Anda di halaman 1dari 13

KEJADIAN

LUAR BIASA
PADA GIZI
BURUK
Dosen Mata Kuliah :
Dr. Luluk Widarti, S.Kep, Ns. M.Kes
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
1. FINDIA NUR AZIZAH ( P278204190 28 )
2. FIRDAUS IQBAL HIDAYAT ( P27820419029 )
3. FRISKA LUDVIANI ( P27820419030 )
4. FRISYA PUTERI RAMADHANI ( P27820419031 )
5. GALUH MAYANG JINGGA P ( P27820419032 )
6. SALSABIL PUTRI HIDAYATI ( P27820419078 )
7. SHELIA NANSA CUCU S ( P27820419079 )
8. SHERLINA WAHYUNINGTIYAS ( P27820419080 )
9. SHINTA PRATIWI ( P27820419081 )
10. SINTA BELA ( P27820419082 )
Definisi Kejadian Luar Biasa

Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat


KLB, adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah.
KRITERIA KEJADIAN LUAR
BIASA
suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2
kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
Definisi gizi
buruk
Gizi buruk merupakan salah satu
klasifikasi status gizi berdasarkan pengukuran
antropometri. Sedangkan pengertian status gizi
adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan
oleh keseimbangan asupan zat gizi dengan
kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat
dilihat dari variabel-variabel pertumbuhan,
yaitu berat badan, tinggi badan/ panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan
panjang tungkai.
3 jenis gizi buruk
1. Marasmus, adalah suatu bentuk malnutrisi kurang
energi-protein yang berat.
2. Kwashiorkor, adalah salah satu bentuk malnutrisi
yang disebabkan oleh kekurangan asupan protein
yang berat dengan asupan karbohidrat yang normal
atau tinggi.
3. Marasmik-kwashiorkor, adalah bentuk
malnutrisi gabungan dari marasmus dan
kwashiorkor.
Faktor penyebab gizi
1. Konsumsi zat gizi buruk
Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan dan keterlambatan
perkembangan otak serta dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi (Krisnansari d, 2010).

2. Penyakit Infeksi
Infeksi pada anak-anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan fungsi kekebalan tubuh,
produksi kekebalan tubuh yang terbatas dan atau kapasitas fungsional berkurang dari semua komponen
seluler dari sistem kekebalan tubuh pada penderita malnutrisi (RodriquesL, 2011)

3. Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan


Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan
informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi
(Notoadmodjo S, 2003). Pemilihan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang cukup dan
keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya.
Ketidaktahuan ibu dapat menyebabkan kesalahan pemilihan makanan terutama untuk anak balita
(Nainggolan J dan Zuraida R, 2010).
Faktor penyebab gizi
4. Sanitasi
buruk
Santisasi lingkungan termasuk faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi. Gizi buruk dan
infeksi kedua – duanya bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi
buruk. Upaya penurunan angka kejadian penyakit bayi dan balita dapat diusahakan dengan
menciptakan sanitasi lingkungan yang sehat, yang pada akhirnya akan memperbaiki status gizinya.

5. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi balita.
Keluarga dengan status ekonomi menengah kebawah, memungkinkan konsumsi pangan dan gizi
terutama pada balita rendah dan hal ini mempengaruhi status gizi pada anak balita. Balita yang
mempunyai orang tua dengan tingkat pendapatan kurang memiliki risiko 4 kali lebih besar menderita
status gizi kurang dibanding dengan balita yang memiliki orang tua dengan tingkat pendapatan cukup.

6. Ketersediaan Pangan
Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan penyebab tidak langsung terjadinya status gizi kurang
atau buruk. Masalah gizi yang muncul sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, salah
satunya timbul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumahtangga, yaitu kemampuan
rumahtangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya.
Faktor penyebab gizi
7. buruk
Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga berperan dalam status gizi seseorang. Anak yang tumbuh dalam
keluarga miskin paling rawan terhadap kurang gizi. apabila anggota keluarga bertambah maka
pangan untuk setiap anak berkurang, asupan makanan yang tidak adekuat merupakan salah satu
penyebab langsung karena dapat menimbulkan manifestasi berupa penurunan berat badan atau
terhambat pertumbuhan pada anak, oleh sebab itu jumlah anak merupakan faktor yang turut
menentukan status gizi balita.
 
8. Sosial budaya
Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana
pengolahan, persiapan, dan penyajiannya serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana
pangan tersebut dikonsumsi. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan masalah gizi buruk
PENANGGULANGAN GIZI
a.
b.
BURUK
Upaya pemenuhan persediakan pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beraneka ragam pangan.
Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarakan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan
ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat pos pelayanan terpadu (posyandu),
hingga puskrsmas dan rumah sakit.
d. Penigkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG).
e. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat.
f. Peningakatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat luas.
g. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis
tinggi, tablet dan sirup besi serta kapsul minyak beriodium.
h. Peningkatan kesehatan lingkungan.
i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi.
j. Upaya pengawasan makanan dan minuman.
k. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.
Melakui instruksi presiden No.8 tahun 1999 telah dicanangkan
Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi,
yang diarahkan pada :

a) Pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah


tangga
b) Pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan ketahanan pangan. Cakupan,
kualitas pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi masyarakat
c) Pemantapan kerjasama lintas sektor dalam pemantauan dan penanggulangan
masalah gizi melalui SKPG
d) Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan (Anwar, dalam almatsier
2009)
Pencegahan Gizi
 Pencegahan Primer
Buruk
1. Memberikan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai gizi buruk
2. Menyarankan anggota keluarga untuk mengonsumsi makanan bergizi seperti pada
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
3. Usahakan mengikuti program kesehatan yang ada di setiap bulan di puskesmas

 Pencegahan Sekunder
1. Deteksi dini sekiranya penderita atau anggota keluarga yang lain terjangkit penyakit yang
disebabkan oleh kurangna gizi dalam jangka waktu panjang
2. Mendapatkan pengobatan sedini mungkin

 Pencegahan Tersier
1. Apabila penderita mengalami sakit lain, sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan
2. Rehabilitasi sosial dierikan kepada penderita dan anggota keluarga
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai