Anda di halaman 1dari 10

TUGAS METODE PENELITIAN

Dosen : Dr. Tri Niswati Utami, M. Kes

Disusun Oleh :
Nama : Fatimah, STr. FT
NIM : 2202012003

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2023
1. Judul : ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA DIKECAMATAN TRUMON TIMUR
2. Teori yang digunakan :
1) Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau
tinggi badannya berada di bawah standar. Selanjutnya menurut WHO
(2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan
menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO
yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat
dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.
Penyebab pertumbuhan dan perkembangan terhambat
Faktor rumah tangga dan keluarga
Faktor meternal
(1) Nautrisi yang buruk pada masa prekonsepsi, kehamilan dan laktasi
(2) Ibu yang pendek
(3) Infeksi
(4) Kehamilan remaja
(5) Kesehatan mental
(6) Kehamilan preterm dan PJT
(7) Jarak antar kelahiran pendek
(8) Hipertensi
Lingkungan rumah
(1) Stimulasi dan aktivitas anak tidak adekuat
(2) Pola pengasuhan yang buruk
(3) Suplai air dan sanitasi yang tidak adekuat
(4) Kerawanan pangan
(5) Alokasi makanan dalam rumah tangga tidak sesuai
(6) Tingkat pendidikan pengasuh yang rendah
(7) Tingkat kemakmuran rumah tangga
(8) Ayah yang pendek
(9) Merokok pada ayah dan ibu
(10) Tingkat hunian tinggi
Pemberian MPASI tidak adekuat
Kualitas makanan rendah
(1) Kualitas mikronutrien rendah
(2) Keragaman makanan dan sumber protein hewani rendah
(3) Kandungan anti-nutrisi
(4) Rendah kalori

Praktik pemberian makan tidak adekuat


(1) Pemberian makanan yang jarang
(2) Pemberian makan tidak adekuat saat dan setelah sakit
(3) Konsistensi makanan yang tipis
(4) Kuantitas makanan insufisien
(5) Pemberian makanan tidak responsif
Keamanan pangan dan air
(1) Makanan dan air yang terkontaminasi
(2) Higienitas yang buruk
(3) Persiapan dan penyimpanan makan yang buruk
Asi
Praktik pemberian tidak adekuat
(1) Inisiasi terlambat
(2) Pemberian asi tidak eksklusif
(3) Penghentian asi terlalu dini
Infeksi klinis dan subklinis
(1) Infeksi enternal: diare, enteropati terkait lingkungan, kecacingan
(2) Infeksi saluran napas
(3) Malaria
(4) Penurunan nafsu makan terkait infeksi
(5) Demam
(6) Imunisasi tidak lengkap
Faktor penyebab: masyarakat dan sosial
Politik dan ekonomi
(1) Kebijakan perdagangan dan harga pangan
(2) Regulasi pemasaran
(3) Stabilitas politik
(4) Kemiskinan pendapatan dan kekayaan
(5) Kemampuan keuangan
(6) Pekerjaan dan mata pencarian
Kesehatan dan pelayanan kesehatan
(1) Akses ke pelayanan kesehatan
(2) Penyedia pelayanan kesehatan yang kompeten
(3) Ketersediaan suplai
(4) Infrastruktur
(5) Sistem dan kebijakan pelayanan kesehatan
Edukasi
(1) Akses untuk pendidikan yang berkualitas
(2) Tenaga pengajar yang kompeten
(3) Tenaga pendidik kesehatan yang kompeten
(4) Infrastruktur
Sosial budaya
(1) Norma dan kepercayaan
(2) Jaringan dokumen sosial
(3) Pengasuh anak (parental dan non parental)
(4) Status perempuan
Sistem pertanian dan pangan
(1) Produksi dan pengolahan pangan
(2) Ketersediaan makanan dengan kandungan mikronutrien tinggi
(3) Keamanan dan kualitas pangan
Air sanitasi dan lingkungan
(1) Infrastruktur dan layanan air dan sanitasi
(2) Kepadatan penduduk
(3) Perubahan iklim
(4) urbanisasi

2) Stunting Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia  Nomor 72 Tahun 2021


adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis
dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah
standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting diantaranya adalah sebagai
berikut:

(1) Memperhatikan asupan gizi dan nutrisi bagi ibu hamil dan ibu menyusui, hal ini
bisa juga dilakukan dengan memperhatikan pola makan dengan mengomsumsi
jenis makanan beragam dan seimbang;
(2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu hamil, bayi dan balita;
(3) Mengatasi permasalahan anak yang susah makan dengan cara memberikan variasi
makanan kepada anak:
(4) Menjaga sanitasi lingkungan tempat tinggal yang baik bagi keluarga;
(5) Memberikan edukasi dan penyuluhan bagi ibu hamil dan menyusui terkait stunting,
pola asuh yang baik untuk mencegah stunting serta mendorong para ibu untuk
senantiasa mencari informasi terkait asupan gizi dan nutrisi yang baik bagi tumbuh
kembang anak;
(6) Melakukan vaksinasi lengkap semenjak bayi lahir sesuai dengan anjuran dan
himbauan IDAI.

Sedangkan upaya yang dilakukan untuk pengobatan stunting jika anak sudah


didiagnosa menderita stunting adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan terapi awal seperti memberikan asupan makanan yang bernutrisi dan
bergizi;
(2) Memberikan suplemen tambahan berupa vitamin A, Zinc, zat besi, kalsium dan
yodium;
(3) Memberikan edukasi dan pemahaman kepada keluarga untuk menerapkan pola
hidup bersih dengan menjaga sanitasi dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.

3) Sedangkan pengertian stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah


anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2.00 SD/standar deviasi (stunted) dan
kurang dari -3.00 SD (severely stunted).
Penyebab asupan kalori yang tidak adekuat:
(1)Gastroesofageal refluks
(2)Pasokan ASI tidak adekuat atau perlekatan tidak efektif
(3)Penyiapan susu formula yang salah
(4)Gangguan mekanik dalam menyusu (misal celah bibir/ langit-langit)
(5)Penelantaran atau kekerasan anak
(6)Kebiasaan makan yang buruk
(7)Gangguan koordinasi neuromotor oral
(8)Gangguan gastrointestinal yang diinduksi toksin (misal peningkatan kadar timbal
menyebabkan anoreksia, konstipasi, atau nyeri perut)
Absorsi yang tidak adekuat:
(1) Anemia, defisiensi besi
(2) Atresia bilier
(3) Penyakit celiac
(4) Gangguan gastrointestinal kronis (misal irritable bowel syndrome), infeksi
(5) Fibrosis kistik
(6) Kelainan metabolisme bawaan
(7) Alergi susu sapi
(8) Kolestasis, penyakit hati

Peningkatan metabolisme:
(1) Infeksi kronik (HIV-AIDS, tuberkulosis)
(2) Kelainan jantung bawaan
(3) Penyakit paru kronik (pada bayi dengan riwayat prematur)
(4) Keganasan
(5) Gagal ginjal
(6) Hipertiroid
(7) Kondisi infalamasi (misal asma, inflammatory bowel disease

Mencegah Stunting pada Anak Selain pemenuhan protein hewani, terdapat beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk meminimalisir potensi stunting pada anak, dianataranya
adalah sebagai berikut;
(1) Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga berusia 6 bulan
(2) Memantau perkembangan anak dan membawa ke posyandu secara berkala
(3) Mengkonsumsi secara rutin Tablet tambah Darah (TTD)
(4) Memberikan MPASI yang begizi dan kaya protein hewani untuk bayi yang berusia
diatas 6 bulan
3. Susun kerangka teori

World Health Organization Peraturan Presiden Republik NOMOR


Indonesia  Nomor 72 Tahun
(WHO) HK.01.07/MENKES/1928/20
2021

Faktor pengaruh stunting

4. Kerangka konsep

Peneliti Judul penelitian


Jenis, desain Variable dan analisis data Hasil dan kesimpulan
Tahun penelitian
I Dewa FAKTOR- Jenis : survei Variable variabel yang paling
Nyoman FAKTOR YANG analitik Case  Tingkat Pengetahuan Gizi berpengaruh pada
Supariasa MEMPENGARUHI Control dengan Ibu Balita Stunting adalah
, Heni KEJADIAN pendekatan  Pola asuh pendapatan p = 0,002),
Purwaningsi Stunting PADA retrospective  Ketersediaan Makanan pemberian ASI (p =
h BALITA DI rancangan dalam Keluarga 0,25), besar keluarga
2019 KABUPATEN pengamatan  Pelayanan Kesehatan ( p = 0,029). Variabel
MALANG epidemiologis Ibu Selama Kehamilan yang menjadi
Cluster Random  Akses Air Bersih dan faktor utama adalah
Sampling Sanitasi Keluarga pendapatan, besar
 Tingkat Ekonomi keluarga, pendidikan
Keluarga Balita ayah dan pekerjaan
 Sosial Budaya ayah. Sedangkan untuk
 Praktek Pengasuha Balita pemberian ASI
merupakan faktor
Analisis data menggunakan pelindung untuk faktor-
software SPSS 16.0. Analisis faktor utama, sehingga
univaria apabila faktor
pelindung dilakukan
maka pendapatan,
pendidikan ayah dan
pekerjaan ayah tidak
menjadi faktor utama
penyebab Stunting pada
balita diKabupaten
Malang.

Atikah BBLR kuantitatif dan Variable :  berdasarkan hasil


Adyas, Diprediksi Faktor rancangan  status gizi uji statistik bivariat
, Dika, Utama Kejadian penelitian  pendidikan Ibu dan ayah, dalam penelitian ini
Karbito Stunting diProvinsi menggunakan  pekerjaan ibu dan ayah, dapat disimpulkan
(2019) Lampung: Warning analitik dengan  riwayat BBLR, bahwa variabel
untuk Ibu Bekerja pendekatan case  riwayat infeksi, yang tidak
dan Penerapan Pola control.  pemberian ASI ekslusif, berhubungan yaitu
Asuh” Responden 99 pendidikan ayah,
 dukungan keluarga,
orang pekerjaan ayah, dan
 pola asuh,
dukungan keluarga.
 dan asupan makanan
 Sedangkan yang
Analisis Univariat
berhubungan
Analisis Bivariat
dengan kejadian
Analisa
status gizi stunting
Multivariat
yaitu variabel
pendidikan ibu,
pekerjaan ibu,
riwayat BBLR,
riwayat penyakit
infeksi, pemberian
ASI eksklusif, pola
asuh dasar, dan
asupan makanan.
 Hasil dari analisis
didapatkan Odds
Ratio (OR) dari
variabel riwayat
BBLR, artinya
balita yang
memiliki riwayat
BBLR akan berisiko
mengalami status
gizi kejadian
stunting lebih tinggi
dibandingkan balita
yang tidak memiliki
riwayat BBLR
setelah dikontrol
variabel pola asuh.
 Dalam data ini
berarti riwayat
BBLR yang paling
besar pengaruhnya
terhadap status gizi
kejadian stunting

Farmarida Hubungan Faktor Jenis: Variabel : Faktor keluarga :


Dika Keluarga dan analitik  jenis kelamin balita dengan Jenis kelamin balita
Rufaida, Rumah Tangga observasional kejadian stunting laki-laki, pendapatan
Angga dengan Kejadian dengan desain  usia bailta keluarga, dan tinggi
Mardro Stunting pada Balita penelitian cross  keluarga dan rumah tangga badan ibu berpengaruh
Raharjo, di Tiga Desa sectional.  pendidikan ayah dan ibu terhadap kejadian
Adelia Wilayah Kerja Teknik  jumlah anak stunting
Handoko Puskesmas pengambilan  status pekerjaan ibu Faktor yang tidak
(2020) Sumberbaru Jember sample non terbukti berpengaruh
 jarak kelahiran
probability yaitu :
 pendapatan keluarga
sampling dengan Usia balita, pendidikan
metode  tinggi badan ibu ayah, pendididkan ibu,
purposive Analisis bivariat menggunakan pekerjaan ibu, dan jarak
sampling. chi square test dan analisis kelahiran anak.
Sampel 130 multivariat dengan binary Tinggi badan ibu
orang yang logistic regression dibawah 147cm
memenuhi merupakan faktor
kriteria inklusi paling berpengaruh
dan eksklusi. terhadap terjadinya
stunting di tiga desa
wilayah kerja
puskesmas jember
Farah Okky Faktor-faktor yang Jenis: Variabel dalam penelitian Kesimpulan dalam
Aridiyah, Mempengaruhi analitik adalah variabel dependen, penelitian ini adalah
Ninna Kejadian Stunting observasional antara dan independen. faktor yang
Rohmawati , pada Anak Balita di dengan desain Variabel dependen merupakan mempengaruhi
Mury Wilayah Pedesaan cross-sectional kejadian stunting pada anak terjadinya stunting pada
Ririanty dan perkotaan tenik balita di wilayah pedesaaan anak balita yang berada
(2015) pengambilan dan perkotaan, sedangkan di wilayah pedesaan
sampel dengan variabel antara adalah asupan dan perkotaan adalah
cluster random makanan, riwayat penyakit pendidikan ibu,
sampling infeksi, BBLR dan faktor pendapatan keluarga,
Populasi dalam genetik. Variabel independen pengetahuan ibu
penelitian ini terdiri dari karakteristik sosial mengenai gizi,
dibagi menjadi ekonomi keluarga, pola asuh, pemberian ASI
dua yaitu karakteristik anak balita dan eksklusif, umur
populasi anak perawatan kesehatan pemberian MP-ASI,
balita usia 12-36 Analisis data menggunakan tingkat kecukupan zink,
bulan di daerah chi-square test, mann whitney tingkat kecukupan zat
perkotaan dan test dan regresi logistik. besi, riwayat penyakit
pedesaan, infeksi serta faktor
dengan jumlah genetik dari orang tua,
sampel sebanyak namun status pekerjaan
50 responden ibu, jumlah anggota
pada keluarga, status
masingmasing imunisasi, tingkat
wilayah. kecukupan energi, dan
status BBLR tidak
mempengaruhi
terjadinya stunting.
Tingkat kecukupan
protein dan kalsium di
pedesaan menunjukkan
hubungan
yangsedangkan di
perkotaan tidak
menunjukkan adanya
hubungan. Selain itu,
fakor yang paling
mempengaruhi
terjadinya stunting pada
anak balita di wilayah
pedesaan maupun
perkotaan sama yaitu
tingkat kecukupan zink.
Linda Ika FAKTOR- Desain : cross Variabel : Hasil penelitian : faktor
Puspita FAKTOR RESIKO secional  usia ibu saat hamil penyebab yang
Ariati PENYEBAB menggunakan  status gizi ibu saat berhubungan dengan
(2019) TERJADINYA kelompok hamil kejadian
STUNTING kontrol. Populasi  Riwayat ASI Eksklusif stunting diDesa
PADA BALITA dalam penelitian  Asupan protein Panduman adalah usia
USIA 23-59 ini adalah balita  Status penyakit infeksi ibu saat hamil, status
BULAN usia 23-59 bulan  Status imunisasi, gizi ibu saat
diwilayah kerja hamil, Riwayat ASI
 Pendidikan ibu,
Puskesmas Eksklusif, Asupan
 Pekerjaan ayah
Jelbuk wilayah protein, Status penyakit
panduman  Status ekonomi infeksi, Status
sebanyak 352 Analisis data : uji imunisasi, Pendidikan
balita, sampel Chi ibu, Pekerjaan ayah dan
dalam penelitian square Status ekonomi
ini adalah balita
usia 23-59 bulan
sebanyak 111
balita dengan
menggunakan
tahnik simple
random
sampling

Anda mungkin juga menyukai