1. Kasus
Hipoglikemia
Pada bayi baru lahir yang mempunyai risiko hipoglikemia, kadar glukosa
darahnya dipantau secara rutin, terlepas dari pemberian, macam dan cara minum
apapun yang didapatkan. Terdapat 3 kategori bayi yang berisiko hipoglikemia:
1. Pemakaian glukosa yang berlebihan, termasuk kondisi hiperinsulinemia
2. Produksi dan cadangan glukosa yang tidak memadai
3. Peningkatan pemakaian glukosa dan penurunan produksi
B. Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia:
1. Bayi dari ibu dengan diabetes
Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol memiliki kadar glukosa darah
yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga merangsang
pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah tiba-
tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin
masih tinggi, sehingga terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah
dengan mengontrol kadar glukosa darah pada ibu hamil.
2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK)
Bayi BMK biasanya lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang
abnormal.
3. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Selama dalam kandungan, bayi sudah mengalami kekurangan gizi,
sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen, dan kadang
persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan
metabolisme lebih besar sehingga menggunakan glukosa lebih banyak
daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa kehamilan (SMK),
dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK bugar, bayi mungkin
tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian. Bayi KMK perlu
diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia, sehingga
memerlukan pemberian suplementasi dan kadang memerlukan cairan
intravena sambil menunggu ASI ibunya cukup.
4. Bayi kurang bulan
Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada trimester
ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen
ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
5. Bayi lebih bulan
Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang. Asupan
glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan
glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi
mudah mengalami hipoglikemia.
6. Pasca asfiksia
Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali
memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa
hanya menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa
bisa menghasilkan 38 ATP.
7. Polisitemia
Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi
perlambatan aliran darah.
8. Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang
terlambat. Bayi dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah
tidak mencukupi
9. Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya
ibu hamil dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan
metabolisme yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar
dibandingkan bayi lain.
10. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah
Ibu yang mendapatkan pengobatan (terbutalin, propanolol, hipoglikemia
oral), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa intra vena saat persalinan,
dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada bayinya.
C. Etiologi
Berikut adalah etiologi Hipoglikemi menurut Sudarti, 2013:
1) Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan
memiliki cadangan glukosa yang rendah ( yang disimpan dalam bentuk
glikogen).
2) Prematuritas
3) Post-maturitas
4) Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam
kandungan.
5) Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin
tinggi. bayi yang ibunya menderita diabetes sering kali memiliki kadar
insulin yang tinggi karena ibunya memiliki kadar darah yang tinggi,
sejumlah besar guladarah ini melewati plasenta dan sampai ke janin
selama masa kehamilan akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin,
6) Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderita
penyakit hematolotik berat .
7) Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun
dengan cepat pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan,
dimana aliran gula dari plasenta secara tiba-tiba terhenti.
D. Jenis-jenis
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis menurut Sudarti
2013 yakni:
E. Patofisiologi
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana
jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon
insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi
hipoglikemi (Sudarti 2013). Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi
baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya
hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian
hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes
mellitus (Sudarti, 2013). Glukosa merupakan sumber kalori yang penting
untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama
pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang
ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada
asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan (Sudarti, 2013).
G. Komplikasi
Kerusakan otak, koma dan kematian
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar glukosa darah
2) Tes fungsi ginjal
3) Tes fungsi hati
4) C-Peptide
I. Penatalaksanaan
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu
dimonitor dalam 3 hari pertama :
1. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
2. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa
normal dalam 2 kali pemeriksaan
3. Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
4. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan
hipoglikemia selesai
3. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
4. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi
seperti diatas
5. Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
a) Infus D10 diteruskan
b) Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
c) ASI diberikan bila bayi dapat minum
6. Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
a) Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
b) ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan
pelan-pelan
c) Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
Hipertermi
b. Riwayat :
ANC
Perinatal
Post natal
Imunisasi
Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
Pemakaian parenteral nutrition
Sepsis
Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi
Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
Kanker
c. Data fokus
Data Subyektif:
Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
Rasa lapar (bayi sering nangis)
Nyeri kepala
Sering menguap
Irritabel
d. Data obyektif:
Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas
cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak
makan dan koma
Plasma glukosa < 50 gr/%
2) Diagnosa dan Rencana Keperawatan
Sudarti, 2013. Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta: Nusa
Medika