Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis

1. Definisi

Depkes (2003, dalam Sulistiyawati, 2011) menjelaskan bahwa

gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kurang

asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama

dan disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung.Menurut Depkes

(2009) gizi buruk adalah kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan

indeks berat badan menurut tinggi bada (BB/TB) < -3 SD dengan atau

tanpa gejala klinis marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.

Lebih lanjut, Depkes (2011) menyatakan bahwa gizi buruk

menggambarkan keadaan gizi anak yang ditandai dengan satu atau lebih

tanda berikut yaitu sangat kurus, edema (minimal pada kedua punggung

kaki), BB/PB atau BB/TB < -3 SD, LLA < 11.5 cm untuk anak usia 6-59

bulan.

Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan

oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran.2 Gizi buruk adalah kondisi

seseorang yang nutrisinya di bawah rata-rata. 21 Hal ini merupakansuatu

bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. 2 Balita

disebut gizi buruk apabilaindeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3

SD. 3Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan dengan

adanya busung lapar.

1
Gizi merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-

hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013).

2. Etiologi

Menurut Marimbi, 2010 berbagai faktor yang secara tidak

langsngmendorong terjadinya ganggan gizi pada anak balita antara lain

sebagaiberikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.

c. Adanya kebiasan atau pantangan yang merugikan.

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat.

f. Social ekonomi

g. Penyakit infeksi

h. Angka gizi yang tidak seimbang

i. Kekurangan energy protein dan kalori

3. Manifestasi Klinik

Tanda-tanda gizi kurang secara garis besar dapat dibedakan menjadi

marasmus, kwasikor, marasmus kwasiokor.

a. Marasmus

Merupakan penyakit yang di sebabkan karena

defisiensikalori( energi ) yang berlangsung lama.

Tanda dan gejalanya:

 Anak sangat kurus ( terlihat kulit dan tulang ).

2
 Berat badan mencapai sekitar 60 % dari berat badan idealmenurut

umur.

 Kulit muka berkerut seperti orang tua.

 Kulit daerah pantat berlipat.

 Anak apatis dan pasif.

2) Kwasiokor.

Merupakan penyakit defisiensi protein yang berlangsungcukup lama.

Tanda dan gejalanya:

 Anak apatis.

 Rambut kepala halus dan jarang, berwarna kusam, dan rambutmudah

dicabut.

 Jika lipatan kulit di tarik masih terasa ada jaringan lemaksedikit.

 Muka sembab.

3) Marasmus kwasiokor.

Merupakan penyakit defisiensi energi dan protein yangberlangsung

lama.Tanda dan gejala gabungan antara marasmus dan kwasiokor

( Sodikin, 2013 ).

D. Patofisiologi

1. Marasmus

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh

akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam

keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk

mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.

Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak

3
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,

karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai

bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat

sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.

Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan

menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di

hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam

lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak

dan keton bodies sebagai sumber energy. Jika kekurangan makanan ini

berjalan menahun, tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai

memecah protein lagi seteah kirakira kehilangan separuh dari tubuh.

2. Kwashiorkor

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan

yang sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh

jumlah kalori dalam dietnya.Kelainan yang mencolok adalah gangguan

metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan

hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan

berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis

dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH, maka produksi

insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang

jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin

berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya

produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan

hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga

4
transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya

penimbunan lemak di hati.

a. Penata laksanaan/Pencegahan/Pengobatan

b. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering

kepadaanak sesuai kebutuhan dan petunjuk cara pemberian makanan

dari rumahsakit/dokter/puskesmas.

c. Bila balita dirawat, perhatikan makanan yang diberikan lalu, teruskan

dirumah

d. Berikan hanya ASI, bila bayi berumur kurang dari 4 bulan.

e. Usahakan disapih setelah berumur 2 tahun

f. Berikan makanan pendamping ASI (bubur, buah-buahan, biskuit,

dsb.) bagibayi di atas 4 bulan dan berikan bertahap sesuai umur.

g. Pengobatan awal (terutama: untuk mengatasi keadaan yang

mengancam jiwa)

h. Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi,

danpemulihan ketidakseimbangan elektrolit

i. Pencegahan (jika ada) ancaman atau perkembangan renjatan septik

j. Pengobatan infeksi

k. Pemberian makanan

l. Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain seperti kekurangan

vitamin,anemia berat, dan payah jantung

m. Rehabilitasi (terutama: untuk memulihkan keadaan gizi.

5
3. Konsep Keperawatan

a. Pengkajian Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan buku diagnosis keperawatan NANDA (2012) dan

Carpenito (2008), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan pada

balita dengan gizi buruk yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, kurang pengetahuan keluarga, dan risiko infeksi.

Bila anak dirawat di rumah sakit dan dilakukan tindakan

invasif serta telah terpapar penyakit infeksi seperti diare dan

tuberculosis, diagnosis tambahan yang dapat ditegakkan yaitu risiko

penyebaran infeksi, kekurangan volume cairan, atau risiko kekurangan

volume cairan.Tidak semua diagnosis tersebut terdapat dalam satu

pasien dan pada setiap pasien diagnosis yang ada dapat berbeda

tergantung dari penyakit penyerta dan kondisi pasien tersebut.

6
BAB II

ASKEP ANAK

A. Data Umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1. Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,umur,
pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian pendidikandiketahui bahwa
pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalammengatur pola makan
dan pentingnya asupan gizi bagi balita.Sedangkan pekerjaan yang terlalu
sibuk bagi orang tuamengakibatkan perhatian orang tua terhadap tumbuh
kembang anaktidak ada.
2. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala ataumasalah-
masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yangmengalami gizi
kurang (Padila, 2012).Biasanya keluarga yangmempunyai balita dengan
gizi kurang mempunyai jumlah anggotakeluarga yang banyak sehingga
kebutuhan nutrisi anak tidakterpenuhi.
3. Suku bangsa
Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan(Sutanto, 2012).Biasanya keluarga dengan gizi kurang
mempunyaibudaya tidak terlalu memperhatikan menu makan balita,
yangterpenting balita sudah mendapatkan makanan.
4. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baikdari
kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya.Padapengkajian
status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat statussosial ekonomi
berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.Dampak dari
ketidakmampuan keluarga membuat seseorang tidakbisa mencukupi
kebutuhan nutrisi keluarga (Padila, 2012).Biasanya keluarga dengan gizi
kurang mempunyai perekonomianyang rendah karena keluarga tidak
mampu mencukupi semuakebutuhan balita.

7
B. Riwayat Kesehatan Saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti (Gusti, 2013).Biasanya keluarga dengan gizi kurang berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah.
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala-kendala yang dialami (Padila 2012).Biasanya
keluarga belum mampu memenuhi semua kebutuhan anak karena
keterbatasan penghasilan yang diperoleh.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga inti, upaya
pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit, serta
pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada (Gusti, 2013).Biasanya keluarga
dengan gizi kurang tidak memantau tumbuh kembang anak ke tenaga
kesehatan.
E. Riwayat Psikologis Spiritual
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang di gunakan pada pemeriksaan fisik head to toe untuk pemeriksaan
fisik untuk gizi kurang adalah sebagai berikut
a. Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara
bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda - tanda vital. Bisanya
balita mempunyai BB rendah.
b. Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah. Biasanya balita yang mengalami gizi kurang mempunyai
warna rambut yang kecoklatan, pucat dan anemia.
c. Sistem Integumen Biasnya balita mempunyai turgor kulit menurun,
kulit tampak kering dan kasar, kelembaban dan suhu kulit meningkat,
tekstur rambut dan kuku juga kasar.

8
d. Sistem Pernafasan Pernafasan balita masih dalam rentang normal
karena balita belum jatuh pada gizi buruk.
e. Sistem Kardiovaskuler Perfusi jaringan balita menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, dan disritmia,
pemeriksaan CRT.
f. Sistem Gastrointestinal Bising usus pada balita yang mengalami gizi
kurang terdengar jelas, frekuensi > 20 kali/menit, mual, muntah, diare,
konstipasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen.
g. Sistem Urinary Sistem perkemihan pada klien gizi kurang tidak
mengalami gangguan.
h. Sistem Muskuluskletal Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri.
i. Sistem Neurologis Pada balita gizi kurang terjadi penurunan sensoris,
penurunan kesadaran, reflek lambat, kacau mental dan disorientasi.
F. Patofisiologi Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan
keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem,
etiologi dan simpton) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah
dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima
tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah (Padila, 2012).
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa
keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), risiko
(ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (wellness) (Padila, 2012).
Diagnosa keperawatan keluarga dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Diagnosa keperawatan keluarga : aktual
2. Diagnosa keperawatan keluarga : resiko
3. Diagnosa keperawatan keluarga : sejahtera (potensial)
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan gizi kurang
menurut problem (NANDA, 2015-2017) dan etiologi (Friedman, 2010) adalah :

9
1. Ketidakseimbangan nurtrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
kekurangan nutrisi.
2. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam melakukan stimulasi pada balita.
3. Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengatasi masalah gizi kurang

10
DAFTAR PUSTAKA

Sodikin, 2013.Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan.Jakarta: EGC.


Departemen Kesehatan RI. (2009). Buku saku gizi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2011). Pedoman pelayanan gizi buruk. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan. (2011). Bagan tatalaksana anak gizi buruk: Buku 1.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dinkes DKI. (2011). Pelayanan perawatan gizi buruk melalui pusat pemulihan
gizi / theurapetic feeding center (TFC) di puskesmas di Provinsi DKI
Jakarta.
Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi danImunisasi Dasar Pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai