Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN

Bayi Ny “ E” usia 2 jam dengan hipoglikemia

DI RUANG : surga

RSUD KOTA MADYA X

Jl Bahagia dengannya no 1, kota x, jawa timur

DI SUSUN OLEH :

Najmah ummu hamidah

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

KAMPUS TERPADU SAKINAH

GEMPOL – PASURUAN
Tinjauan teori

Pengertian Hipoglikemi

Hipoglikemia merupakan konsentrasi glukosa dalam darah berkurangnya secara abnormal


yang dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit kepala apabila kronik dan berat, dapat
menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat (Kamus Kedokteran Dorland:2000).

Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang dari
40 -45mg/dl (Sudarti dkk: 2010).

Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat terjadi berkaitan
dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu diabetes dan mengalami
Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera dingin. Selama masa menggigil simpanan
glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen.
Simpanan glikogen menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan.

Jenis jenis hipoglikemi

Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan:

1. Hipoglikemia transisional

Prognosisnya baik dan tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia
perinatal. Tidak ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas bayi.
Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20 mg/100 ml.

2. Hipoglikemia sekunder

Mortalitas neonatus pada kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya.
Bayi yang menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat
Hipoglikemianya, tetapi lebih banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya.

3. Hipoglikemia transien

Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi
tersebut seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat
BBLR dan KMK sendiri, demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan
ganggguan mental, perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada hubungannya dengan
hipoglikemia.

Pada penelitian prospektif dengan menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang
diamati sampai umur 7 tahun ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi
tidak ada cacat nerologik yang berat.
4. Hipoglikemia berat (berulang)

Kelompok ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai
masalah tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya.

a) Defisiensi hormon multipel (hipopituitarisme bawaan)

Sering kali disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari pertama,
nampaknya akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang
dilaporkan 2/3 meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5 antara
umur 2 bulan sampai 17 tahun). Beberapa di antaranya yang hidup menunjukkan
gejala retardasi.

Prognosis terhadap perkembangannya tergantung dari adanya defisiensi hormon-


hormon lainnya dan berhasilnya pengobatan substitusi.

b) Kelebihan hormon (hiperinsulinisme)

Pada sindroma Beckwith Wiedemann, retardasi mental kemungkinan


disebabkan oleh H yang tidak diobati, meskipun dengan pengobatan adekuat
prognosis masih meragukan, sebab adanya anomali multipel yang menyertainya.

c) Infant giants (Foetopathia Diabetica) :

Biasanya memperlihatkan hipoglikemia berat dan tidak ada respon terhadap


pengobatan medikamentosadan memerlukan pankreatektomi total. Mereka yang
hidup biasanya memperlihatkan retardasi perkembangan yang sedang atau berat.

d) Adenma sel beta :

Pada penderita yang diamati, bayi-bayi yang hidup menunjukkan perawakan


yang relatif pendek tetapi ada yang menderita diabetes dan beberapa diantaranya
memperlihatkan gangguan neurologik sedang atau berat, gangguan mental dan sering
kali dengan kejang-kejang. Maka, penting diagnosis dini dan tindakan bedah yang
segera.

e) Gangguan metabolisme hidrat arang:

Prognosis tergantung darimana masing-masing penyebabnya, misalnya


hipoglikemia bisa fatal pada hari pertama, untuk glycogen strorage disease.

f) Gangguan metabolisme asam amino yang disertai hipoglikemia,

misalnya: Maple syrup urine disease, asidemiametilmalok. Masing-masing


mempunyai pragnosis yang meragukan.

Penyebab Hipoglikemia Neonatal

1. Menurunya kadar glukosa dalam aliran darah.


2. Tubuh mencegah atau mengurangi penyimpanan glukosa.
3. Tubuh menggunakan glikogen (glukosa yang tersimpan di hati).
4. Penggunaan glukosa oleh tubuh terhambat.
5. Beberapa kondisi berbeda mungkin yang diduga terkait dengan neonatal hipoglikemia,
termasuk yang berikut ini:
6. Kekurangan asupan nutrisi pada ibu hamil.
7. Kelebihan insulin yang diproduksi pada bayi dari ibu dengan diabetes.
8. Penyakit hemolitik berat pada bayi baru lahir (ketidakcocokan tipe darah ibu dan bayi).
9. Cacat lahir dan penyakit metabolisme bawaan.
10. Asfiksia lahir.
11. Penyakit hati.
12. Kondisi yang terlalu dingin.
13. Infeksi.

Etiologi Hipoglikemia

Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang
menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.

a. Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan

Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme


menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme
menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan penggunaan
glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai
hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai
nesidioblastosis.

Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”).
Kelainan ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini
kadar laktat sangat tinggi

Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase. Kelainan
ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya
pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali
berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik,
termasuk hipertiroidism

b. Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa


1. Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik)

Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat


pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis
dan adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18
bulan sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena
bermacam sebab Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik
adalah gagalnya gluconeogenesis
2. Kelainan pada produksi glukosa hepar

Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade
pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis.
Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena
penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon
pertumbuhan

3. Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.

Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada
pembentukan energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah
diobati namun yang sangat penting adalah diagnosis dini

Faktor Risiko Hipoglikemia pada Bayi

Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia pada bayi, yaitu:

1. Bayi dari ibu penderita diabetes

Ibu hamil yang mengalami diabetes akan mengalami peningkatan kadar gula dalam
darah. Gula darah yang tinggi ini dapat mengalir ke peredaran darah bayi dan memicu
produksi insulin dalam tubuh bayi. Saat bayi lahir, asupan glukosa dari plasenta akan turun,
sementara kadar insulin dalam tubuh bayi masih tinggi. Keadaan ini akan menyebabkan
hipoglikemia pada bayi baru lahir.

2. Bayi terlalu besar atau kecil selama dalam kandungan

Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) dan bayi kecil untuk masa kehamilan
(KMK) sama-sama berisiko mengalami hipoglikemia saat lahir. Hal ini karena bayi dengan
kedua kondisi tersebut biasanya dilahirkan oleh ibu dengan intoleransi glukosa.

3. Bayi prematur atau bayi kurang bulan

Cadangan glikogen biasanya baru terbentuk pada kehamilan trimester ketiga,


sehingga bila bayi lahir prematur, maka persediaan glikogen akan lebih sedikit dan lebih
cepat habis terpakai. Hal ini bisa meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia pada bayi.

4. Bayi lebih bulan (postmature baby)

Bayi yang lahir lewat waktu, yaitu setelah usia kehamilan 42 minggu, juga lebih
berisiko mengalami hipoglikemia. Pada kehamilan di atas 42 minggu, fungsi plasenta akan
menurun, sehingga janin menggunakan cadangan glikogennya. Cadangan glikogen yang
menurun akan membuat bayi lebih rentang mengalami hipoglikemia.

5. Bayi yang stres selama kehamilan dan persalinan


Janin dan bayi yang mengalami stres memiliki kecepatan metabolisme yang tinggi
dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain. Jika asupan nutrisi tidak
mencukupi bayi yang mengalami stres selama kehamilan dan persalinan akan rentan
mengalami hipoglikemia.

Selain itu, beberapa kondisi lain, seperti Ibu hamil yang merokok aktif, menjalani
pengobatan, seperti terbutalin, propanolol, dan hipoglikemia oral, serta ibu yang mendapat
glukosa intravena saat persalinan, juga berisiko melahirkan bayi yang hipoglikemia.

Hipoglikemia pada bayi tidak bisa dianggap remeh. Beberapa penyebab dan faktor
risiko terjadinya hipoglikemia pada bayi telah dipaparkan di atas. Untuk mencegah kondisi
ini, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan dan selalu rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan dengan dokter kandungan. Dokter akan memberikan saran dan pemantauan yang
sesuai dengan kondisi ibu hamil.

Patofisiologi Hipoglikemia

Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa rendah.
Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga
respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka
transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.

Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang
yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan syaraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi lebih sering
didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang
penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.

Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.

Tanda dan Gejala Hipoglikemia

Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu
diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko

1. Tremor
2. Sianosis
3. Apatis
4. Kejang
5. Apnea intermitten
6. Tangisan lemah/melengking
7. Letargi
8. Kesulitan minum
9. Gerakan mata berputar/nistagmus
10. Keringat dingin
11. Pucat
12. Hipotermi
13. Refleks hisap kurang
14. Muntah

Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu setelah lahir. Berikut
ini merupakan gejala klinis yang dimulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau tremor,
serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang melemah
atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat gerakan putar mata.
Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung. Sering
berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut dapat disebabkan oleh
bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang setelah pemberian glukosa yang
adekuat, perlu dipikirkan penyebab lain.

Penatalaksanaan Hipoglikemi

1. Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis Pada saat lahir,30 menit setelah lahir, Kemudian
setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa
normal tercapai
2. Kejadian hipoglikemia dapat dicegah dengan:
1. Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia
2. Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting
3. Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum dengan menggunakan
sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
4. Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh
dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL
5. Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa
dipantau
3. Untuk penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat dilakukan dengan:

a. Monitor

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam
3 hari pertama :

1. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam


2. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2
kali pemeriksaan
3. Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
4. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia
selesai

b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :

1. Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit


2. Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui intravena selama 5 menit dan
diulang sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920
mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau
25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.
c. Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.

Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate

Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari

Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam

d. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam

a. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas
b. Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
1. Infus D10 diteruskan
2. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
3. ASI diberikan bila bayi dapat minum
4. Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
a. Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
b. ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan
c. Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
5. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala:
1. ASI teruskan
2. Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
3. Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
a. Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi
b. Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
c. Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal

e. Kadar glukosa normal

1. IV teruskan
2. Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
3. Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
4. Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali
pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.

e. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)

1. Konsultasi endokrin
2. Terapi: kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2
mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
3. bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain: somatostatin, glukagon,
diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)
f. Hipoglikemia refraktori

Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan adanya hiperinsulinisme. Keadaan


ini dapat diperbaiki dengan:

1. Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam


2. Glukagon 200 ug IV (segera atau infus berkesinambungan 10 ug/kg/jam)
3. Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pankreas

Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai. Ketika pemberian makan
telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) sudah normal
maka infus dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24
-48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia
FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR/IMUNISASI
Pada Bayi Ny "E" usia 2 jam dengan hipoglikemi

I. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : 19 November 2020 Pukul : 01.30 WIB
A. DATA
1. Identitas
Nama Bayi : bayi ny "E"
Tanggal / Jam Lahir : 18 November 2020 / 23:30 WIB
Jenis Kelamin : perempuan
Identitas Orangtua AYAH IBU

Nama (Umur) Tn"I" / 38 tahun Ny "E" /34 tahun


Suku/bangsa Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Swasta IRT
Alamat Perum Posma griya permai Perum Pisma griya permai

2. Keluhan Utama : bayi baru lahir dari ibu penderita DM usia 2 jam dengan keluhan
bayi sejak lahir hanya menangis pelan, ekstremitas kebiru-biruan dan bayi kurang aktif
3. Riwayat Prenatal
a. Kehamilan ke :……2..………, Tempat ANC :bidan najmah
b. Imunisasi TT : ibu mengatakan pernah imunisasi TT 1 kali saja, saat hamil anak pertama
c. Obat-obatan yang pernah diminum selama hamil :tablet fe, asam folat, kalk c, suntik
insulin
d. Penerimaan Ibu /keluarga terhadap kehamilan : baik
e. Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil
No Keluhan/Masalah UK Tindakan Oleh Keterangan
1. Mual muntah 7 week Pemberian obat anti mual Bidan Masalah teratasi
2. Bayi besar 30 week Membatasi asupan gula Bidan Masalah tidak
teratasi

4. Riwayat Intranatal
a. Persalinan ke :…2……, Tempat dan Penolong persalinan : RSUD kota x, dokter
spesialis obgyn
b. Masalah saat persalinan : bayi besar, KMK, bayi dari ibu penderita DM
c. Usia kehamilan : 34 week
d. Cara persalinan : sectio caesarea
e. Lama persalinan : Kala I :±-
Kala II : ± -
5. Keadaan Bayi Saat Lahir
Segera menangis/tidak: bayi menangis lemah setelah dirangsang taktil
BB/PB lahir :3910 gram / 51 cm
6. Riwayat Kesehatan
Bayi : bayi lahir dengan berat badan besar, bayi lahir dari ibu penderita DM
Keluarga : ibu mengatakan menderita penyakit DM, ibu mengatakan tikad mempunyai
penyakit menular, atau penyakit tahunan
7. Status Imunisasi
Jenis
Umur diberikan Tanggal pemberian
imunisasi
Hepatitis B1 Sudah diberikan 19 November 2020
Hepatitis B2 Belum diberikan
Hepatitis B3 Belum diberikan
BCG Belum diberikan
Polio 1 Belum diberikan
Polio 2 Belum diberikan
Polio 3 Belum diberikan
DPT 1 Belum diberikan
DPT 2 Belum diberikan
DPT 3 Belum diberikan
Campak Belum diberikan
Vit K Sudah diberikan 19 November 2020

8. Data Kebutuhan Biologis


Jenis makanan dan minuman : Asi
Kebutuhan
Frekuensi : 1 x
Nutrisi
Banyaknya : sedikit
BAB
Frekuensi : keluar mekonium
Warna : hijau kehitaman
Konsistensi: lembek
Kebutuhan
Masalah : bayi belum bab sejak lahir
Eliminasi
BAK
Frekuensi : 1 kali
Warna : tidak terkaji
Masalah : -
Kebutuhan Frekuensi mandi : bayi belum dimandikan sejak lahir
Personal Frekuensi ganti pakaian : 1 kali sejak lahir
Hygiene Penggunaan popok anti tembus : iya

9. Data Psikososial dan Spiritual Orangtua/Keluarga


a. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayinya : keluarga senang dengan kelahiran bayi
ke 2 nya
b. Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayi : keluarga mengaku cemas dengan
keadaan bayinya yang lemah
c. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami
d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi : ibu mengatakan sudah bisa merawat
bayi sendiri.
10. Kebiasaan atau Ritual dalam Keluarga berkaitan dengan Kelahiran dan Perawatan Bayi
Ibu mengatakan di keluarga biasa ada acara brokoan dalam rangka syukuran dan
pemberian nama untuk bayi baru lahir
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : tidak baik, bayi terlihat lemas dan mengantuk
b. TTV : S =36°C, N =134x/menit, RR =66x/menit

2. Pemeriksaan Antropometri
a. BB/PB sekarang :3950 gram / 51cm
b. Lingkar Kepala :35cm, Lingkar Dada :33cm, LILA :10cm
3. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : Tidak ada moulase , tidak ada caput succadenum, tidak ada cephalhematom,
ubun-ubun lunak, tidak cekung/cembung, tampak verniks di kulit kepala.
b. Telinga : Simetris, letak sejajar dengan ujung mata.
c. Mata: Mata tidak kering, konjungtiva merah muda, sklera putih, gerakan mata
berputar.
d. Hidung : Tidak ada napas cuping hidung, tidak ada ronchi dan wheezing, pernapasan
belum teratur.
e. Mulut : Tidak ada labiopalatoskizis, reflek hisap lemah
f. Leher: Pergerakan leher tampak ekstensi bila badan diangkat, tidak ada fraktur
klavikula, tidak ada pembesaran abnormal.
g. Dada: Normal, payudara dan puting susu simetris, bunyi nafas dada vaskuler, tidak
terdengan bunyi jantung ke tiga.
h. Abdomen: Bentuk normal. Tidak ada pembesaran hepar, keadaan tali pusat masih
basah dan tidak ada tanda infeksi.
i. Punggung : Tidak ada spina bifida.
j. Genital: Jenis kelamin perempuan, labia mayora menutupi labia minora
k. Anus: Berlubang dan sudah mengeluarkan mekonium.
l. Kulit: Terdapat verniks kaseosa sedikit, warna kulit sedikit kebiruan tidak keriput,
turgor kulit jelek, tidak ada pembengkakan dan tidak ada tanda lahir.
m. Ekstremitas
· Atas : Gerakan tangan lemah, jari-jari tangan lengkap, dan tidak ada kelainan.
· Bawah : Gerakan kaki lemah, jari-jari lengkap, dan tidak ada kelainan.
n. Reflek
- Reflek moro : ada
- Reflek rooting : lemah
- Reflek sucking : lemah
- Reflek swallowing : ada
- Reflek tonik neck : ada
- Reflek babinsky : ada

o. Apgar score

Jenis Menit 1 menit 5


Apperance (warna kulit) 1 1
pulse (nadi) 1 1
Grimace (reflek) 1 1
Activity (tanus) 1 1
Respiratory (pernafasan) 1 2
  5 6

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. GDS bayi : 28mg/dl (< 45 mg/dl)
2. HB : 18,6 gr%
3. Eritrosit : 4,5 juta/ul
4. Leukosit : 9700 juta/ul
5. Trombosit : 20500
6. Bilirubin

Total : 8,42 mg/dl

Direk : 2,9 mg/dl

Indirek : 5,52 mg/dl

E. Data Tambahan
1. GDS ibu : 275 mg/dl

II. INTERPRETASI DATA


DATA DASAR DX MASALAH
 Keadaan umum : tidak baik, bayi terlihat lemas Bayi Ny "E" usia 2 jam dengan
dan mengantuk hipoglikemi
 TTV : S =36°C, N =134x/menit, RR =66x/menit
 Pemeriksaan Antropometri
 BB/PB sekarang: 3950.gram / 51cm
 Lingkar Kepala :35cm, Lingkar Dada :33cm,
LILA :10cm
 GDS bayi : 28mg/dl ( < 45 mg/dl )

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Bayi Ny "E" usia 2 jam dengan hipoglikemi

IV. TINDAKAN SEGERA


1. Pemberian cairan dekstrosa 10 % 2cc/kg bb secara iv
BB bayi = 4 kg
Kebutuhan cairan glukosa 10 % = 461 cc
TPM = 19
2. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak

V. PERENCANAAN
Tanggal : 19 november 2020 Jam :01.30 WIB
1. Lakukan penilaian bayi
R/ mengetahui nilai apgar score
2. Lakukan perawatan tali pusat
R/ mencegah terjadinya infeksi neonatorum
3. Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital
R/ mengetahui keadaan vital bayi
4. Pantau nilai laboratorium
R/ mengetahui perkembangan pengobatan pada bayi
5. Cegah kehilangan panas
R/ mencegah kehiangan glukosa lebih banyak lagi
6. Berikan nutrisi, Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif
R/ asi merupakan makanan terbaik bagi bayi
7. kolaborasi dengan dokter spesiais anak
R/memberkian tindakan medis lebih lanjut

VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 19 november 2020 Jam : 01.30
1. Melakukan Penilaian apgar score Bayi
a. Perhatikan dan nilai pernapasan bayi
b. Hitung frekuensi denyut jantung bayi
c. Nilai warna kulit bayi, jika pucat kemerah-merahan observasi dan pantau
2. Melakukan perawatan tali pusat
a. Jepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Potong tali pusat
c. Bungkus tali pusat
d. Ajarkan pada ibu untuk perawatan tali pusat
3. Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital
a. Pantau keadaan bayi apakah masih lemah
b. Pantau tanda-tanda vital dengan hasil :
Nadi : 134×/menit
Suhu : 36 ºC
RR : 66 ×/menit
4. Melakukan tes laboratorium
a. Periksa jumlah HB
b. Periksa jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit
c. Pantau jumlah GDS\
5. Menghangatkan bayi
a. Bungkus bayi dengan handuk yang kering dan hangat
b. Jaga suhu lingkungan di sekitar bayi agar tetap hangat
c. Hidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi
6. Memberikan nutrisi (menjelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif)
a. Meminta ibu untuk memompa ASI untuk diberikan pada bayi
b. Anjurkan pada ibu agar memberikan ASI eksklusif
c. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi sayur-sayuran.
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
a. IVFD (Intra Vena Fluid Drip) dekstrose 10% dan aminofilin 2 cc sebanyak atau
dengan kecepatan 19 tetes/menit
b. Ampisilin 2×200 mg dengan iv

VII. EVALUASI
Tanggal : 19 november 2020 Jam : 04.00 WIB
S : bayi mulai menangis , dan Gerakan otot semakin kuat, reflek menghisap membaik tetapi
belum adekuat
O: Keadaan umum : tidak baik, bayi terlihat lemas dan mengantuk

TTV : S =36,5°C, N =140x/menit, RR =70x/menit

BB/PB sekarang: 3950 gram / 51cm

GDS bayi : 30mg/dl ( < 45 mg/dl )


NUTRISI : bayi minum ASI sekitar 10 ml
Warna kulit : agak kebiruan
Terpaang infus cairan dekstrose 10 % dengan 19 TPM
A : bayi Ny “ E” usia 2 jam dengan hipoglikemi
P : lanjutkan intervensi nomor 3, 4, 5, 6, 7
3. Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital
4. Pantau nilai laboratorium
5. Cegah kehilangan panas
6. Berikan nutrisi, Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif
7. kolaborasi dengan dokter spesiais anak

EVALUASI
Tanggal : 19 november 2020 Jam : 18.00 WIB

S : bayi mulai menangis kuat, dan Gerakan otot semakin kuat, reflek menghisap membaik tetapi
belum adekuat
O: Keadaan umum : membaik, bayi masih lemas

TTV : S =36,5°C, N =142x/menit, RR =65x/menit

BB/PB sekarang: 3950 gram / 51cm

GDS bayi : 33mg/dl ( < 45 mg/dl )


NUTRISI : bayi minum ASI sekitar 80 ml dan sering gumoh
Warna kulit : merah
Terpasang infus dekstrose 10 % denagn 19 TPM
A : bayi Ny “ E” usia 19 jam dengan hipoglikemi
P : lanjutkan intervensi nomor 3, 4, 5, 6, 7
o Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital
o Pantau nilai laboratorium
o Cegah kehilangan panas
o Berikan nutrisi, Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif
o kolaborasi dengan dokter spesialis anak

EVALUASI
Tanggal : 20 november 2020 Jam : 19.00 WIB

S : bayi mulai menangis kuat, dan Gerakan otot semakin kuat, reflek menghisap membaik
O: Keadaan umum : baik

TTV : S =37°C, N =130x/menit, RR =60x/menit

BB/PB sekarang: 3950 gram / 51cm

GDS bayi : 37mg/dl ( < 45 mg/dl )


NUTRISI : bayi minum ASI sekitar 100 ml dan gumoh sudah berkurang
Warna kulit : merah
Terpasang infus dekstrose 10 % denagn 14 TPM
A : bayi Ny “ E” usia 2 hari dengan hipoglikemi
P : lanjutkan intervensi nomor 3, 4, 6, 7
o Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital
o Pantau nilai laboratorium
o Berikan nutrisi, Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif
o kolaborasi dengan dokter spesialis anak

EVALUASI
Tanggal : 20 november 2020 Jam : 19.00 WIB

S : bayi sudah terlihat lebih sehat dari sebelumnya


O: Keadaan umum : baik

TTV : S =37°C, N =135x/menit, RR =56x/menit


BB/PB sekarang: 3950 gram / 51cm

GDS bayi : 41mg/dl ( < 45 mg/dl )


NUTRISI : bayi minum ASI sekitar 100 ml dan gumoh sudah berkurang
Warna kulit : merah
Terpasang infus dekstrose 10 % denagn 7 TPM
A : bayi Ny “ E” usia 2 hari dengan hipoglikemi
P : lanjutkan intervensi nomor 3, 4, 6, 7
o Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital
o Pantau nilai laboratorium
o Berikan nutrisi, Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif
o kolaborasi dengan dokter spesialis anak
EVALUASI
Tanggal : 21 november 2020 Jam : 19.00 WIB

S : bayi sudah terlihat lebih sehat dari sebelumnya


O: Keadaan umum : baik

TTV : S =37°C, N =135x/menit, RR =58x/menit

BB/PB sekarang: 3950 gram / 51cm

GDS bayi : 46mg/dl ( < 45 mg/dl )


NUTRISI : bayi minum ASI sekitar 120 ml dan gumoh sudah berkurang
Warna kulit : merah
Reflek menghisap adekuat
A : bayi Ny “ E” usia 3 hari post hipoglikemi
P : intervensi di hentikan, pasien diperbolehkan pulang

Anda mungkin juga menyukai