Introduction
Hipoglikemia adalah gangguan metabolisme yang paling sering terjadi pada neonatus,
dengan kejadian 5-15% dalam jangka waktu sehat bayi dan hingga 50% pada bayi dengan
faktor risiko ( Mitchell NA et,al 2020 ) Hipoglikemia adalah kadar gula plasma kurang dari
2,6 mmol/L (< 47 mg/dl).Untuk neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam dipakai batas
kadar gula plasma 35 mg/dL. Sedangkan untuk neonatus prematur dan kecil masa kehamilan
yang berusia kurang dari 1 minggu, disebut hipoglikemia bila kadar gula darah plasma
kurang dari 25 mg/dl (IDAI,2021).
Selama kehamilan janin menerima glukosa dari sirkulasi plasenta, tetapi saat lahir pasokan
ini berhenti tiba-tiba dan neonatus perlu menjadi mandiri untuk menghasilkan energi. Dalam
2 jam pertama kehidupan, glikemia mencapai level terendah, maka nilainya menjadi stabil
antara 4 dan 6 jam kehidupan (Hoseth E et al, 2020)
Hipoglikemia neonatal jika berkepanjangan bisa terjadi cedera otak dan perkembangan
saraf yang buruk, termasuk gangguan kognitif, gangguan sensorik, cerebral palsy, kejang
dan keterlambatan perkembangan. ( Thornton PS, et.al,2015)
Glukosa adalah sumber energi utama untuk otak, dan hipoglikemia neonatal dikaitkan
dengan otak. kerusakan dan kematian (Leitner Y,et al. 2016). Bayi yang lahir beresiko
untuk neonatus hipoglikemia memiliki peningkatan risiko perkembangan yang terhambat
di kemudian hari. Seperti yang telah dilaporkan bahwa hipoglikemia neonatal adalah satu-
satunya kematian neonatal bidity secara independen terkait dengan perkembangan
selanjutnya keterlambatan pada bayi prematur akhir. Sementara itu tidak pasti berapa
derajat atau durasi hipoglikemia yang diperlukan sebelum morbiditas terjadi, diketahui
bahkan bayi tanpa gejala dapat memiliki hasil yang merugikan. ( Makker et al. 2018,)
Meskipun demikian, ketidak pastian tetap ada mengenai definisi hipoglikemia neonatal dan
tentang hubungan antara nilai-nilai glikemia, gejala pada bayi baru lahir dan gejala sisa
jangka panjang bahkan lebih, ketidakakuratan alat ukur bisa mempersulit interpretasi data.
Pedoman internasional terbaru dari Pediatric Masyarakat Endokrin dan American Academy
hipoglikemia pada neonatus. Pilihan pengobatan bervariasi sesuai dengan kasus tunggal,
Intervensi pertama adalah pemberian makanan oral secara dini dan sering, berfokus pada
pemberian ASI, dan pemberian susu formula bayi. dapat diberikan jika ASI tidak tersedia
Gagal pendekatan ini, bayi yang hipoglikemi sering ditransfer dalam intensif neonatal unit
perawatan (NICU) atau perawatan khusus dan therapy intravena bolus (IV) glukosa
Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus berumur 1 – 2 jam.hal itu disebabkan oleh
karena bayi tidak dapat mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih
tinggi dengan kadar glukosa darah masih menurun ( Iswanto, 2012 ).
Menurut ( Iswanto, 2012 ) terdapat 4 kelompok besar bayi neonatal yang secara
patofiologis mempunyai resiko tinggi mengalami hipoglikemia yaitu:
a. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki penyaikt diabetes militus.
Menderita diabetes selama kehamilan dan bayi yang menderita penyakit
eritoblastosis fetalis berat, bayi demikian cenderung menderita
hiperinsulinisme.
BBLR
BBLR yang mungkin mengalami malnutrisi intrauterine, yang mengakibatkan
cadangan glikogen hati dan lamak tubuh total menurun. BBLR yang termasuk
rawan adalah bayi kecil yang menurut usia kehamilan .Salah satu bayi kembar
yang lebih kecil berat badan berbeda 25 % atau lebih. Berat badan lahir kurang
2000 gram bayi yang menderita polisitemia, bayi dilahirkan oleh ibu yang
menderita toksemia dan bayi dengan plasenta yang abnormal, terutama sangat
peka dan mudah terkena gangguan ini. Faktor – faktor lain yang akan berperan
tumbuhnya hipoglikemia pada kelompok ini mencakup respon insulin yang
tidak normal, gangguan glikoneogenesis, asam lemak bebas yang rendah, rasio
berat otak atau hati yang meningkat. Kecepatan produksi kortisol yang rendah
dan mungkin kadar insulin yang meningkat serta respon keluaran epineprin
yang menurun.
c. Imatur
Atau yang sakit berat dapat menderita hipoglikemiakarena meningkatnya
kebutuhan metabolism yang melebihi cadangan kalori, dan bayi dengan berat
badan lahir rendah yang menderita sindrom gawat nafas. Asfiksia, polisitemia,
hipotermia dan infeksi sistemik dan bayi mengalami kelainan jantung bawaan
sianotik yang menderita gagal jantung
d. Pada bayi yang menderita kelainan genetic atau gangguan metabolism primer
( jarang terjadi)
Seperti galaktosomia, penyakit penyimpanan glikogen, intoleransi fruktosa,
propionate asidemia, metilalosiat asidemia, tirosinemia, penyakit sirop mapel,
sensitivitas leusin, insulinomia, nesidioblaitosis sel beta, hyperplasia
fungsioanal sel beta fungsional, panhipopituitarisme dan sindrom beckwitt
serta bayi raksasa
3. Mengetahui tanda – tanda klinis bayi dengan hipoglikemi
Tanda Dan Gejala Hipoglikemia Gejala hipoglikemia dapat di klasifikasikan
dalam 2 kelompok besar, yaitu
a. Yang berasal dari system saraf otonomi dan, b) Gejala yang berhungan
denagn kurangnya suplai glukosa pada otak. Pada neonatus gelaja
hipoglikemia tidak spesifik, antara lain tremor, peka rangsang, apnea dan
sianosis, hipotonia, iritabel, sulit minum, kejang, koma, tangisan nada
tinggi, nafas cepat, dan pucat ( Sihombing, 2013 )
b. Tipe – Tipe Hipoglikemia Pada Neonatus Menurut ( Vera, 2013 )
tipe – tipe hipoglikemia digolongkan menjadi beberapa yaitu :
1) Transisi dini neonatus ( Early transitional neonatal ) ukuran bayi
beasar atau normal yang mengalami kerusakan system produksi
pancreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2) Hipoglikemia klasik sementara ( classic transient neonatal ) terjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
3) Hipoglikemia sekunder ( secondary ) sebagai suatu respon stress dari
neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolism yang memerlukan
banyak cadangan glikogen
4) Hipoglikemia berulang ( recurrent ) disebabkan oleh adanya kerusakan
enzimatis, atau metabolism insulin terganggu.
4. Mengetahui tanda – tanda klinis bayi dengan hipoglikemi
Gejala hipoglikemia dapat di klasifikasikan dalam 2 kelompok besar, yaitu
a. Yang berasal dari system saraf otonomi
b. Gejala yang berhungan denagn kurangnya suplai glukosa pada otak.
Pada neonatus gelaja hipoglikemia tidak spesifik, antara lain :
tremor, peka rangsang, apnea dan sianosis, hipotonia, iritabel, sulit minum, kejang,
koma, tangisan nada tinggi, nafas cepat, dan pucat ( Sihombing, 2013 )
5. Mengetahui pemeriksaan hipoglikemi ;
Penatalaksanaan Hipoglikemia Menurut ( Iswanto, 2013 ), penatalaksanaan untuk
hipoglikemia pada neonatus adalah sebagai berikut :
a. Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain hangat,
jauhkan dari hal – hal yang dapat menyerap panas bayi.
b. Segera beri ASI ( Air Susu Ibu , glukosa oral gel 40 %
c. Observasi keadaan bayi, yaitu tanda- tanda vital, warna kulit, reflek dan
tangisan bayi.
d. Bila tidak ada perubahan kurang lebih 24 jam dalam gejala – gejala tersebut
segera rujuk ke rumah sakit.
Menurut ( Iswanto. 2013 ) jika ditemukan masalah seperti berikut penatalaksanaannya
adalah :
a. Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain hangat,
jauhkan dari hal – hal yang dapat menyerap panas bayi.
b. Segera beri ASI ( Air Susu Ibu )
c. Observasi keadaan bayi, yaitu tanda- tanda vital, warna kulit, reflek dan
tangisan bayi
d. Bila tidak ada perubahan kurang lebih 24 jam dalam gejala – gejala tersebut
segera rujuk ke rumah sakit. Menurut ( Iswanto. 2013 )
Untuk menilai efektivitas dan keamanan gel dekstrosa oral yang diberikan kepada bayi baru
lahir dengan risiko hipoglikemia dalam mencegah hipoglikemia dan mengurangi gangguan
perkembangan saraf jangka panjang, atau sebagai pecegahan Pemantauan glikemik pada bayi
baru lahir yang berisiko harus dimulai tidak sebelum dua jam kehidupan, pada kenyataannya
saat lahir nilai glukosa darah neonatal sangat rendah karena dikondisikan oleh aktivitas
metabolisme janin pada fase intrauterine. Panduan Praktik Klinis Selandia Baru ( 2015 )
Kontraindikasi
Jangan di gunakan pada bayi yang memiliki hasil gula darah serum 25 mg/dl atau pemeriksaan
dextrostix < 20 mg/dl.
Persiapan pasien
1. Memastikan ketepatan identifikasi pasien : nama dan tanggal (sesuai nama dan tanggal
lahir)
2. Beri penjelaskan kepada orang tua/keluarga tindakan yang akan di lakukan beserta tujuan
dari tindakan
3. Bayi tidak memiliki hasil gula darah serum 25 mg/dl atau pemeriksaan dextrostix < 20
mg/dl
PersiapanTempat
1. Unit Perawatan terkait : Perinatologi
2. Box bayi/inkubator
Persiapan Alat
1. Glukosa gel oral 40 % : DOSE: 0.2 grams Glucose / kg / dose (D10W = 0.1 gram /
mL) Glutose Gel = 0.4 gram/ Ml
2. Sarung tangan bersih
3. Spuit ukuran 1 ml sampai 3 ml ( sesuai kebutuhan )
4. Kassa streril
5. Cangkir kecil
6. Tissue/perlak
7. Handrub antiseptic
Waktu Pelaksanaan
Pemberian dextrose gel 40 % di berikan sebagai Pemantauan glikemik pada bayi baru lahir
yang berisiko harus dimulai tidak sebelum dua jam kehidupan, pada kenyataannya saat lahir
nilai glukosa darah neonatal sangat rendah karena dikondisikan oleh aktivitas metabolisme
janin pada fase intrauterin, sedangkan selanjutnya ini nilai naik lagi sampai mencapai nilai
normal dengan penggunalang pemeriksaan 30 sampai 60 menit
Prosedur
1. Tahap Pra interaksi
a. Membaca catatan keperawatan
b. Menyiapkan alat –alat
c. Mencuci tangan
d. Adanya hasil GDS
e. Lembar observasi
2. Tahap Orientasi
a. Baringkan bayi diatas permukaan yang datar dengan alas kain yang lembut dan bersih.
b. Menjelaskan Tindakan dan prosedur kepada keluarga atau ibu bayi tentang
penatalaksanaan pemberian dextrose oral 40 % sebelum pemberian dextrose oral 40 %
Tahap Kerja
a. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
b. Memakai sarung tangan
c. Keluarkan dextrose gel ke dalam cangkir
d. Tarik ke dalam spuit sesuai dengan kebutuhan ( dosis yang sudah di hitung dalam
satuan cc /ml )
e. Posisikan bayi dengan nyaman ( posisikan bayi dengan kepala di angkat
sedikit tinggi seperti saat memberi posisi minum )
f. Pasangkan tissue atau perlak di bawah dagu
g. Keringkan terlebih dahulu bagian dalam mukosa mulut dengan kassa ( di
ulangi di sisi yang lain )
h. Letakkan dextrose gel pada bagian jari telunjuk
i. Masukkan kedalam mulut bayi dengan cara pijat gel dan olesi gel ke seluruh bagian
permukaan mukosa mulut ( di ulangi di sisi yang lain )
j. Jangan menyemprotkan gel langsung ke mukosa mulut bayi, atau memesukkan
menggunakan selang makan ( NGT, OGT ).
k. Tutup Kembali dextrose gel yang masih ada kedalam lemari es, dapat di simpan
di lemari es selama 48 jam setelah di buka
l. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
m. Atur intervensi pemantaun sesuai kondisi pasien,( periksa kadar glukosa plasma
30- 60 menit setelah pemberian dextrose gel yang pertama )
n. Dokumentasikan
a. Tanda gejala yang tampak sebelum dan sesudah pemberian dextrose
gel
b. Waktu dan munculnya tanda-tanda hipoglikemi
c. Durasi munculnya tanda- tanda hipoglikemi
Prosedur tindakan ini sejalan dengan penelitian yang sudah di lakukan oleh
(Harris, et al. 2013) yang menjelaskan bahwa pemberian dextrose oral gel 40
menunjukkan bahwa pengobatan hipoglikemia neonatal dengan gel dekstrosa oral
lebih efektif daripada pemberian makan sendiri dalam membalikkan hipoglikemia,
dan juga mengurangi tingkatmasuk NICU untuk masalah ini dan mengurangi tingkat
pemberian susu formula pada usia dua minggu Yang penting, gel dapat ditoleransi
dengan baik, murah, sederhana dan aman untuk diberikan, serta dapat diterima oleh
keluarga dan pengasuh oleh karena itu kami menggajukan uji coba terkontrol acak
untuk menentukan apakah gel dekstrosa oral profilaksis yang diberikan kepada bayi
baru lahir yang berisiko mencegah hipoglikemia neonatal dan dengan demikian
mengurangi masuk ke NICU.
Efektivitas biaya gel dekstrosa oral untuk mencegah hipoglikemia neonatal akan
dibandingkan dengan perawatan biasa (tanpa profilaksis) dalam periode pemulangan
Gel dekstrosa ditangani dengan baik oleh staf, ditoleransi dengan baik oleh bayi baru lahir,
dan dihargai oleh orang tua. Selain itu, pemberian gel dextrose oral tampak aman bahkan
dalam jangka panjang, seperti yang ditunjukkan oleh data dalam literatur
3. Tahap Terninasi
a. Evaluasi respon bayi dan Tanda gejala yang tampak sebelum dan sesudah
pemberian dextrose gel
b. Durasi munculnya tanda- tanda hipoglikemi
c. Obervasi Waktu dan munculnya tanda-tanda hipoglikemi
d. Rapihkan bayi dan rapihkan peralatan
e. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
Evaluasi
Hipoglikemia neonatus yang dipahami sebagai penurunan glukosa plasma dapat
mengakibatkan kerusakan saraf jangka panjang. Pemantauan glukosa darah neonatal
yang serius diindikasikan pada pasien dengan risiko hipoglikemia. Pemantauan glikemik
pada bayi baru lahir yang berisiko harus dimulai tidak sebelum dua jam kehidupan, pada
kenyataannya saat lahir nilai glukosa darah neonatal sangat rendah karena dikondisikan
oleh aktivitas metabolisme janin pada fase intrauterin, sedangkan selanjutnya ini nilai
naik lagi sampai mencapai nilai yang normal dalam waktu 48-72 jam.
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai kelompok penelitian telah mengevaluasi
kemungkinan mencapai profilaksis hipoglikemia non-farmakologis. Secara
khusus, kelompok Hegarty telah menyiapkan protokol yang menggunakan gel dekstrosa
sebesar 40% dalam kategori risiko yang dapat mengurangi jumlah kasus hipoglikemia
dan akibatnya prosedur yang menyakitkan.
Pengenalan pemberian gel dekstrosa oral 40% dalam protokol untuk hipoglikemia
ditargetkan untuk mengontrol hipoglikemia tomatik asimtomatis neonatal sampai
pemberian makan dilakukan, untuk mengurangi kebutuhan terapi glukosa intravena dan
masuk NICU
Dokumentasi
Penulisan dan pemantauan klinik bayi di tuangkan dalam pencacatan keperawatan dan cacatan
terintegrasi
Daftar Pustaka
Burns CM, Rutherford MA, Boardman JP, Cowan FM. Pola cedera otak
dan hasil perkembangan saraf setelah hipoglikemia neonatal
simtomatik. Pediatri. 2008;122(1):65–74.
https://doi.org/10.1542/peds.2 007-2822
Ponnapakkam AP, Stine CN, Ahmad KA, Gallup MC, Delle Donne AJ,
Kathen CM, et al. Evaluating the effects of a neonatal
hypoglycemia bundle on NICU admission and exclusive
breastfeeding. J Perinatol. 2020;40(2):344 –51.
https://doi.org/10.1038/s41372-019-0455-1
Weston PJ, Harris DL, Battin M, Brown J, Hegarty JE, Harding JE.
Oral dextrose gel for the treatment of hypoglycaemia in
newborn infants. Cochrane Database Syst Rev.
2016;4(5):CD011027