Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aldina Yahya

Nim : C.0105.18.032

Prodi : Pendidikan Ners B

Matkul : Metodelogi Penelitian (Tutor)

1. Judul penelitian :
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Di Masa Pandemic
Covid 19

2. Latar belakang :

Stunting adalah gangguan pertumbuhan linear tumbuh anak menjadi pendek atau sangat pendek
yang didasarkan pada tinggi badan menurut umur dengan ambang batas (Z-score) < - 2 SD. Salah
satu faktor penting kejadian stunting merupakan pola asuh. Peranan pola asuh ibu dapat ditentukan
dari sikap dan pengetahuan ibu yang membentuk pola asuh. Stunting pada anak merupakan hasil
jangka panjang konsumsi kronis diet berkualitas rendah yang dikombinasikan dengan morbiditas,
penyakit infeksi dan masalah lingkungan.

Stunting merupakan suatu kondisi dimana kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam jangka waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi (Millenium Challenga account, 2014). Kekurangan gizi pada usia dini
meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderita mudah sakit dan memiliki
postur tidak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif pada penderita juga berkurang, sehingga
mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi indonesia (Millenium Challenga Account,
2014). Kejadian Stunting pada balita lebih sering mengenai balita pada usia 12-59 bulan
dibandingkan balita 0-24 bulan. Kejadian stunting dapat meningkatkan beberapa risiko misalnya
kesakitan dan kematian serta terhambatnya kemampuan motorik dan mental (Chirande et al., 2015).

Berdasarkan data WHO diketahui bahwa lebih dari 2 juta kematian anak dibawah umur 5 tahun
berhubungan langsung dengan gizi buruk terutama akibat Stunting. Pada tahun 2017 terdapat 22,2%
atau sekitar 150,8 juta balita didunia mengalami Stunting, namun angka ini sudah mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6% (WHO, 2017).
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting
30,8% dan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019 turun menjadi 27,7%. Ini
berarti dalam 1 tahun bisa mencapai penurunan 3,1% dalam tingkat stunting. Kondisi ini tentu
terlihat jauh lebih baik daripada kondisi stunting pada tahun sebelumnya. Namun berdasarkan World
Health Organization (WHO) status gizi masyarakat Indonesia masih rendah jika dinilai dengan
standar internasional dan perbedaan gizi antar daerah masih besar. Meski prevalensi stunting tingkat
nasional menurun namun tidak semua daerah mengalami penurunan yang serupa. Data Riskesdas
2018 juga menunjukkan bahwa di tingkat daerah sebagian besar kabupaten/kota memiliki prevalensi
stunting yang tinggi atau sanpgat tinggi di tahun 2018. 298 (58%) dari 514 kabupaten/kota memiliki
prevalensi stunting tinggi atau sangat tinggi diantara balita. Provinsi dengan jumlah kabupaten/kota
dengan prevalensi stunting tinggi atau sangat tinggi antara lain, adalah Jawa Timur, NTT, Sulawesi
Selatan, Sumatra Utara, Aceh, Papua, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Daerah-daerah tersebut
menyumbang lebih dari separuh (55,3%) kabupaten/kota yang memiliki prevalensi stunting tinggi
atau sangat tinggi di antara anak-anak di bawah 5 tahun. Situasi ini memberikan gambaran walaupun
pada level nasional terjadi perbaikan secara keseluruhan namun kondisi stunting masih memburuk di
banyak wilayah Indonesia.

Di tengah upaya mengatasi persoalan stunting, dunia dikagetkan oleh munculnya pandemic
COVID-19 yang mengganggu sistem ekonomi, pangan dan kesehatan. Seluruh dunia termasuk
Indonesia kini menghadapi krisis baru yang dipicu oleh pandemi COVID-19. Krisis sosial dan
ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan kebijakan pembatasan sosial mulai mengikis
kemajuan yang telah dicapai selama ini. Situasi pandemi ini memaksa masyarakat untuk beradaptasi
denganberbagai perubahan kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mencegah penularan virus
corona. Ruang gerak masyarakat jadi sangat terbatas. Kegiatan pemantauan tumbuh kembang anak
melalui kegiatan posyandu setiap bulan tidak dapat dilakukan, pemberian vaksinasi serta layanan
kesehatan ibu dan anak mengalami penurunan terutama di wilayah dengan kasus jumlah Covid-19
yang tinggi.

Anak stunting beresiko mengalami peningkatan kesakitan dan kematian, terhambatnya


perkembangan motorik dan mental, penurunan intelektual dan produktivitas, peningkatan risiko
penyakit degeneratif, obesitas serta lebih rentan terhadap penyakit infeksi.

Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tetepi disebabkan oleh banyak faktor yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Diantara faktor yang mempengaruhi kejadian stunting,
polah asuh memegang peranan penting terhadap terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Pola
asuh yang buruk dapat menyebabkan masalah gizi di masyarakat.

Peranan orang tua terutama ibu sangat penting dalam pemenuhan gizi anak karena anak
membutuhkan perhatian dan dukungan orang tua dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Untuk mendapatkan gizi yang baik diperlukan pengetahuan gizi yang baik dari
orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang seimbang. Tingkat pengetahuan gizi seseorang
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemelihan makanan.

Seorang ibu yang memiliki pengetahuan da sikap gizi yang kurang akan sangat berpengaruh
terhadap status gizi anaknya dan akan sukar untuk memilih makanan yang bergizi untuk anak dan
keluarganya.

3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan yaitu jenis penelitian survey analitik dengan metode Case Control
Retrospektif

4. Uji analisis
Uji analisis yang digunakan yaitu uji analisis Chi-squre

5. Cara kerja penelitian

Pengurusan izin
penelitian ke Izin etik

administrasi instansi

Pelaksanaan
Persiapan Pengambilan data

substansi
1. Membuat ceklis
instrument Pengolahan data
penelitian
2. Menentukan
anumerator Analisa Data

kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai