Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KWASHIORKOR

DI RUANG ASTER RUMAH SAKIT DAERAH


dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh
NAMA : Siti Nurhasanah S.Kep.
NIM : 132311101158

PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN GIZI BURUK

1. Kasus
Gizi Buruk
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Definisi
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan
setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan
diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap
melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh. Menurut Depkes
(2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal
dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori
dan indikator yang digunakan.
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat
berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau
menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat
kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis
menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor
(Supriyatno Edi, 2012)
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di
bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor),
karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan
kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak
balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya
perut (busung lapar). Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu
istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan
dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat
diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia
minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai
dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi
kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar
disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar
dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk
kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku
yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan
di Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for
Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status
gizi dibagi menjadi empat :
a. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
b. Gizi baik untuk well nourished.
c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan
moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition)/ disebut juga Protien
Energi Malnutrisi (PEM) atau (MEP) Malnutrisi Energi dan
Protein.
d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-
kwasiorkor dan kwashiorkor :
1) Marasmus yaitu keadaan kurang kalori.
2) Kwarshiorkor ialah defisiensi protein yang disertai
defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi
masa disapih dan anak prasekolah (balita).
3) Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara
marasmus dan kwashiorkor.
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan
terhadap umur anak sebagai berikut:
a) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP
ringan).
b) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP
berat).
c) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat).
d) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor
(MEP berat).

B. Klasifikasi
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor,
dan marasmus-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada
ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1) Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut),
tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (Kelihatan tulang di
bawah kulit), rambut mudah rontok dan kemerahan, gangguan
kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan
sebagainnya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis
meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut
adalah gejala pada marasmus (Depkes RI, 2000):
a) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian
besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus
kulit
b) Wajah seperti orang tua
c) Iga gambang dan perut cekung
d) Otot paha mengendor (baggy pant)
e) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih
terasa lapar
2) Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger
baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping
kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama
dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau
edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
a) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung
dan mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang
lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c) Wajah membulat dan sembab
d) Pandangan mata anak sayu
e) Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah
dapat diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan
yang licin dan pinggir yang tajam.
f) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang
meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas
3) Marasmik-Kwashiorkor
Adapun marasmik-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari
beberapa gejala klinis Kwarshiorkor dan marasmus disertai edema
yang mencolok.

C. Etiologi
1. Agen
a. Makanan tidak seimbang
b. Penyakit infeksi yang mungkin di derita anak.
c. Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
d. Pola pengasuhan anak yang tidak memadai
e. Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
f. Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memad
2. Host
a. Berat Badan Lahir Anak Balita
b. Status Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak
balita yang disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit,
artinya anak balita yang telah memperoleh imunisasi yang
lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah memiliki
kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada kuman yang
masuk ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk
antibodi terhadap kuman tersebut.
c. Status ASI Eksklusif
ASI mengandung gizi yang cukup lengkap untuk kekebalan
tubuh bayi. Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem
pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda
dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan
secara dini kepada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus
bayi sehingga dapat menyebabkan susah buang air besar pada
bayi. Proses pembuatan susu formula yang tidak steril
menyebabkan bayi rentan terkena diare. Hal ini akan menjadi
pemicu terjadinya kurnag gizi pada anak.
d. Pemberian Kolostrum
e. Tingkat pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu
unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena
dengan tingkat pendidkan yang lebih tingggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik.
e. Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat
mengatasi masalah yang timbul akibat konsumsi gizi. Wanita
khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap
konsumsi makanan bagi keluarga, ibu harus memiliki
pengetahuan tentang gizi baik melalui pendidikan formal
maupun informal.
f. Pekerjaan Ibu
Meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi
waktu untuk tugas-tugas pemeliharaan anak, kurang pemberian
ASI.
g. Jumlah Anak dalam Keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi,
sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan
keluarga terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih
mudah memenuhi makanannya jika yang harus diberi makan
jumlahnya sedikit. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu
keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi
diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil
biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan.
h. Penyakit Infeksi
Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan
dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi.
Penyakit infeksi pada anak-anak yaitu Kwashiorkor atau
Marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat berat.
Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan
makanan melalui muntah-muntah dan diare.
3. Environment (Lingkungan)
a. Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air
bersih dan kebersihan lingkungan.
b. Tidak cukupnya persediaan pangan di keluarga (household
food insecurity).

D. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah
kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan
metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan
hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan
berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis
dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka
produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum
yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot.
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein,
sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat
terjadinya penimbunan lemak di hati.

E. Tanda dan Gejala


1. Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah
terangsang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
2. Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan
tinggi badan lebih rendah dibandingkan dengan BB baku.
Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar bila
dijumpai edema anasarka.
3. Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat
ringan maupun berat. Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi
pada alat dalam, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan
pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
4. Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan
subkutan tipis dan lembek.
5. Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare.
Diare terdapat pada sebagian besar penderita, yang selain
infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas,
atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.
6. Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah
dicabut. Pada taho lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus,
dan berwarna pucat atau putih, juga dikenal signo de bandero.

F. Komplikasi
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan
vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan
mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang
terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa
terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang
sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati,
pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang
disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat.
Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala,
mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi
adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon
pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid
menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian (Sadewa,
2008).
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita
KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada
KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian
ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis,
radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung
mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering
mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah
terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi
yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).
1) Perubahan Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting,
dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak
pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil
peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya.
Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak,
sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif
dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang
relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu.
Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :
a) Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang
akut, maupun kronis, tumbuh kembang dan kesehatan
b) Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan
penyakit
c) Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu
diberikan.
2) Penilaian status gizi secara Antropometri
Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung
dan penilaian secara tidak langsung. Adapun penilaian secara
langsung dibagi menjadi empat penilaian adalah antropometri,
klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi
secara tidak langsung terbagi atas tiga adalah survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
G. Pemeriksaan Penunjang
Antropometri, Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
(Supariasa, 2002). Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
a) Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Merupakan pengukuran antropometri yang sering digunakan
sebagai indikator dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi
terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh
(otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi,
kurang nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang.
Berat badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current
Nutritional Status)
b) Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa
lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi (Beaton
dan Bengoa (1973) dalam.
c) Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu (Supariasa,dkk 2002).
d) Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidaknormalan.
Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada
kelainan pada tulang dan organ tubuh lain Memeriksa penyakit
atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk.

H. Penatalaksanaan
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah
fase stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan
harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase.
Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus
maupun marasmik-kwarshiorkor.
1) Tahap Penyesuaian (Stabilisasi)
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima
makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi
protein (TETP). Tahap penyesuaian ini dapat berlangsung singkat,
adalah selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung pada
kemampuan pasien untuk menerima dan mencerna makanan. Jika
berat badan pasien kurang dari 7 kg, makanan yang diberikan
berupa makanan bayi. Makanan utama adalah formula yang
dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2%
tepung. Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan
makanan lembek. Bila ada, berikan ASI. Jika berat badan pasien 7
kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk anak di
atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair,
kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
b. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
c. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara
bertahap dengan keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing
tahap selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi ditambahkan
5% glukosa, dan
d. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali
sehari tiap 2-3 jam. Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi,
perlu diberi tambahan makanan lewat pipa (per-sonde) (RSCM,
2003).
2) Tahap Penyembuhan (Transisi)
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah
baik, secara berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan
hingga konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5
gram protein/kg berat badan sehari.
3) Tahap Lanjutan (Rehabilitasi)
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan
memperoleh makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP.
Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan kesehatan dan
gizi, khususnya tentang mengatur makanan, memilih bahan
makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya.
Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah :
a. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat
tanda-tanda hipoglikemia.
b. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.
c. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler
bila terdapat hipomagnesimia.
d. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000
SI peroral atau 100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat
xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis total 50.000
SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
e. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-
oral. Zat besi (Fe) dan asam folat diberikan bila terdapat
anemia yang biasanya menyertai KKP berat.
I. Pencegahan
Pencegahan Malnutrisi antara lain: mempertahankan status gizi
anak seoptimal mungkin, menurunkan resiko timbulnya penyakit infeksi
dan memperbaiki diit anak malnutrisi, meminimalkan akibat penyakit
infeksi pada anak, merehabilitasi anak-anak yang menderita KEP fase dini
(malnutrisi ringan). Operasional dari kebijaksanaan pencegahan
Malnutrisi tersebut antara lain:
1) Program promosi ASI
2) Program peningkatan kualitas makanan dengan bahan-bahan
lokal. Ibu hamil dan ibu menyusui diharapkan untuk
meningkatkan kebutuhan zat-zat gizinya antara lain dengan :
pemberian tablet besi, pemberian dan perbaikan makanan ibu
hamil, program peningkatan makanan keluarga, misalnya:
penyuluhan tentang proses pemasakan daging yang direbus
tidak terlalu lama, sebab akan menurunkan lemak serta vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K).
3) Program imunisasi, perbaikan sanitasi lingkungan.
4) Deteksi dini dan pengobatan semua penyakit infeksi serta
program oral dan internal pada dehidrasi karena diare
5) Meningkatkan hasil produksi pertanian
6) Penyediaan makanan formula yg mengandung tinggi protein
dan tinggi energi utk anak-anak yg disapih
7) Memperbaiki infrastruktur pemasaran
8) Subsidi harga bahan makanan
9) Pemberian makanan suplementer
10) Pendidikan gizi
11) Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan
A. PATHWAY
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas
Terjadi bada bayi dibawah 5 tahun
b. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan diare
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang bayi biasanya diare lebih dari 3 hari,
rewel, terjadi penurunan berat badan dan mata cowong
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengakji apakah terdapat keluaraga yang memiliki riwayat penyakit
TB
e. Pemeriksaan Fisik
1. B1 terdapat tanda-tanda gangguan sistem pernafasan seperti batuk,
sesak, ronchi dan retraksi otot intercosta
2. B2 gusi bengkak dan berdarah serta hipotensi kadang juga terdapat
hipotermi, edema tungkai dan anemia
3. B3 terkadang terjadi penurunan kesadaran
4. B4 biasanya tidak terdapat gangguan
5. B5 Penurunan berat badan, membran mukosa kering, mual dan
muntah, Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus
dapat meningkat bila terjadi diare
6. B6 kulit yang kering dan bersisik, tulang yang mudah patah dan
kelemahan otot
f. Penurunan ukuran antropometri
g. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut)
h. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
i. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan
(bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
j. Pertumbuhan dan perkembangan
Terjadi keterlambatan pertumbuhan dan lambatnya kemampuan
kognitif pada balita
k. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin
serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi,
dehidrasi
3) Resikoinfeksiberhubungandenganmalnutrisi
4) Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan malnutrisi
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi
3. Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGOSA RASIONAL
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX KEPERAWATAN
1 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Nutritional Status : Nutrition Management  Alergi dapat
kebutuhan tubuh b/d  Nutritional Status : memperberat
intake nutrisi tidak food and FluidIntake  Kaji adanya alergi makanan penyakit
adekuat  Nutritional Status :  Kolaborasi dengan ahli gizi  Jumlah kalori yang
nutrient Intake untuk menentukan jumlah kalori dibutuhkan tubuh
 Weight control dan nutrisi yang dibutuhkan untuk memper cepat
pasien. penyembuhan
Kriteria Hasil :  Berikan substansi gula  Gula mengandung
 Adanya peningkatan  Berikan makanan yang terpilih ( glukosa yang akan
berat badan sesuai sudah dikonsultasikan dengan dipecah menjadi ATP
dengan tujuan ahli gizi)  Hati hati diet yang
 Beratbadan ideal sesuai  Ajarkan pasien bagaimana menimbulkan
dengan tinggi badan membuat catatan makanan konstipasi
 Mampumengidentifikas harian.  Makanan yang
i kebutuhan nutrisi  Monitor jumlah nutrisi dan terpilih dapat
 Tidk ada tanda tanda kandungan kalori meningkatkan status
malnutrisi
 Berikan informasi tentang gizi
 Menunjukkan  Catatan harian dapat
kebutuhan nutrisi
peningkatan fungsi mempermudah
pengecapan dari  Kaji kemampuan pasien untuk keluarga memberikan
menelan mendapatkan nutrisi yang nutrisi
 Tidak terjadi penurunan dibutuhkan  Jumlah nutrisi
berat badan yang  Kaji keadekuatan asupan nutrisi menentukan
berarti (misainya kalori, zat gizi) keparahan gizi buruk
 Tentukan makanan yang disukai  Kemampuan pasien
anak menentukan jumlah
 Pantau kecenderungan kenaikan nutrisi yang masuk
dan penurunan berat badan

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat
badan  Berat badan
 Monitor tipe dan jumlah merupakan salah satu
aktivitas yang biasa dilakukan indikator status gizi
 Monitor interaksi anak atau  Penurunann berat
orangtua selama makan badan yang
 Monitor lingkungan selama signifikan dapat
makan menurunkan status
 Jadwalkan pengobatan dan gizi
tindakan tidak selama jam  Aktivitas yang
makan berlebihan dapat
 Monitor kulit kering dan mengakibatkan
perubahan pigmentasi kelelahan
 Monitor kekeringan, rambut  Intake harus
kusam, dan mudah patah seimbang dengan
output
 Monitor mual dan muntah  Ingkungan dapat
 Monitor kadar albumin, total mendukung nafsu
protein, Hb, dan kadar Ht makan
 Monitor makanan kesukaan  Jangan sampai
 Monitor pucat, kemerahan, dan pengobatan
kekeringan jaringan konjungtiva menganggu pola
 Monitor kalori dan intake makan
nuntrisi  awasi tanda-tanda
 Catat adanya edema, hiperemik, dehidrasi
hipertonik papila lidah dan  turgor kulit biasanya
cavitas oral. keriput
 Lakukan pemasangan NGT bila  rambut kering
perlu menandakan
kekurangan gizi
 peningkatan albumin
dapat menimbulkan
odem
 makanan kesukan
dapat meningkatkan
nafsu makan
 kalori dan intake
harus seimbang
 edema merupakan
salah satu tanda gizi
buruk
2 Kerusakan NOC : NIC : Pressure Management
integritas kulit  Tissue Integrity :
berhubungan Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk  pakaian yang longgar
dengan perubahan Membranes menggunakan pakaian yang untuk mengurangi
nutrisi longgar tekanan pada kulit
Kriteria Hasil :  Hindari kerutan padaa tempat  untuk mencegah
 Integritas kulit yang tidur terjadinya luka
baik bisa  Jaga kebersihan kulit agar tetap  kulit bersih dapat
dipertahankan bersih dan kering mengurangi kejadian
(sensasi, elastisitas,  Mobilisasi pasien (ubah posisi luka
temperatur, hidrasi, pasien) setiap dua jam sekali  mencegah dikubitus
pigmentasi)  Monitor kulit akan adanya  kemerahan salah satu
 Tidak ada luka/lesi kemerahan tanda infeksi
pada kulit  Oleskan lotion atau  lotion dapat
 Perfusi jaringan baik minyak/baby oil pada derah melembabkan kulit
 Menunjukkan yang tertekan  aktivitas dan
pemahaman dalam
 Monitor aktivitas dan mobilisasi mobilisasi sangat
proses perbaikan kulit pasien berresiko terhadap
dan mencegah
 Monitor status nutrisi pasien integritas kulit
terjadinya sedera
 Memandikan pasien dengan  status nutrisi kurang
berulang
sabun dan air hangat dapat mempengaruhi
 Mampu melindungi
keadaan kulit
kulit dan
 menjaga agar kulit
mempertahankan
tetap bersih
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3 Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
dengan malnutrisi  Knowledge : Infection
control  Bersihkanlingkungansetelahdipa
 Risk control kaipasienlain  Mencegah terjadinya
 Pertahankanteknikisolasi infeksi
Kriteria Hasil :  Batasipengunjung bila perlu  Untuk menjaga agar
 Klien bebas dari tanda  Instruksikanpadapengunjungunt tidak menular atau
dan gejala infeksi ukmencucitangansaatberkunjung terkontaminasi
 Menunjukkan dan  Untuk mengurangi
kemampuan untuk setelahberkunjungmeninggalkan resiko infeksi yang
mencegah timbulnya pasien dapat di timbulkan
infeksi  Gunakan sabun antimikrobia  Mencui tangan dapat
 Jumlah leukosit dalam untuk cuci tangan menghilangkan
batas normal  Cuci tangan setiap sebelum dan kuman penyakit
 Menunjukkan perilaku sesudah tindakan kperawtan  Sabun dapat
hidup sehat
 Pertahankan lingkungan aseptik digunakan sebagai
selama pemasangan alat pembunuh keman
 Ganti letak IV perifer dan line  Menjaga agar tetap
central dan dressing sesuai bersih
dengan petunjuk umum  Untuk melindungi
 Gunakan kateter intermiten diri dari penyakit
untuk menurunkan infeksi  Lingkungan yang
kandung kencing aseptik dapat
 Tingktkan intake nutrisi mengurangi riisko
 Berikan terapi antibiotik bila infeski
perlu
Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)  Meminimalkan
 Monitor tanda dan gejala infeksi kuman penyakit
sistemik dan lokal masuk
 Monitor hitung granulosit, WBC  Menjaga agar infeksi
 Monitor kerentanan terhadap tidak semakin parah
infeksi  Nutrisi yang adekuat
 Batasi pengunjung dapat mengurangi
 Saring pengunjung terhadap infeksi
penyakit menular  Anibiotik dapat
 Partahankan teknik aspesis pada membunuh kuman
pasien yang beresiko penyakit
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Dorong istirahat  Menjaga agar infeksi
 Ajarkan pasien dan keluarga tidak semakin parah
tanda dan gejala infeksi  Peningkatan WBC
 Ajarkan cara menghindari menandakan terdapat
infeksi infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi  Menjaga agar infeksi
 Laporkan kultur positif tidak bertambah
parah
 Mencegah tertularnya
penyakit pada atau
dari pasien
 Untuk menjaga agar
tidak infeksi
 Untuk pengendalian
infeksi
4 Risiko NOC NIC
keterlambatan
perkembangan  Growth and Peningkatanperkembangananakdanre
berhubungan Development, maja
dengan malnutrisi Delayed
 Kajifaktorpenyebabgangguanper
KriteriaHasil : kembangananak  Untuk mengetahui
penyebabnya
 Indentifikasidangunakansumber
 Anakberfungsi  Edukasi dapat
pendidikanuntukmemfasilitasip
optimal meningkatkan
erkembangananak yang optimal
sesuaitingkatannya pengetahuan
 Berikanperawatan yang
 Keluargadananakmam  Salah satu tahap
konsisten
pumenggunakankopin perkembangan
 Tingkatkankomunikasi verbal
gterhadaptantanganka
danstimulsitaktil  Untuk memberikan
renaadanyaketidakma stimulus pada pasien
mpuan  Berikaninstruksiberulangdansed
 Untuk memberikan rasa
 Keluargamampumend erhana
percaya diri
apatkansumber-  Berikan reinforcement
positifatashasil yang  Perawatan diri secara
sumbersaranakomuni mandiri dapat menjadi
tas dicapaianak
tolak ukur pertumbuhan
 Kematanganfisik :  Doronganakmelakukanperawata
dan perkembangan
wanita : nsendiri
perubahanfisik  Manajemenperilakuanak yang
normal padawanita sulit
yang  Doronganakmelakukansosialisas
terjadidengantransisi idengankelompok
danmasakanak-  Ciptakanlingkungan yang aman
kanakkedewasa
 Kematanganfisik :
priaperubahanfisik
normal padawanita
yang
terjadidengantransisi
darimasakanak-
kanakkedewasa
 Status nutrisiseimbang
 Beratbadan

5 Kurang NOC NIC


pengetahuan
berhubungan  Knowledge : Disease Teaching : Disease Proses
dengan kurang Process
informasi tentang  Knowledge : Health  Berikanpenilaiantentangtingkat  Mencegah terjadinya
kondisi, prognosi pengetahuanpasiententang infeksi
Hehavior
dan kebutuhan proses penyakit yang spesifik  Untuk menjaga agar
nutrisi tidak menular atau
KriteriaHasil :  Jelaskanpatofisiologidaripenyak
terkontaminasi
itdanbagaimanahaliniberhubung
 Pasiendankeluargame  Untuk mengurangi
andengananatomidanfisiologi, resiko infeksi yang
nyatakanpemahamant
dengancara yang tepat. dapat di timbulkan
entangpenyakit,
 Gambarkantandadangejala yang  Mencui tangan dapat
kondisi, prognosis,
biasamunculpadapenyakit, menghilangkan
dan program dengancara yang tepat kuman penyakit
pengobatan  Identifikasikemungkinanpenyeb  Sabun dapat
 Pasiendankeluargama ab, dengancara yang tepat digunakan sebagai
pembunuh keman
mpumelaksakanprose  Sediakaninformasipadapasiente
dur yang ntangkondisi, dengancara yang
dijelaskansecarabenar tepat
 Pasiendankeluargama  Hindarijaminan yang kosong
mpumenjelaskankem  Sediakanbagikeluargaatau SO
baliapa yang informasitentangkemajuanpasie
dijelaskanperawat/tim ndengancara yang tepat
kesehatanlainnya  Diskusikanperubahangayahidup
yang
mungkindiperlukanuntukmence
gahkomplikasidimasa yang
akandatangdanata proses
pengontrolanpenyakit
 Diskusikanpilihanterapiataupen
anganan
 Dukungpasienuntukmengeksplo
rasiataumendapatkan second
opinion dengancara yang
tepatataudiindikasikan
 Rujukpasienpadagrupatauagensi
di komunitas local, dengancara
yang tepat
 Intruksikanpasienmengenaltand
adangejalauntukmelaporkanpad
apemberiperawatankesehatan,
dengancara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L. keperawatan pediatric.2002. Jakarta : EGC


Depkes. 2002. Kurang Gizi. Portal Kesehatan Online.D iakses tanggal 26
Agustus 2018
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi
Vol.5/XVII/ November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip – Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Cetakan Ke-2. Jakarta: Rineka Cipta
Ngastiyah, 2000. Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,1995, Jakarta : EGC
Supriyatno, Edi. 2003. Gizi Balita. Bandung: Pustaka Ilmu
Krisnansari, Diah. 2010. Malnutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health Volume1.
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai