Anda di halaman 1dari 8

IMOBILISASI : JURNAL 1

NO KAJIAN DESKRIPSI
1 JUDUL JURNAL Pengaruh Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif Assitif Terhadap Rentang Gerak
Sendi Pada Lansia Yang Mengalami Immobilisasi Fisik

2 NAMA PENELITI Andri Setyorini & Niken Setyaningrum

3 PENERBIT SURYA MEDIKA, Volume 13. No. 2 Juli 2018, JURNAL ILMIAH ILMU
KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

4 LATAR BELAKANG Berdasarkan studi pendahuluan di Panti Tresna Werdha Yogyakarta unit Budhi
Luhur, terdapat 16 lansia yang mengalami immobilisasi fisik. Di panti telah
dilakukan berbagai macam kegiatan untuk lansia yang masih aktif, namun pada
lansia yang mengalami kelemahan otot tidak mampu mengikuti latihan tersebut,
sehingga perlu dilakukan latihan ROM (Range Of Motion) untuk membantu lansia
yang mengalami imobilitas fisik dan keterbatas gerak.

5 TUJUAN PENELITIAN dilakukan latihan ROM (Range Of Motion) untuk membantu lansia yang
mengalami imobilitas fisik dan keterbatas gerak

6 METODOLOGI  Penelitian ini termasuk dalam jenis pra-eksperimen, dengan menggunakan


PENELITIAN rancangan One Group Pretest Posttest without control
 jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 14 orang lansia
 Penelitian ini dilakukan di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
unit. Budhi Luhur dan dilaksanakan pada bulan 28 September – 5 Oktober 2016.
 Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara dan
menggunakan lembar observasi yang disusun oleh peneliti,

7 HASIL PENELITIAN Data statistik rentang geak sendi lutut dan ankle pada lansia di BPSTW Yogyakarta
unit Budhi Luhur yang diukur menggunakan goniometer menunjukkan peningkatan
rentang gerak sendi pada lansia yang mengalami immobititas atau keterbatasan
gerak fisik setelah dilakukan latihan ROM aktif assitif terutama pada sendi lutut dan
ankle.

8 PEMBAHASAN  Hasil penelitian menunjukkan kondisi awal rentang gerak sendi pada lutut dan
ankle pada lansia dengan immobilitas fisik terlihat mengalami keterbatasan
rentang gerak. Hal tersebut terlihat dari rata-rata rentang gerak yang semuanya
berada di bawah bantas normal rentang gerak.
 Berdasarkan hasil analisis wilcoxon, terdapat perbedaan antara pre dan post test
terkait rentang gerak sendi pada lansia yang mengalami immobilits fisik atau
keterbatasan gerak setelah dilakukan latihan ROM aktif assitif. Rata-rata rentang
gerak sendi lutut dan ankle pada lansia yang mengalami immobilitas fisik dan
keterbatasan gerak di BPSTW Yogyakarta unit Budhi Luhur meningkat setelah
dilakukan latihan ROM aktif assitif.

9 KELEMAHAN Penelitian pada jurnal ini tidak dilakukan dengan kelompok pembanding sehingga
pembaca tidang mengetahui perbedaan antara kelompok yang di lakukan tindakan
ROM dan tidak dilakukan tindakan ROM
10 KELEBIHAN Penjelasan tindakan dari jurnal ini sangat bagus dilihat dari cara peneliti
menjelaskan keadaan lansia sebelum dan sesudah dilakukan tidakan ROM, dan
peneliti juga mencantumkan Tindakan ROM seperti apa yang dilakukan, berapa
lama tindakan ini di lakukan. Dan juga perubahan-perubahan apa yang terjadi pada
lansia setelah dilakukan tindakan ROM ini.

11 KESIMPULAN DAN Terdapat pengaruh latihan ROM (Range of Motion) Aktif Assitif terhadap
SARAN peningkatan rentang gerak sendi pada lansia yang mengalami immobilitas fisik di
Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha Yogyakarta Unit Budhi Luhur.

IMOBILISASI : JURNAL 2
N0 KAJIAN DESKRIPSI
1 JUDUL JURNAL Hubungan Pengetahuan Kesehatan Terhadap Peran Keluarga Dalam Perawatan
Lansia Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di Ruang Perawatan Rsud Pakuhaji
Kabupaten Tangerang

2 NAMA PENELITI Maety Airiska , Lastri Mei Winarni , Febi Ratnasari

3 PENERBIT Jurnal Menara Medika, Vol 3 No 1 September 2020

4 LATAR BELAKANG Faktor yang mempengaruhi gangguan mobilitas fisik atau imobilitas adalah kondisi
fisik menahun, kapasitas mental, status mental seperti kesedihan dan depresi,
penerimaan terhadap berfungsinya anggota tubuh dan dukungan anggota keluarga.
Upaya yang dilakukan dalam menangani masalah kesehatan usia lanjut adalah
upaya pembinaan kesehatan, pelayanan kesehatan dan upaya perawatan (Setiabudhi
& Hardywinoto, 2014).
pada usia lanjut membutuhkan pertolongan dengan gangguan cukup parah sehingga
mempengaruhi perilaku dan kualitas hidup mereka. Khususnya pada usia lanjut
yang pasif keluarga harus memberikan asuhan dan perawatan sebaik mungkin tanpa
mengganggu atau mengurangi kemandirian dari usia lanjut yang diasuh sehingga
dapat terpenuhi tujuan perawatan usia

5 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan
terhadap peran keluarga dalam perawatan lansia dengan gangguan mobilitas fisik di
ruang perawatan RSUD Pakuhaji.

6 METODOLOGI  Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
PENELITIAN termasuk survei analitik yaitu meneliti hal yang sudah ada tanpa perlakuan
sengaja untuk membangkitkan atau menimbulkan suatu gejala atau keadaan
 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami gangguan
mobilisasi fisik dan memeriksakan diri ke RSUD Pakuhaji periode Januari –
Maret 2020 sebanyak 137 orang
 Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner pengetahuan kesehatan terhadap peran keluarga dalam perawatan
lansia dengan gangguan mobilitas fisik di ruang perawatan RSUD Pakuhaji
yang di uji validitas dan reabilitas di Puskesmas Kedaung Barat.
7 HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian pada peran keluarga dalam perawatan lansian dengan
gangguan mobilitas fisik, dari 102 orang di ruang perawatan RSUD Pakuhaji
Tangerang, diketahui mayoritas dengan peran keluarga dalam perawatan lansia
dengan mobilitas fisik yang kurang yaitu sebanyak 59 orang (57,8%), dan peran
keluarga dalam perawatan lansia dengan mobilitas fisik yang baik sebanyak 43
orang (42,2%)

8 PEMBAHASAN  Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Narayani P (2019) tentang
hubungan tingkat pengetahuan keluarga terhadap sikap keluarga dalam
pemberian perawatan activities daily living (ADL) pada lansia di rumah di desa
Tanjungrejo Margoyoso Pati, menunjukkan hasil bahwa dari 96 orang, sebagian
besar dengan pengetahuan kurang yaitu sebanyak 68 orang (70,8%).
 Menurut Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

9 KELEMAHAN Dengan judul yang sangat bagus jurnal ini hanya menggunakan metode survey
analitik dimana peneliti hanya melakukan srvey tanpa melakukan tindakan uruk
merubah perilaku dari keluarga

10 KELEBIHAN Jurnal ini sangat baik dalam penjelasan tentang masing-masing variabel penelitian

11 KESIMPULAN DAN Ada hubungan antara pengetahuan kesehatan terhadap peran keluarga dalam
SARAN perawatan lansia dengan gangguan mobilitas fisik di ruang perawatan RSUD
Pakuhaji, terbukti dari hasil uji statistik dimana P Value 0,019 dengan nilai OR
2,838.

INSTABILITAS (JATUH) : JURNAL 1


NO KAJIAN DESKRIPSI
1 JUDUL JURNAL Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Jatuh Pada Lansia

2 NAMA PENELITI Abil Rudy, Rinto Budhi Setyanto

3 PENERBIT Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, Volume 5, Nomor 2 Januari
2019

4 LATAR BELAKANG Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan
bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor intrinsik dimana terjadinya
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, langkah yang pendek-
pendek, kekakuan sendi, kaki tidak dapat menapak dengan kuat, dan kelambanan
dalam bergerak, sedangkan faktor ekstrinsik diantaranya lantai yang licin dan tidak
merata, tersandung oleh benda-benda, kursi roda yang tidak terkunci, penglihatan
kurang, dan penerangan cahaya yang kurang terang cenderung gampang terpeleset
atau tersandung sehingga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia (Nugroho,
2012).
lansia mempunyai konsekuensi untuk jatuh salah satu masalah kesehatan yang
sering terjadi pada lansia adalah instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak stabil
atau mudah jatuh. Jatuh dianggap sebagai konsekuensi alami tetapi jatuh bukan
merupakan bagian normal dari proses penuaan (Stanley, 2006).

5 TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi risiko jatuh pada lansia

6 METODOLOGI  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross


PENELITIAN sectional.
 Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang ada di Kecamatan Tempunak
Kabupaten Sintang.
 Pengambilan Sampel penelitian menggunakan total sampling yaitu sebanyak 36
responden.
 Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pengamatan yang berpedoman
pada kuesioner.
 Penilaian risiko jatuh dengan mengunakan Morse Falls Scale (MFS) Skala Jatuh
dari Morse.

7 HASIL PENELITIAN bahwa variabel yang berhubungan dengan risiko jatuh pada lansia adalah sistem
anggota gerak, sistem penglihatan dan lingkungan.

8 PEMBAHASAN  Lansia yang mengalami gangguan sistem anggota gerak tubuh lebih banyak dari
lansia yang tidak mengalami sistem anggota gerak tubuh. Sistem anggota gerak
berhubungan dengan risiko jatuh pada lansia, hal ini di karenakan bahwa lansia
mengalami penurunan fungsi sistem gerak.
 Sistem penglihatan pada lansia mengalami penurunan fungsi seperti jarak
penglihatan. Hasil wawancara pada lansia di dapatkan juga bahwa lansia di
Tempunak mengalami penurunan penglihatan. Terjadinya penurunan
penglihatan dapat mengakibatkan risiko jatuh pada lansia, karena jika lansia
berjalan pada tempat tinggal terdapat benda yang menghalangi pada saat
berjalan maka lansia tersebut akan berisiko jatuh.
 Lingkungan rumah yang tidak aman dapat menyebabkan risiko jatuh pada
lansia, karena lingkungan dapat mempengaruhi pada saat manusia berada pada
suatu tempat yang menjadi penyebab seperti suara, perubahan warna atau
cahaya dan tekstur dari material bangunan tempat tinggal.

9 KELEMAHAN Pada jurnal ini peneliti tidak menjelaskan berapa lama penelitian ini berlangsung
10 KELEBIHAN  Penelitian ini sangat lengkap dan kompleks
 Terdapat karakteristik di setiap metode
 Dipaparkan dengan jelas dan singkat

11 KESIMPULAN DAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel yang berhubungan
SARAN dengan risiko jatuh pada lansia adalah sistem anggota gerak, sistem penglihatan dan
lingkungan. Oleh sebab itu, disarankan kepada petugas kesehatan terus
meningkatkan sosialisasi pencegahan risiko jatuh pada lansia, sedangkan untuk
lansia tetap mempertahankan fungsi kemandirian secara efisien.
INSTABILITAS (JATUH) : JURNAL 2
NO KAJIAN DESKRIPSI
1 JUDUL JURNAL Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Resiko Jatuh Pada Lansia

2 NAMA PENELITI Veni Fatmawati, Emi Yuliani ,Riska Risty Wardani

3 PENERBIT Jurnal Kesehatan 13 (2) 2020

4 LATAR BELAKANG Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti yang bertempat di
Desa Banyuraden, Dusun Dowangan, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman,
DIY. terdapat posyandu lansia yang berada di Desa Banyuraden, Dusun Dowangan
dari data yang didapatkan peneliti menggunakan alat ukur keseimbangan TUGT
(Time Up And Go Test) dengan isinya meminimalisir tertinggi resiko jatuh di
posyandu lansia Dusun Dowangan memiliki persentase tertinggi untuk lansia yang
mengalami gangguan resiko jatuh yaitu 50% dari 132 orang dengan rentang usia 45-
60 tahun keatas.
Dari data tersebut peneliti menetapkan posyandu lansia Dusun Dowangan sebagai
tempat untuk dilakukannya penelitian karena melihat persentase yang tinggi dari
lansia yang mengalami penurunan keseimbangan dan resiko jatuh pada lansia.

5 TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Resiko Jatuh Pada
Lansia

6 METODOLOGI  Jenis penelitian ini adalah quasi experimental menggunakan desain penelitian
PENELITIAN pre test and post test one group design
 populasi sebanyak 61 lansia dimulai dari rentang usia 45-60 tahun keatas.
 Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling
 senam lansia dilakukan sebanyak 2 kali seminggu selama 4 minggu dengan
durasi latihan 35 menit setiap latihan. Setiap pelaksanaan mencakup tiga bagian
yaitu pemanasan, gerakan inti dan pendinginan.

7 HASIL PENELITIAN  Pada penelitian ini berjumlah 11 sampel dan berdasarkan penilaian time up and
go test (TUGT) pemberian Senam Lansia, didapatkan nilai mean sebelum
perlakuan sebesar 17.4545, setelah perlakuan sebesar 14.8638 dan
 standar deviasi sebelum perlakuan sebesar 1.49088 dan setelah perlakuan
sebesar 1.61386.
 berdasarkan penurunan nilai mean dan standar deviasi dari kedua kelompok
tersebut dapat disimpulkan bahwa jika semakin rendah nilai TUGT maka
semakin rendah juga resiko jatuh yang dialami pada lansia yang mengalami
gangguan keseimbangan.

8 PEMBAHASAN  Dilihat dari jenis kelamin wanita memiliki skor resiko jatuh tinggi karena
berkurangnya kekuatan otot pada pada lansia wanita dan kurangya kemampuan
dalam mengembalikan stabilitas tubuh.
 Lansia wanita juga mengalami kelemahan otot pada ekstremitas bawah sehingga
kurang dapat menyangga berat badan, yang lebih banyak dari pada lanjut usia
laki-laki dan juga skor jatuh akan semakin meningkat (Kurnianto, 2015).
 Semakin meningkatnya usia, maka manusia akan mengalami proses degenerasi
dan penurunan dalam kemampuan melakukan aktivitas fisik kehidupan sehari-
hari, sehingga fleksibilitas yang dimiliki akan semakin menurun dan
menyebabkan risiko jatuh yang lebih besar (Naftaly, 2017).
 Jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari kematian dan cedera pada
populasi lanjut usia. Dua puluh hingga tiga puluh persen dari lansia yang
memiliki derajat kecacatan tinggi terkait jatuh akan mengalami kehilangan
kebebasan akan ADL (aktivitas hidup sehari-hari), penurunan kualitas hidup dan
yang paling memprihatikan adalah kematian (Jamebozorgi et al, 2013).

9 KELEMAHAN Tidak cantumkan pengaruh seperti apa yang terjadi pada lansian setelah tindakan
hanya cantumkan berupa angka mean yang menurun

10 KELEBIHAN  Terdapat karakteristik di setiap metode


 Ada pre dan ada post tindakan

11 KESIMPULAN DAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
SARAN : bahwa adanya pengaruh senam lansia terhadap penurunan resiko jatuh pada lansia.

INKONTENENSIA : JURNAL 1
NO KAJIAN DESKRIPSI
1 JUDUL JURNAL Pengaruh Senam Kegel Terhadap Inkontinensia Urin Pada Lansia Di Balai Sosial
Lanjut Usia Mandalika Mataram

2 NAMA PENELITI Suhartiningsih, Wahyu Cahyono, Martina Egho

3 PENERBIT Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) Vol. 5 No. 3 Juli 2021

4 LATAR BELAKANG Sedangkan Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Mataram, setelah dilakukan studi
pendahuluan pada bulan November 2018 menggunakan kuisioner SSI, tercatat
bahwa dari 87 jumlah Lansia secara Keseluruhan terdapat 36 Lansia yang
mengalami Inkontinensia urin.
Tetapi penanganan Inkontinensia Urin masih sangat kurang. Menurut Informasi
yang didapatkan dari petugas Balai Sosial Lanjut usia mandalika mataram sampai
sejauh ini masalah Inkontinensia urin belum terkaji dan belum pernah diberikan
penanganan berupa senam kegel.
Salah satu penyebab penanganan Inkontinensia urin belum terlaksana adalah karena
masyarakat belum tahu tempat yang tepat untuk berobat disertai kurangnya
pemahaman tenaga kesehatan tentang inkontinensia urin (Depkes, 2015)

5 TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui apakah ada pengaruh senam kegel terhadap Inkontinensia uri
pada lansia di balai sosial lanjut usia mandalika mataram.

6 METODOLOGI  Desain Penelitian dalam penelitian ini adalah Pra eksperimental dengan
PENELITIAN rancangan one group pre test dan post test.
 teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling,
 Teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrument wawancara
Kuisioner SSI (Sandvix Severity Indeks), dari 36 lansia yang mengalami
Inkontinensia urin ada 26 orang lansia yang bersedia menjadi responden.

7 HASIL PENELITIAN setelah diberikan senam kegel menjadi tidak Inkontinensia urin sebanyak 11 lansia
(42%), inkontinensia urin ringan sebanyak 4 orang lansia (15%), inkontinensia urin
sedang 9 orang lansia (35%), inkontinensia urin berat 2 orang lansia (8%), dan
frekuensi inkontinensia urin sangat berat 0%.

8 PEMBAHASAN  Latihan/Senam Kegel ini meningkatkan tonus otot dasar panggul, dengan
menguatkan otot dasar panggul pada saat berkemih dirasakan, individu mampu
menunda episode inkontinensia urine yang berhubungan dengan kelemahan otot
panggul dan/atau kelemahan pintu keluar kandung kemih.
 Setelah dilakukan senam kegel selama 6 minggu data tertinggi menunjukkan
bahwa ada Lansia yang mengalami perubahan akibat pemberian senam kegel.
Setelah dilakukan post test menggunakan kuisioner didapatkan data lansia tidak
inkontinensia urin sebanyak 11 orang, 7 diantara nya mengalami penurunan
tingkat inkontinensia urin dan 8 diantaranya tidak mengalami perubahan.

9 KELEMAHAN Tidak ditemukan kelemahan dari jurnal ini

10 KELEBIHAN  Penelitian ini sangat lengkap dan kompleks


 Terdapat karakteristik di setiap metode
 Dipaparkan dengan jelas dan singkat
 Ada pre dan ada post tindakan

11 KESIMPULAN DAN Data di analisis menggunakan Uji wilcoxon didapatkan nilai signifkansi 0.00 yang
SARAN artinya ≤ 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian senam kegel
pada lansia yang mengalami inkontinensia urin

INKOTENENSIA : JURNAL 2
NO KAJIAN DESKRIPSI
1 JUDUL JURNAL Pengaruh Bladder Training Terhadap Inkontinensia Urin Pada Lanjut Usia Di
Posyandu Lansia Desa Sumberdem Kecamatan Wonosari Malang

2 NAMA PENELITI Hilarius Mariyanto Moa, Susi Milwati , Sulasmini

3 PENERBIT Nursing News Volume 2, Nomor 2, 2017

4 LATAR BELAKANG Di Indonesia jumlah penderita inkontinensia urin sangat signifikan. Pada tahun
2005 diperkirakan sekitar 5,8% dari jumlah penduduk mengalami inkontinensia
urin, tetapi penanganannya masih sangat kurang.
Di provinsi Gorontalo berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi tahun 2013
tercatat sebanyak 2,371 lansia pernah berobat ke rumah sakit dengan masalah
inkontinensia urin.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 08 April
2016 di didapatkan data jumlah lansia di Desa Sumberdem Kecamatan Wonosari
Kabupaten Malang adalah 70 orang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti terdapat 60% (42) orang mengalami inkontinensia urin, dan 40% (28) orang
tidak mengalami inkontinensia urin.
Semua lanjut usia di posyandu lansia desa Sumberdem mengatakan bahwa selama
ini mereka belum mengetahui terapi untuk mengatasi inkontinensia urin dan belum
mengetahui apa yang dimaksudkan dengan bladder training.

5 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh bladder training
terhadap inkontinensia urin pada lansia di Posyandu Lansia RT 01 RW 02 Desa
Sumberdem Kecamatan Wonosari Malang

6 METODOLOGI  Desain penelitian yang digunakan adalah pre experimental design dengan
PENELITIAN rancangan one group pre-Post Test Design.
 Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia di Desa Sumberdem dengan
jumlah 42 orang
 Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan kuesioner
dimana peneliti melakukan wawancara pada responden

7 HASIL PENELITIAN diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian bladder training memberikan dampak
yang sangat besar bagi orang yang mengalami masalah inkontinensia urin.di lihat
dari pre test belum mengalami perubahan dari frekuensi berkemih, kelancaran
proses berkemih, dan ketuntasan dalam proses berkemih. Setelah diberikan latihan
bladder training terdapat penurunan inkontinensia urin, dilihat dari post test 4.

8 PEMBAHASAN  Bladder training dilakukan dengan cara memberikananjuran kepada penderita


untuk menahan urin sampai waktu yang ditentukan (Roach, 2007).
 Latihan kandung kemih akan berhasil jika motivasi dari lanjut usia tinggi dan
dukungan dari orang lain disekitar cukup baik (Syarif, 2008 dalam Prasetyawan,
2011).
 Pemberian bladder training melatih lanjut usia dalam meningkatkan kemampuan
menahan kandung kemih selama mugkin, sehingga frekuensi berkemih dapat
berkurang

9 KELEMAHAN Jurnal ini peneliti tidak mencantumkan frekuensi yang dilakukan untuk Bladder
Training ini

10 KELEBIHAN  Penelitian ini sangat lengkap dan kompleks


 Terdapat karakteristik di setiap metode
 Dipaparkan dengan jelas dan singkat
 Ada pre dan ada post tindakan

11 KESIMPULAN DAN Hasil analisis uji Paired Samples Test menunjukan nilai sig 2 tailed α 0,006< 0,05.
SARAN Artinya H1 diterima, ada pengaruh bladder training terhadap inkontinensia urin
pada lansia di Posyandu Lansia RT 01 RW 02 Desa Sumberdem Kecamatan
Wonosari Malang.

Anda mungkin juga menyukai