Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN

HIPOGLIKEMIA DI RUANG PERINATOLOGI


RSD dr.SOEBANDI JEMBER

NAMA : Siti Nurhasanah, S.Kep


NIM : 132311101058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus
Hipoglikemia

2. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian

Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar konsentrasi gula menurun


kurang dari 60mg. Kadar gula darah dites melalui tes darah yang
namanya GDS (gula darah sewaktu). Pada bayi baru lahir, bila
mengalami hipoglikemia, akibatnya bisa fatal. Penurunan kadar gula
darah yang serius dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak, bahkan
kematian. Tapi tentunya tidak semua bayi beresiko hipoglikemia (Sudarti,
2013).
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia
pada berbagai kelompok umur anak :

KELOMPOK UMUR GLOKUSE <mg/dl DARAH


PLASMA/SERUM
Bayi/anak <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
Neonatus
* BBLR/KMK <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml
* BCB
0 - 3 hr <30 mg/100 ml <35 mg/100 ml
3 hr <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml

Pada bayi baru lahir yang mempunyai risiko hipoglikemia, kadar glukosa
darahnya dipantau secara rutin, terlepas dari pemberian, macam dan cara minum
apapun yang didapatkan. Terdapat 3 kategori bayi yang berisiko hipoglikemia:
1. Pemakaian glukosa yang berlebihan, termasuk kondisi hiperinsulinemia
2. Produksi dan cadangan glukosa yang tidak memadai
3. Peningkatan pemakaian glukosa dan penurunan produksi
B. Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia:
1. Bayi dari ibu dengan diabetes
Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol memiliki kadar glukosa darah
yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga merangsang
pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah tiba-
tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin
masih tinggi, sehingga terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah
dengan mengontrol kadar glukosa darah pada ibu hamil.
2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK)
Bayi BMK biasanya lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang
abnormal.
3. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Selama dalam kandungan, bayi sudah mengalami kekurangan gizi,
sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen, dan kadang
persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan
metabolisme lebih besar sehingga menggunakan glukosa lebih banyak
daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa kehamilan (SMK),
dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK bugar, bayi mungkin
tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian. Bayi KMK perlu
diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia, sehingga
memerlukan pemberian suplementasi dan kadang memerlukan cairan
intravena sambil menunggu ASI ibunya cukup.
4. Bayi kurang bulan
Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada trimester
ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen
ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
5. Bayi lebih bulan
Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang. Asupan
glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan
glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi
mudah mengalami hipoglikemia.
6. Pasca asfiksia
Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali
memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa
hanya menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa
bisa menghasilkan 38 ATP.
7. Polisitemia
Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi
perlambatan aliran darah.
8. Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang
terlambat. Bayi dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah
tidak mencukupi
9. Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya
ibu hamil dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan
metabolisme yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar
dibandingkan bayi lain.
10. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah
Ibu yang mendapatkan pengobatan (terbutalin, propanolol, hipoglikemia
oral), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa intra vena saat persalinan,
dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada bayinya.

C. Etiologi
Berikut adalah etiologi Hipoglikemi menurut Sudarti, 2013:
1) Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan
memiliki cadangan glukosa yang rendah ( yang disimpan dalam bentuk
glikogen).
2) Prematuritas
3) Post-maturitas
4) Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam
kandungan.
5) Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin
tinggi. bayi yang ibunya menderita diabetes sering kali memiliki kadar
insulin yang tinggi karena ibunya memiliki kadar darah yang tinggi,
sejumlah besar guladarah ini melewati plasenta dan sampai ke janin
selama masa kehamilan akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin,
6) Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderita
penyakit hematolotik berat .
7) Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun
dengan cepat pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan,
dimana aliran gula dari plasenta secara tiba-tiba terhenti.

D. Jenis-jenis
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis menurut Sudarti
2013 yakni:

1. Transisi dini neonatus (early transitional neonatal): ukuran bayi yang


besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi
pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal): tarjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
3. Sekunder (Scondary): sebagai suatu respon stress dari neonatus
sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak
cadangan glikogen.
4. Berulang (Recurrent): disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis,
atau metabolisme insulin terganggu.

E. Patofisiologi
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana
jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon
insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi
hipoglikemi (Sudarti 2013). Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi
baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya
hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian
hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes
mellitus (Sudarti, 2013). Glukosa merupakan sumber kalori yang penting
untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama
pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang
ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada
asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan (Sudarti, 2013).

F. Tanda dan Gejala

Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan


tinggi harus selalu diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada
neonatus dengan faktor risiko :
1. Tremor
2. Sianosis
3. Apatis
4. Kejang
5. Apnea intermitten
6. Tangisan lemah/melengking
7. Letargi
8. Kesulitan minum
9. Gerakan mata berputar/nistagmus
10. Keringat dingin
11. Pucat
12. Hipotermi
13. Refleks hisap kurang
14. Muntah

G. Komplikasi
Kerusakan otak, koma dan kematian

H. Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar glukosa darah
2) Tes fungsi ginjal
3) Tes fungsi hati
4) C-Peptide

I. Penatalaksanaan

a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu
dimonitor dalam 3 hari pertama :
1. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
2. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa
normal dalam 2 kali pemeriksaan
3. Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
4. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan
hipoglikemia selesai

b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :


1. Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
2. Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8
mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt =
25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920
mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D
10% /hari.
Atau cara lain dengan GIR
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih
dari 12,5% digunakan vena sentral.
Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan
dengan GIR.
Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate

GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)


6 x berat (Kg)

Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari


Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam

GIR = 10 x 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min


6 x3 18

3. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
4. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi
seperti diatas
5. Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
a) Infus D10 diteruskan
b) Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
c) ASI diberikan bila bayi dapat minum
6. Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
a) Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
b) ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan
pelan-pelan
c) Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba

c. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala :


1. ASI teruskan
2. Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
3. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila:
a. Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi
b. Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
c. Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal

d. Kadar glukosa normal


1. IV teruskan
2. Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
3. Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
4. Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila
2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.

e. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)


 konsultasi endokrin
 terapi: kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau
prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih
dalam.
 bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin,
glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang
dilakukan)
3. A Pathway

Prematurtas Ibu DM Peny hematolitik insulin

Hipertermi

Risiko infeksi Penurunan daya tahan pemecahan glukosa di


Hipoglikemi Peningkatan suhu tubuh
tubuh hati
Peningkatan kerja hati
suplai glukosa dalam peningkatan
darah metabolisme ganguan konjugasi
Risiko aspirasi Penurunan refleks
hisap peningkatan kerja
lisisnya sel darah merah kegagalan pembentukan
system kardiovaskuler Ikterik neonatus
ATP
Penurunan HB
Hipotermi Ketidak efektifan pola Pola nafas tidak efektif

Penurunan O2 pada makan bayi


perifer dan otak

Gangguan perfusi Gangguan perfusi Penurunan


jaringan perifer jaringan otak Berat Badan

Nutrsi kurang dari


kebutuhan tubuh
B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji
1) Fokus Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih
sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan
lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.

b. Riwayat :
 ANC
 Perinatal
 Post natal
 Imunisasi
 Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
 Pemakaian parenteral nutrition
 Sepsis
 Enteral feeding
 Pemakaian Corticosteroid therapi
 Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
 Kanker

c. Data fokus
Data Subyektif:
 Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
 Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
 Rasa lapar (bayi sering nangis)
 Nyeri kepala
 Sering menguap
 Irritabel

d. Data obyektif:
 Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
 Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas
cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak
makan dan koma
 Plasma glukosa < 50 gr/%
2) Diagnosa dan Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Bersihan jalan nafas NOC:
tidak efektif 1. Respiratory status : Ventilation 1. Pastikan
2. Respiratory status : Airway kebutuhan oral / tracheal
patency suctioning.
3. Aspiration Control 2. Berikan O2 sesuai
indikasi
Setelah dilakukan tindakan 3. Anjurkan pasien
keperawatan untuk istirahat dan napas
selama…………..pasien dalam
menunjukkan keefektifan jalan 4. Posisikan pasien
nafas dibuktikan dengan untuk memaksimalkan
kriteria hasil : ventilasi
a. Mendemonstrasikan 5. Lakukan
batuk efektif dan suara fisioterapi dada jika
nafas yang bersih, tidak ada perlu
sianosis dan dyspneu 6. Keluarkan sekret
(mampu mengeluarkan dengan batuk atau
sputum, bernafas dengan suction
mudah, tidak ada pursed 7. Auskultasi suara
lips) nafas, catat adanya suara
b. Menunjukkan jalan tambahan
nafas yang paten(klien tidak 8. Berikan
merasa tercekik, irama bronkodilator :
nafas, frekuensi pernafasan 9. Monitor status
dalam rentang normal, tidak hemodinamik
ada suara nafas abnormal) 10.Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
c. Mampu Lembab
mengidentifikasikan dan 11.Berikan antibiotik :
mencegah faktor yang 12.Atur intake untuk
penyebab. cairan mengoptimalkan
d. Saturasi O2 dalam keseimbangan.
batas normal 13.Monitor respirasi dan
e. Foto thorak dalam status O2
batas normal 14.Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
15.Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.
Risiko Infeksi NOC NIC
1. Immune Status Infection Control
2. Knowledge : (Kontrol infeksi)
Infection control 1. Bersihkan
3. Risk control lingkungan setelah
dipakai pasien lain
Kriteria Hasil: 2. Pertahankan teknik
a. Klien bebas dari isolasi
tanda dan gejala 3. Batasi pengunjung
infeksi bila perlu
b. Mendeskripsikan 4. Instruksikan pada
proses penularan pengunjung untuk
penyakit, faktor yang mencuci tangan saat
mempengaruhi berkunjung dan
penularan serta setelah berkunjung
penatalaksanaannya meninggalkan
c. Menunjukkan pasien
kemampuan untuk 5. Gunakan sabun
mencegah timbulnya antimikrobia untuk
infeksi cuci tangan
d. Jumlah leukosit 6. Cuci tangan setiap
dalam batas normal sebelum dan
e. Menunjukkan sesudah tindakan
perilaku hidup sehat keperawatan
7. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV
perifer dan line
central dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
13. Infection
Protection (proteksi
terhadap infeksi)
14. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
15. Monitor hitung
granulosit, WBC
16. Monitor
kerentangan
terhadap infeksi
17. Batasi pengunjung
18. Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
19. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
20. Pertahankan teknik
isolasi k/p
21. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
22. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
23. Inspeksi kondisi
luka / insisi bedah
24. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
25. Dorong masukan
cairan
26. Dorong istirahat
27. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
28. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
29. Ajarkan cara
menghindari infeksi
30. Laporkan
kecurigaan infeksi
31. Laporkan kultur
positif
Ketidak stabilan kadar NOC NIC
gula darah 1. Blood Glucose, Risk For Hyperglikemia
Unstable management
2. Diabetes Self 1. Memantau kadar
Management glukosa darah,
seperti yang
Kriteria Hasil : ditunjukkan
a. Penerimaan : kondisi 2. Pantau tanda-tanda
kesehatan dan gejala
b. Kepatuhan Perilaku : diet hiperglikemia :
sehat poliuria, polidipsia,
c. Dapat mengontrol kadar polifagia, lemah,
glukosa darah kelesuan, malaise,
d. Dapat mengontrol stres mengaburkan visi,
e. Dapat memanajemen dan atau sakit kepala
mencegah penyakit 3. Memantau keton
semakin parah urin, seperti yang
f. Tingkat pemahaman untuk ditunjukkan
dan pencegahan 4. Memantau abg,
komplikasi elektrolit, dan
g. Dapat meningkatkan tingkat
istirahat betahydroxybutyrate
h. Mengkontrol perilaku , sebagai tersedia
Berat badan 5. Memantau tekanan
i. Pemahaman manajemen darah dan denyut
Diabetes nadi ortostatik,
j. Status nutrisi adekuat seperti yang
k. Olahraga teratur ditunjukkan
6. Mengelola insulin,
seperti yang
ditentukan
7. Mendorong asupan
cairan oral
8. Menjaga akses IV
9. Memberikan cairan
IV sesuai kebutuhan
10. Mengelola kalium,
seperti yang
ditentukan
11. Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda dan gejala
hiperglikemia
menetap atau
memburuk
12. Membantu
ambulasi jika
hipotensi ortostatik
hadir
13. Menyediakan
kebersihan mulut,
jika perlu
14. Mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab
hiperglikemia
15. Mengantisipasi
situasi di mana
kebutuhan insulin
akan meningkat
(misalnya, penyakit
kambuhan)
16. Batasi latihan
ketika kadar glukosa
darah adalah > 250
mg/dl, terutama jika
keton urin yang
hadir
17. Menginstruksikan
orang lain pasien
dan signifikan
terhadap
pencegahan,
pengenalan
manajemen, dan
18. Hiperglikemia
19. Mendorong
pemantauan diri
kadar glukosa darah
20. Membantu pasien
untuk menafsirkan
kadar glukosa darah
21. Tinjau catatan
glukosa darah
dengan pasien dan /
atau keluarga
22. Instruksikan tes
urin keton, yang
sesuai
23. Anjurkan pasien
untuk melaporkan
tingkat urin keton
sedang atau tinggi
untuk kesehatan
profesional
24. Menginstruksikan
orang lain pasien
dan signifikan
terhadap manajemen
diabetes selama
sakit, termasuk
penggunaan insulin
dan / atau agen
oral/mulut, asupan
cairan pemantauan,
pengganti
karbohidrat, dan
kapan harus mencari
bantuan kesehatan
profesional, sesuai
25. Memberikan
bantuan dalam
menyesuaikan
rejimen untuk
mencegah dan
mengobati
hiperglikemia
(misalnya,
peningkatan insulin
atau agen oral),
seperti ditunjukkan
26. Memfasilitasi
kepatuhan terhadap
diet dan latihan
27. Uji kadar glukosa
darah anggota
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M. et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Elsevier

Herdman, T.Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan:


Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Moorhead, Sue et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Elsevier

Sudarti, 2013. Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta: Nusa
Medika

Anda mungkin juga menyukai