Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BAHASA INGGRIS

“ MAKALAH ENERGI-PROTEIN MALNUTRISI“

DI SUSUN OLEH:
NAMA : PRASASTI INDAH LESTARI
NIM : PO714231212015
PRODI : ALIH JENJANG GIZI & DIETETIKA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN GIZI
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta
memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut
kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung
(immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar
(basic cause).
Di Indonesia, penderita malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat
yang kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap
kondisi “biasa” dan dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para
ibunya berpendapat bahwa anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi,
melainkan karena penyakit cacingan.  
Kematian akibat malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan  yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan,
kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
Selain itu juga karena adanya penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi
jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
Menurut klasifikasinya malnutrisi dibagi 3 yaitu : marasmus, kwashiorkor dan
marasmus-kwashiorkor. Marasmus merupakan bentuk malnutrisi  protein kalori,
terutama akibat kekurangan kalori berat dan kronis, paling sering terjadi selama tahun
pertama kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan serta atrofi lemak subkutan dan
otot. Kwashiorkor merupakan bentuk malnutrisi protein-energi yang disebabkan
defisiesi protein yang berat, asupan kalori biasanya juga mengalami
defisiensi. Sedangkan Marasmic – Kwashiorkor merupakan suatu keadaan defisiensi
kalori dan protein, disertai penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak
subkutan, dan biasanya dehidrasi.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah : Pemasukan kalori yang tidak
cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik, malformasi kongenital.
Kwashiorkor penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein
yang berlangsung kronis. Sedangkan Penyebab marasmic – kwashiorkor dapat dibagi
menjadi dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi
primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi
yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena
kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorbsi dan/atau peningkatankehilangan
protein maupun energi dari tubuh.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi malnutrisi pada anak
2. Untuk mengetahui etiologi malnutrisi pada anak
3. Untuk mengetahu patofisiologi malnutrisi pada anak
4. Untuk mengetahui faktor resiko malnutrisi pada anak
5. Untuk mengetahui klasifikasi malnutrisi pada anak
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan malnutrisi pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Malnutrisi Pada Anak
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap
absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan
dan aktivitas.
Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif  atau
absolute untuk periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002).
Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak dalam
ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan. (Akhmad Djaeni,
2004).
1) Marasmus
Marasmus merupakan bentuk malnutrisi  protein kalori, terutama
akibat kekurangan kalori berat dan kronis, paling sering terjadi selama tahun
pertama kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan serta atrofi lemak subkutan
dan otot.
2) Kwashiorkor
Kwashiorkor merupakan bentuk malnutrisi protein-energi yang
disebabkan defisiesi protein yang berat, asupan kalori biasanya juga
mengalami defisiensi. Gejala meliputi retardasi pertumbuhan, perubahan
pigmen rambut dan kulit, edema, defisiensi imun dan perubahan patologis
pada hati.
3) Marasmic – Kwashiorkor
Marasmic – Kwashiorkor merupakan suatu keadaan defisiensi kalori
dan protein, disertai penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak
subkutan, dan biasanya dehidrasi.

2. Etiologi Malnutrisi Pada Anak


a. Marasmus
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1) Pemasukan kalori yang tidak cukup. Marasmus terjadi akibat masukan
kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang
dianjurkan akibat dari ketidak tahuan orang tua si anak.
2) Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai
hubungan orang tua-anak terganggu.
3) Kelainan metabolik. Misalnya: renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia,galactosemia, lactose intolerance.
4) Malformasi kongenital. Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia,
stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas.

b. Kwashiorkor
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan kwashiorkor antara lain :
1) Pola makan Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan
anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan
mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung
protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang
tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju,
tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu
mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi
kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI kemakanan pengganti
ASI.
2) Faktor sosial. Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil ataupun adanya pantangan
untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun-turun
dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3) Faktor ekonomi. Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi
anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya
4) Faktor infeksi dan penyakit lain. Telah lama diketahui bahwa adanya
interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP,walaupun dalam derajat
ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadapinfeksi.
c. Marasmus – Kwashiorkor
Penyebab marasmus – kwashiorkor dapat dibagi menjadi dua penyebab yaitu
malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan
kurang gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak
adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan
yang meningkat, menurunnya absorbsi dan/atau peningkatankehilangan
protein maupun energi dari tubuh.
3. Patofisiologi Malnutrisi Pada Anak
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak
faktor. Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh
sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor
diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan
tubuh untuk mem-pergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan
tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah
dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di
ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber
energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak ada lagi
cadangan makanan untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan
mengalami defisiensi nutrisi yang sangat berlebihan dan akan mengakibatkan
kematian.
4. Faktor Resiko Malnutrisi Pada Anak
Faktor risiko gizi buruk antara lain :
1) Asupan makanan
Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat
makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan balita adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral.
2) Status sosial ekonomi
Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial
ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi
keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga
tersebut.Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial
ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena
ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.
3) Pendidikan ibu
Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan
dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam
masalah kurang gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan
adalah pendidikan yang rendah.
4) Penyakit penyerta
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap
penyakit. Penyakit tersebut adalah:
a. Diare persisten
b. Tuberkulosis
c. HIV AIDS
5) Pengetahuan ibu
Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan
keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan
keanekaragamanmakanan yang berkurang. Selain itu, gangguan gizi juga
disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi
dalam kehidupan sehari-hari.
6) Berat Badan Lahir Rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu)jam setelah lahir.
7) Kelengkapan imunisasi
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap
suatu antigen yang dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi
sendiri sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga
kadar antibodi dalam tubuh meningkat.
8) ASI
Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif
kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima
ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia periode1997-2003 yang cukup memprihatinkan yaitu
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah.Sebanyak 86%
bayi mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat, atau campuran
antara ASI dan susu formula.
5. Klasifikasi Malnutrisi Pada Anak
Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan kwashiorkor.
a. Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih
kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :
- Intake kalori yang sedikit.
- Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
- Kelainan struktur bawaan.
- Prematuritas dan penyakit pada masa neonates.
- Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
- Gangguan metabolisme.
- Tumor hipotalamus.
- Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.
- Urbanisasi.
b. Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam
jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori.
Penyebabnya adalah :
- Intake protein yang buruk.
- Infeksi suatu penyakit.
- Masalah penyapihan.
6. Penatalaksaan Malnutrisi Pada Anak
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi
kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan.
Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi
penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang
mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat
perawatan di rumah sakit.
Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap:
1) Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamat-kan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis
dengan pemberian cairan intravena.
a. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat
Dextrose 5%.
b. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari.
c. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
d. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2) Tahap kedua yaitu penyesuaian.
Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit,
sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian
makanan.
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi
anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi
volume darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan
dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah
semua sumber kalori lain telah dapat memberikan tambahan energi. Vitamin dan
mineral dapat juga diberikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Malnutrisi merupakan suatu keadaan di mana tubuh
mengalami gangguan terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk
pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.
Penyebab Malnutrisi secara langsung ialah karena kurangnya asupan
makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya
jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan
cara pemberian makanan yang salah. Serta karena adanya penyakit infeksi. Sedangkan
penyebab yang tidak langsung ialah kurangnya ketahanan pangan keluarga, kualitas
perawatan ibu dan anak, sanitasi lingkungan yang kurang, buruknya pelayanan
Kesehatan
Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi
penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang
mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat
perawatan di rumah sakit.
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi
anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume
darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam
bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua
sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral
dapat juga diberikan.
B. Saran
Pemenuhan akan kebutuhan gizi dalam tubuh merupakan salah satu cara
meminimalisir terjadinya Malnutrisi. Cara itu dapat dilakukan dengan cara
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berpedoman pada 10 gizi seimbang.

DAFTAR PUSTAKA
https://cahyaningsih985.blogspot.com/2014/10/makalah-malnutrisi.html
https://kurniakhairunisa030493.blogspot.com/2013/12/malnutrisi.html
https://bidanendahmustika.blogspot.com/2014/09/makalah-malnutrisi.html

Anda mungkin juga menyukai