Anda di halaman 1dari 13

IlmuKesehatanMasyarakat

SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT


“GIZI BURUK KOTA PEKANBARU”

OLEH :

ELSA ANDITA (17011153)


AFIFAH FEBRIZA (17011135)
VIA ELMA (17011148)
MARWAH CUCU DININGSIH (17011168)
TAUFIK HIDAYAT (17011139)
ZHAFRAN MUFADAL (17011169)

DOSEN PEMBIMBING
ZULMELIZA RASYID,SKM.,M.Kes.
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES HANGTUAH PEKANBARU
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan hidayahnya, kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sumber data dan Frekuensi masalah Kesehatan”.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk
itu dalam kesempatan ini penulis mengaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik, oleh karena itu tim penulis dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usul guna
menyempurnakan makalah ini. Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Pekanbaru, 28 Juni 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul --------------------------------------------------------------------------------------- 1
Kata Pengantar -------------------------------------------------------------------------------------- 2
Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------------------- 3
BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------ 4
A. Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------------- 4
B. Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------------------- 5
C. Tujuan --------------------------------------------------------------------------------------- 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 7
1. Fase-fase kasus bencana ----------------------------------------------------------------- 7
BAB III PENUTUP ------------------------------------------------------------------------------33
DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------------------35

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO (1968) (dalam Rajab,2008,p.126) mengemukakan pengertian
surveilans sebagai suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis dan
menggunakan informasi epidemiologi untuk perencanaan, implementasi, dan
penilaian pemberantasan penyakit. Henderson (1976) (dalam
Rajab,2008,p.12p.127) mengemukakan bahwa surveilans berfungsi sebagai
otak dan sistem saraf untuk program pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Berbagai penelitian menunjukkan dampak serius masalah gizi buruk
terhadap kesehatan, bahkan terhadap kelangsungan hidup suatu bangsa.
Dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak antara lain
anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara serta gangguan
perkembangan lain. Sementara dampak jangka panjang berupa penurunan skor
intelligence quotient (IQ), penurunan perkembangan kognitif, penurunan
integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa
percaya diri serta akan menyebabkan merosotnya prestasi di sekolah.
Tahun 2015 jumlah Balita yang ditimbang sebanyak 79.044 balita.
Jumlah balita yang BGM 661 orang (0,8 %). Jumlah Balita yang bergizi buruk
sebanyak 12 orang. Sedangkan pada tahun 2016 Balita yang ditimbang
sebanyak 77.374 Balita, jumlah balita yang BGM 486 orang (0,6%). Sementara
itu balita gizi sebanyak 12 balita.

4
1.2 Tujuan Umum

1. Untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan surveilans penyakit


gizi buruk di wilayah kota pekanbaru tahun 2016.
2. Gambaran epidemiologi penyakit gizi buruk di wilayah kota pekanbaru
tahun 2016.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gizi Buruk
Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan,pengolahan,
analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil
tindakan.
Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang berat dan di
sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-
hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, (Khaidirmuhaj, 2009). Gizi
kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan
zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal
yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat
ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang
dari 5 tahun.
Terkait dengan masalah gizi masyarakat di Indonesia, beberapa dasar
hukum dan pedoman pelaksanaan surveilans gizi buruk antara lain:
1. Surat Menteri Kesehatan Nomor: 1209, tanggal 19 Oktober 1998 yang
menginstruksikan agar memperlakukan kasus gizi buruk sebagai sebuah
kejadian luar biasa.
2. Keputusan Mentreri Kesehatan RI Nomor: 1116/MENKES/SK/VIII/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan
Pada Kepmenkes di atas, salah satu sasaran surveilans epidemiologi
kesehatan adalah pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Gizi (SKG) dan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKG KLB) gizi buruk. Sedangkan
berdasarkan surveilans gizi adalah pengamatan yang dilakukan terhadap anak
balita dalam rangka mencegah terjadinya kasus gizi buruk.
Sedangkan menurut WHO, praktek surveilans gizi dilakukan dengan
melakukan pengamatan keadaan gizi dalam rangka untuk membuat keputusan

6
yang berdampak pada perbaikan gizi penduduk dengan menyediakan informasi
yang terus menerus tentang keadaan gizi penduduk, berdasarkan pengumpulan
data langsung sesuai sumber yang ada, termasuk data hasil survey dari data
yang sudah ada.
anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui
dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal
2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan
pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia
bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang
bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi
istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau
akut (Pardede, 5, 2006).

B. Pengukuran Gizi Buruk


Gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain :
 Pengukuran Klinis : metode untuk mengetahui status gizi balita tersebut
gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasari oleh perubahan-perubahan
yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,rambut atau mata. Misalnya pada
balita marasmus kulit akan menjadi keriput sedangkan pada balita
kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak putih atau merah muda (crazy
pavement dermatosis).
 Pengukuran antropometrik : pada metode ini dilakukan beberapa macam
pengukuran antara lain pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar
lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam survei
gizi.

7
C. Etiologi Gizi Buruk
Menteri Kesehatan Indonesia, menyebutkan ada tiga hal yang
saling kait-mengkait dalam hal gizi buruk, yaitu kemiskinan, pendidikan
rendah dan kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan
kurangnya ketersediaan pangan di rumah tangga dan pola asuh anak keliru.
Hal ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan balita sering terkena infeksi
penyakit.
UNICEF dalam Soekirman (2002) juga telah memperkenalkan dan sudah
digunakan secara intemasional mengenai berbagai faktor penyebab timbulnya
gizi kurang pada balita, yaitu :
1. Penyebab langsung : makanan tidak seimbang untuk anak dan penyakit
infeksi yang mungkin di derita anak. Anak yang mendapat makanan yang
cukup tetapi diserang diare atau infeksi, nafsu makan menurun, akhirnya

dap at menderita, gizi kurang. Sebaliknya,anak yang makan tidak

cukup baik,daya tahan tubuh melemah, mud ah diserang infeksi.


Kebersihan lingkungan, tersedianya air bersih, dan berperilaku hidup
bersih dan sehat akan menentukan tingginya kejadian penyakit infeksi.
2. Penyebab tidak langsung : Pertama, ketahanan pangan dalam keluarga
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan makan untuk
seluruh anggota keluarga baik dalam jumlah maupun dalam komposisi
zat gizinya. Kedua, pola pengasuhan anak,berupa perilaku ibu atau
pengasuh lain dalam hal memberikan makan, merawat, kebersihan,
pemberian kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan

dengan kesehatan ibu (fisik dan mental), status gizi,pendidikan,

pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya dari si ibu dan


pengasuh lainnya. Ketiga, faktor pelayanan kesehatan yang baik, seperti;
imunisasi,penimbangan anak,pendidikan dan kesehatan gizi,serta

8
pelayanan posyandu, puskesmas, praktik bidan,dokter dan rumah

sakit.

Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh asupan makanan yang
kurang atau anak sering sakit,atau terkena infeksi. Asupan makanan yang
kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan
secara adekuat, anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, dan
pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya
lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan
saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi dan
kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem
pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Nency, 2005).

D. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan


Menurut laporan Surveilans epidemiolodi gizi buruk diwilayah provinsi
NTT dan NTB yang ditulis oleh Andi Zulkifli, adapun program-program upaya
penanggulangan masalah gizi buruk dapat dilakukan baik ditingkat pusat
(pemerintah) maupun tingkat daerah antara lain :

 Peningkatan cakupan deteksi gizi buruk melalui penimbangan balita di

posyandu dan puskesmas.

 Program pola asuh gizi.

 Peningkatan suplementasi gizi pada anak.

 Meningkatkan jangkauan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di

rumah tangga, puskesmas dan rumah sakit.

 Pembentukan keluarga sadar gizi.

9
 Promosi pemberian ASI ekslusif.

 Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI).

 Pemberian makanan tambahan (PMT).

 Pemberian Suplementassi vitamin A dan zat besi

 Pendampingan keluarga

 Progam Keluarga sadar gizi.

10
BAB III
RANCANGAN SURVEILANS

A. Tujuan Khusus
A. Untuk mengetahui pengumpulan data, alur pelaporan data, pengolahan
dan analisis data penyakit gizi buruk di wilayah kota Pekanbaru tahun
2016.
B. Untuk mengetahui distribusi penyakit gizi buruk berdasarkan tempat di
wilayah kota Pekanbaru tahun 2016.
C. Untuk mengetahui distribusi penyakit gizi buruk berdasarkan waktu di
wilayah kota Pekanbaru tahun 2016.
B. Metode
1) Pengumpulan Data
Jenis data yang diperoleh dalam laporan Surveilans ini berupa data
sekunder karena diperoleh dengan cara menelaah dokumen yaitu
mengambil data surveilans gizi buruk di Dinas Kesehatan kota
Pekanbaru. Sumber data berasal dari laporan setiap puskesmas dan
rumah sakit yang ada di wilayah kota Pekanbaru tahun 2016 yang berupa
data sekunder dalam bentuk laporan tahunan.
2) Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data dengan menggunakan system
komputerisasi program microsoft excel. Data yang telah diolah, dianalisis
secara univariat dengan mendeskripsikan nilai kasus berdasarkan tempat
dan waktu.

11
BAB III
HASIL SURVEILANS

A. Pelaksanaan Surveilans
Pengumpulan data dilakukan dari sistem pelaporan rutin karena
dilakukan setiap tahun. Selain dari pelaporan puskesmas dan rumah sakit,
pengumpulan data juga dilakukan dengan validasi data dengan mengunjungi
rumah balita yang dilaporkan gizi buruk. Alat pengumpulan data yang
digunakan pada saat pendataan balita gizi buruk di posyandu dan puskesmas
adalah register yaitu dengan menuliskan nama, umur, jenis kelamin, berat
badan serta alamat dari balita tersebut (by name by address) dan formulir W2.
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan mirosoft
excel dan buku pedoman WHO Antropometri 2005. Dimana pertama-pertama
berat badan dan tinggi badan balita akan ditulis di mirosoft excel tersebut yang
kemudian secara otomatis akan terlihat berdasarkan standar penilaian status
gizi dari buku pedoman WHO Antropometri 2005 yang telah ditetapkan
tersebut apakah balita itu mengalami gizi kurang atau bahkan gizi buruk.
B. Gambaran Gizi Buruk Kota Pekanbaru

12
13

Anda mungkin juga menyukai