Anda di halaman 1dari 19

STRANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMBERIAN DEXTROSE GEL ORAL 40% PADA NEONATUS


DENGAN HIPOGLIKEMI

Introduction
Hipoglikemia adalah gangguan metabolisme yang paling sering terjadi pada neonatus,
dengan kejadian 5-15% dalam jangka waktu sehat bayi dan hingga 50% pada bayi dengan
faktor risiko ( Mitchell NA et,al 2020 ) Hipoglikemia adalah kadar gula plasma kurang dari
2,6 mmol/L (< 47 mg/dl).Untuk neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam dipakai batas
kadar gula plasma 35 mg/dL. Sedangkan untuk neonatus prematur dan kecil masa kehamilan
yang berusia kurang dari 1 minggu, disebut hipoglikemia bila kadar gula darah plasma
kurang dari 25 mg/dl (IDAI,2021).

Selama kehamilan janin menerima glukosa dari sirkulasi plasenta, tetapi saat lahir pasokan
ini berhenti tiba-tiba dan neonatus perlu menjadi mandiri untuk menghasilkan energi. Dalam
2 jam pertama kehidupan, glikemia mencapai level terendah, maka nilainya menjadi stabil
antara 4 dan 6 jam kehidupan (Hoseth E et al, 2020)

Hipoglikemia neonatal jika berkepanjangan bisa terjadi cedera otak dan perkembangan
saraf yang buruk, termasuk gangguan kognitif, gangguan sensorik, cerebral palsy, kejang
dan keterlambatan perkembangan. ( Thornton PS, et.al,2015)

Glukosa adalah sumber energi utama untuk otak, dan hipoglikemia neonatal dikaitkan
dengan otak. kerusakan dan kematian (Leitner Y,et al. 2016). Bayi yang lahir beresiko
untuk neonatus hipoglikemia memiliki peningkatan risiko perkembangan yang terhambat
di kemudian hari. Seperti yang telah dilaporkan bahwa hipoglikemia neonatal adalah satu-
satunya kematian neonatal bidity secara independen terkait dengan perkembangan
selanjutnya keterlambatan pada bayi prematur akhir. Sementara itu tidak pasti berapa
derajat atau durasi hipoglikemia yang diperlukan sebelum morbiditas terjadi, diketahui
bahkan bayi tanpa gejala dapat memiliki hasil yang merugikan. ( Makker et al. 2018,)
Meskipun demikian, ketidak pastian tetap ada mengenai definisi hipoglikemia neonatal dan

tentang hubungan antara nilai-nilai glikemia, gejala pada bayi baru lahir dan gejala sisa

jangka panjang bahkan lebih, ketidakakuratan alat ukur bisa mempersulit interpretasi data.

Pedoman internasional terbaru dari Pediatric Masyarakat Endokrin dan American Academy

of Pediatri tidak membantu mengklarifikasi nilai yang benar untuk menegakkan

hipoglikemia pada neonatus. Pilihan pengobatan bervariasi sesuai dengan kasus tunggal,

terjadinya gejala dan kadar glukosa darah. (Ter M, 2017)

Intervensi pertama adalah pemberian makanan oral secara dini dan sering, berfokus pada

pemberian ASI, dan pemberian susu formula bayi. dapat diberikan jika ASI tidak tersedia

Gagal pendekatan ini, bayi yang hipoglikemi sering ditransfer dalam intensif neonatal unit

perawatan (NICU) atau perawatan khusus dan therapy intravena bolus (IV) glukosa

diberikan ( Makker et al. 2018,).


Definisi
Prosedur pemebrian Glukosa gel oral: adalah Obat Hipoglikemik Oral ( OHO ) yang
merupakan obat penurunan kadar glukosa yang secara oral Yang di berikan pada
pasien dengan diagnose hipoglikemi
Tujuan
1. Mencegah hipoglikemia dan mengurangi gangguan perkembangan saraf jangka panjang

Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus berumur 1 – 2 jam.hal itu disebabkan oleh
karena bayi tidak dapat mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih
tinggi dengan kadar glukosa darah masih menurun ( Iswanto, 2012 ).
Menurut ( Iswanto, 2012 ) terdapat 4 kelompok besar bayi neonatal yang secara
patofiologis mempunyai resiko tinggi mengalami hipoglikemia yaitu:
a. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki penyaikt diabetes militus.
Menderita diabetes selama kehamilan dan bayi yang menderita penyakit
eritoblastosis fetalis berat, bayi demikian cenderung menderita
hiperinsulinisme.
BBLR
BBLR yang mungkin mengalami malnutrisi intrauterine, yang mengakibatkan
cadangan glikogen hati dan lamak tubuh total menurun. BBLR yang termasuk
rawan adalah bayi kecil yang menurut usia kehamilan .Salah satu bayi kembar
yang lebih kecil berat badan berbeda 25 % atau lebih. Berat badan lahir kurang
2000 gram bayi yang menderita polisitemia, bayi dilahirkan oleh ibu yang
menderita toksemia dan bayi dengan plasenta yang abnormal, terutama sangat
peka dan mudah terkena gangguan ini. Faktor – faktor lain yang akan berperan
tumbuhnya hipoglikemia pada kelompok ini mencakup respon insulin yang
tidak normal, gangguan glikoneogenesis, asam lemak bebas yang rendah, rasio
berat otak atau hati yang meningkat. Kecepatan produksi kortisol yang rendah
dan mungkin kadar insulin yang meningkat serta respon keluaran epineprin
yang menurun.
c. Imatur
Atau yang sakit berat dapat menderita hipoglikemiakarena meningkatnya
kebutuhan metabolism yang melebihi cadangan kalori, dan bayi dengan berat
badan lahir rendah yang menderita sindrom gawat nafas. Asfiksia, polisitemia,
hipotermia dan infeksi sistemik dan bayi mengalami kelainan jantung bawaan
sianotik yang menderita gagal jantung
d. Pada bayi yang menderita kelainan genetic atau gangguan metabolism primer
( jarang terjadi)
Seperti galaktosomia, penyakit penyimpanan glikogen, intoleransi fruktosa,
propionate asidemia, metilalosiat asidemia, tirosinemia, penyakit sirop mapel,
sensitivitas leusin, insulinomia, nesidioblaitosis sel beta, hyperplasia
fungsioanal sel beta fungsional, panhipopituitarisme dan sindrom beckwitt
serta bayi raksasa
3. Mengetahui tanda – tanda klinis bayi dengan hipoglikemi
Tanda Dan Gejala Hipoglikemia Gejala hipoglikemia dapat di klasifikasikan
dalam 2 kelompok besar, yaitu
a. Yang berasal dari system saraf otonomi dan, b) Gejala yang berhungan
denagn kurangnya suplai glukosa pada otak. Pada neonatus gelaja
hipoglikemia tidak spesifik, antara lain tremor, peka rangsang, apnea dan
sianosis, hipotonia, iritabel, sulit minum, kejang, koma, tangisan nada
tinggi, nafas cepat, dan pucat ( Sihombing, 2013 )
b. Tipe – Tipe Hipoglikemia Pada Neonatus Menurut ( Vera, 2013 )
tipe – tipe hipoglikemia digolongkan menjadi beberapa yaitu :
1) Transisi dini neonatus ( Early transitional neonatal ) ukuran bayi
beasar atau normal yang mengalami kerusakan system produksi
pancreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2) Hipoglikemia klasik sementara ( classic transient neonatal ) terjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
3) Hipoglikemia sekunder ( secondary ) sebagai suatu respon stress dari
neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolism yang memerlukan
banyak cadangan glikogen
4) Hipoglikemia berulang ( recurrent ) disebabkan oleh adanya kerusakan
enzimatis, atau metabolism insulin terganggu.
4. Mengetahui tanda – tanda klinis bayi dengan hipoglikemi
Gejala hipoglikemia dapat di klasifikasikan dalam 2 kelompok besar, yaitu
a. Yang berasal dari system saraf otonomi
b. Gejala yang berhungan denagn kurangnya suplai glukosa pada otak.
Pada neonatus gelaja hipoglikemia tidak spesifik, antara lain :
tremor, peka rangsang, apnea dan sianosis, hipotonia, iritabel, sulit minum, kejang,
koma, tangisan nada tinggi, nafas cepat, dan pucat ( Sihombing, 2013 )
5. Mengetahui pemeriksaan hipoglikemi ;
Penatalaksanaan Hipoglikemia Menurut ( Iswanto, 2013 ), penatalaksanaan untuk
hipoglikemia pada neonatus adalah sebagai berikut :
a. Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain hangat,
jauhkan dari hal – hal yang dapat menyerap panas bayi.
b. Segera beri ASI ( Air Susu Ibu , glukosa oral gel 40 %
c. Observasi keadaan bayi, yaitu tanda- tanda vital, warna kulit, reflek dan
tangisan bayi.
d. Bila tidak ada perubahan kurang lebih 24 jam dalam gejala – gejala tersebut
segera rujuk ke rumah sakit.
Menurut ( Iswanto. 2013 ) jika ditemukan masalah seperti berikut penatalaksanaannya
adalah :
a. Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain hangat,
jauhkan dari hal – hal yang dapat menyerap panas bayi.
b. Segera beri ASI ( Air Susu Ibu )
c. Observasi keadaan bayi, yaitu tanda- tanda vital, warna kulit, reflek dan
tangisan bayi
d. Bila tidak ada perubahan kurang lebih 24 jam dalam gejala – gejala tersebut
segera rujuk ke rumah sakit. Menurut ( Iswanto. 2013 )

Jika ditemukan masalah seperti berikut penatalaksanaannya adalah :


a. Glukosa darah < 25 mg/ dl ( 1.1 mmol/l) atau terdapat tanda hipoglikemia ,
maka Pasang jalur IV umbilical, berikan glukosa 10% 2ml/kg BB secara pelan
dalam 5 menit Infus glukosa 20% sesuai kebutuhan rawatan
b. Periksa kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus glukosa dan kemudian 3 jam
sekali.
c. Jika kadar glukosa darah masih – 25 mg.dl ( 1.1 – 2. 6 mmol/l ) lanjutkan
infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap 1 jam sampai kadar
glukosa 45
,g/dl ( 2.6 mmol/l ) atau lebih.
d. Jika glukosa darah 45 mg/dl ( 2.6 mmol/l) atau lebih dalam dua kali pemberian
berturut – turut lanjutkan infus glukosa.
e. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak menyusui berikan ASI perah dengan
menggunkan sendok.
f. Bila kemampuan minum bayi meningkat, turunkan pemberian cairan infus
setiap hari secara bertahap,anjurkan ibu menyusui bayinya secara on demend,
jangan hentikan infus glukosa secara tiba – tiba.

Tata Laksana Pemberian ASI Pada Bayi Dengan Hipoglikemia Menurut


( Sihombing, 2013)
tata lakasana pemberian ASI pada bayi baru lahir dengan hipoglikemia
antara lain Hipoglikemia Asimtomatik ( tanpa manisfetasi klinis )
a. Pemberian ASI sedini mungkin dan sesering mungkin akan menstabilkan
glukosa darah. Teruskan menyusui bayi ( kira – kira setiap 1 – 2 jam ) atau
beri 2 – 10 ml ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (
ASI donor atau susu formula ).
b. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya
sampai kadar glukosa darah normal atau stabil.
c. bayi tidak bias menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya, hindari
pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa melalui intra
vena . Pada beberapa yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan yang
seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif.
d. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah dibaerikan minum mulailah
terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah
e. ASI di teruskan sampai terapi glukosa intra vena. Teruskan jumlah dan
konsentrasi glukosa intra vena sesuai kadar glukosa darah.
f. Catat manifestasi klinis , pemeriksaan fisik, kadar skrining glukosa darah,
konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinis bayi ( misalnya
respon dari terapi yang diberikan )

hipoglikemia simtomatik dengan manisfetasi klinis atau kadar glikosa plasma


< 20 – 25 mg. dl atau < 1.1 – 1.4 mmol/l.
a. Berikan glukosa 200mg tiap kd BB atau 2 ml tiap kg BB cairan dekstrosa
10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10% intra vena dengan kecepatan (
glucose infusion rate atau GIR ) 6 – 8 mg tiap kg BB tiap menit.
b. Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtometik, pertahankan kadar
glukosa bayi yang simtomatik pada > 45 mg/dl atau > 2.5 mmol/l.
c. Sesuaikan pemberian glukosa intra vena dengan kadar glukosa darah yang
didapat.
d. Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manisfetasi hipoglikemia
menghilang.
e. Pantau glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan
pemberian glukosa intra vena secara bertahap ( waening ) sampai kadar
glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena.
Kadang diperlukan waktu 24 – 48 jam untuk mencegah hipoglikemia
berulang.
f. Lakukan pencatatan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, kadar skrining
glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinis
bayi ( misalnya respon dari terapi yang diberikan )

Tata Laksana Pemberian ASI Pada Bayi Dengan Hipoglikemia Menurut


tata lakasana pemberian ASI pada bayi baru lahir dengan hipoglikemia
antara lain Hipoglikemia Asimtomatik ( tanpa manisfetasi klinis )
a. Pemberian ASI sedini mungkin dan sesering mungkin akan menstabilkan
glukosa darah. Teruskan menyusui bayi ( kira – kira setiap 1 – 2 jam ) atau
beri 2 – 10 ml ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (
ASI donor atau susu formula ).
b. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya
sampai kadar glukosa darah normal atau stabil.
c. bayi tidak bias menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya, hindari
pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa melalui intra
vena . Pada beberapa yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan yang
seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif.
d. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah dibaerikan minum mulailah
terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah
e. ASI di teruskan sampai terapi glukosa intra vena. Teruskan jumlah dan
konsentrasi glukosa intra vena sesuai kadar glukosa darah.
f. Catat manifestasi klinis , pemeriksaan fisik, kadar skrining glukosa darah,
konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinis bayi ( misalnya
respon dari terapi yang diberikan )

Tata Laksana Pemberian Dextrose gel oral 40 % Pada Bayi Dengan


Hipoglikemia Menurut (Harris, 2019)
tata lakasana pemberian Dextrose gel oral 40 % dengan hipoglikemia antara
lain Hipoglikemia Asimtomatik ( tanpa manisfetasi klinis )
a. Pemberian Dextrose gel oral 40 % sedini mungkin dan sesering mungkin
akan menstabilkan glukosa darah. Teruskan menyusui bayi atau tetap
memberikan Dextrose gel oral 40 % ( kira – kira setiap 1 – 2 jam ) atau
sesuai dengan hasil GDS dengan pemberian dosis Glukosa gel oral 40 % :
DOSE:
0.2 grams Glucose / kg / dose (D10W = 0.1 gram / mL) Glutose Gel = 0.4
gram/ mL
b. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian Dextrose gel oral 40
% berikutnya sampai kadar glukosa darah normal atau stabil.
c. bayi yang tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya dapat
di berikan dextrose gel oral 40 % karean di berikannya memalui rongga mulut
dan hanya di olesi di bagian dinding mulut dan olesi gel ke seluruh bagian
permukaan mukosa mulut ( di ulangi di sisi yang lain )
d. Pada beberapa yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan yang seksama dan
lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif.
e. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah dibaerikan Dextrose gel oral
40 % minum mulailah terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar
glukosa darah
f. Dextrose gel oral 40 % di teruskan sampai terapi glukosa stabil. Teruskan
jumlah dan konsentrasi glukosa sesuai kadar glukosa darah
g. Catat manifestasi klinis , pemeriksaan fisik, kadar skrining glukosa darah,
konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinis bayi ( misalnya
respon dari terapi yang diberikan )
h. Dapat diberikan sebagai pencegahan Pemantauan glikemik pada bayi baru
lahir yang berisiko harus dimulai tidak sebelum dua jam kehidupan, pada
kenyataannya saat lahir nilai glukosa darah neonatal sangat rendah karena
dikondisikan oleh aktivitas metabolisme janin pada fase intrauterin
Indikasi
Dilakukan pada pasien hipoglikemi

Untuk menilai efektivitas dan keamanan gel dekstrosa oral yang diberikan kepada bayi baru
lahir dengan risiko hipoglikemia dalam mencegah hipoglikemia dan mengurangi gangguan
perkembangan saraf jangka panjang, atau sebagai pecegahan Pemantauan glikemik pada bayi
baru lahir yang berisiko harus dimulai tidak sebelum dua jam kehidupan, pada kenyataannya
saat lahir nilai glukosa darah neonatal sangat rendah karena dikondisikan oleh aktivitas
metabolisme janin pada fase intrauterine. Panduan Praktik Klinis Selandia Baru ( 2015 )

Kontraindikasi
Jangan di gunakan pada bayi yang memiliki hasil gula darah serum 25 mg/dl atau pemeriksaan
dextrostix < 20 mg/dl.

Persiapan pasien
1. Memastikan ketepatan identifikasi pasien : nama dan tanggal (sesuai nama dan tanggal
lahir)
2. Beri penjelaskan kepada orang tua/keluarga tindakan yang akan di lakukan beserta tujuan
dari tindakan
3. Bayi tidak memiliki hasil gula darah serum 25 mg/dl atau pemeriksaan dextrostix < 20
mg/dl

PersiapanTempat
1. Unit Perawatan terkait : Perinatologi
2. Box bayi/inkubator

Persiapan Alat
1. Glukosa gel oral 40 % : DOSE: 0.2 grams Glucose / kg / dose (D10W = 0.1 gram /
mL) Glutose Gel = 0.4 gram/ Ml
2. Sarung tangan bersih
3. Spuit ukuran 1 ml sampai 3 ml ( sesuai kebutuhan )
4. Kassa streril
5. Cangkir kecil
6. Tissue/perlak
7. Handrub antiseptic

Waktu Pelaksanaan
Pemberian dextrose gel 40 % di berikan sebagai Pemantauan glikemik pada bayi baru lahir
yang berisiko harus dimulai tidak sebelum dua jam kehidupan, pada kenyataannya saat lahir
nilai glukosa darah neonatal sangat rendah karena dikondisikan oleh aktivitas metabolisme
janin pada fase intrauterin, sedangkan selanjutnya ini nilai naik lagi sampai mencapai nilai
normal dengan penggunalang pemeriksaan 30 sampai 60 menit

Prosedur
1. Tahap Pra interaksi
a. Membaca catatan keperawatan
b. Menyiapkan alat –alat
c. Mencuci tangan
d. Adanya hasil GDS
e. Lembar observasi

2. Tahap Orientasi
a. Baringkan bayi diatas permukaan yang datar dengan alas kain yang lembut dan bersih.
b. Menjelaskan Tindakan dan prosedur kepada keluarga atau ibu bayi tentang
penatalaksanaan pemberian dextrose oral 40 % sebelum pemberian dextrose oral 40 %

Tahap Kerja
a. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
b. Memakai sarung tangan
c. Keluarkan dextrose gel ke dalam cangkir
d. Tarik ke dalam spuit sesuai dengan kebutuhan ( dosis yang sudah di hitung dalam
satuan cc /ml )
e. Posisikan bayi dengan nyaman ( posisikan bayi dengan kepala di angkat
sedikit tinggi seperti saat memberi posisi minum )
f. Pasangkan tissue atau perlak di bawah dagu
g. Keringkan terlebih dahulu bagian dalam mukosa mulut dengan kassa ( di
ulangi di sisi yang lain )
h. Letakkan dextrose gel pada bagian jari telunjuk
i. Masukkan kedalam mulut bayi dengan cara pijat gel dan olesi gel ke seluruh bagian
permukaan mukosa mulut ( di ulangi di sisi yang lain )
j. Jangan menyemprotkan gel langsung ke mukosa mulut bayi, atau memesukkan
menggunakan selang makan ( NGT, OGT ).
k. Tutup Kembali dextrose gel yang masih ada kedalam lemari es, dapat di simpan
di lemari es selama 48 jam setelah di buka
l. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
m. Atur intervensi pemantaun sesuai kondisi pasien,( periksa kadar glukosa plasma
30- 60 menit setelah pemberian dextrose gel yang pertama )
n. Dokumentasikan
a. Tanda gejala yang tampak sebelum dan sesudah pemberian dextrose
gel
b. Waktu dan munculnya tanda-tanda hipoglikemi
c. Durasi munculnya tanda- tanda hipoglikemi

Prosedur tindakan ini sejalan dengan penelitian yang sudah di lakukan oleh
(Harris, et al. 2013) yang menjelaskan bahwa pemberian dextrose oral gel 40
menunjukkan bahwa pengobatan hipoglikemia neonatal dengan gel dekstrosa oral
lebih efektif daripada pemberian makan sendiri dalam membalikkan hipoglikemia,
dan juga mengurangi tingkatmasuk NICU untuk masalah ini dan mengurangi tingkat
pemberian susu formula pada usia dua minggu Yang penting, gel dapat ditoleransi
dengan baik, murah, sederhana dan aman untuk diberikan, serta dapat diterima oleh
keluarga dan pengasuh oleh karena itu kami menggajukan uji coba terkontrol acak
untuk menentukan apakah gel dekstrosa oral profilaksis yang diberikan kepada bayi
baru lahir yang berisiko mencegah hipoglikemia neonatal dan dengan demikian
mengurangi masuk ke NICU.

Efektivitas biaya gel dekstrosa oral untuk mencegah hipoglikemia neonatal akan
dibandingkan dengan perawatan biasa (tanpa profilaksis) dalam periode pemulangan
Gel dekstrosa ditangani dengan baik oleh staf, ditoleransi dengan baik oleh bayi baru lahir,
dan dihargai oleh orang tua. Selain itu, pemberian gel dextrose oral tampak aman bahkan
dalam jangka panjang, seperti yang ditunjukkan oleh data dalam literatur

3. Tahap Terninasi
a. Evaluasi respon bayi dan Tanda gejala yang tampak sebelum dan sesudah
pemberian dextrose gel
b. Durasi munculnya tanda- tanda hipoglikemi
c. Obervasi Waktu dan munculnya tanda-tanda hipoglikemi
d. Rapihkan bayi dan rapihkan peralatan
e. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan

Evaluasi
 Hipoglikemia neonatus yang dipahami sebagai penurunan glukosa plasma dapat
mengakibatkan kerusakan saraf jangka panjang. Pemantauan glukosa darah neonatal
yang serius diindikasikan pada pasien dengan risiko hipoglikemia. Pemantauan glikemik
pada bayi baru lahir yang berisiko harus dimulai tidak sebelum dua jam kehidupan, pada
kenyataannya saat lahir nilai glukosa darah neonatal sangat rendah karena dikondisikan
oleh aktivitas metabolisme janin pada fase intrauterin, sedangkan selanjutnya ini nilai
naik lagi sampai mencapai nilai yang normal dalam waktu 48-72 jam.
 Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai kelompok penelitian telah mengevaluasi
kemungkinan mencapai profilaksis hipoglikemia non-farmakologis. Secara
khusus, kelompok Hegarty telah menyiapkan protokol yang menggunakan gel dekstrosa
sebesar 40% dalam kategori risiko yang dapat mengurangi jumlah kasus hipoglikemia
dan akibatnya prosedur yang menyakitkan.
 Pengenalan pemberian gel dekstrosa oral 40% dalam protokol untuk hipoglikemia
ditargetkan untuk mengontrol hipoglikemia tomatik asimtomatis neonatal sampai
pemberian makan dilakukan, untuk mengurangi kebutuhan terapi glukosa intravena dan
masuk NICU
Dokumentasi
Penulisan dan pemantauan klinik bayi di tuangkan dalam pencacatan keperawatan dan cacatan
terintegrasi
Daftar Pustaka

Bennett C, Fagan E, Chaharbakhshi E, Zamfirova I, Flicker J.


Implementing a protocol using glucose gel to treat neonatal
hypoglycemia. Nurs Womens Health. 2016;20(1):64 –74.
https://doi.org/10.1016/j.nwh.2015.11.001 .

Buku Panduan Pelayanan Neonatus IDAI, 2018

Burns CM, Rutherford MA, Boardman JP, Cowan FM. Pola cedera otak
dan hasil perkembangan saraf setelah hipoglikemia neonatal
simtomatik. Pediatri. 2008;122(1):65–74.
https://doi.org/10.1542/peds.2 007-2822

Cranmer. (2013). Neonatal Hypoglikemia. Emedicine Medscape

Hoseth E, Joergensen A, Ebbesen F, Moeller M. Kadar glukosa darah


dalam populasi bayi cukup bulan yang sehat, menyusui, dengan
ukuran yang sesuai untuk usia kehamilan. Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed. 2000;83(02):F117–9.
https://doi.org/10.1136/fn.83.2.F117

Iswanto, joni. 2013. Hipoglikemia Pada Bayi. Jakarta: EGC

Lucille Packard Children’s Hospital at Stanford. 2013. Hypoglycemia

Makker K, Alissa R, Dudek C, Travers L, Smotherman C, Hudak


ML. Glucose gel in infants at risk for transitional neonatal
hypoglycemia. Am J Perinatol. 2018;35(11):1050 –6.
https://doi.org/10.1055/s-0038-1639338 .

Mitchell NA, Grimbly C, dkk. Insidensi dan Faktor Risiko


Hipoglikemia Selama Transisi Janin ke Neonatal pada Bayi
Prematur. Pediatr Depan. 2020; 8:34.

Ponnapakkam AP, Stine CN, Ahmad KA, Gallup MC, Delle Donne AJ,
Kathen CM, et al. Evaluating the effects of a neonatal
hypoglycemia bundle on NICU admission and exclusive
breastfeeding. J Perinatol. 2020;40(2):344 –51.
https://doi.org/10.1038/s41372-019-0455-1

Rawat M, Chandrasekharan P, Turkovich S, Barclay N, Perry K,


Schroeder E, et al. Oral dextrose gel reduces the need for
intravenous dextrose therapy in neonatal hypoglycemia. Biomed
Hub.

Scheans P, Bennett C, Harris D. Using dextrose (glucose) gel to reverse


neonatal hypoglycemia. Neonatal Netw. 2017;36(4):233 –2017.
https://doi. org/10.1891/0730-0832.36.4.233 .
Sihombing, H. Menry. 2013. Hipoglikemia Pada Neonatus. Jakarta :
Salemba Medik

Stanzo K, Desai S, Chiruvolu A. Effects of dextrose gel in newborns at


risk for neonatal hypoglycemia in a baby-friendly hospital. J
Obstet Gynecol Neonatal Nurs. 2020;49(1):55 –64.
https://doi.org/10.1016/j.jogn.2019.11.006 .

Ter M, , Leung L, Jacobs S. Implementation of dextrose gel in the


management of neonatal hypoglycaemia. J Paediatr Child
Health. 2017; 53(4):408 –11. https://doi.org/10.1111/jpc.13409 .

Thornton PS, Stanley CA, De Leon DD. Pediatric Endocrine


Society. Recommendations from the pediatric Endocrine
Society for evaluation and Management of Persistent
Hypoglycemia in neonates, infants, and children. J
Pediatr. 2015;167(02):238–45.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2015.03.057.

Weston PJ, Harris DL, Battin M, Brown J, Hegarty JE, Harding JE.
Oral dextrose gel for the treatment of hypoglycaemia in
newborn infants. Cochrane Database Syst Rev.
2016;4(5):CD011027

Anda mungkin juga menyukai