Oleh :
Nursyifa Destiawati C.0105.18.046
Pungki Rindiawati C.0105.18.047
Putri Silvia C.0105.18.048
Renny Purwati C.0105.18.049
Rifda Syifahul Husna C.0105.18.050
Saidah C.0105.18.051
Siti Aggahra C.0105.18.052
Siti Holilah C.0105.18.053
Siti Patir Muluk C.0105.18.054
Sri Rahayu C.0105.18.055
Tia Apriliani C.0105.18.057
Vini Ocktavaini Sopandi C.0105.18.058
Dewi Lovita C.0105.18.144
PROFIL KLIEN:
Seorang bayi laki-laki usia 4 bulan, dibawa ibunya ke rumah sakit dengan keluhan perut
kembung, muntah-muntah, hasil pengkajian data Suhu 370C, nadi 100 x/mnt, Respirasi
50x/mnt nafas cepat dan dangkal, rewel, terjadi penurunan berat badan berat badan lahir 3 Kg,
PBL 50 cm, berat badan sekarang 3,5 Kg. Ibu mengatakan bahwa anaknya semakin lama
perutnya semakin membesar terdapat distensi abdomen, perut nampak mengkilat dan setiap
minum anak selalu muntah, muntah warna hijau dan adanya BAB cair 5-7 x/hari, turgor tidak
elastis. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa anak harus dilakukan
pembedahan. Mengetahui hal tersebut keluarga sangat khawatir dan takut akan kondisi
anaknya, dan setelah dilakukan tindakan foto polos abdomen diketahui bahwa agangliom
terdapat pada daerah sigmoid sampai anus. Selain dilakukan foto polos abdomen, dokter
mengajurkan klien untuk dilakukan enema barium, biopsy isap dan biopsy otot rectum.
HASIL LABORATORIUM:
Hemoglobin (Hb) 8,4g/dl, Haemtokrit 26%, Leukosit dalam batas normal, Trombosit
570 ribu/ul.
Pemeriksaan darah lengkap, Radiologi (Barium Enema)
Anorektal manometri, Biopsi.
HASIL PENGOBATAN: 1
1) Penanganan Pre-Operative
Dekompresi: rectal tube, NGT ● Resusitasi cairan ● Antibiotik profilaksis ● Rectal washout,
Deteksi kelainan lainnya.
2) Penanganan Post-Operative
Colostomy sementara sampai usia 6-12 bulan (dekompresi kolon) ● Operasi – Duhamel
(definitive) – Soave – Swenson.
PERTANYAAN:
1) Apakah yang dimaksud dengan Hirschsprung?
Penyakit Hirschsprung merupakan salah satu jenis kelainan bawaan yang ditemukan pada bayi.
Kelainan terdapat pada usus besar (kolon), berupa tidak adanya saraf pada salah satu bagian
usus besar yang menyebabkan kontraksi usus terganggu.Bayi dengan penyakit Hirschsprung
sering kali mengalami kesulitan dalam buang air besar. Hal ini disebabkan karena gangguan
yang terdapat pada sel saraf yang bertugas untuk mengendalikan pergerakan usus.Penyakit
Hirschsprung adalah gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses atau tinja terjebak di
dalam usus. Penyakit bawaan lahir yang tergolong langka ini bisa mengakibatkan bayi tidak
buang air besar (BAB) sejak dilahirkan. Penyakit Hirschsprung terjadi karena kelainan saraf
yang mengontrol pergerakan usus besar. Hal ini menyebabkan usus besar tidak dapat
mendorong feses keluar, sehingga menumpuk di usus besar dan bayi tidak bisa BAB.
2) Diskusikan tentang manifestasi klinis apa saja yang muncul pada pasien?
Kegagalan mengeluarkan mekonium dalam tempo 24 hingga 48 jam karena usus tidak
mampu mendorong isinya ke arah distal.
Muntah dengan muntahan yang mengandung feses atau empedu sebagai akibat
obstruksi intestinal.
Distensi abdomen yang terjadi sekunder karena retensi isi usus dan obstruksi usus.
Iritabilitas (anak menjadi rewel) akibat distensi abdomen yang ditimbulkan.
Kesulitan menyusu dan kegagalan tumbuh kembang yang berhubungan dengan
retensi isi usus dan distensi abdomen.
Dehidrasi yang berhubungan dengan kesulitan menyusu dan ketidakmampuan
mengonsumsi cukup cairan.
Diare overflow yang terjadi sekunder karena peningkatan sekresi air kedalam usus
disertai obstruksi usus
Tanda dan gejalah pada dewasa ( yang lebih jarang ditemukan dan prevalen pada laki-laki)
meliputi :
3) Diskusikan klasifikasi dari Hirschsprung, dan dalam kasus ini pasien termasuk
dalam klasifikasi mana?
Pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, sel ganglion Auerbach dan Meissner
tidak ditemukan serabut saraf menebal dan serabut otot hipertofik. Aganglionosis ini mulai
darianus ke arah oral.Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Penyakit Hirschsprung dapat
di klasifikasikandalam 4 kategori :
1. Penyakit Hirschsprung segmen pendek/HD Klasik (75%) Segmen aganglionosis dari
anus sampai sigmoid. Merupakan 70% dari kasus penyakit Hirschsprung dan lebih sering
ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschsprung segmen panjang/Long segment HD (20%) daerah
agonglionosis dapat melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon dan sampai usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan
3. Total colonic aganglionosis (3-12%). Bila segmen aganglionik mengenai seluruh
kolon (5-11%)
4. Kolon Aganglionik Universal Bila segmen aganglionik meliputi seluruh usus sampai
pylorus (5%)
5. Kasus tersebut termasuk kepada penyakit hirschsprung segmen pendek/HD klasik
4) Diskusikan penatalaksanaan Hirschsprung – Associaciated Entercolitis (HAEC)
Score?
Penatalaksanaan Hirschsprung disease terbagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaan awal dan
penatalaksanaan definitif. Penatalaksanaan awal dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum,
irigasi, dan dekompresi.
1. Tatalaksana Awal
Tujuan dari penatalaksanaan awal Hirschsprung disease adalah stabilisasi keadaan umum
pasien. Biasanya penderita mengalami gambaran peritonitis, perforasi maupun enterokolitis.
Stabilisasi dilakukan dengan tindakan resusitasi cairan jika pasien mengalami dehidrasi. Selain
itu, dilakukan pula irigasi dan dekompresi.
Irigasi dilakukan dengan cairan fisiologis 10-20 ml/kgBB, diulangi 2-3 kali sehari.
Dapat pula dilakukan operasi kolostomi untuk membantu pasase feses sementara menunggu
terapi definitif. Kolostomi diindikasikan pada pasien dengan enterokolitis berat, perforasi,
malnutrisi, atau dilatasi berat pada proksimal usus.
2. Tatalaksana Definitif
Operasi merupakan satu-satunya terapi definitif pada penderita Hirschsprung disease. Prinsip
operasi pada Hirschsprung disease adalah membuang bagian aganglionik usus yang
dilanjutkan dengan proses anastomosis bagian proksimal dan distal yang bersifat ganglionik,
serta mempertahankan fungsi kanal dan sfingter anus.
Operasi biasanya dikerjakan pada usia 6-12 bulan karena kolon mudah mengalami dilatasi
pada saat dilakukan washout, serta ukuran usus saat operasi mendekati normal sehingga
meminimalisir risiko kebocoran maupun infeksi saat anastomosis. Prosedur operasi dapat
dilakukan sekaligus atau bertahap, tergantung derajat keparahan dari penyakit. Pada kasus
dengan area aganglionik pada semua bagian kolon, operasi dilakukan secara bertahap dengan
pembentukan stoma dilanjutkan dengan operasi definitif. Sedangkan pada kasus aganglionik
pada seluruh usus, selain kolostomi, pasien juga memerlukan nutrisi parenteral total dan
transplantasi intestinal.
- Frekuensi nadi
normal
- Pola tidur normal
- Tekanan darah
normal
- Pola napas normal
- Nafsu makan
meningkat
Pada awal masa pemulihan, anak-anak yang sudah lebih besar dapat
merasa sakit ketika buang air besar. Sedangkan anak-anak yang lebih
kecil, akan rewel saat buang air besar. Selain itu penderita juga dapat
Asupan air putih yang cukup berguna untuk membuat tinja lebih lunak,
Berikan buah dan sayuran bagi anak yang sudah bisa mencernanya.
Bila belum, tanyakan kepada dokter anak, makanan apa yang bisa
Ajak bermain
7) Diskusikan pendidikan kesehatan apakah yang tepat untuk orang tua saat pasien
pulang?
1. Pendidikan kesehatan setelah operasi
a. Pencegahan infeksi anjurkan ibu sebelum menyentuh anaknya selalu mencucitangan.
b. Anjurkan ibunya supaya anak nya di tempat tidur
c. Ajurkan ibunya agar akannya beristirahat cukup
2. Nutrisi setelah oprasi
a. Pemberian asi sesuai ajnuran yang telah di tentukan dokter
3. Perawatan luka
a. Ajarkan ibu untuk mengganti balutan luka setiap hari (disimulasikan oleh perawat)
8) Usia Berat Badan Laki- Tinggi Badan Laki-Laki Berat Badan Perempuan Tinggi Badan
Laki (Kg) (Cm) (Kg) Perempuan (Cm)
Bayi Baru 2,8 - 3,9 47.6 – 53,1 2,7 – 3,7 46,8 – 52,9
Lahir
1 Bulan 3,4 – 4,7 50.4 – 56,2 3,3 – 4,4 49,4 – 56,0
2 Bulan 4,2 – 5,5 53.2 – 59,1 3,8 – 5,2 52,0 – 59,0
3 Bulan 4,8 – 6,4 55.7 – 61,9 4,4 – 6,0 54,4 – 61,8
4 Bulan 5,3 – 7,1 58.1 – 64,6 4,9 - 6,7 56,8 – 64,5
5 Bulan 5,8 – 7,8 60.4 – 67,1 5,3 – 7,3 58,9 – 66,9
6 Bulan 6,3 – 8,4 62.4 – 69,2 5,8 – 7,9 60,9 – 69,1
7 Bulan 6,8 – 9,0 64.2 – 71,3 6,2 – 8,5 62,6 – 71,1
8 Bulan 7,2 – 9,5 65.9 – 73,2 6,6 – 9,0 64,2 – 72,8
9 Bulan 7,6 – 9,9 67.4 - 75,0 6,9 – 9,3 65,5 – 74,5
10 Bulan 7,9 – 10,3 68.9 – 76.7 7,2 – 9,8 66,7 – 76,1
11 Bulan 8,1 – 10,6 70.2 – 78.2 7,5 – 10,2 67,7 – 77,6
9)
Berikut adalah hitungan berat badan normal pada anak sesuai dengan kasus yang ada di kelompok 1 :
< 12 Bulan ket : n Umur (Bulan)
n
BB= + 4
2
4
¿ +4
2
¿6
KASUS ATRESIA ANI
PENGKAJIAN:
Gender: Perempuan.
Usia : 3 bulan.
Setting : Ruang Perawatan Anak.
Farmakologi : Operative dan Post-Operative.
Psikososial : Hospitalisasi Pada Anak.
KASUS:
An M usia 3 bulan datang ke RS dengan diantar oleh ibunya dengan keluhan perut anaknya
membesar, terdapat distensi abdomen, nyeri perut disertai muntah, perut kembung dan
membuncit, tidak bisa buang air besar, menurut ibu anaknya lahir di bidan, pada saat 12 jam
setelah lahir meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urine. Ibu tidak
menyadari kelainan pada anak karena menurut ibu itu hal yang biasa terjadi pada anak baru lahir,
tetapi lama kelamaan perut anaknya makin membesar dan perut tampak besar dan mengkilat,
oleh karena itu ibu membawa anaknya ke rumah sakit. Pada saat di RS dilakukan pemeriksaan
oleh perawat dan hasil pemeriksaan rectal toucher/colok dubur diketahui klien tidak memiliki
lubang anus, perawat mencoba memasukan thermometer kedalam anus dan terdapat tahanan oleh
jaringan, pada auskultasi terdengar hiperperistaltik. Didapatkan tanda-tanda vital nadi 110x/mnt,
Respirasi 38xmnt, Suhu 370C pada palpasi daerah teraba klien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak
teraba masa, tidak terdapat pendarahan umbilicus. Pada saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter,
dokter mengatakan bahawa anaknya harus dilakukan pembedahan untuk membuat lubang anus,
dan akan dilakukan beberapa kali pembedahaan, mendengar hal tersebut keluarga menjadi cemas
dan takut akan kondisi anaknya dan keluarga tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Klien
An. M didiagnosa medis dengan Atresia Ani.
HASIL LABOTARIUM:
1
● Hemoglobine (Hb) 10g/dl, Haemtokrit 31%, Leukosit 6.1 ribu/ul, Trombosit 165 ribu/ul,
Eritrosit 430 juta/ul, masa pendarahan 1.5 menit, masa pembekuan 4.0 menit, SGOT 38 U/l,
Ureum 21 mg/dl, gula darah sewaktu 105 mg/dl (Pemeriksaan Darah Lengkap).
● Radiologi.
HASIL PENGOBATAN:
● Operative.
● Post operative tutup Kolostomi, dengan pengobatan.
● Antibiotic, Analgesic,Antipyretic dan Antasid.
1. Apa yang dimaksud dengan Atresia Ani ?
Jawaban :
Tidak terbentuknya anus dengan sempurna akibat kelainan kongenital. orang yang
menderita atresia ani biasanya tidak dapat mengeluarkan tinja secara normal, kondisi ini
terjadi akibat gangguan perkembangan saluran cerna janin saat usia kehamilan 5-7
minggu (www.alodokter.com)
Kelainan Kongenital
ATRESIA ANI
Tidak ada pembukaan usus besar Hubungan abnormal rektum dan vagina
melalui anus
Mikroorganisme masuk
ke saluran kemih
Tekanan intraabdominal Mual dan muntah Infeksi saluran kemih
meningkat
Perawatan In
adekuat
Kurang informasi Perubahan defekasi Timbul nyeri
MK : INKONTINENSIA
MK : GANGGUAN RASA
DEFEKASI
NYAMAN
5. Diskusikan klasifikasi dari Atresia Ani dan untuk kasus ini tergolong dalam klasifikasi
yang man?
Jawaban :
a. Anal stenosis yaitu terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar
b. Membranosus atresia yaitu terdapat membrane atau selaput pada anus
c. Anal agenesis yaitu memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus
d. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum atau saluran pencernaan yang
menghubungkan usus dengan anus sehingga feses tidak bias dikeluarkan
Pada kasus tersebut termasuk kedalam klarifikasi rectal atrsia dikarenakan pada kasus
pasien yang dialami tersebut tidak memiliki lubang anus sehingga harus dilakukan
pembedahan untuk membuat lubang anus dan dilakukannya beberapa kali pembedahan.
(www.halodoc.com)
6. Diskusikan Intervensi Keperawatan yang diberikan pada kasus Atresia Ani?
Jawaban :
Inkotinensia fekal b.d Setelah dilakukan Latihan Eliminasi Fekal Latihan Eliminasi Fekal
4 perubahan defekasi tindakan keperawatan Observasi Observasi
d.d selama 3 x 24 jam memantau frekuensi bising usus
monitor peristaltic usus secara
DO : - inkontinensia fekal dapat teratur pasien
DS : teratasi dengan kriteria
Perut kembung hasil : terapeutik terapeutik
dan membuncit Perut kembali anjurkan waktu yang konsisten agar klien merasa nyaman serta
Tidak bisa buang normal untuk buang air besar tidak terjadinya konstipasi
air besar Buang air besar berikan privasi, kenyamanan agar klien merasa nyaman serta
kembali normal dan posisi yang meningkatkan privacy pasien dapat terjaga
proses defekasi agar memudahkan untuk
gunakan enema rendah, jika mengeluarkan feses
perlu
anjurkan dilatasi rektal, jika
edukasi
perlu
ubah program latihan eliminasi untuk memudahkan psien saat
fekal, jika perlu defekasi
untuk menjaga cairan serta
edukasi menambah energy pasien
anjurkan mengkonsumsi untuk menjaga kekuatan tubuh
makanan tertentu, sesuai pasien dengan olahraga ringan
program atau hasil konsultasi
anjurkan asupan cairan yang kolaborasi
adekuat sesuai kebutuhan pemberian supositoria anal
anjurkan olahraga sesuai
sebagai alternative dari
toleransi
pemberian obat-obat oral
kolaborasi
kolaborasi penggunaan
supositoria, jika perlu
Edukasi Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, Beri penjelasan kepada klien
dan pemicu nyeri dan keluarga apa penyebab
terjadinya nyeri, waktu yang
dapat memicu terjadinya
kembali nyeri, serta pemicu apa
yang menyebabkan nyeri itu
Jelaskan strategi meredakan hilang timbul
nyeri Dengan memberikan penjelasan
bagaimana cara untuk
meredakan nyerinya cth,
menjaga postur tubuh,
mengurangi berat badan
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi pemberian kolaborasikan pemberian
analgetik, jika perlu analgetik sesuai dengan
kebutuhan klien
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
6 b.d timbulnya nyeri d.d tindakan keperawatan Observasi Observasi
DO : - selama 3x24 jam Identifikasi lokasi, untuk mengetahui dimana,
DS : nyeri perut disertai diharapkan nyeri dapat karakteristik, durasi, frekuensi, bagaimana nyeri yang dialami
muntah menurun dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri dan seberapa kuat nyeri yang
hasil sebagai berikut : dirasakan klien.
4. Klien tidak
tampak meringis Identifikasi skala nyeri Untuk mengetahui bagaimana
5. Keadaan klien respon klien terhadap nyeri yang
lebih baik tidak ati diungkapkan.
6. Dapat
menuntaskan Identifikasi respons nyeri non Untuk mengetahui hal yang
aktivitas verbal dilakukan ketika nyeri ating dan
hal yang harus dihindari yang
menimbulkan nyeri.
Terapeutik
Terapeutik
Berikan teknik nonfamakologis
Agar mengurangi risiko efek
untuk mengurangi rasa nyeri
samping dari penggunaan obat
(mis. TENS, hypnosis,
analgetik serta jika diberikannya
akupresur, terapi music,
teknik nofarmakologis klien
biofeendback, terapi pijat,
dapat lebih nyaman ketika
aromaterapi,teknik imajinasi
melakukan teknik ini untuk
terbimbing, kompres
mengurangi rasa nyerinya
hangat/dingin, terapi bermain)
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, Edukasi
dan pemicu nyeri Beri penjelasan kepada klien
dan keluarga apa penyebab
terjadinya nyeri, waktu yang
dapat memicu terjadinya
kembali nyeri, serta pemicu apa
yang menyebabkan nyeri itu
Jelaskan strategi meredakan hilang timbul
nyeri Dengan memberikan penjelasan
bagaimana cara untuk
meredakan nyerinya cth,
menjaga postur tubuh,
mengurangi berat badan
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri Berikan teknik terapi kepada
klien agar klien dapat
melakukannya dengan mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian Kolaborasi
analgetik, jika perlu kolaborasikan pemberian
analgetik sesuai dengan
kebutuhan klien
Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Manajemen Imunisasi/Vaksinasi Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
perawatan yang in
tindakan keperawatan Observasi Observasi
7 adekuat d.d
selama 3x24 jam Identifikasi riwayat kesehatan Untuk mengetahui kondisi
DO : -
DS : - diharapkan risiko infeksi dan riwayat alergi pasien dan menghindari reaksi
tidak terjadi. dari pemberian tindakan, misal
Identifikasi kontraindikasi obat
pemberian imunisasi (mis. Mengetahui kemungkinan reaksi
reaksi anafilaksis terhadap yang terjadi terhadap vaksin
vaksin sebelumnya dan atau yang diberikan
sakit parah dan atau demam) Mengetahui status imunisasi
Identifikasi status imunisasi atau vaksin yang diberikan
setiap kunjungan ke pelayanan setiap berkunjung ke pelayanan
kesehatan kesehatan
Terapeutik
Terapeutik Hal ini perlu dilakukan untuk
Dokumentasikan informasi menghindari kekeliruan
vaksinasi (mis. nama produsen, mengenai vaksin yang akan
tanggal kedaluarsa) diberikan dan menimbulkan
dampak kerugian bagi klien
Agar pemberian imunisasi dapat
Jadwalkan imunisasi pada dilakukan secara teratur dan dan
waktu interval yang tepat tepat sesuai ketentuan
Edukasi
Edukasi Untuk memberi arahan pada
Jelaskan tujuan, manfaat, klien tentang tujuan dan manfaat
reaksi yang terjadi, jadwal dan dilakukannya vaksin, jadwal
efek samping pemberian dan efek samping
yang mungkin timbul sehingga
klien tidak lagi merasa kaget
dan bereaksi lebih
Memberitahukan kepada klien
Informasikan vaksinasi untuk
bahwa selain vaksin yang biasa
kejadian khusus (mis. rabies,
ditemui di lingkungan
tetanus)
masyarakat dan sering diberikan
untuk bayi dan balita, ada
beberapa vaksin khusus yang
bisa diberikan, seperti vaksin
rabies jika terkena gigitan anjing
atau tetanus ketika menginjak
besi berkarat
Informasikan penundaan Untuk menghindari persepi atau
pemberian imunisasi tidak stigma negatif dari klien ketika
berarti mengulang jadwal tindakan dihentikan atau ditunda
imunisasi kembali
7. Diskusikan apa yang harus perawat lakukan untuk mempersiapkan keluarga dalam
menghadapi pembedahan ?
Jawaban :
a. Perawat menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan dengan
orang tua
b. 2.perawat pahami situasi yang membuat orang tua ansietas
c. Motivasi situasi yang memicu kecemasan orang tua
d. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama dengan bayinya
e. 5.sediakan materi dan media pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan
penyakit atresia ani kepada orang tua
f. 6. Berikan kesempatan orang tua untuk bertanya kepada perawat
g. 7. Jelaskan faktor risiko yg dapat mempengaruhi kesehatan anak pada orang tua
(Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Masa pengenalan diri pada dunia luar berdasarkan keadaan batinnya bukan
berdasarkan penglihatan objektif
Fase ketiga (5- 8 tahun)
Masa sosialisasi anak pada dunia luar secara objektif. Pada masa ini terjadi interaksi
sosial antara anak dengan lingkungannya. Inilah yang membedakan kemampuan
anak dalam mengemukakan suatu pendapat, dimana anak dalam mengemukakan
pendapat dia berani. Itu terpengaruh karena interaksi sosialnya baik dan juga
lingkungannya mendukung
Masa mulai mencari jati dirinya yang sesungguhnya, dan sudah melihat suatu hal
dari segi subjektifitas selain dari objektifitas. Dan sudah mulai belajar menghadapi
masalahnya sendiri. Dan menilai sesuatu secara sadar dari apa yang telah ia lihat
dan yang menjadi persepsinya.
Menurut Hauighurst hidup harus ditandai dengan tugas-tugas yang dikerjakan, baik
tugas perkembangan yang digunakan oleh orang dalam masa-masa tertentu sesuai
dengan norma-norma masyarakat dan norma-norma kebudayaannya, tugas tersebut
menunjukan hubungan dengan pendidikan dan pelajaran formal yang diterima seseorang.
Yang pertama, pengertian masa dewasa muda yang mengandung pengertian yang lebih
luas daripada yang bisa diberikan, masa dewasa menurut Hauighurst ada dalam stadium
Interim, artinya ia sudah terlepas dari keadaan menjadi anak tetapi belum memperoleh
status orang dewasa secara penuh,
yang kedua adalah kesejahteraan dan kebahagiaan dipengaruhi oleh berhasil tidaknya
melakukan tugas-tugas perkembangan,
yang ketiga, adalah perkembangan banyak di tentukan oleh kebudayaan bangsa, proses
belajar dipengaruhi oleh keadaan masyarakat dan sejarah masyarakat.
Yang keempat adalah berhubungan dengan objek pembicaraan dalam pasal berikutnya.
Remaja menentukan sendiri tugas-tugas yang dikerjakan dan mementukan sendiri tugas-
tugas yang diterima dan ditolak (www.kompasiana.com)