Anda di halaman 1dari 31

SISTEM PAKAR PENENTUAN GIZI BURUK PADA BALITA

MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER - SHAFER

PUTRI YULIANDRI LOMI

20120226

PROGRAM STUDI TEKNK INFORMATIKA STRATA SATU


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA KOMPUTER
(STIKOM) UYELINDO KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi buruk adalah masalah yang ada di setiap daerah. Di Daerah berkembang,
kekurangan gizi memberikan kontribusi signifikan terhadap kematian dini anak.
Malnutrisi diyakini memainkan peran penting dalam sepertiga dari 8,8 juta
kematian setiap tahun terjadi pada anak-anak di usia 0-5 tahun (balita). Malnutrisi
pada anak-anak memiliki empat kali lipat peningkatan resiko kematian setiap
tahun akibat buruknya kualitas gizi (Nhampossa, 2013). Usia balita merupakan
usia emas bagi orangtua untuk menstimulasi anak. Pada usia ini asupan gizi
makanan harus sangat diperhatikan bagi perkembangan otak dalam
mengoptimalkan kecerdasan, dan kreativitas anak. Anak yang dilahirkan dengan
berat badan rendah berpotensi menjadi anak dengan gizi kurang, bahkan menjadi
buruk. Gizi buruk tidak hanya disebabkan oleh buruknya kualitas makanan,
namun didukung pula oleh kekurangan gizi selama dalam kandungan
(Harliana,2019). Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan sebuah sistem
berbasis teknologi untuk membantu orangtua mengetahui ciri-ciri dan jenis gizi
buruk yang terjadi pada balita.
Perkembangan zaman yang semakin maju seperti sekarang ini membuat
kebutuhan manusia akan teknologi semakin meningkat pula. Pendekatan
teknologi dibutuhkan untuk membantu atau mempermudah masyarakat dalam
menentukan kriteria gizi buruk pada balita. Pada penelitian oleh Abdul (2013)
yang berjudul Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit saluran pencernaan
menggunakan metode dempster-shafer mengatakan bahwa penyakit saluran
pencernaan merupakan penyakit yang berbahaya dan menyebabkan kematian
nomor 6 di dunia. Hasil penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai kepastian
berupa presentase pada hasil diagnosa penyakitnya. Sistem pakar (Expert system)
adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer agar
komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para
ahli. Dengan sistem pakar ini orang awam pun dapat menyelesaikan masalah yang
cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli.
Pada dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung aktivitas pemecahan
masalah. Sistem pakar ini dapat menambah pengetahuan kepada tenaga medis
sebagai bahan referensi untuk menentukan kemungkinan gizi buruk yang diderita
oleh seorang balita beserta solusinya. Salah satu teknik yang digunakan dalam
sistem pakar adalah dempster-shafer (Arhami, 2005).

1
2

Demspter-Shafer pertama kali diperkenalkan oleh Arthur P. Dempster dan


Glenn Shafer pada tahun 1976. Demster-shafer adalah teori representasi,
kombinasi dan propogasi ketidakpastian dimana teori ini memiliki beberapa
karakteristik yang secara institutif sesuai dengan cara berpikir seorang pakar,
namun dasar matematika yang kuat. Teori dempster-shafer merupakan teori
matematika untuk pembuktian berdasarkan belief function dan plausiblereasoning
(fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal), digunakan untuk
mengkombinasi potongan informasi yang terpisah untuk mengkalkulasi
kemungkinan dari suatu peristiwa (Dahria dkk, 2013).
Pada penelitian ini, penentuan gizi buruk pada balita akan menggunakan
metode dempster-shafer. Dengan penggunaan metode ini diharapkan dapat
membantu menentukan gizi buruk pada balita.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat sistem
pakar penentuan gizi buruk pada balita menggunakan metode Dempster-Shafer?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah membuat sebuah aplikasi sistem pakar penentuan
gizi buruk pada balita menggunakan metode Dempster-Shafer

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaatyang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Diharapkan aplikasi ini dapat memberikan pengetahuan bagi
masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai cara penentuan
gizi buruk pada balita
2. Dapat bermanfaat untuk mencegah dan menanggulangi gizi
kurang/buruk pada balita di NTT

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penentuan gizi buruk pada balita dibawah lima tahun
2. Penentuan gizi buruk dilihat dari berat badan lahir rendah, prematur,
penyakit dan kelainan serta pola asuh
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Buruk


Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U) yang merupakan istilah Gizi kurang dan Gizi buruk Balita
disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) kurang dari
-3 SD. Gizi buruk (Severe Malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang
umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun
(Andonotopo, 2005).
2.1.1 Faktor Penyebab Gizi Buruk
World Health Organization (WHO) menyebutkan banyak faktor yang dapat
menyebabkan gizi buruk, yang sebagian besar berhubungan dengan pola makan
buruk, infeksi berat dan berulang terutama pada populasi yang kurang mampu.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Gizi Buruk diantaranya adalah
status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk
anak dan berat badan lahir rendah (BBLR) (Kusriadi, 2010).
a) Konsumsi zat gizi
Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan badan dan keterlambatan perkembangan otak serta dapat
pula terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
b) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi pada
anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan fungsi
kekebalan tubuh atau kapasitas fungsional berkurang dari semua
komponen seluler dari sistem kekebalan tubuh pada penderita malnutrisi.
c) Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan
Kurangnya pengetahuan terhadap gizi akan mengakibatkan berkurangnya
kemampuan dalam menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari
yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi.
Ketidaktahuan ibu dapat menyebabkan kesalahan pemilihan makanan
terutama untuk anak balita.
d) Pola asuh anak
Pola asuh anak merupakan praktek pengasuhan yang yang diterapkan
kepada anak balita dan pemeliharaan kesehatan. Pola asuh yang baik dari
ibu akan memberikan kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan
perkembangan balita sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan
gizi dan begitu sebaliknya.

3
4

e) Sanitasi
Sanitasi lingkungan termasuk faktor tidak langsung yang mempengaruhi
status gizi. Upaya penurunan angka kejadian penyakit bayi dan balita
dapat diusahakan dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang sehat,
yang pada akhirnya akan memperbaiki status gizinya.
2.1.2 Klasifikasi Gizi Buruk
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dibagi menjadi 5 yaitu:
a) Marasmus
Marasmus disebabkan oleh asupan kalori yang tidak cukup. Pada kasus
ini, anak terlihat kurus kering sehingga wajah terlihat seperti orangtua,
kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah makan, perut cekung,
rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan pantat kendur
dan keriput.
b) Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi. Adapun
tanda khusus dari kwashiorkor rambut berwarna kemerahan dan mudah
rontok, kulit tampak pucat dan disertai anemia, terjadi pembengkakan pada
kaki sehingga balita terlihat gemuk. Balita meiliki selera yang berubah-
ubah dan mudah terkena gangguan pencernaan.
c) Marasmus-Kwashiorkor
Ini merupakan gejala campuran antara Marsmus dan Kwashiorkor. Pada
penderita berat badan dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-
tanda Kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta
kelainan biokimia.
d) Gondok
Gondok merupakan pembesaran kelenjar abnormal berbentuk kupu-kupu
di bawah jakun. Gondok umumnya berkembang sebagai akibat dari
kekurangan yodium. Gejala yang terjadi dapat meliputi pembengkakan
dan batuk.
e) Anemia
Anemia merupakan kondisi ketika tidak memiliki sel darah merah sehat
yang cukup. Anemia disebabkan oleh sel darah merah yang tidak
berfungsi di dalam tubuh. Gejala dapat berupa kelelahan, kulit pucat, sesak
napas, pusing atau detak jantung cepat (Latief, 2010).
5

2.2 Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada periode kehidupan lain.
Komponen penilaian status gizi meliputi:
a) Survei Konsumsi Pangan
Survei konsumsi pangan ada 2 macam yaitu Kualitatif dan Kuantitatif.
Penilaian kualitatif biasanya seperti frekuensi makanan, cerita diet, metode
telepon dan daftar makanan. Metode kualitatif biasanya untuk mengetahui
frekuensi makan dan frekuensi konsumsi.
b) Pemeriksaan Biokimia
Merupakan pemeriksaan spesmen yang diuji secara labolatoris yang
dilakukan pada berbagai jaringan tubuh. Pemeriksaan biokimia dalam
penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif dari
penilaian konsumsi pangan dan pemeriksaan lain.
c) Pemeriksaan Klinis
Merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang terjadi
yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan gizi.
d) Pemeriksaan Antropometri
Merupakan metode untuk mengukur status gizi masyarakat. Status
pengukuran antropometri mencerminkan status gizi anak dapat
digolongkan menjadi status gizi baik, kurang atau buruk.

2.3 Pencegahan Gizi Buruk Pada balita


Adapun beberapa pencegahan gizi buruk pada balita antara lain:
a) Pencegahan Primer
Pencegahan ini untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat
atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan ini ditujukan untuk
masyarakat umum yaitu:
1. Memberikan KIE mengenai gizi buruk dan gizi kurang
2. Menyarankan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
3. Menjelaskan cara penanganan gizi kurang atau gizi buruk
4. Mengikuti program kesehatan
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini untuk orang yang sakit agar sembuh, meghindarkan
komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan yaitu (Budiyanto, 2002):
1. Deteksi dini sekiranya penderita atau anggota keluarga yang lain
terjangkit penyakit yang disebabkan oleh kurangnya gizi dalam
jangka waktu yang panjang.
6

2. Mendapatkan pengobatan sedini mungkin. Pengobatan awal dan


tepat dapat mengurangi morbiditas dan meningkatkan
produktivitas semua anggota keluarga
2.4 Konseling
Salah satu cara menyadarkan masyarakat tentang gizi adalah melalui konseling
gizi. Secara umum definisi konseling adalah suatu proses komunikasi
interpersonal antara konselor dan klien untuk membantu klien mengatasi dan
membuat keputusan yang benar dalam menghadapi masalah gizi yang dihadapi.
Perilaku yang dirubah mengikuti ranah pengetahuan, ranah sikap, dan ranah
ketrampilan (Supariasa, 2011).
Manfaat konseling gizi adalah sebagai berikut:
a) Membantu klien mengenali masalah kesehatan dan gizi yang dihadapi
b) Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah
c) Membantu klien mencari alternatif pemecahan masalah
d) Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien

2.5 Sistem Pakar


Sistem Pakar adalah salah satu bagian dari kecerdasan buatan yang mengandung
pengetahuan dan pengalaman yang dimasukkan oleh satu atau banyak pakar ke
dalam satu area pengetahuan tertentu sehingga setiap orang dapat
menggunakannya untuk memecahkan berbagai masalah yang bersifat spesifik
(Prihatini, 2011). Dengan sistem pakar, orang awam dapat menyelesaikan
masalahnya atau sekedar mencari suatu informasi berkualitas yang sebenarnya
hanya dapat diperoleh dengan bantuan para ahli di bidangnya. Seorang pakar yang
dimaksud disini adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu,
yaitu pakar yang mempunyai knowledge atau kemampuan khusus yang tidak
dimiliki oleh orang lain. Pemanfaatan sistem pakar pada bidang kesehatan, telah
terjadi pergeseran dari penganalisaan secara manual menjadi penganalisaan
penyakit dengan menggunakan alat / sistem pakar.

2.6 Dempster-Shafer
Metode dempster-shafer pertama kali diperkenalkan oleh Artur P. Dempster and
Glen Shafer, yang melakukan pencobaan ketidakpastian dengan range probabilities
daripada sebagai probabilities tunggal. Kemudian pada tahun 1976 Shafer
mempublikasiakan teori Dempster pada buku yang berjudul Mathematichal Theory
of Evident. Secara umum teori Dempster Shafer ditulis dalam suatu interval yaitu
[Belief, Plausibility]. Belief (Bel) adalah ukuran kepastian atau kepercayaan
evidence dalam menghitung suatu himpunan proporsisi. Jika bernilai 0 maka
mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan
adanya kepastian. Plausibility (Pls) adalah ukuran ketidakpercayaan atau
ketidakpastian terhadap suatu evidence. Plausibility (Pls) akan mengurangi tingkat
7

kepastian dari evidence. Plausibility bernilai 0 sampai 1. Jika yakin akan X’, maka
dapat dikatakan bahwa Bel(X’) = 1, sehingga nilai dari Pls(X) = 0. Fungsi Belief
diformulasikan seperti pada persamaan (1) dan fungsi Plausibility diformulasikan
seperti pada persamaan 2.
Bel (X) = ∑ m1(X) ...............................................................................(i)
y⊑
Pls(X) = 1- Bel(X)
Pls(X) = 1- ∑y⊑m1(X).............................................................................(ii)
Keterangan:
X: Penyakit yang mengalami gejala 1
Y: Penyakit yang mengalami gejala 2
Bel(X): Belief (X), artinya nilai kepercayaan atau kepastian penyakit X
yang mengalami gejala 1
Pls(X): Plausibility (X), artinya nilai ketidakpercayaan atau ketidakpastian
penyakit X yang mengalami gejala 1
m1(X): Mass function atau tingkat kepercayaan dari evidence (X)
Pada teori Dempster-Shafer semester pembicaraan dari sekumpulan hipotesis
sering disebut environment, dinotasikan dengan simbol Θ
(Θ) = {θ1, θ2,….θN)................................................................................(iii)
Keterangan:
Θ1…θn = Elemen atau unsure bagian dari environtment
Mass function (n) dalam teori Dempster-Shafer adalah tingkat kepercayaan dari
suatu bukti. Mass fuction (m) diformulasikan pada persamaan 4.
∑ X ՈY =M 1 ( X ) M 2 (Y )
m3 (z) =
1−∑ X Ո Y =θ m1 ( X ) . M 2 (Y )
............................................................... (iv)
Keterangan:
m 3(Z): Mass function dari evidence (Z), dimana Z adalah nilai densitas
baru hasil dari irisan m1(X) dan m2(Y).
m1 (X): Mass function atau tingkat kepercayaan dari evidence (X), di
mana X adalah penyakit yang mengalami gejala 1
m2 (Y): Mass function atau tingkat kepercayaan dari evidence (Y), di
mana Y adalah penyakit yang mengalami gejala 2
Akusisi pengetahuan pada metode Dempster-Shafer dilakukan dengan
menggunakan data dari berbagai referensi dan wawancara. Nilai kepercyaan
terhadap suatu gejala didapat dengan cara memberikan kuisioner terhadap
beberapa orang pakar yang berpengalaman. Hasil akhir dari nilai kepercayaan
terhadap setiap gejala digunakan dalam perhitungan metode Dempster-Shafer
pada mesin inferensi. Hasil akhir dari nilai kepercayaan dihitung dengan rumus:
2
n ( n−1 ) x
( 1+ x )n=1+ nx + =… X = Nilai akhir kepercayaan
1! 2!
8

2.7 Mean Absolute Error (MAE)


Mean Absolute Error (MAE) merupakan metode untuk mengukur tingkat
keakuratan suatu model peramalan. Nilai MAE mempresentasikan rata-rata suatu
kesalahan (error) absolute antara hasil peramalan dengan nilai sebenarnya.
Rumus MAE dijelaskan sebagai berikut:

n
1
MAE = ∑ ¿ 1 |ƒi - yᵢ | ........................................................................(vi)
n i

Keterangan:
ƒᵢ = nilai hasil peramalan
yᵢ = nilai sebenarnya
n = jumlah data

Berdasarkan rumus diatas MAE menghitung rata-rata error dengan memberikan


bobot yang sama untuk seluruh data (i=1….n) secara intuitif. Dalam kasus ini
pemilihan MAE menjadi tepat karena seluruh data diberikan bobot yang sama.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada kantor Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Penelitian ini dimulai pada bulan januari 2022 – juni 2022.

3.2Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data kasus gizi buruk
dengan jumblah 22 kasus gizi buruk di Nusa Tenggara Timur.
3.2.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa studi
literatur dan wawancara. Adapun alat yang digunakan dalam peneltian ini terdiri
dari perangkat keras dan perangkat lunak.
1. Perangkat keras (Hardware)
a. Laptop dengan spesifikasi:
Processor Intel ® Celeron ® 4000GHz, RAM 4,00GB, Hardisk
b. Printer canon MP287
c. Flashdisk Sandisk 16gb
d. Keyboard
e. Mouse
2. Perangkat Lunak (Software)
a. System Operasi Windows 2007
b. MySQL
c. Visual Studio Code
d. Xampp
e. Microsoft Excel
3.3 Prosedur Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini, digunakan beberapa prosedur yang digambarkan
pada Flowcart 1.

9
10

Mulai

Pengumpulan
Data

Penentuan Pakar

Basis Pengetahuan

Representasi
Pengetahuan

Implementasi
Menggunakan
Dempster-Shafer Tidak

Pengujian Sistem
Sesuai

Hasil
Ya

Selesai

Gambar 1. Flowchart Penelitian

Berdasarkan alur flowchart penelitian pada gambar 1, maka dapat dijelaskan


11

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode
yaitu studi literatur dan wawancara.
a. Studi Literatur
Pada proses penelitian ini studi literatur dilakukan guna
mendapatkan garis besar yang digunakan sebagai acuan dalam
menyelesaikan permasalahan dan sebagai acuan untuk merancang
sistem yang akan dibangun. Studi litelatur dilakukan dengan
mempelajari buku dan jurnal penelitian yang berhubungan dengan
permasalahan terkait sistem pakar, gizi buruk dan dempster-shafer.
b. Wawancara
Pada tahap ini wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak
terkait yaitu Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Wawancara Ditujukan kepada Bapak Vidi Umbu yang memahami
data mengenai gizi buruk.
2. Penentuan Pakar
Pakar merupakan seseorang yang banyak dianggap sebagai sumber
terpercaya yang memiliki keahlian tertentu untuk memutuskan sesuatu
dengan benar dalam bidangnya. Pakar ini dipercayakan kepada kepala
bagian data di Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
memahami tentang gizi yaitu Bapak Vidi Umbu.
3. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman,
formulasi dan penyelesaian masalah. Basis pengetahuan ini adalah
representasi pengetahuan dari seorang pakar.
Gejala gizi buruk dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Gejala gizi buruk


No Gejala
1 Rambut kering dan rapuh
2 Muncul ruam atau dermatitis
3 Lebih rewel
4 Terlihat lesu dan selalu mengantuk
5 Perut membesar
6 Kadar albumin rendah
7 Rentan terkena infeksi
8 Kuku pecah dan rapuh
9 Diare
10 Kekurangan berat badan (BBLR)
12

11 Jaringan lemak dan otot berkurang


12 Pertumbuhan terhambat
13 Kulit kering dan rambut rapuh
14 Terlihat lebih tua dari usianya
15 Tampak lesu
16 Diare Kronis
17 Sesak nafas
18 Kelelahan
19 Pucat
20 Metabolisme yang rendah
22 Lesu dan lemah
22 Kerentanan terhadap dingin

Adapun jenis penyakit gizi buruk ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Tabel penyakit gizi buruk

No Nama Penyakit
1 Marasmus
2 Kwashiorkor
3 Anemia
4 Gondok

4. Representasi Pengetahuan
Representasi pengetahuan merupakan metode yang digunakan untuk
pengkodean pengetahuan dalam sebuah sistem pakar yang berbasis
pengetahuan. Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk
pemahaman dan merupakan inti dari sistem pakar representasi
pengetahuan yang tersusun dari dua elemen dasar yaitu fakta dan aturan.
Hasil yang diperoleh setelah pengguna melakukan interaksi dengan
sistem pakar yaitu menjawab pertanyaan yang diajukan sisem pakar. Basis
yang digunakan dalam sistem pakar ini terdiri dari nama penyakit serta
gejala gizi buruk yang diderita oleh balita.
Nilai kepastian gejala-gejala gizi buruk ditujukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Tabel nilai kepastian gejala gizi buruk


13

Kode Gejala Gejala Plausability / Bobot


14

G01 Rambut kering dan rapuh 0.7


G02 Muncul ruam atau dermatitis 0.6
G03 Lebih rewel 0.8
G04 Terlihat lesu dan selalu mengantuk 0.7
G05 Perut membesar 0.7
G06 Kadar albumin rendah 0.7
G07 Rentan terkena infeksi 0.8
G08 Kuku pecah dan rapuh 0.8
G09 Diare 0.7
G10 Kekurangan berat badan (BBLR) 0.8
G11 Jaringan lemak dan otot berkurang 0.7
G12 Pertumbuhan terhambat 0.7
G13 Kulit kering dan rambut rapuh 0.7
G14 Terlihat lebih tua dari usianya 0.6
G15 Tampak lesu 0.7
G16 Diare Kronis 0.8
G17 Sesak nafas 0.8
G18 Kelelahan 0.8
G19 Pucat 0.7
G20 Metabolisme yang rendah 0.7
G21 Lesu dan lemah 0.7
G22 Kerentanan terhadap dingin 0.88

Adapun jenis penyakit gizi buruk ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Tabel penyakit gizi buruk

Kode penyakit Nama Penyakit


P01 Marasmus
P02 Kwashiorkor
P03 Anemia
P04 Gondok

5. Dempster-Shafer
Dempster Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian
berdasarkan belief functions (fungsi kepercayaan) dan plausible reasoning
15

(pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan


potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi
kemungkinan dari suatu peristiwa. Langkah-langkah dari Dempster-shafer
digambarkan pada flowchart 2.

Start

Input nilai plausibility untuk


masing-masing gejala

Hitung nilai Dempster-Shafer

Bel(x)=1 ∑ m( y)............(1)
x< y

Plausibility Dinotasikan

Pls(x)=1 – Bel(x)=1 ∑ m( y)..(2)


x< y

Menentukan Nilai Environment

(Ꙫ)= {Ɵ1, Ɵ2,..........ƟN}............(3)

Nilai Interval Antara 0 Sampai 1

∑ m( x) = 1...............(4)
x< p(Ɵ )

Kombinasi m1 dan m2 sebagai m3

M₃(z) = ∑ x ∩ y=¿ M ₁¿ (x) M₂


(y........(5)

Hasil Diagnosis Metode


Dempster-Shafer

Contoh perhitungan dengan penerapan metode dempster-shafer


End

Gambar 2. Flowcart metode dempster-shafer


16

Kaidah produksi atau rule yang berkaitan dengan gejala gizi buruk adalah ebagai
berikut:

IF Rambut kering dan rapuh

AND Muncul ruam atau dermatitis

AND Lebih rewel

AND Perut membesar

AND Kadar albumin rendah

THEN Kwashiorkor
1. Gejala: Rambut kering dan rapuh
Langkah pertama hitung nilai dari belief dan plausibility dari gejala
rambut kering dan rapuh (G1), dengan persamaan 1 dan 2

m₁ (G1) = 0.7
m₁ {θ} = 1 - m₁ (G1)
= 1 – 0.7
= 0.3

2. Gejala 2: Muncul ruam atau dermatitis


Apabila diketahui adanya gejala baru yaitu muncul ruam atau
dermatitis, dengan mengacu pada rumus 1 dan 2 maka keyakinannya:

m₂ (G2) = 0.6
m₂ {θ} = 1 - m₂ (G2)
= 1 – 0.6
= 0.4

Tabel 5. Ilustrasi nilai keyakinan terhadap 2 gejala

m₂ (G2) = 0.6 m₂(θ) = 0.4


m₁ (G1) = 0.7 0.42 0.28
m₁ (θ) = 0.3 - 0.12

Selanjutnya menghitung tingkat keyakinan (m) combine dengan persamaan 4,


maka:
17

m₃ = (0.7*0.6) + (0.3*0.4) = 0.42 + 0.28 = 0.7


1-0 1-0

m₃ {θ} = (0.3*0.4) = 0.12


1-0
3. Gejala 3: Lebih rewel
Apabila diketahui adanya gejala baru yaitu lebih rewel (G3), dengan
mengacu pada rumus 1 dan 2

m₄ (G3) = 0.8
m₄ {θ} = 1 - m₄ (G3)
= 1 – 0.8
= 0.2

Tabel 6. Ilustrasi keyakinan terhadap 3 gejala

m₄ (θ) = 0.12
m₃ = 0.7 0.56 0.14
m₃ (θ) = 0.12 - 0.024

Selanjutnya menghitung tingkat keyakinan (m) combine dengan persamaan 4,


maka:

m₅ = 0.56 + 0.14 = 0.7


1-0
m₅ {θ} = (0.12 * 0.2) = 0.024
1-0

4. Gejala 4: Terlihat lesu dan selalu mengantuk


Apabila dieyahui adanya gejala baru yaitu Terlihat lesu dan selalu
mengantuk (G4), dengan rumus 1 dan 2 maka:

m₆ (G4) = 0.7
m₆ {θ} = 1 - m₆ (G4)
= 1 – 0.7
= 0.3

Tabel 7. Tabel ilustrasi keyakinan terhadap 4 gejala

m₆ (G4) = 0.7 m₆ {θ} = 0.3


18

m₅ = 0.7 0.49 0.21


m₅ {θ} = 0.024 - 0.007

Selanjutnya menghitung tingkat keyakinan (m) combine dengan persamaan 4,


maka:

m⁷ = 0.49 +0.21 = 0.7


1-0
m⁷ (θ) = 0.0072 = 0.007
1-0
5. Gejala 5: Perut membesar
Apabila diketahui adanya geajala baru yaitu perut membesar, dengan
rumus 1 dan 2 maka:

m⁸ (G5) = 0.7
m⁸ {θ} = 1 - m⁸ (G5)
= 1 – 0.7
= 0.3

Tabel 8. Ilustrasi keyakinan terhadap 5 gejala

m⁸ (G5) = 0.7 m⁸ {θ} = 0.3


m⁷ = 0.7 0.49 0.21
m⁷ {θ} = 0.007 - 0.002

Selanjutnya menghitung tingkat keyakinan (m) combine dengan persamaan 4,


maka:

m₉ = 0.49 + 0.21 = 0.7


1-0
m₉ {θ} = 0.002 = 0.002
1-0

6. Gejala 6: Kadar albumin rendah


Kemudian apabila diketahui adanya gejala baru, yaitu kadar albumin
rendah, dengan mengacu pada persamaan 1 dan 2 maka:
19

m⁸ (G6) = 0.7
m⁸ {θ} = 1 – m⁸ (G6)
=1 – 0.7
= 0.3

Tabel 9. Tabel ilustrasi keyakinan terhadap 6 gejala

m⁸(G6) = 0.7 m⁸ {θ} = 0.3


m⁷ = 0.7 0.49 0.21
m⁷ {θ} = 0.0002 - 0.015

Selanjutnya menghitung tingkat keyakinan (m) combine dengan persamaan 4,


maka:
m₉ = 0.49 +0.21 = 0.7
1-0
m₉ {θ} = 0.0006= 0.015
1-0
Nilai akhir = (m₁₁ + m₁₁ {θ}) *100%
= (0.7 + 0.6) * 100%
= 0.7006 * 100%
= 70.06 %
Contoh hasil pengujian metode demspter-shafer dengan balita mendiagnosa
berdasarkan gejala dengan nilai akhir 70.06% maka pasien mengalami gizi buruk
jenis kwashiorkor.
6. Pengujian
Pada tahap ini dilakukan pengujian pada program yang telah dibuat untuk
mendapatkan kemungkinan kesalahan dalam program sebelum
diimplementasikan. Pengujian sistem dengan metode Mean Absolute Error
(MAE) menggunakan persamaan 6 untuk menghitung tingkat error hasil
prediksi dari sistem terhahap suatu item.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


20

4.1 Hasil

Hasil dari perancangan sistem pakar penentuan gizi buruk pada balita
menggunakan metode dempster shafer yang dibangun dapat dilihat pada gambar-
gambar dibawah ini:
1. Halaman Utama User
Halaman ini merupakan halaman utama user melakukan konsultasi dan
merupakan tampilan awal dari sistem pakar untuk mendeteksi penyakit.
Adapun tampilan utama user dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Halaman Utama User


2. Halaman Konsultasi
Pada halaman ini user diminta untuk memilih gejala penyakit yang
dialami. Dengan member tanda centang pada ciri-ciri gejala penyakit yang
ditampilkan oleh pakar. Hal ini bertujuan agar pakar dapat menentukan
jenis penyakit gizi buruk yang dialami oleh user. Tampilan halaman
konsultasi dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Halaman Konsultasi


3. Halaman Analisa Dempster Shafer
Pada halaman ini sistem akan menampilkan hasil analisa yang dilakukan
oleh user setelah melakukan konsultasi, user dapat mengetahui jenis
21

penyakit gizi buruk anak yang dialami serta user dapat melihat solusi
pencegahan penyakit gizi buruk pada balita.

Gambar 5. Halaman Analisa Dempster Shafer

4. Halaman Perhitungan Dempster Shafer


Pada halaman ini sistem akan menampilkan pembuktian analisa gejala
dengan perhitungan dempster shafer

Gambar 6. Halaman Perhitungan Dengan Dempster Shafer

5. Halaman Login Admin


22

Pada halaman ini admin melakukan login untuk masuk ke sistem dengan
memasukan username dan password. Jika login gagal maka ada
pemberitahuan bahwa username dan password salah. Pakar harus
memasukan ulang username dan password sampai database membaca
benar data login yang dimasukan. Tampilan halaman login admin dapat
dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Halaman Login Admin

6. Halaman Data Penyakit


Pada halaman ini terdapat data penyakit gizi buruk yang sudah di inputkan
oleh admin sesuai dengan penyakit gizi buruk yang ada serta admin dapat
megedit dan menghapus data penyakit yang ada.

Gambar 8. Halaman Data Penyakit

7. Halaman Tambah Data Penyakit


23

Pada halaman ini admin dapat melakukan penambahan data penyakit pada
sistem yang terdiri dari id penyakit, nama penyakit dan deskripsi penyakit
kemudian disimpan.

Gambar 9. Halaman Tambah Data Penyakit

8. Halaman Tambah Data Gejala


Pada halaman ini admin melakukan penambahan data gejala pada sistem
yang terdiri dari id gejala, nama gejala dan densitas/bobot plausibility.

Gambar 10. Halaman Tambah Data Gejala


9. Halaman Data Pengetahuan
24

Pada halaman ini berisikan data pengetahuan tentang gejala dan penyakit
gizi buruk. Pada halaman ini admin dapat mengedit dan menambahkan
data pengetahuan.

Gambar 11. Halaman Data Pengetahuan

10. Halaman Tambah Data Pengetahuan


Pada halaman tambah data pengetahuan ini admin melakukan input data
pengetahuan kedalam sistem di dalam halaman ini terdapat penyakit dan
gejala.

Gambar 12. Halaman Tambah Data Pengetahuan


4.2 Pembahasan
25

Dalam perancangan Sistem Pakar Penentuan Gizi Buruk Pada Balita


Menggunakan Metode Dempster Shafer penulis menggunakan program yang
berbasis PHP dan menggunakan MySQL sebagai databasenya.
Mekanisme inferensi dengan metode dempster shafer untuk sistem pakar
penentuan gizi buruk pada balita memiliki tahapan yang sederhana karena
menggunakan ekspresi logika dalam kaidah produksi dengan menggunakan
langkah sebagai berikut:
a. Ajukan pertanyaan pada pengguna
b. Tampung inputan dari pengguna
c. Cek rule berdasarkan inputan yang ditampung di short term memory. Jika
ditemukan maka ulangi langkah 1 sampai dengan langkah 3, jika tidak
ditemukan maka berikan keluaran bawaan.
d. Berikan hasil diagnosanya
Perintah yang ada pada program yang dibuat penulis juga cukup mudah untuk
dipahami karena user hanya perlu mengklik tombol yang sudah tersedia sesuai
kebutuhan.

4.3 Pengujian sistem


Pengujian sistem digunakan untuk mengetahui apakah sistem yang dibangun
sudah benar sesuai dengan yang dibutuhkan. Pengujian sistem menggunakan
Mean Absolut Error (MAE) untuk mencari tingkat errornya. Mean Absolute Error
(MAE) merupakan metode untuk mengukur tingkat keakuratan suatu model
peramalan. Nilai MAE mempresentasikan rata-rata suatu kesalahan (error)
absolute antara hasil peramalan dengan nilai sebenarnya. Adapun nilai MAE akan
dihitung menggunakan persamaan 6 untuk menghitung tingkat error hasil prediksi
dari sistem terhadap suatu item.

Rumus MAE dijelaskan sebagai berikut:

n
1
MAE = ∑ ¿ 1 |ƒi - yᵢ | .......................................................................(vii)
n i
Keterangan:
ƒᵢ = nilai hasil peramalan
yᵢ = nilai sebenarnya
n = jumlah data

22
1
MAE = ∑ ¿ 1 |0,82 – 0,015 |
22 i
= 18,025
26

4.4 Kelebihan dan kekurangan sistem yang dibangun


1. Kelebihan
a. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh sistem sudah sesui dengan
perhitungan secara manual
b. Sistem dapat melakukan perhitungan dengan metode Dempster
Shafer secara cepat dan tepat
c. Sistem yang dibangun dapat mempermudah memproses
perhitungan penentuan gizi buruk pada balita
d. Tidak memerlukan koneksi internet karena semua file yang
diperlukan untuk menjalankan aplikasi sudah terinstal sebelumnya.
2. Kekurangan
a. Pemberian solusi berupa pencegahan dipustakan pada jenis gejala
dan penyakit yang dialami user
b. Sistem yang digunakan masih bersifat ekstop
c. Sistem hanya menggunakan 22 gejala dan 4 penyakit sebagai
sampel
d. Data hasil diagnose user hanya disimpan sementara yaitu di short
term memory database sehingga user tidak dapat melihat kembali
hasil diagnose stelah aplikasi ditutup
e. Aplikasi tidak data dibuka dikomputer lain jika belum diinstal
27

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Aplikasi ini dibangun dengan menambahkan algoritma CF, sehingga
aplikasi sistem pakar ini dapat menentukan gizi buruk pada balita.
2. Pada penerapan metode dempster shafer, dari tiap gejala memiliki nilai CF
nya sendiri yang didapatkan dari hasil wawancara oleh pakar atau ahlinya.
Selanjutnya perhitungan metode dempster shafer, gejala yang telah dipilih
dikelompokkan kedalam penyakit yang berhubungan lalu nilai CF dari tiap
gejala pada suatu penyakit dijumblahkan dan mendapatkan hasil.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa
saran:
1. Aplikasi sistem pakar penentuan gizi buruk pada balita ini diharapkan
dapat dikembangkan kembali dengan menggunakan metode yang berbeda.
2. Aplikasi sistem pakar penentuan gizi buruk pada balita ini kiranya dapat
dikembangkan lagi, bukan hanya mengetahui gejala dan penyakitnya saja
tapi perlu dkembangkan sampai tingkat penyembuhannya sesuai dengan
fase-fase pengobatannya.
3. Aplikasi sistem pakar penentuan gizi buruk pada balita ini masih
menentukan penyakit berdasrkan gejala-gejala yang ada yaitu dengan
metode dempster shafer. Sehingga diharapkan sistem pakar ini dpat
dikembangkan dengan metode seperti certainly faktor untuk lebih
mengetahui perbandingan juga meningkatkan tingkat keyakinan
pengguna.
4. Apliksi sistem pakar penentuan gizi buruk pada balita ini masih terbatas
untuk desktop saja sehingga diharapkan kedepannya dikembangkan ke
platform android dan ios.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, F.,danIstiqomah, Y. N., (2013). Sistem pakar untuk mendiagnosa
penyakit saluran pencernaan menggunakan metode dempster shafer (Do
ctoral dissertation, Universitas Ahmad Dahlan). [Jurnal]. Tersedia pada :
https://www.neliti.com/publications/211370/sistem-pakar-untuk-mendiagnosa

Andonotopo, W., dan Afirin, M. T. (2005). Kurang Gizi pada Ibu Hamil:
Ancaman pada Janin. Majalah INOVASI,.Tersedia pada: https://www.academia.e
du/download/45083057/Inovasi-Vol05-Nov2005.pdf#page=60

Arhami, M. (2005). Konsep dasar sistem pakar. Yogyakarta: Andi, 206[Buku]


Dahria, M., Silalahi, R., dan Ramadhan, M. (2013). Sistem Pakar Metode Dampst
erShafer Untuk Menentukan Jenis Gangguan Perkembangan Pada Anak.
Universitas Trihuna Darma, Medan.[Jurnal]. Tersedia pada: https://
prpm.trigunadharma.ac.id/public/fileJurnal/hplUJurnal%2012-1-
2013_1%20Dahria%20new.pdf
Harliana, H., Sugandi, U. N., dan Mukidin, M. (2019). Sistem Pakar DIagnosa
Gizi Buruk Balita Dengan Certainty Factor. Jurnal Ilmiah Intech:
Information Technology Journal of UMUS, 1(02).Tersedia pada:
http://jurnal.umus.ac.id/index.php/intech/article/view/71
Kusriadi. (2010). Analisis Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Kurang
Gizi Pada Anak Balita Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) [karya
tulis ilmiah]Bogor: Institut Pertanian Bogor;.
Latief, A., Pudjiadi, A. H., Somasetia, D. H., Alwy, E. H., Mulyo, G. D., dan
Kushartono, H. (2010). Diagnosis dan tatalaksana sepsis pada anak. Unit
Kerja Koordinasi Pediatri Gawat Darurat Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia 18.[Jurnal]. Tersedia pada : https:
//www.researchgate.net/publication/
323449114_Perkembangan_diagnosis_sepsis_pada_anak/link/
5a96b6bfa6fdccecff0a32d6/download
Nhampossa, T., Sigaúque, B., Machevo, S., Macete, E., Alonso, P., Bassat, Q.dan
Fumadó, V. (2013). Severe malnutrition among children under the age of
5 years admitted to a rural district hospital in southern Mozambique. Publi
c health nutrition, 16(9),1565 1574.[journal]. Tersedia pada: file:///C:/
Users/ACER/Downloads/severe-malnutrition-among-children-under-the-
age-of-5-years-admitted-to-a-rural-district-hospital-in-southern mozambiq
ue.pdf
Prihatini, P. M. (2011). Metode Ketidakpastian dan Kesamaran dalam Sistem
Pakar. Lontar Komputer, 2(1), 2942.[Jurnal]. Tersedia pada: https://
www.researchgate.net/profile/Putu Manik/publication/
265096911_METODE_KETIDAKPASTIAN DAN_KESAMARAN_DA

28
29

LAM_SISTEM_PAKAR/links/551b4e810cf251c35b50987b/METODE-
KETIDAKPASTIAN-DAN-KESAMARAN-DALAM-SISTEM-
PAKAR.pdf
Supariasa dan Nyoman, I. D., Fajar, I., dan Bakri, B. (2011).Penilaian Status
Gizi. [Jurnal].Tersedia pada:
https://www.semanticscholar.org/paper/Penilaian-Status-Gizi-Supariasa-
Bakri/664a2177ba9f4c8c71cd7d81660231d2a6466fab
30

Anda mungkin juga menyukai