 kali sehari.
Dapat pula dilakukan operasi kolostomi untuk membantu pasase feses sementara menunggu
terapi definitif. Kolostomi diindikasikan pada pasien dengan enterokolitis berat, perforasi,
malnutrisi, atau dilatasi berat pada proksimal usus.
2. Tatalaksana Definitif
Operasi merupakan satu-satunya terapi definitif pada penderita Hirschsprung disease. Prinsip
operasi pada Hirschsprung disease adalah membuang bagian aganglionik usus yang
dilanjutkan dengan proses anastomosis bagian proksimal dan distal yang bersifat ganglionik,
serta mempertahankan fungsi kanal dan sfingter anus.
Operasi biasanya dikerjakan pada usia 6-12 bulan karena kolon mudah mengalami dilatasi
pada saat dilakukan washout, serta ukuran usus saat operasi mendekati normal sehingga
meminimalisir risiko kebocoran maupun infeksi saat anastomosis. Prosedur operasi dapat
dilakukan sekaligus atau bertahap, tergantung derajat keparahan dari penyakit. Pada kasus
dengan area aganglionik pada semua bagian kolon, operasi dilakukan secara bertahap dengan
pembentukan stoma dilanjutkan dengan operasi definitif. Sedangkan pada kasus aganglionik
pada seluruh usus, selain kolostomi, pasien juga memerlukan nutrisi parenteral total dan
transplantasi intestinal.

5) Diskusikan tentang Intervensi Keperawatan Hirschsprung yang muncul?


1 Nyeri akut b.d proses Tupan : Obsevasi Observasi
peradangan Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,  Untuk menentukan tindakan
penanganan yang tepat pada pasien
tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
tersebut.
3x24 jam nyeri nyeri  untuk menambah pengetahuan pasien
berkurang s/d hilang 2. Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
Terapeutik
 Dengan mengendalikan factor
Tupen : 1. Kontrol lingkungan yang lingkungan yang dapat menyebabkan
Setelah dilakukan memperberat rasa nyeri ( mis, nyeri diharapkan nyeri pasie dapat
tindakan keperawatan suhu ruangan, pencahayaan, berkurang. Menurunkan reaksi terhadap
rangsangan eksternal atau kesensitifan
selama 2x24 jam kebisingan) terrhadap cahaya dan menganjurkan
proses peradangan 2. Ajarkan teknik relaksasi pasien untuk beristirahat.
berkurang, kriteria  dengan teknik relaksasi diharapkan
nyeri dapat berkurang. Teknik relaksasi
hasil :
dapat berupa teknik nafas dalam, teknik
- Tidak meringis distraksi, guided imaginary, dan
- Sikap protektif sebagainya.
berkurang 3. Anjurkan menggunakan analgetik  Untuk menurunkan rasa sakit

- Tidak gelisah secara tepat

- Frekuensi nadi
normal
- Pola tidur normal
- Tekanan darah
normal
- Pola napas normal
- Nafsu makan
meningkat

Defisit Nutrisi b.d intake Tupan ; Observasi Observasi


yang tidak adekuat Setelah dilakukan 1. dentifikasi status nutrisi 1. Agar dilakukan dalam pemberian nutrisi
2. Identifikasi alergi dan itoleransi yang sesuai
tindakan keperawatan
makanan 2. Untuk tidak terjadi kesalahan pada
3x24 jam diharapkan 3. Identifikasi makanan yang disukai pemberian nutrisi pada pasien
deficit nutrisi teratasi 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan 3. Untuk mempercepat nafsu makan
jenis nutrient 4. Untuk mengetahui perkembangan pada nafsu
5. Identifikasi perlunya penggunaan makan
Tupen ; selang nasogastric 5. Agar mengetahui perkembangan pada pasien
Setelah dilakukan 6. Monitor asupan makan Teraupeutik
tindakan keperawatan 7. Monitor berat badan 1. Untuk menambah nafsu makan
8. Monitor hasil pemeriksaan 2. Untuk mempercepat kesembuhan
selama 2x24 jam laboratorium 3. Untuk membantu dalam menurunkan berat
diharapkan intake Terapeutik badan dan tidak terjadi dalam obesitas
yang tidak adekuat 1. Lakukan oral hygiene sebelum 4. Membantu bertambahnya energi yang
makan, jika perlu dibutuhkan oleh tubuh
dapat kembali normal
2. Fasilitasi melalukan pedoman diet
kriteria hasil : (mis. piramida makanan) Edukasi
- Berkurangnya 3. Sajikan makanan secara menarik 1. Untuk mempertahankan kenyamanan pada
dan suhu yang sesuai pasien
kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan 4. Berikana makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi Kolaborasi
meningkat dengan
5. Berikan makana tinggi kalori dan 1. Untuk mempercepat dalam nafsu makan
ideal 2. Agar mempermudah dalam proses
tinggi protein
- Bising usus normal 6. Berikan suplemen makanan, jika kesembuhan pasien
Otot dapat mengunyah perlu
7. Hentikan pemberian melalui selang
- Membran mukosa
naspgatrik jika asupan oral dapat
normal ditoleransi
- Sariawan mengecil Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
dan berkurang
2. Ajarkan diet yang di programkan
- Serum albumin Kolaborasi
normal 1. Kolaborasi pemberian medikasi
- Rambut tidak rontok sebelum makan (mis, pereda nyeri,
antiemetic) jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Hipovolemia b.d suplai Tupan : Manajemen Hipovolemia Observasi
darah menurun Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk menentukan tindakan
tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala keperawatan yang sesuai
Ds : selama 3 x 24 jam hipovolemia (mis. frekuensi 2. Untuk mengetahui intake dan output
1. Merasa lemah hipovolemia dapat nadi meningkat, nadi teraba cairan
2. Mengeluh haus teratasi. lemah, tekanan darah menurun, Terapeutik
tekanan nadi menyempit, 1. Untuk menentukan bagaimana cara
Do : Tupen : turgor kulit menurun, membran memenuhi kebutuh cairan tubuh pasien
1. Frekuensi nadi Setelah dilakukan mukosa kering, volume urin 2. Untuk memberikan posisi nyaman pada
meningkat tindakan keperawatan menurun, hematokrit pasien
2. Nadi teraba lemah selama 1 x 24 jam meningkat, haus, lemah) 3. Untuk membantu memenuhi kebutuhan
3. Tekanan darah suplai darah menurun 2. Monitor intake dan output cairan pasien
menurun teratasi cairan Edukasi
4. Tekanan nadi Dengan kriteria hasil : Terapeutik 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
menyempit Ds : 1. Hitung kebutuhan cairan pasien
5. Turgor kulit 1. Tidak Merasa 2. Berikan posisi modified 2. Untuk menghindari terjadinya keseleo
menurun lemah Trandelendung Kolaborasi
6. Membran mukosa 2. Tidak 3. Berikan asupan cairan oral 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
kering Mengeluh haus Edukasi tubuh pasien
7. Volume urni 1. Anjurkan memperbanyak 2. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
menurun Do : asupan cairan oral tubuh pasien
8. Hematokrit 1. Frekuensi nadi 2. Anjurkan menghindari 3. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
meningkat normal 60-100 perubahan posisi mendadak tubuh pasien
9. Pengisian vena 2. Nadi tidak Kolaborasi 4. Untuk menghindari terjadinya
menurun teraba lemah 1. Kolaborasi pemberian cairan kekurangan darah pada pasien
10. Status mental 3. Tekanan darah IV isotonis (mis. NaCL, RL)
berubah normal 120/80 2. Kolaborasi pemberian cairan
11. Suhu tubuh 4. Tekanan nadi IV hipotonis (mis. glukosa
meningkat tidak 2,5%, NaCL 0,4%)
12. Konsentrasi urin menyempit 3. Kolaborasi pemberian cairan
meningkat 5. Turgor kulit koloid (mis. albumin,
13. Berat badan turun normal Plasmanate)
tiba-tiba 6. Membran 4. Kolaborasi pemberian produk
mukosa darah
normal
7. Volume urin
normal
8. Hematokrit
normal
9. Pengisian vena
normal
10. Status mental
normal
11. Suhu tubuh
normal 36,5º
12. Konsentrasi
urin normal
13. Berat badan
naik
Risiko infeksi Tupan : Manajemen imunitas/vaksinasi Manajemen imunitas/vaksinasi
Factor risiko : Setelah dilakukan 1. Untuk mengetahui riwayat kesehatan
1. Penyakit kronis tindakan keperawatan 1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
2. Efek prosedur selama 3 x 24 jam dan riwayat alergi. 2. Untuk mengetahui kontra indikasi
invasive diharapkan risiko pemberian imunisasi
3. Manutrisi tidak terjadi. 2. Identifikasi kontradiksi 3. Untuk mengetahui status imunisasi
4. Peningkatan pemberian imunitas. setiap kunjungan ke pelayanan
paparan organisme kesehatan.
pathogen 3. Identifikasi status imunisasi 4. Untuk mengetahui sampai kapan cairan
lingkungan setiap kunjungan ke pelayanan vaksin itu bisa digunakan
5. Ketidakadekuatan kesehatan. 5. Untuk menghindari kekhawatiran klien
pertahanan tubuh terhadap vaksinasi.
primer : 4. Dokumentasikan informasi
a. Gangguan vaksinasi.
peristaltic
b. Kerusakan 5. Jelaskan tujuan, manfaat,
integritas kulit reaksi yang terjadi, jadwal dan
c. Perubahan efek samping.
sekresi PH
6. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder :
a. Penurunan HB
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon
inflamasi
e. Vaksinasi tidak
adekuat
6) Diskusikan tentang persiapan apa saja yang harus keluarga atau pasien
Hirschsprung lakukan sebelum dan sesudah dilakukan pembedahan?
Diagnosis Penyakit Hirschsprung
Dokter anak akan menanyakan gejala yang dialami oleh anak dan melakukan
pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan colok dubur. Jika pasien diduga menderita
penyakit Hirschsprung, dokter dapat melakukan beberapa tes tambahan, seperti :
a) Foto Rontgen
Foto Rontgen dilakukan untuk melihat kondisi usus besar lebih jelas. Sebelumnya, zat
pewarna khusus berbahan barium akan dimasukkan ke dalam usus melalui selang yang
masuk dari dubur.
b) Tes mengukur kekuatan otot usus
Pada prosedur ini, dokter akan menggunakan alat khusus berupa balon dan sensor
tekanan untuk memeriksa fungsi usus
c) Biopsi
Dokter akan mengambil sampel jaringan usus besar, yang selanjutnya akan diperiksa di
bawah mikroskop.
Pengobatan Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung adalah kondisi serius yang perlu segera diobati
dengan operasi, baik dengan bedah laparoskopi ataupun bedah
terbuka. Pasien yang kondisinya stabil biasanya hanya memerlukan
satu kali operasi, yaitu operasi penarikan usus.
Jika kondisi pasien tidak stabil, atau ketika pasien merupakan bayi yang lahir prematur,
memiliki berat badan yang rendah, atau sedang sakit, biasanya perlu menjalani operasi
ostomi, untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi.
 Prosedur penarikan usus (pull-through surgery)
Pada prosedur ini, dokter akan membuang bagian dalam dari usus besar yang tidak
bersaraf, kemudian menarik dan menyambungkan usus yangsehat langsung ke dubur
atau anus.
 Prosedur ostomy
Prosedur ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah
pemotongan bagian usus pasien yang bermasalah. Setelah
pemotongan usus, dokter akan mengarahkan usus yang sehat ke
lubang baru (stoma) yang dibuat di perut. Lubang tersebut menjadi
pengganti anus untuk membuang feses. Prosedur ini disebut juga
kolostomi. Selanjutnya, dokter akan memasangkan kantong khusus ke stoma. Kantong
tersebut akan menampung feses. Bila sudah penuh, isi kantong dapat dibuang. Setelah
kondisi pasien stabil dan usus besar sudah mulai pulih, tahap kedua prosedur ostomi
dapat dilakukan. Tahap kedua ini dilakukan untuk menutup lubang di perut dan
menyambungkan usus yang sehat ke dubur atau anus. Setelah menjalani prosedur
operasi, penderita akan menjalani rawat inap di rumah sakit selama beberapa hari, sambil
diinfus dan diberi obat pereda rasa sakit sampai kondisinya membaik. Selama masa
perawatan, usus akan pulih secara bertahap hingga dapat berfungsi kembali secara
normal.

Pada awal masa pemulihan, anak-anak yang sudah lebih besar dapat

merasa sakit ketika buang air besar. Sedangkan anak-anak yang lebih

kecil, akan rewel saat buang air besar. Selain itu penderita juga dapat

mengalami sembelit. Dalam mengatasi sembelit, pasien perlu:

 Mendapat asupan air putih yang cukup

Asupan air putih yang cukup berguna untuk membuat tinja lebih lunak,

sekaligus memenuhi kebutuhan cairan tubuh

 Mengonsumsi makanan yang tinggi serat

Berikan buah dan sayuran bagi anak yang sudah bisa mencernanya.

Bila belum, tanyakan kepada dokter anak, makanan apa yang bisa

diberikan kepada anak untuk mengatasi sembelit.

 Ajak bermain

Gerakan tubuh dapat membantu melancarkan sistem pencernaan dan

meningkatkan pergerakan usus.

 Mengonsumsi obat pencahar sesuai petunjuk dokter

Manfaat dan risiko penggunaan obat pencahar perlu didiskusikan


terlebih dahulu dengan dokter anak.

7) Diskusikan pendidikan kesehatan apakah yang tepat untuk orang tua saat pasien
pulang?
1. Pendidikan kesehatan setelah operasi
a. Pencegahan infeksi anjurkan ibu sebelum menyentuh anaknya selalu mencucitangan.
b. Anjurkan ibunya supaya anak nya di tempat tidur
c. Ajurkan ibunya agar akannya beristirahat cukup
2. Nutrisi setelah oprasi
a. Pemberian asi sesuai ajnuran yang telah di tentukan dokter
3. Perawatan luka
a. Ajarkan ibu untuk mengganti balutan luka setiap hari (disimulasikan oleh perawat)
8) Usia Berat Badan Laki- Tinggi Badan Laki-Laki Berat Badan Perempuan Tinggi Badan
Laki (Kg) (Cm) (Kg) Perempuan (Cm)
Bayi Baru 2,8 - 3,9 47.6 – 53,1 2,7 – 3,7 46,8 – 52,9
Lahir
1 Bulan 3,4 – 4,7 50.4 – 56,2 3,3 – 4,4 49,4 – 56,0
2 Bulan 4,2 – 5,5 53.2 – 59,1 3,8 – 5,2 52,0 – 59,0
3 Bulan 4,8 – 6,4 55.7 – 61,9 4,4 – 6,0 54,4 – 61,8
4 Bulan 5,3 – 7,1 58.1 – 64,6 4,9 - 6,7 56,8 – 64,5
5 Bulan 5,8 – 7,8 60.4 – 67,1 5,3 – 7,3 58,9 – 66,9
6 Bulan 6,3 – 8,4 62.4 – 69,2 5,8 – 7,9 60,9 – 69,1
7 Bulan 6,8 – 9,0 64.2 – 71,3 6,2 – 8,5 62,6 – 71,1
8 Bulan 7,2 – 9,5 65.9 – 73,2 6,6 – 9,0 64,2 – 72,8
9 Bulan 7,6 – 9,9 67.4 - 75,0 6,9 – 9,3 65,5 – 74,5
10 Bulan 7,9 – 10,3 68.9 – 76.7 7,2 – 9,8 66,7 – 76,1
11 Bulan 8,1 – 10,6 70.2 – 78.2 7,5 – 10,2 67,7 – 77,6

9)

Berikut adalah hitungan berat badan normal pada anak sesuai dengan kasus yang ada di kelompok 1 :
< 12 Bulan ket : n Umur (Bulan)
n
BB= + 4
2
4
¿ +4
2
¿6
KASUS ATRESIA ANI

PENGKAJIAN:
Gender: Perempuan.
Usia : 3 bulan.
Setting : Ruang Perawatan Anak.
Farmakologi : Operative dan Post-Operative.
Psikososial : Hospitalisasi Pada Anak.

KASUS:
An M usia 3 bulan datang ke RS dengan diantar oleh ibunya dengan keluhan perut anaknya
membesar, terdapat distensi abdomen, nyeri perut disertai muntah, perut kembung dan
membuncit, tidak bisa buang air besar, menurut ibu anaknya lahir di bidan, pada saat 12 jam
setelah lahir meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urine. Ibu tidak
menyadari kelainan pada anak karena menurut ibu itu hal yang biasa terjadi pada anak baru lahir,
tetapi lama kelamaan perut anaknya makin membesar dan perut tampak besar dan mengkilat,
oleh karena itu ibu membawa anaknya ke rumah sakit. Pada saat di RS dilakukan pemeriksaan
oleh perawat dan hasil pemeriksaan rectal toucher/colok dubur diketahui klien tidak memiliki
lubang anus, perawat mencoba memasukan thermometer kedalam anus dan terdapat tahanan oleh
jaringan, pada auskultasi terdengar hiperperistaltik. Didapatkan tanda-tanda vital nadi 110x/mnt,
Respirasi 38xmnt, Suhu 370C pada palpasi daerah teraba klien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak
teraba masa, tidak terdapat pendarahan umbilicus. Pada saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter,
dokter mengatakan bahawa anaknya harus dilakukan pembedahan untuk membuat lubang anus,
dan akan dilakukan beberapa kali pembedahaan, mendengar hal tersebut keluarga menjadi cemas
dan takut akan kondisi anaknya dan keluarga tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Klien
An. M didiagnosa medis dengan Atresia Ani.

HASIL LABOTARIUM:
1
● Hemoglobine (Hb) 10g/dl, Haemtokrit 31%, Leukosit 6.1 ribu/ul, Trombosit 165 ribu/ul,
Eritrosit 430 juta/ul, masa pendarahan 1.5 menit, masa pembekuan 4.0 menit, SGOT 38 U/l,
Ureum 21 mg/dl, gula darah sewaktu 105 mg/dl (Pemeriksaan Darah Lengkap).
● Radiologi.
HASIL PENGOBATAN:
● Operative.
● Post operative tutup Kolostomi, dengan pengobatan.
● Antibiotic, Analgesic,Antipyretic dan Antasid.
1. Apa yang dimaksud dengan Atresia Ani ?
Jawaban :
Tidak terbentuknya anus dengan sempurna akibat kelainan kongenital. orang yang
menderita atresia ani biasanya tidak dapat mengeluarkan tinja secara normal, kondisi ini
terjadi akibat gangguan perkembangan saluran cerna janin saat usia kehamilan 5-7
minggu (www.alodokter.com)

2. Diskusikan mengenai penyebab dari Atresia Ani ?


Jawaban :
Dalam kondisi normal, saluran kemih, lubang anus, dan kelamin akan terbentuk pada usia
kehamilan delapan minggu melalui proses pembelahan dan pemisahan dinding-dinding
pencernaan janin. Namun, bila terjadi gangguan pada masa perkembangan janin tersebut,
hal ini bisa memicu atresia ani. Hingga saat ini, penyebab gangguan perkembangan ini
belum diketahui secara pasti, tapi ahli menduga bahwa atresia ani disebabkan oleh faktor
keturunan atau genetika.

3. Diskusikan pathofisiologi terjadinya Atresia Ani ?


Jawaban :

Kelainan Kongenital

Agenesis sacral (tulang


Gangguan Abdnormalitas utera
belakang tumbuh abnormal)
pertumbuhan, fusi dan dan vagina
pembentukan anus dari
tonjolan embrionik
Perkembangan dan migrasi kolon pada
fetal usia 7-10 minggu tidak sempurna

Pembentukan sputum urogenital gagal

ATRESIA ANI

Tidak ada pembukaan usus besar Hubungan abnormal rektum dan vagina
melalui anus

Kebocoran isi anus


Fases tidak bisa keluar

Fases masuk ke uretra


Fases menumpuk MK : KONSTIPASI

Mikroorganisme masuk
ke saluran kemih
Tekanan intraabdominal Mual dan muntah Infeksi saluran kemih
meningkat

Nafsu makan MK : GANGGUAN


Tidak ada pembukaan usus menurun ELIMINASI URINE
besar melalui anus
Tidak ada pembukaan
usus besar melalui
anus

Pre - operasi Post - operasi Trauma Jaringan

Perawatan In
adekuat
Kurang informasi Perubahan defekasi Timbul nyeri

Kurang informasi MK : RESIOKO


MK : NYERI
MK : DEFISIT INFEKSI
informasi
PENGETAHUAN

MK : INKONTINENSIA
MK : GANGGUAN RASA
DEFEKASI
NYAMAN

4. Diskusikan manifestasi klinis pada psien dengan Atresia Ani?


Jawaban :
a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula)
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
f. Pada pemeriksaan rectal touche terdapat adanya membean anal
g. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002) (Academiaedu)

5. Diskusikan klasifikasi dari Atresia Ani dan untuk kasus ini tergolong dalam klasifikasi
yang man?
Jawaban :
a. Anal stenosis yaitu terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar
b. Membranosus atresia yaitu terdapat membrane atau selaput pada anus
c. Anal agenesis yaitu memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus
d. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum atau saluran pencernaan yang
menghubungkan usus dengan anus sehingga feses tidak bias dikeluarkan

Pada kasus tersebut termasuk kedalam klarifikasi rectal atrsia dikarenakan pada kasus
pasien yang dialami tersebut tidak memiliki lubang anus sehingga harus dilakukan
pembedahan untuk membuat lubang anus dan dilakukannya beberapa kali pembedahan.
(www.halodoc.com)
6. Diskusikan Intervensi Keperawatan yang diberikan pada kasus Atresia Ani?
Jawaban :

No Masalah Keperawatan Kritria Hasil Intervensi Rasional


Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Fekal
1. Ds tindakan keperawatan Observasi Manajemen Eliminasi Fekal
- tidak bisa buang air selama 3x24 jam  Identifikasi masalah usus dan Observasi
besar konstipasi menurun penggunaan obat pencahar  Untuk mengetahui seberapa
Do : dengan kriteria hasil : parahnya masalah usus pasien
- distensi abdomen  Distensi sehinggan menyebabkan pasien
- adanya jaringan pada abdomen  Identifikasi pengobatan yang menggunakan obat pencahar
anus menurun berefek pada kondisi  Untuk mengetahui pengobatan
 Jaringan pada gastrointestinal yang memiliki efek baik dan
anus berkurang buruk pada kondisi
gastrointestinal
 Monitor buang air besar ( mis.  Mengawasi keadaan pasien saat
Warna, frekuensi, konsistensi, sebelum atau sesudah buang air
volume) besar
 Monitor tanda dan gejala diare,  Mengawasi tanda dan gejala
konstipasi, atau impaksi pasien terkena gejala diare,
konstipasi atau impaksi
Teurapeutik
 Berikan air hangat setelah Terapeutik
makan
 Dapat membantu melancarkan
 Jadwalkan waktu defekasi mansalah kentut dan sembelit
bersama pasien
 Sediakan makanan tinggi serat pada pasien
 Agar keadaan klien dapat ter
pantau
Edukasi  Agar klien dapat dengan mudah
 Jelaskan jenis makanan yang BAB
membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus Edukasi
 Anjurkan mencatat warna,
frekuensi, lonsistensi, volume  Berikan makanan yang tinggi
feses serat kepada pasien
 Anjurkan meningkatkan  Agar keadaan pasien dapat
aktifitas fieik, sesuai teloransi terpantau dengan baik apabila
 Anjurkan pengurangan asupan klien mengalami penurunan atau
makanann yang meningkatkan kenaikan
pembentukan gas  Menganjurkan pasien untuk
 Anjurkan mengonsumsi berolahraga ringan
makanan yang mengandung  Pengurangan asupan makanan
tinggi serat yang berserat tinggi terlalu
 Anjurkan meningkatkan banyak dan produk olahan susu
asupan cairan. Jika tidak ada  agar memudahkan pasien untuk
kontraindikasi defekasi
 agar dapat menambah energy
Kolaborasi pasien
 Kolaborasi pemberian obat
supisitoria anal, jika perlu kolaborasi

 pemberian supositoria anal


sebagai alternative dari
pemberian obat-obat oral
Gangguan setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri : Dukungan Perawatan Diri :
2. eliminasi urine tindakan selama 3 x 24 BAK/BAB BAK/BAB:
DO : - jam gangguan eliminasi Observasi Observasi
DS : - urine dapat teratasi  Identifikasi kebiasaan  Untuk mengetahui kebiasaan
BAK/BAK sesuai usia BAK/BAB pasien
 Monitor integritas kulit pasien  Untuk mengetahui apakah
Terapeutik adanya lesi pada kulit pasien
 Buka pakaian yang diperlukan Teraputik
untuk memudahkan eliminasi
 Dukunngan penggunaan  Agar pasien nyaman serta
toilet/commode/pispot/urinal memudahkan pasien eliminasi
secara konsisten  Agar memudahkan eliminasi
 Agar pasien merasa nyaman
 Jaga privasi secara eliminasi
serta privasi pasien dapat terjaga
 Ganti pakaian pasien setelah  Jika ada kotoran yang
eliminasi, jika perlu menempel di pakaian pasien
 Berisihkan alat bantu  Untuk mencaga kehigienitasan
BAB/BAK setelah digunakan alat bantu BAK/BAB
 Latih BAK/BAB sesuai  Melatih pasien untuk
jadwal, jika perlu BAK/BAB
 Untuk memudahkan saat
 Sediakan alat bantu
eliminasi
Edukasi
 Anjurkan BAK/BAB secara Edukasi
rutin
 Agar pasien merasa nyaman
 Anjurkan ke kamar serta tidak terjadi konstipasi
mandi/toilet, jika perlu  Untuk mengajarkan
kemandirian kepada klien

Defisit pengetahuan Tupan Edukasi kesehatan Edukasi Kesehatan


3 b.d proses penyakit, Setelah dilakukan Observasi Observasi
prosedur perawatan, tindakan keperawatan  Identifikasi kesiapan dan  Untuk mengetahui seberapa
pengobatan selama 3x24 jam, kemampuan menerima jauh pasien dan keluarga siap
DO : - diharapkan defisit informasi dan mampu menerima informasi
DS : ibu tidak pengetahuan dapat  Identifikasi faktor-faktor yang  Untuk mengetahui faktor yang
menyadari kelainan teratasi. dapat meningkatkan dan dapat meningkatkan serta
pada anak karena menurunkan motivasi perilaku menurunkan partisipasi perilaku
menurut ibu itu hal yang Tupen hidup bersih dan sehat. hidup bersih dan sehat antara
biasa teradi pada anak Setelah dilakukan pasien dan keluarga
baru lahir tindakan keperawatan Terapeutik
selama 3x24 jam,  Sediakan materi dan media Terapeutik
diharapkan proses pendidikan kesehatan  Agar pasien dan keluarga muda
penyakit dapat berkurang  Jadwalkan pendidikan dalam memahami materi yang
dengan kriteria hasil : kesehatan sesuai kesepakatan disampaikan
 Menunjukkan  Berikan kesempatan untuk  Agar terciptanya penyuluhan
perilaku tidak sesuai bertanya yang saling disepakati
anjuran berkurang  Untuk mengetahui seberapa
Edukasi jauh materi yang belum pasien
 Menunjukkan
 Jelaskan faktor risiko yang pahami
persepsi keliru
dapat mempengaruhi kesehatan
terhadap masalah
 Ajarkan perilaku hidup bersih Edukasi
berkurang
dan sehat  Agar pasien dan keluarga dapat
 Menjalani
 Ajarkan strategi yang dapat menjauhi dan mengendalikan
pemeriksaan dengan
digunakan untuk meningkatkan faktor risiko yang dapat
tepat
perilaku hidup bersih dan sehat mempengaruhi kesehatan nya
 Menunjukkan
 Agar pasien terbiasa berperilaku
perilaku ↓
hidup bersih dan sehat
 Agar pasien dan keluarga
mengerti akan strategi yang
digunakan untuk meningkatkan
kualitas hidup yang sehat

Inkotinensia fekal b.d Setelah dilakukan Latihan Eliminasi Fekal Latihan Eliminasi Fekal
4 perubahan defekasi tindakan keperawatan Observasi Observasi
d.d selama 3 x 24 jam  memantau frekuensi bising usus
 monitor peristaltic usus secara
DO : - inkontinensia fekal dapat teratur pasien
DS : teratasi dengan kriteria
 Perut kembung hasil : terapeutik terapeutik
dan membuncit  Perut kembali  anjurkan waktu yang konsisten  agar klien merasa nyaman serta
 Tidak bisa buang normal untuk buang air besar tidak terjadinya konstipasi
air besar  Buang air besar  berikan privasi, kenyamanan  agar klien merasa nyaman serta
kembali normal dan posisi yang meningkatkan privacy pasien dapat terjaga
proses defekasi  agar memudahkan untuk
 gunakan enema rendah, jika mengeluarkan feses
perlu
 anjurkan dilatasi rektal, jika
edukasi
perlu
 ubah program latihan eliminasi  untuk memudahkan psien saat
fekal, jika perlu defekasi
 untuk menjaga cairan serta
edukasi menambah energy pasien
 anjurkan mengkonsumsi  untuk menjaga kekuatan tubuh
makanan tertentu, sesuai pasien dengan olahraga ringan
program atau hasil konsultasi
 anjurkan asupan cairan yang kolaborasi
adekuat sesuai kebutuhan  pemberian supositoria anal
 anjurkan olahraga sesuai
sebagai alternative dari
toleransi
pemberian obat-obat oral
kolaborasi

 kolaborasi penggunaan
supositoria, jika perlu

Nyeri b.d timbulnya Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri


5 nyeri d.d tindakan keperawatan Observasi Observasi
DO : - selama 3x24 jam  Identifikasi lokasi,  untuk mengetahui dimana,
DS : nyeri perut disertai diharapkan nyeri dapat karakteristik, durasi, frekuensi, bagaimana nyeri yang dialami
muntah menurun dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri dan seberapa kuat nyeri yang
hasil sebagai berikut : dirasakan klien.
1. Klien tidak  Untuk mengetahui bagaimana
tampak meringis  Identifikasi skala nyeri respon klien terhadap nyeri yang
2. Keadaan klien tidak ati diungkapkan.
lebih baik  Identifikasi respons nyeri non  Untuk mengetahui hal yang
3. Dapat verbal dilakukan ketika nyeri ating dan
menuntaskan hal yang harus dihindari yang
aktivitas menimbulkan nyeri.
Terapeutik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfamakologis
 Agar mengurangi risiko efek
untuk mengurangi rasa nyeri
samping dari penggunaan obat
(mis. TENS, hypnosis,
analgetik serta jika diberikannya
akupresur, terapi music,
teknik nofarmakologis klien
biofeendback, terapi pijat,
dapat lebih nyaman ketika
aromaterapi,teknik imajinasi
melakukan teknik ini untuk
terbimbing, kompres
mengurangi rasa nyerinya
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang  Menjaga kenyamanan agar klien
memperberat rasa nyeri (mis. tidak mudah untuk stress
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur  Istirahat yang baik dan cukup
dapat membantu penyembuhan
klien lebih cepat
 Pertimbangkan jenis dan  Hindari posisi yang membuat
sumber nyeri dalam pemilihan klien tidak nyaman
strategi meredakan nyeri

Edukasi Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,  Beri penjelasan kepada klien
dan pemicu nyeri dan keluarga apa penyebab
terjadinya nyeri, waktu yang
dapat memicu terjadinya
kembali nyeri, serta pemicu apa
yang menyebabkan nyeri itu
 Jelaskan strategi meredakan hilang timbul
nyeri  Dengan memberikan penjelasan
bagaimana cara untuk
meredakan nyerinya cth,
menjaga postur tubuh,
mengurangi berat badan

 Anjurkan memonitor nyeri  Berikan teknik terapi kepada


secara mandiri klien agar klien dapat
melakukannya dengan mandiri

Kolaborasi Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian  kolaborasikan pemberian
analgetik, jika perlu analgetik sesuai dengan
kebutuhan klien
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
6 b.d timbulnya nyeri d.d tindakan keperawatan Observasi Observasi
DO : - selama 3x24 jam  Identifikasi lokasi,  untuk mengetahui dimana,
DS : nyeri perut disertai diharapkan nyeri dapat karakteristik, durasi, frekuensi, bagaimana nyeri yang dialami
muntah menurun dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri dan seberapa kuat nyeri yang
hasil sebagai berikut : dirasakan klien.
4. Klien tidak
tampak meringis  Identifikasi skala nyeri  Untuk mengetahui bagaimana
5. Keadaan klien respon klien terhadap nyeri yang
lebih baik tidak ati diungkapkan.
6. Dapat
menuntaskan  Identifikasi respons nyeri non  Untuk mengetahui hal yang
aktivitas verbal dilakukan ketika nyeri ating dan
hal yang harus dihindari yang
menimbulkan nyeri.
Terapeutik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfamakologis
 Agar mengurangi risiko efek
untuk mengurangi rasa nyeri
samping dari penggunaan obat
(mis. TENS, hypnosis,
analgetik serta jika diberikannya
akupresur, terapi music,
teknik nofarmakologis klien
biofeendback, terapi pijat,
dapat lebih nyaman ketika
aromaterapi,teknik imajinasi
melakukan teknik ini untuk
terbimbing, kompres
mengurangi rasa nyerinya
hangat/dingin, terapi bermain)

 Kontrol lingkungan yang  Menjaga kenyamanan agar klien


memperberat rasa nyeri (mis. tidak mudah untuk stress
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Istirahat yang baik dan cukup
dapat membantu penyembuhan
 Pertimbangkan jenis dan klien lebih cepat
sumber nyeri dalam pemilihan  Hindari posisi yang membuat
strategi meredakan nyeri klien tidak nyaman

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, Edukasi
dan pemicu nyeri  Beri penjelasan kepada klien
dan keluarga apa penyebab
terjadinya nyeri, waktu yang
dapat memicu terjadinya
kembali nyeri, serta pemicu apa
yang menyebabkan nyeri itu
 Jelaskan strategi meredakan hilang timbul
nyeri  Dengan memberikan penjelasan
bagaimana cara untuk
meredakan nyerinya cth,
menjaga postur tubuh,
mengurangi berat badan
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri  Berikan teknik terapi kepada
klien agar klien dapat
melakukannya dengan mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian Kolaborasi
analgetik, jika perlu  kolaborasikan pemberian
analgetik sesuai dengan
kebutuhan klien
Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Manajemen Imunisasi/Vaksinasi Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
 perawatan yang in
tindakan keperawatan Observasi Observasi
7 adekuat d.d
selama 3x24 jam  Identifikasi riwayat kesehatan  Untuk mengetahui kondisi
DO : -
DS : - diharapkan risiko infeksi dan riwayat alergi pasien dan menghindari reaksi
tidak terjadi. dari pemberian tindakan, misal
 Identifikasi kontraindikasi obat
pemberian imunisasi (mis.  Mengetahui kemungkinan reaksi
reaksi anafilaksis terhadap yang terjadi terhadap vaksin
vaksin sebelumnya dan atau yang diberikan
sakit parah dan atau demam)  Mengetahui status imunisasi
 Identifikasi status imunisasi atau vaksin yang diberikan
setiap kunjungan ke pelayanan setiap berkunjung ke pelayanan
kesehatan kesehatan

Terapeutik
Terapeutik  Hal ini perlu dilakukan untuk
 Dokumentasikan informasi menghindari kekeliruan
vaksinasi (mis. nama produsen, mengenai vaksin yang akan
tanggal kedaluarsa) diberikan dan menimbulkan
dampak kerugian bagi klien
 Agar pemberian imunisasi dapat
 Jadwalkan imunisasi pada dilakukan secara teratur dan dan
waktu interval yang tepat tepat sesuai ketentuan
Edukasi
Edukasi  Untuk memberi arahan pada
 Jelaskan tujuan, manfaat, klien tentang tujuan dan manfaat
reaksi yang terjadi, jadwal dan dilakukannya vaksin, jadwal
efek samping pemberian dan efek samping
yang mungkin timbul sehingga
klien tidak lagi merasa kaget
dan bereaksi lebih
 Memberitahukan kepada klien
 Informasikan vaksinasi untuk
bahwa selain vaksin yang biasa
kejadian khusus (mis. rabies,
ditemui di lingkungan
tetanus)
masyarakat dan sering diberikan
untuk bayi dan balita, ada
beberapa vaksin khusus yang
bisa diberikan, seperti vaksin
rabies jika terkena gigitan anjing
atau tetanus ketika menginjak
besi berkarat
 Informasikan penundaan  Untuk menghindari persepi atau
pemberian imunisasi tidak stigma negatif dari klien ketika
berarti mengulang jadwal tindakan dihentikan atau ditunda
imunisasi kembali
7. Diskusikan apa yang harus perawat lakukan untuk mempersiapkan keluarga dalam
menghadapi pembedahan ?
Jawaban :
a. Perawat menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan dengan
orang tua
b. 2.perawat pahami situasi yang membuat orang tua ansietas
c. Motivasi situasi yang memicu kecemasan orang tua
d. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama dengan bayinya
e. 5.sediakan materi dan media pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan
penyakit atresia ani kepada orang tua
f. 6. Berikan kesempatan orang tua untuk bertanya kepada perawat
g. 7. Jelaskan faktor risiko yg dapat mempengaruhi kesehatan anak pada orang tua
(Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

8. Diskusikan bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak?


Jawaban :
Pertumbuhan anak dapat  diartikan sebagai proses perubahan fisik, sedangkan
Perkembangan lebih ditekankan pada bertambah atau menjadi lebih baiknya fungsi
anggota tubuh. Pendidik perlu memahami perkembangan anak agar dapat memberikan
stimulasi atau rangsangan yang tepat sehingga membantu anak berkembang sesuai
dengan usia dan tahap perkembangannya. Misalnya, saat seorang anak berusia 12 bulan,
ia sudah dapat menyendok makanan dari piringnya. Agar anak  mampu mengembangkan
otonomi/percaya pada kemampuannya sendiri dan memperkuat motorik halusnya, orang
tua memberi keleluasaan anak untuk melakukan kegiatan makan sendiri.
Terdapat beberapa fase dan tugas perkembangan yang setiap fase atau tahapan
perkembangan kehidupan manusia berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Berikut
ini fase dan tugas perkembangan menurut para ahli :

1.Fase dan tugas perkembangan menurut Buhler

 Fase pertama (0- 1 tahun)

Masa menghayati berbagai objek diluar diri khususnya fungsi motorik

 Fase kedua (2- 4 tahun)

Masa pengenalan diri pada dunia luar berdasarkan keadaan batinnya bukan
berdasarkan penglihatan objektif
 Fase ketiga (5- 8 tahun)

Masa sosialisasi anak pada dunia luar secara objektif. Pada masa ini terjadi interaksi
sosial antara anak dengan lingkungannya. Inilah yang membedakan kemampuan
anak dalam mengemukakan suatu pendapat, dimana anak dalam mengemukakan
pendapat dia berani. Itu terpengaruh karena interaksi sosialnya baik dan juga
lingkungannya mendukung

 Fase keempat (9- 11 tahun)

Masa dimana rasa keingintahuan yang tinggi yang diwujudkan dengan


bereksperimen banyak bertanya dan melihat sesuatu hal dari segi pandangnya
sendiri.

 Fase kelima (14- 19 tahun)

Masa mulai mencari jati dirinya yang sesungguhnya, dan sudah melihat suatu hal
dari segi subjektifitas selain dari objektifitas. Dan sudah mulai belajar menghadapi
masalahnya sendiri. Dan menilai sesuatu secara sadar dari apa yang telah ia lihat
dan yang menjadi persepsinya.

2.Fase dan tugas perkembangan menurut Hurlock

 Masa Prenatal (masa dalam kandungan ibu)


 Masa Natal dibagi menjadi 3
o Infancy (dari lahir- 14 hari)
Masa penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar
o Masa bayi ( antara 2 minggu - 2 tahun)
Pada awal masa anak sangat bergantung pada lingkungan sampai belajar
untuk mengenali lingkungan yang sesungguhnya.
o Masa anak (2- 10/ 11 tahun)
Masa menyesuaikan diri dengan lingkungan, merasa bahwa dirinya adalah
bagian dari lingkungannya.
 Masa Remaja
o Pra remaja
remaja pada fase ini banyak melakukan hal negatif dan mulai melawan
orangtua, lebih sering mengeluarkan argumen- argumen sendir, tanpa dia
tau benar atau tidak argumen yang telah dibuatnya
o Remaja awal
pada masa ini remaja mengalami perubahan fisik secara cepat dan juga
perubahan dari segi psikis dan sudah mulai tertarik dengan lawan jenis.
Fase ini mengalami pencarian identitasdiri dengan tingkah laku yang tidak
terdua- duga.
o Remaja lanjut
pada masa ini remaja mulai mempunyai jalan fikiran dan idealis-idealis
yang menjadi prinsip- prinsip dalam hidupnya, mempunyai keinginan
yang kuat untuk mencapai sesuatu dan mereka selalu ingin jadi pu sat
perhatian.
o Dewasa
 Dewasa awal
masa penyesuaian terhadap hal- hal yang baru dengan pola pemikiran
yang sudah sedikit stabil
 Dewasa menengah
Masa untuk penyesuaian kembali untuk mencapai equilibrium

3.Fase dan tugas perkembangan menurut Erikson

 Masa bayi (0 – 1 ½ th)


Masa dimana semua kebutuhan harus tercukupi, masa penanaman kepercayaan bahwa
dunia ini adalah tempat yang baik baginya, masa yang penuh dengna pembelajaran
tentang hal-hal baru yang tak akan dapatkan pada masa selanjutnya.
 Masa Toddler (1 ½ - 3 th)
Masa dimana anak mulai memisahkan diri dari lingkungan mulai menguasai diri
lingkungan dan masyarakat. Tetapi tentunya dengan bantuan-bantuan yang diberikan dari
orang tuanya.
 Awal masa kanak-kanak (4 – 7 th)
Masa lanjutan dari masa todler dimana pada masa ini, tindakan orang tua akan ditiru oleh
anak-anak. Anak mulai belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman
sepermainanya.
 Akhir masa kanak-kanak (8 – 11 th)
Masa dimana anak mulai berkelompok dan memilih teman bermain berdasarkan
kehendak hati, pada masa inilah anak harus dikenalkan pada rumah, pekerjaan rumah,
disini orang tua bertugas membimbing anaknya, mana hal yang baik dan mana hal yang
buruk.
 Akhir masa remaja (12 – 15 th)
Masa transisi dari anak-anak menjadi remaja dimana pada masa ini. Masa mulai
pencarian jati diri dengan melakukan hal-hal sesuai dengan kehendak orang tua. Pada
masa ini, orang tua sangat berperan penting untuk kebaikan anak, kebaikan dimasa akan
datang
 Masa remaja yang sejati (16 – 18 th)
Masa dimana masa-masa transisi berkurang, disini remaja sudah mulai menemukan jati
dirinya. Mulai menghadapi pilihan yang akan menentukan masa depannya.
 Awal masa dewasa (19 – 25 th)
Anak mulai hidup mandiri, dan sudah mulai berfikir untuk masa depannya, dan juga tidak
tergantung pada orang tua.
 Kedewasaan dan masa tua (25 th ke atas)
Masa dimana sudah mulai suka terhadap anak-anak sifat keibuan mulai muncul.
4.Fase dan tugas perkembangan menurut Hauighurst

Menurut Hauighurst hidup harus ditandai dengan tugas-tugas yang dikerjakan, baik
tugas perkembangan yang digunakan oleh orang dalam masa-masa tertentu sesuai
dengan norma-norma masyarakat dan norma-norma kebudayaannya, tugas tersebut
menunjukan hubungan dengan pendidikan dan pelajaran formal yang diterima seseorang.

Yang pertama, pengertian masa dewasa muda yang mengandung pengertian yang lebih
luas daripada yang bisa diberikan, masa dewasa menurut Hauighurst ada dalam stadium
Interim, artinya ia sudah terlepas dari keadaan menjadi anak tetapi belum memperoleh
status orang dewasa secara penuh,

yang kedua adalah kesejahteraan dan kebahagiaan dipengaruhi oleh berhasil tidaknya
melakukan tugas-tugas perkembangan,

yang ketiga, adalah perkembangan banyak di tentukan oleh kebudayaan bangsa, proses
belajar dipengaruhi oleh keadaan masyarakat dan sejarah masyarakat.

Yang keempat adalah berhubungan dengan objek pembicaraan dalam pasal berikutnya.
Remaja menentukan sendiri tugas-tugas yang dikerjakan dan mementukan sendiri tugas-
tugas yang diterima dan ditolak (www.kompasiana.com)

Anda mungkin juga menyukai