Anda di halaman 1dari 14

PROJECT BASED LEARNING (PJBL)

MALNUTRISI
SISTEM GASTROINTESTINAL

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

A. Definisi Malnutrisi
Menurut Monika Blssner dan Mercedes de Onis (2005), malnutrisi secara
umum berhubungan dengan nutrisi yang kurang dan nutrisi yang berlebihan,
tetapi malnutrisi lebih digunakan sebagai istilah untuk menjelaskan kekurangan
nutrisi.
Menurut menurut Brooker (2008), malnutrisi merupakan kondisi kekurangan
gizi akibat jumlah kandungan mikro atau makro nutrient yang kurang atau tidak
mencukupi.

Kondisi

tersebut

dapat

disebabkan

oleh

malabsobrsi

atau

ketidakmampuan untuk mengonsumsi nutrient.


Menurut UNICEF malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh mengalami
gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
aktivitas. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya asupan makanan,
adanya gangguan terhadap absorbsi, gangguan pencernaan, dan penggunaan
zat gizi dalam tubuh.
B. Klasifikasi Malnutrisi
1. Berat Badan Terhadap Umur (BB/U%)
a. Klasifikasi menurut Gomez
- > 90%
: Normal
- 90 75%
: Malnutrisi ringan (Grade 1)
- 75 61%
: Malnutrisi sedang (Grade 2)
- 60%
: Malnutrisi berat (Grade 3)
b. Klasifikasi menurut Jelliffe
- 110 90% : Normal
- 90 81%
: Malnutrisi ringan (Grade 1)
- 80 61%
: Malnutrisi sedang (Grade 2 dan grade 3)
- 60%
: Malnutrisi berat (Grade 4)
2. Tinggi Badan Terhadap Umur (TB/U%)
a. Kanawati dan McLaren
- 95%
: Normal
- 95 90%
: Malnutrisi ringan
- 90 85%
: Malnutrisi sedang
- 85%
: Malnutrisi berat
3. Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB%)
a. McLaren/Read
- 110 90% : Normal
- 90 85%
: Malnutrisi ringan
- 85 75%
: Malnutrisi sedang
- <75% dengan atau tanpa edema : Malnutrisi berat
4. Lingkar Lengan Atas
- > 85% atau > 14 cm : normal
- < 76% atau < 12,5 cm : malnutrisi berat
5. Menurut Gejala Klinisnya
a. Marasmus

Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup


sehingga menyebabkan penderitanya mengalami pertumbuhan yang
berkurang atau terhenti. Tanda marasmus meliputi diare yang berupa
bercak hijau tua yang terdiri dari sedikit lendir dan sedikit tinja, gangguan
pada kulit dimana turgor kulit akan menghilang dan penderita terlihat
keriput, vena superfisialis akan terlihat jelas, ubun-ubun besar cekung,
tulang pipi dan dagu menonjol dan mata tampak besar dan dalam. Selain
itu, perut akan tampak membuncit atau cekung dengan gambaran usus
yang jelas dan tampak atropi.
b. Kwarsiokor
Merupakan penyakit yang disebabkan pengmabilan protein yang
tidak cukup. Akibatnya anak dengan kwarsiokor akan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perubahan mental berupa anak menjadi
cengeng, dan akan ditemukan adanya edema Selain itu, pederita akan
mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini
mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala
penderita kwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit.
C. Epidemiologi Malnutrisi
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dalam Medical News
Today (2014), pada tahun 2007 sejumlah 923 juta orang mengalami kekurangan
gizi, dimana meningkat lebih dari 80 juta sejak periode 1990-1992. Selain itu,
menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Medical News Today (2014),
juga mengatakan bahwa gizi buruk adalah penyumbang terbesar kematian anak
secara global, saat ini sekitar 45% dari semua kasus kematian anak. Sementara
itu, malnutrisi atau gizi buruk di Indonesia dapat dilihat pada hasil RISKESDAS
(Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010, dimana secara nasional sudah terjadi
penurunan prevalensi gizi buruk (berat badan menurut umur) pada balita dari
18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010.
D. Patofisiologi Malnutrisi
Terlampir.
E. Faktor Resiko Malnutrisi
Menurut Hardinsyah (2004), faktor penyebab langsung malnutrisi adalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya Asupan Makanan
Kurangnya asupan makanan dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah
makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan

cara pemberian makanan yang salah. Cara pemberian makanan yang salah
dapat disebabkan karena ibu atau orang tua tidak memiliki pengetahuan yang
cukup, misalnya mengenai pemberian ASI eksklusif maupun cara pemberian
makanan pendamping ASI.
2. Adanya Penyakit
Penyakit merupakan penyebab langsung malnutrisi yang paling
penting. Penyakit yang dimaksud terutama adalah penyakit infeksi yang akan
mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
Selain itu ada beberapa penyakit yang dapat meninbulkan komplikasi dan
berakibat pada malnutrisi yaitu anoreksia nervosa, karsinoma esophagus
atau lambung, kondisi setelah operasi, demensia, diare persisten, dan
tuberculosis.
Sementara itu, adapula faktor yang secara tidak langsung dapat
menyebabkan malnutrisi, yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya ketahanan pangan keluarga.
Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai kemampuan keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan. Sebagai tambahan, perlu
diperhatikan pengaruh produksi bahan makanan keluarga terhadap beban
kerja ibu dan distribusi makanan untuk anggota keluarga (Hardinsyah, 2004).
2. Pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan.
Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan, produksi serta
persiapan

makanan

untuk

dikonsumsi

serta

kebersihan.

Pelayanan

kesehatan bukan hanya harus tersedia, namun juga harus dapat diakses
dengan mudah oleh ibu dan anak. Status pendidikan dan ekonomi
perempuan yang rendah menyebabkan kurangnya kemampuan untuk
memperbaiki status gizi keluarga. Adapun penyebab dasar berupa kondisi
sosial, politik dan ekonomi negara (Hardinsyah, 2004).
3. Kualitas perawatan ibu dan anak.
Pola perawatan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal
memberikan makan, merawat, kebersihan memberi kasih saying dan
sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan
mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan
sebagainya dari si ibu dan pengasuh lainnya.
Menurut Medical News Today, faktor resiko atau penyebab malnutrisi bisa
dilihat dari karakter negaranya, yaitu sebagai berikut:
a. Di negara industri yang lebih kaya gizi
1) Pola makan yang buruk
Jika seseorang tidak makan makanan yang cukup, atau jika apa
yang dimakan tidak menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan

yang baik, maka seseorang dapat menderita kekurangan gizi. Pola makan
yang buruk dapat disebabkan oleh salah satu dari beberapa faktor yang
berbeda. Jika pasien mengalami disfagia (kesulitan menelan) karena suatu
penyakit, atau ketika sembuh dari sakit, mereka mungkin tidak dapat
mengkonsumsi cukup nutrisi yang tepat.
2) Masalah kesehatan mental
Pasien dengan gangguan kondisi kesehatan mental, seperti depresi,
dapat mengembangkan kebiasaan makan yang menyebabkan kekurangan
gizi.

Pasien

dengan

anoreksia

nervosa

atau

bulimia

dapat

mengembangkan kekurangan gizi karena mereka menelan terlalu sedikit


makanan.
3) Masalah mobilitas
Orang dengan masalah mobilitas mungkin menderita gizi buruk
hanya karena mereka tidak bisa bergerak cukup untuk membeli makanan
atau mempersiapkan yang terasa terlalu sulit.
4) Gangguan pencernaan dan kondisi perut
Beberapa orang mungkin makan dengan benar, tetapi tubuhnya tidak
dapat menyerap nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan yang baik.
Contohnya termasuk pasien dengan penyakit Crohn atau kolitis ulserativa.
Pasien tersebut mungkin alan mengalami ileostomy. Selain itu, pasien
yang menderita penyakit Celiac memiliki kelainan genetik yang membuat
mereka tidak toleran terhadap gluten. Pasien dengan penyakit Celiac
memiliki risiko lebih tinggi dari kerusakan pada lapisan usus mereka,
sehingga penyerapan makanan miskin. Adapula pada pasien yang
mengalami serangan serius diare dan/atau muntah mungkin kehilangan
nutrisi penting dan beresiko tinggi menderita kekurangan gizi.
5) Alkoholisme
Orang dengan alkoholisme yang kronis dapat memiliki resiko gastritis
atau kerusakan pankreas. Masalah-masalah ini juga sangat merusak
kemampuan tubuh untuk mencerna makanan, menyerap vitamin tertentu,
dan

memproduksi

hormon

yang

mengatur

metabolisme.

Alkohol

mengandung kalori yang dapat mengurangi rasa lapar yang berakibat tidak
bisa makan makanan yang tcukup untuk memasok tubuh dengan nutrisinutrisi penting.
b. Di negara berkembang
1) Kurangnya menyusui
Kurang menyusui

dapat

disebabkan

karena

ibu

tidak

tahu

bagaimana cara untuk menempel puting ke mulut bayi dengan benar, atau
karena menderita rasa sakit dan ketidaknyamanan saat menyusui.

Akibatnya ibu akan beralih ke susu botol dimana sebagian ibu juga
percaya bahwa susu botol lebih baik bagi anak dibanding dengan ASI.
Oleh sebab itu, banyak bayi yang kekurangan gizi karena pemberian ASI
yang tidak eksklusif.
c. Di negara-negara miskin kekurangan gizi
1) Kekurangan pangan
Di negara-negara miskin kekurangan pangan terutama disebabkan
oleh kurangnya teknologi pertanian modern yang dibutuhkan untuk hasil
yang lebih tinggi, seperti pupuk nitrogen, pestisida dan irigasi. Kekurangan
pangan adalah penyebab signifikan dari gizi buruk di banyak bagian dunia.
2) Harga pangan dan distribusi pangan
Sekitar 80% dari anak-anak kurang gizi hidup dalam negara yang
benar-benar menghasilkan
Organization).

Beberapa

surplus pangan
ekonom

(Food

terkemuka

and Agriculture

mengatakan

bahwa

kelaparan berhubungan erat dengan tingginya harga pangan dan masalah


dengan distribusi makanan.
F. Manifestasi Klinis Malnutrisi
1. Kwashiorkor
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum
-

pedis)
Wajah membulat dan sembab
Pandangan mata sayu
Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa

sakit, rontok
Perubahan status mental: apatis & rewel
Pembesaran hati
Otot mengecil (hipotrofi)
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas & berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)


Sering disertai pula dengan penyakit infeksi (umumnya akut), anemia, dan

diare
2. Marasmus
- Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
- Perut umumnya cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

Jika malnutrisi terjadi pada anak-anak akan mengakibatkan pertumbuhan


dan perkembangan prilaku yang lambat, bahkan bisa sampai keterbelakangan
mental.
Sementara itu menurut Medical News Today (2014), manifestasi klinis
malnutrisi adalah sebagai berikut:
1. Kehilangan lemak (jaringan adiposa)
2. Kesulitan bernapas, risiko yang lebih tinggi dari kegagalan pernafasan
3. Depresi
4. Risiko tinggi komplikasi setelah operasi
5. Risiko tinggi hipotermia - suhu tubuh abnormal rendah
6. Jumlah beberapa jenis sel darah putih turun yang mengakibatkan sistem
kekebalan tubuh melemah danmeningkatkan risiko infeksi.
7. Kerentanan yang lebih tinggi untuk merasa dingin
8. Penyembuhan luka yang lama
9. Pemulihan kondisi tubuh dari penyakit akan lebih lama
10. Gairah seks yang lebih rendah
11. Masalah kesuburan
12. Massa otot berkurang
13. Massa jaringan berkurang
14. Kelelahan, kelelahan, atau apatis
15. Lekas marah.
Sementara itu, dalam kasus yang lebih parah, malnutrisi dapat
mengakibatkan manifestasi klinis atau hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Kulit dapat menjadi tipis, kering, tidak elastis, pucat, dan dingin
Lemak di wajah hilang, pipi terlihat cekung dan mata cekung
Rambut menjadi kering dan jarang, mudah rontok
Kadang-kadang, gizi buruk dapat menyebabkan unresponsiveness (pingsan)
Jika kekurangan kalori berlanjut cukup lama, mungkin ada kelaianan jantung,
hati dan gagal pernafasan (Hardinsyah, 2004).

G. Pemeriksaan Diagnostik Malnutrisi


1. Anamnesis
- Identitas pasien dan keluarga
- Keluhan utama : Berat badan yang kurang
- Keluhan tambahan : Anak tidak mau makan (anoreksia), anak tampak
lemas dan menjadi lebih pendiam, dan sering menderita sakit yang
berulang.
- Riwayat makanan
Nutrisi : pola kebiasaan makanan meliputi jenis makanan, frekuensi,
porsi/jumlah, dan lain-lain.
Riwayat keluarga : Adakah anggota keluarga yang menderita malnutrisi
sebelumnya.
- Anamnesis lanjutan

Hal ini dilakukan untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana


selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan ditangani. Berikut adalah yang
termasuk dalam anamnesis lanjutan:

Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit

Riwayat pemberian ASI

Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari


terakhir

Hilangnya nafsu makan

Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru

Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir

Batuk kronik

Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung

Berat badan lahir

Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain

Riwayat imunisasi

Apakah ditimbang setiap bulan

Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)

Diketahui atau tersangka infeksi HIV

2. Pemeriksasan Fisik
- Inspeksi
Edema, perut membuncit,

kurus, pucat, moo face, kelainan kulit

(hiperpigmentasi), malaise, kulit keriput, dan asietas. Selain itu, diinspeksi


pula tanda dehidrasi yang meliputi tampak haus, mata cekung, turgor
buruk (hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk). Juga
diinspeksi adakah tanda syok yang meliputi tangan dingin, capillary refill
time yang lambat, nadi lemah dan cepat, serta kesadaran menurun.
- Palpasi
Apakah ada pembesaran hati atau hepatomegali.
Selain itu, ada beberapa pemeriksaan fisik lainnya, yaitu:
- Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites,
atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal
splash)
- Tanda defisiensi vitamin A pada mata yang meliputi konjungtiva atau
kornea yang kering, bercak Bitot, ulkus kornea, keratomalasia
- Ulkus pada mulut
- Fokus infeksi pada telinga, tenggorokan, paru, dan kulit.

- Lesi kulit pada kwashiorkor:

hipo- atau hiper-pigmentasi

deskuamasi

ulserasi (kaki, paha, genital, lipatan paha, belakang telinga)

lesi eksudatif (menyerupai luka bakar), seringkali dengan infeksi


sekunder (termasuk jamur).

- Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir).


- Tanda dan gejala infeksi HIV.
3. Pemeriksaan penunjang
- Pengukuran BMI
BMI dihitung dengan berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi
badan dalam meter kuadrat. Sebuah BMI yang sehat untuk orang dewasa
biasanya terletak di antara 18,5 dan 24,9. Orang dengan BMI antara 17
dan 18,5 bisa malnutrisi ringan, orang-orang dengan BMI antara 16 dan
18 bisa cukup gizi dan orang-orang dengan BMI kurang dari 16 bisa
sangat kekurangan gizi.
- Pemeriksaan Darah
Dengan pemeriksaan darah akan dapat membantu diagnosa anemia dari
kekurangan gizi seperti kekurangan besi, folat, dan vitaminB-12.
Sementara itu, pada anak-anak pemeriksaan

darah rutin untuk

mengetahui glukosa darah, jumlah darah.


- Pemeriksaan Urin dan Feses
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya parasit dan infestasi
cacing. Hal tersebut karena dapat menyebabkan kekurangan gizi pada
anak-anak.
- Pemeriksaan Protein
Yang termasuk dalam pemeriksaan ini adalah serum albumin, retinolbinding protein, prealbumin, transferrin, creatinine, dan blood urea
nitrogen.
- Melakukan penilaian status gizi anak
Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah
Sakit dan lainnya), tidak didasarkan pada Berat Badan anak menurut
Umur (BB/U). Pemeriksaan BB/U dilakukan untuk memantau berat badan
anak, sekaligus untuk melakukan deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi
kurang dan gizi buruk). Pemantauan berat badan anak juga dapat
dilakukan di masyarakat, misalnya posyandu atau di sarana pelayanan
kesehatan, misalnya puskesmas dan Klinik Tumbuh Kembang Rumah
Sakit, serta dalam bentuk kegiatan pemantauan Tumbuh Kembang Anak

dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), yang dibedakan antara


anak laki-laki dan perempuan.
Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB), sedangkan anak umur 2
tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB).
Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis apabila anak
tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh dan atau jika BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median.
Sementara itu, anak didiagnosis gizi kurang jika BB/PB atau BB/TB < - 2
SD atau 80% median.

Menurut Medical News Today (2014), ada 5 langkah untuk


mengidentifikasi apakah seseorang mengalamai kekurangan gizi atau resiko
kekurangan gizi pada orang dewasa. Namun 5 langkah tersebut tidak
dirancang untuk mengidentifikasi kekurangan / ekses vitamin dan / atau
asupan mineral. Berikut adalah 5 langkah tersebut:
1. Langkah 1 - tinggi Ukur dan berat untuk mendapatkan BMI (indeks massa
tubuh) skor.
2. Langkah 2 - Catatan persentase penurunan berat badan yang tidak
direncanakan dan skor.
3. Langkah 3 - Membentuk penyakit akut (penyakit yang mendasari, seperti
kondisi psikologis) efek dan skor.
4. Langkah 4 - Tambahkan skor dari langkah 1, 2 dan 3 bersama-sama untuk
mendapatkan keseluruhan risiko kekurangan gizi.
5. Langkah 5 - Gunakan pedoman pengelolaan dan / atau kebijakan lokal
untuk mengembangkan rencana perawatan.
H. Penatalaksanaan Medis Malnutrisi

Menurut Depkes RI (2009) dalam buku pedoman pelayanan kesehatan


anak di rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten, penatalaksanaan
malnutrisi adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemi.
Hipoglikemi terjadi akibat kadar gula darah < 54 mg/dl atau ditandai
dengan adanya suhu tubuh sangat rendah, kesadaran menurun, lemah,
kejang, keluar keringat dingin, pucat. Penatalaksanaannya adalah dengan:
- Memberikan segera cairan gula yaitu 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1
sendok teh dicampurkan ke air 3,5 sendok makan
- Penderita diberi makan tiap 2 jam jika penderita tidak sadar, lewat sonde.
- Antibotik
- Dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-tanda
hipoglikemi maka ulang pemberian cairan gula.
2. Mencegah dan mengatasi hipotermi.
Hipotermi jika suhu tubuh anak < 35 oC, aksila 3 menit atau rectal 1
menit. Pengelolaannya yaitu dengan memodifikasi lingkungan terkait ruang
harus hangat, tidak ada lubang angin dan bersih. Selain itu sering diberi
makan, diberikan pakaian, tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki, anak
dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode kanguru), cepat ganti popok
basah, antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2 jam sampai suhu >
36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup kepala, kaos kaki.
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi.
- Diberikan cairan Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition) 70-100
ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit
secara oral dalam 2 jam pertama.
- Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk

4-10

jam

berikutnya,

jumlahnya

disesuaikan seberapa banyak yang diinginkan oleh anak/pasien, feses


yang keluar dan muntah.
- Penggantian jumlah Resomal pada jam 4, 6, 8, dan 10 dengan F75 jika
rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu.
- Monitoring tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan muntah, pemberian
cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan vena jugularis
meningkat, jika anak dengan edem, edemnya bertambah.
4. Koreksi gangguan elektrolit.
Berikan

ekstra

Kalium

150-300mg/kgBB/hari,

ekstra

mmol/kgBB/hari dan rehidrasi cairan rendah garam (Resomal).


5. Mencegah dan mengatasi infeksi.

Mg

0,4-0,6

Antibiotik (bila tidak komplikasi : kotrimoksazol 5 hari, bila ada komplikasi


amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi infeksi
(hipoglikemia atau hipotermi)
6. Mulai pemberian makan.
Pemberian makan dilakukan segera setelah dirawat. Hal ini untuk
mencegah terjadinya hipoglikemi, hipotermi, dan mencukupi kebutuhan energi
dan protein. Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu porsi kecil,
sering, secara oral atau sonde, energy 100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5
g/kgBB/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari untuk penderita marasmus, marasmik
kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem derajat 1,2, jika derajat 3 berikan
cairan 100 ml/kgBB/hari.
7. Koreksi kekurangan zat gizi mikro.
Berikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen multivitamin, asam folat
(5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3
mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu perawatan,
vitamin A hari 1 (<6 bulan 50.000 IU, 6-12 bulan 100.000 IU, >1 tahun 200.000
IU)
8. Memberikan makanan untuk tumbuh
Satu

minggu

perawatan

fase

rehabilitasi,

berikan

F100

yang

mengandung 100 kkal dan 2,9 g protein/100ml, modifikasi makanan keluarga


dengan energi dan protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup
minyak dan protein.
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang.
Stimulasi biasanya menggunakan mainan, macamnya tergantung
kondisi, umur dan perkembangan anak sebelumnya. Dimana dengan
neggunakan mainan diharapkan dapat terjadi stimulasi psikologis, baik
mental, motorik, dan kognitif.
10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah.
Hal-hal yang dilakukan untuk persiapan tindak lanjut di rumah adalah
dengan menunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah makanan,
berikan terapi bermain anak, pastikan pemberian imunisasi boster dan vitamin
A tiap 6 bulan10. Dimana persiapan ini dilakukan jika anak memiliki BB/PB
mencapai -1SD dikatakan sembuh.
11. Pengaturan Diet
a. Fase Stabilisasi

Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap


dengan tujuan memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi
stabil. Formula hendaknya hipoosmolar rendah laktosa, porsi kecil dan
sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal dan protein 0,9 gram. Diberikan
makanan formula 75 (F75). Resomal dapat diberikan apabila anak
diare/muntah / dehidrasi, 2 jam pertama setiap jam, selanjutnua 10 jam
berikutnya diselang seling dengan F758 (Pudjiadi, 2005).
b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak (cathup). Diberikan F100, setiap 100 ml F100 mengandung 100 kal
dan protein 2,9 gram (Pudjiadi, 2005).
c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak.
Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada
fase rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB 7 kg diberi
makanan balita. Diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan nilai gizi
setiap 100 ml F135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3 gram
(Pudjiadi, 2005).
d. Fase tindak lanjut
Dilakukan di rumah setelah anak dinyatakan sembuh, bila BB/TB
atau BB/PB -2 SD, tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria selera
makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan, ada
perbaikan kondisi mental, anak sudah dapat tersenyum, duduk,
merangkak, berdiri atau berjalan sesuai umurnya, suhu tubuh berkisar
antara 36,5 - 37,7 oC, tidak muntah atau diare, tidak ada edema, terdapat
kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut.
Mineral Mix dapat diberikan sebagai nutrisi gizi buruk yang terbuat dari
bahan yang terdiri dari KCl, tripotasium citrat, MgCl2.6H2O, Zn asetat
2H2O dan CuSO4.5H2O, bahan ini dijadikan larutan. Mineral mix ini
dikembangkan oleh WHO dan telah diadaptasi menjadi pedoman
Tatalaksana Anak Gizi Buruk di Indonesia. Mineral mix digunakan sebagai
bahan tambahan untuk membuat Rehydration Solution for Malnutrition
(ReSoMal) dan Formula (Pudjiadi, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
Chris Brooker. 2008. Ensiklopedi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2009. Petunjuk Teknis
Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Hardinsyah, Tambunan V. 2004. Angka kecukupan energi, protein, lemak dan serat
makanan. Dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Jakarta.
Medical News Today. 2014. What is malnutrition? What causes malnutrition?.
(Online) (http://www.medicalnewstoday.com/articles/179316.php) diakses pada
17 Februari 2015
Monika Blssner dan Mercedes de Onis. 2005. Malnutrition. Quantifying The Health
Impact at National and Local Levels. World Health Organization Nutrition for
Health and Development Protection of the Human Environment : Geneva.

Pudjiadi S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru
RISKESDAS. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan
KesehatanKementerian Kesehatan RI
UNICEF. 1990. A UNICEF Policy Review: Strategy for Improved Nutrition of Children
and Women in Developing Countries. New York. Hal: 8.

Anda mungkin juga menyukai