Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipoglikemia dapat bersifat sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena
kurangnya depot glikogen dihati atau menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino. Pada
hipoksia,

pembentukan

energy

dari

glukosa

menurun

dengan

akibat

kerusakan

neuron.hipoglikemi dapat terjadi pada bayi dari ibu penderita diabetes mellitus, pada BBLR,
dismaturitas dan bayi dengan penyakit umum yang berat seperti sepsis, meningitis, dan
sebagainya.
Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk mencegah hal yan tidak
diinginkan pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Maka dari itu perlu diperhtikan pula
riwayat ibu saat kehamilan serta pada kehamilan yang lalu.
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah. Terdapat teknik baru untuk
menguji keadaan hipoglikemi, seperti menggunakan penganalisa oksidase glukosa atau optical
bedside glucose analyzer (mis One Touch). Teknik ini lebih bermakna untuk tujuan skrining di
ruang rawat karena interpretasi warna terkadang tidak subjektif. Pada praktik klinik, bayi dengan
kadar glukosa kurang dari 40 mg/dL memerlukan intervensi. Juga untuk menilai glukosa plasma
< 20 hingga 25 mg/dL harus diterapi dengan pemberian glukosa per parenteral tanpa
mempertimbangkan usia atau masa gestasi.
Munculonya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bagi. Gejala biasanya
muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam setelah kelahiran atau
dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat. Saat bayi berusia 72 jam,
pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau lebih adalah hasil yang diharapkan tanpa
mempertimbangkan berat badan, usia gestasi atau faktor predisposisi lainnya. Manifestasi klinis
sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia,
pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau kurang minum
ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah, hipotermia, diaporesis atau aktivitas
kejang neonatus. Jika bayi hipiglikemia dibiarkan tidak mendapat terapi dapat menyebabkan
kerusakan otak dan retardasi mental.
Terkait dengan hal tersebut, maka penulis menyusun makalah ini guna memberikan
pengetahuan mengenai persoalan hipoglikemia.

B. Rumusan Masalah
Batasan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari hipoglikemia?
2. Apa saja penyebab hipoglikemia?
3. Bagaimanai insidensi hipoglikemia?
4. Bagaimana patofisiologi hipoglikemia?
5. Apa saja tanda dan gejala hipoglikemia?
6. Apa saja yang menjadi faktor risiko hipoglikemia?
7. Seperti apa klasifikasi hipoglikemia?
8. Bagaimana diagnosis hipoglikemia?
9. Bagaimana penatalaksanaannya pada hipoglikemia?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari hipoglikemia.
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab hipoglikemia.
3. Untuk mengetahui insidensi dari hipoglikemia.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari hipoglikemia.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipoglikemia.
6. Untuk mengetahui faktor risiko hipoglikemia.
7. Untuk mengetahui klasifikasi hipoglikemia.
8. Untuk mengetahui diagnosis hipoglikemia.
9. Untuk mengatahui bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipoglikemia
Istilah hipoglikemi digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata
bayi seusia dan berat badan yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan)
dengan berat badan 2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari 30 mg/dl
dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir
rendah dibawah 25 mg/dl.
Hipoglikemia merupakan konsentrasi glukosa dalam darah berkurangnya secara abnormal yang
dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit kepala apabila kronik dan berat, dapat
menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat (Kamus Kedokteran Dorland:2000).
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang dari
40 -45mg/dl (Sudarti dkk: 2010).

B. Insidensi Hipoglikemia
Frekuensi keseluruhan hipoglikemia adalah 2-3/1000 kelahiran hidup, tetap secara cukup
berarti lebih tinggi dikalangan bayi dengan berat badan lahir rendah, jika dihubungkan dengan
usia kehamilan mereka terutama bayi yang memperlihatkan kesulitan prenatal atau yang
mengalami sakit berat. Insiden di kalangan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
diabetes dapat sampai sebesar 75%. Insiden lebih rendah pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita diabetes kehamilan dan lebih rendah, tetapi masih meningkat dikalangan bayi
dengan berat badan lahir rendah.
C. Penyebab Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme
glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan

1.
a.
b.
c.
d.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
e.
f.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
3.
a.
1)

pengaruh obat-obatan maupun toksin.


Berikut ini adalah penyebab hipoglikemia pada anak:
Hiperinsulinisme
Tumor sel beta
Adenomatosis sel beta
Nesidioblastosis
Hiperplasia sel beta
Dalam hubungannya dengan hipopituitarisme
Bayi dari ibu diabetes melitus
Bayi yang menderita eritroblastosis fetalis
Beckwith syndrome
Leprechaunism
Kausa tidak dilcetahui
Teratoma yang mengandung jaringan pankreas
Defek fungsi sekretori sel beta
Defisiensi enzim hati
Glukose 6 fosfatase
Amilo 1 - 6 glukosidase
Sistem fosforilase
Sintetase untuk glikogen
Fruktose 1 fosfat aldolase
Fruktose 1 - 6 difosfatase
Piruvat karboksilase
Defisiensi fosfoenolpiruvat karboksikinase
Galaktose 1 fosfat uridil transferase
Branched chain amino acid abnormalities
Defisiensi endokrin
Kelenjar hipofise
Defisiensi hormon pertumbuhan (GH)

2)
3)
b.
1)
2)
3)
4)
5)
c.
4.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
6.
a.
1)
2)
b.
c.
d.
e.

Defisiensi ACTH
Panhipopituitarisme hipoinsulinisme hiperinsulinisme
Kelenjar adrenalin
Penyakit Addison
Hipoplasia adrenal bawaan
Hiperplasia adrenal bawaan
Defisiensi familial glukokortikoid
Adrenal medullary unresponsiveness
Defisiensi glukagon
Hipoglikemia ketosis
Obat dan toksin
Etil alkohol
Salisilat
Sulfonilurea
Propanolol
Jamaican vomiting sickness
Lain-lain
Kerusakan hati
Reye syndrome
Leukemia
Malabsorpsi
Renal glucosuria
Malnutrisi, kwashiorkor, diet rendah fenilalanin
Neoplasma di luar pankreas
Hipoglikemia pada neonatus bisa disebabkan oleh penyebab-penyebab di atas, namun
bila hipoglikemia neonatus tadi berulang/menetap, dapat dipikirkan penyebab sebagai berikut :

1.
a.
b.
c.
1)
2)
3)
4)
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
a.
b.
c.

Hormon Excess-hyperinsulinsm
Exomphalos, macroglossia, gigantism syndrome of Beckwith Wiedemann
"Infant giants"
Kelainan patologik sel beta :
Adenoma
Nesidioblastosis
Hiperplasia
Leucine or other amino acid sensitivity
Defisiensi hormonal Aplasia atau hipoplasia kelenjar hipofise dengan defisiensi hormon multipel
Defek metabolisme karbohidrat heriditer
Glycogen storage disease, Type I
Intolerans fruktose
Galaktosemia
Defisiensi sintetase glikogen
Defisiensi fruktose 1 - 6 difosfatase
Defek metabolisms asam amino herediter
Maple syrup urine disease
Asidemia metilmalonik
Asidemia propionik

d. Tirosinosis
Hipoglikemia neonatus dapat disebabkan oleh penyakit/kelainan penyerta, seperti:
1. Patologik susunan saraf pusat (defek bawaan, infeksi intra uterin
2. atau perinatal, perdarahan atau kernikterus)
3. Sepsis
4. Hydrops fetalis
5. Kelainan jantung bawaan
6. Asfiksia
7. Anoksia
8. Perdarahan kelenjar adrenalin
9. Hipotiroidismc
10. Kelainan bawaan multipel
11. Tetanus neonatorum
12. Cold injury
13. Pasca transfusi tukar
14. Obat-obat yang diberikan kepada ibu
15. Penghentian tiba-tiba pemberian glukose hipertonik parenteral.
D. Faktor Risiko Hipoglikemia
1. Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan :
a. Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap
pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme menyebabkan
pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan penggunaan glukosa oleh otot
akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin
b.

endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.


Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek respiratory chain). Kelainan ini
sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat

c.

tinggi.
Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase. Kelainan ini
mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada
glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali
berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik,
termasuk hipertiroidism

2. Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa


a. Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik)
Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat
pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan

adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan sampai
6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab
Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya
glukoneogenesis
b. Kelainan pada produksi glukosa hepar
Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade
pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak
yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena penyakitnya
bersifat kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan
c. Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.
Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan
energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang
sangat penting adalah diagnosis dini
(Luksitasari, 2013)
Joni Iswanto (2012) menyatakan bahwa terdapat 4 kelompok besar bayi neonatal yang
mempunyai resiko tinggi mengalami hipoglikemi, yaitu :
1. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes melitus atau menderita diabetes selama
kehamilan dan bayi yang menderita penyakit eritroblastosis fetalis berat, bayi demikian
cenderung menderita hiperinsulinisme.
2. Bayi dengan berat badan lahir rendah yang mungkin mengalami malnutrisi intrauterin, yang
mengakibatkan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh total menurun. BBLR yang termasuk
rawan adalah bayi kecil menurut usia kehamilan, salah satu bayi kembar yang lebih kecil (berat
badan berbeda 25% atau lebih, berat badan lahir kurang 2000 kg, bayi yang menderita
polisitemia, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita toksemia dan bayi dengan plasenta
yang abnormal, terutama sangat peka dan mudah terkena gangguan ini. Faktor-faktor lain yang
juga berperan akan timbulnya hipoglikemia pada kelompok ini mencakup respon insulin yang
tidak normal, gangguan glikoneogenesis, asam lemak bebas yang rendah, rasio berat otak/hati
yang meningkat, kecepatan produksi kortisol yang rendah dan mungkin kadar insulin yang
meningkat serta respon keluaran epinefrin yang menurun.
3. Bayi yang sangat imatur (kecil) atau yang sedang sakit berat dapat menderita hipoglikemia
karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori, dan bayi dengan
berat badan lahir rendah yang menderita sindrom gawat nafas, asfiksia perinatal, polisitemia,
hipotermia dan infeksi sistemik dan bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan sianotik yang
menderita gagal jantung.

4. Pada bayi yang menderita kelainan genetik atau gangguan metabolisme primer (jarang terjadi)
seperti galaktosemia, penyakit penyimpanan glikogen, intoleransi fruktosa, propionat asidemia,
metilmalonat asidemia, tirosinemia, penyakit sirop mapel, sensitivitas leusin, insulinoma,
nesidioblastosis sel beta, hiperplasia fungsional sel beta fungsional, panhipopituitarisme dan
sindrom beckwith serta bayi raksasa.
E. Tanda dan Gejala
Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Namun, apabila ada maka gejala yang
muncul adalah sebagai berikut :
Tremor
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea intermitten
Tangisan lemah/melengking
Letargi
Kesulitan minum

Gerakan mata berputar/nistagmus


10. Keringat dingin
11. Pucat
12. Hipotermi
13. Muntah
14. Refleks hisap kurang

Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu setelah lahir. Berikut
ini merupakan gejala klinis yang dimulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau tremor,
serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang melemah
atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat gerakan putar mata.
Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung. Sering
berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut dapat disebabkan oleh
bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang setelah pemberian glukosa yang
adekuat, perlu dipikirkan penyebab lain.
F. Patofisiologi Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa rendah.
Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga
respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka
transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.

Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang
yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan syaraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi lebih sering
didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang
penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.
G. Diagnosis Hipoglikemia
Presentasi klinis hipoglikemia mencerminkan penurunan ketersediaan glukosa untuk SSP
serta stimulasi adrenergik disebabkan oleh tingkat darah menurun atau rendah gula. Selama hari
pertama atau kedua kehidupan, gejala bervariasi dari asimtomatik ke SSP dan gangguan
cardiopulmonary.
Kelompok berisiko tinggi yang membutuhkan skrining untuk hipoglikemia pada satu jam
pertama kehidupan meliputi:
1. Bayi yang baru lahir yang beratnya lebih dari 4 kg atau kurang dari 2 kg
2. Besar usia kehamilan (LGA) bayi yang berada di atas persentil ke-90, kecil untuk usia
kehamilan (SGA) bayi di bawah persentil ke-10, dan bayi dengan pembatasan pertumbuhan
3.

intrauterin
Bayi yang lahir dari ibu tergantung insulin (1:1000 wanita hamil) atau ibu dengan diabetes

gestasional (terjadi pada 2% dari wanita hamil)


4. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
5. Bayi yang baru lahir diduga sepsis atau lahir dari seorang ibu yang diduga menderita
6.

korioamnionitis
Bayi yang baru lahir dengan gejala sugestif hipoglikemia, termasuk jitteriness, tachypnea,

hypotonia, makan yang buruk, apnea, ketidakstabilan temperatur, kejang, dan kelesuan
7. Selain itu, pertimbangkan skrining hipoglikemia pada bayi dengan hipoksia yang signifikan,
gangguan perinatal, nilai Apgar 5 menit kurang dari 5, terisolasi hepatomegali (mungkin
glikogen-penyimpanan penyakit), mikrosefali, cacat garis tengah anterior, gigantisme,
Makroglosia

atau

hemihypertrophy

(mungkin

Beckwith-Wiedemann

Syndrome),

atau

kemungkinan kesalahan metabolisme bawaan atau ibunya ada di terbutalin, beta blocker, atau
agen hipoglikemik oral
8. Terjadinya hiperinsulinemia adalah dari lahir sampai usia 18 bulan. Konsentrasi insulin yang
tidak tepat meningkat pada saat hipoglikemia didokumentasikan. Hiperinsulinisme neonatal
Transient terjadi pada bayi makrosomia dari ibu diabetes (yang telah berkurang sekresi glukagon

dan siapa produksi glukosa endogen secara signifikan dihambat). Secara klinis, bayi ini
makrosomia dan memiliki tuntutan yang semakin meningkat untuk makan, lesu intermiten,
jitteriness, dan kejang jujur.
H.
1.
a.
b.

Penatalaksanaan Hipoglikemia
Dengan memperhatikan tanda atau gejala tersebut diatas, maka diambil tindakan segera yaitu :
Beri air gula kira-kira 30 cc satu kali pemberian dan observasi keadaannya.
Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain hangat, jauhkan dari hal-hal

yang dapat menyerap panas bayi.


c. Segera beri ASI (Air Susu Ibu).
d. Observasi keadaan bayi, yaitu tanda-tanda vital, warna kulit, reflek dan semua gejala yang ada
diatas.
e. Bila tidak ada perubahan selama 24 jam dalam gejala-gejala tersebut segera rujuk ke rumah
sakit.
2.
a.
b.
c.
1)

Glukosa darah <25 mg/dl (1,1 mmol/l) atau terdapat tanda hipoglikemi, maka :
Pasang jalur IV, berikan glukosa 10% 2 ml/kg BB secara pelan dalam 5 menit.
Infus glukosa 20% sesuai kebutuhan rawatan.
Periksa kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus glukosa dan kemudian 3 jam sekali
Jika kadar glukosa darah masih <25 mg/dl (1,1 mmol/l) ulangi pemberian bolus glukosa sperti

tersebut diatas dan lanjutkan pemberian infus.


2) Jika kadar glukosa darah 24-25 mg/dl (1,1-2,6 mmol/l) lanjutkan infus dan ulangi pemeriksaan
kadar glukosa setiap 3 jam sampai kadar glukosa 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih.
3) Jika kadar gluosa darah 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih dalam dua kali pemberian berturutd.

turut, ikuti petunjuk tentang frekuensi pemeriksaan kadar glukosa darah kembali normal.
Bila bayi tidak menyusu berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara

e.

pemberian minum.
Jangan menghentikan infus glukosa secara tiba-tiba.

3. Glukosa darah 25-45 mg/dl (1,1- 2,6 mmol/l) tanpa tanda hipoglikemi.
a. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak menyusu berikan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum.
b. Pantau tanda hipoglikemi dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut diatas.
c. Periksa kadar glukosa darah dalam setiap 3 jam atau sebelum pemberian minum berikutnya :
1) Jika kadar glukosa darah masih <25 mg/dl (1,1 mmol/l) atau terdapat tanda hipoglikemi tangani
seperti tersebut diatas.
2) Jika kadar glukosa darah masih antara 24-45 mg/dl (1,1-2,6 mmol/l) naikkan frekuensi
pemberian ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan menggunakan alternatif cara
pemberian minum.

3) Jika kadar glukosa darah 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih, lihat tentang frekuensi pemeriksaan
kadar glukosa darah.

I.

Pencegahan Hipoglikemia
Sakit
Baik
Pencegahan hipoglikemi pada bayi baru lahir :
Penilaian keadaan umum
Semua bayi dapat hipoksia perinatal, depresi pernafasan, penyakit rhesus, atau kasus bedah
Termasuk kecil menurut masa kehamilan, berat lahir rendah, posterm, bayi dan ibu diabetes,
suhu rektal >35C, ibu dalam pengobatan ahli diabetik
Periksa secara teliti sebelum memutuskan memberi minum.
Pantau gula darah dengan stik BM saat lahir, kemudian setiap 3 jam selama 36 jam.
Mulai pemberian minum dalam 2 jam setelah lahir dan lanjutkan sbb :
Bilas lambung dan bila baik berikan minum. Bila jelek, berikan infus dekstrosa 4,3% dengan
salin 0,18% melalui vena perifer

bila kurang dari


2 kg
setiap 1-2 jam
60 ml/kg
120 ml/kg
150 ml/kg
180 ml/kg
200 ml/kg
Bila bayi tidak
mau minum ->
pasang selang
nasogastrik.
Kosongkan
lambung
sebelum diberi
minum pertama
dan bilas bila
ada darah,
lendir, atau

lebih dari 2 kg Bila tetap di Kurang dari 2


setiap 2-3 jam atas 2
mmol/L, atasi
24 jam pertama mmol/L,
sesuai gambar
Hari kedua
teruskan
Hari ketiga
pemberian
Hari keempat minum
Hari kelima

mekonium

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan
kadar glukosa serum yang rendah. Frekuensi hipoglikemia pada bayi/anak belum diketahui pasti.
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme
glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan
pengaruh obat-obatan maupun toksin.
Hipoglikemia simtomatik pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan.
Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan
bayi dari ibu DM.
Pada bayi/anak, gejala-gejala hipoglikemia dapat berupa: gerakan motorik tidak
terkoordinasi, pucat, cengeng, ataksia, strabismus, kejang, malas/lemah, tidak ada perhatian dan
gangguan tingkah laku. Hipoglikemia bisa disertai atau tidak dengan banyak keringat dan
takhikardi.
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan
kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama,
adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi,
diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat.
B. Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang
pengertian, etiologi, manifestasi klinik, penanganan dan pragnosis dari hipoglikemia terhadap
bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA
Iswanto, J. 2012. Hipoglikemi pada Bayi. http://www.sumbarsehat.com/2012/07/hipoglikemi-padabayi_7154.html (5 Februari 2014)
Luksitasari, U. 2013. Manajemen Kebidanan pada Neonatus dengan Hipoglikemia.
http://ulfahsita.blogspot.com/2013/12/manajemen-kebidanan-pada-neonatus_5777.html (5
Februari 2014)
Vade. 2005. Pediatri. Jakarta : EGC
Farrer, H. 2001. Perawatan Masa Nifas. Jakarta : EGC

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN HIPOGLIKEMI BAB I


PENDAHULUAN 1 LATAR BELAKANG Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah di
bawah normal.Diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa darah < 50 mg
% (2,8 mmol/L) atau bahkan <40 mg% (2,2 mmol).(dikutip oleh Djoko Wahono S,
2006). Hipoglikemi ada tiga tingkatan yaitu dari ringan: simptomatik, dapat diatasi
sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari hari yang nyata, sedang :
simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari hari
yang nyata, da berat : sering (tidak selalu ) tidak simptomatik, karena gangguan
kognitif pasien tidak mampu mengatasi sendiri.pada tingkatan berat, membutuhkan
pihak ketiga tetapi membutuhkan terapi parenteral,tetapi di sisi lain Membutuhkan
terapi parenteral (glukagon intramuskular atau glukosa intravena) ,disertai koma
atau kejang. Munculnya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap
bagi. Gejala biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24
dan 72 jam setelah kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi
mengalami stress berat. Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa
sebesar 45 mg/dL atau lebih adalah hasil yang diharapkan tanpa
mempertimbangkan berat badan, usia gestasi atau faktor predisposisi lainnya.
Manifestasi klinis sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas,
letargi atau hipotonia, pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak
untuk mengisap atau kurang minum ASI, menangis dengan suara melengking atau
melemah, hipotermia, diaporesis atau aktivitas kejang neonatus. Jika bayi
hipiglikemia dibiarkan tidak mendapat terapi dapat menyebabkan kerusakan otak
dan retardasi mental. Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang
mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl.
Adapun batasan hipoglikemia adalah: 1.1 Hipoglikemi murni : Ada gejala
hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl 1.2 Reaksi hipoglikemi : Gejala hipoglikemi
bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl 1.3
Koma hipoglikemi : Koma akibat gula darah < 30 mg/dl 1.4 Hipoglikemi reaktif :
Gejala hipoglikemi yang terjadi 3 5 jam sesudah makan. 2 Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 2.1
Jelaskan pengertian dari hipoglikemia! 2.2 Berapa frekuensi penderita hipoglikemia?
2.3 Jelaskan etiologi dari hipoglikemia? 2.4 Jelaskan manifestasi klinik dari
hipoglikemia! 2.5 Bagaimana pengobatan dari hipoglikemia? 2.6 Jelaskan pragnosis
dari hipoglikemi 3 Tujuan 3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada kasus hipoglikemi 3.2 Tujuan Khusus 3.2.1 Mengetahui pengkajian pada kasus
hipoglikemi 3.2.2 Mengetahui diagnosa pada kasus hipoglikemi 3.2.3 Mengetahui
intervensi pada kasus hipoglikemi 3.2.4 Mengetahui implementasi pada kasus
hipoglikemi 3.2.5 Mengetahui evaluasi pada kasus hipoglikemi 4 Manfaatin
Penulisan 4.1 Bagi Penulis Hasil study kasus ini dapat memberikan wawasan
Hipoglikemi, dengan menggunakan asuhan keperawatan. 4.2 Bagi Institusi 4.2.1
Sebagai bacaan di perpustakaan dan bahan acuhan pertandingan pada penanganan
kasus keperawatan 4.2.2 Menghasilkan ahli Madya Keperawatan sebagai perawat
profesional yang memiliki pengetahuan yang memadai sesuai perkembangan ilmu

dan pengetahuan 4.3 Bagi Klien Memberikan pengetahuan dan keterampilan pada
keluarga tentang perawatan Hipoglikemi 4.4 Bagi Rumah Sakit Dapat memberikaqn
asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta menjaga dan meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, khususnya asuhan keperawatan dengan Hipoglikem.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Landasan Teori 1.1 Definisi dan Diagnosis 1.1.1 Secara
harafiah hipoglikemia berarti kadar glukosa darah di bawah normal. 1.1.2 Diagnosis
hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa darah < 50 mg% (2,8 mmol/L) atau
bahkan <40 mg% (2,2 mmol). (dikutip oleh Djoko Wahono S, 2006). 2 Klasifikasi 2.1
Ringan : simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari-hari
yang nyata. 2.2 Sedang : dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas
sehari-hari yang nyata. 2.3 Berat : sering (tidak selalu) tidak simptomatik, karena
gangguan kognitif pasien tidak mampu mengatasi sendiri 2.3.1 Membutuhkan pihak
ketiga tetapi tidak memerlukan terapi parenteral. 2.3.2 Membutuhkan terapi
parenteral (glukosa intramuskular atau glukosa intravena) 2.3.3 Disertai koma atau
kejang. 3 Faktor Pencetus 3.1 Kadar insulin berlebihan 3.1.1 Dosis berlebihan:
kesalahan dokter, farmasi, pasien; ketidaksesuaian dengan kebutuhan pasien atau
gaya hidup; deliberate overdose (factitious hipoglikemia). 3.1.2 Peningkatan
bioavailibilitas insulin: absorbsi yang lebih cepat (aktivitas jasmani), suntik di perut,
perubahan human insulin, antibodi insulin, gagal ginjal (clearance insulin
berkurang), honeymoon periode. 3.2 Peningkatan sensitivitas insulin 3.2.1 Defisiensi
hormon counter-regulatory, penyakir Addison, hipopituirisme. 3.2.2 Penurunan BB
3.2.3 Latihan jasmani, postpartum, variasi siklus menstruasi. 3.3 Asupan
karbohidrat kurang 3.3.1 Makan tertunda atau lupa, porsi makan kurang 3.3.2 Diet
slimming, anorexia nervosa 3.3.3 Muntah, gastroparesis 3.3.4 Menyusui 3.4 Lainlain 3.4.1 Absorbsi yang cepat, pemulihan glikogen otot 3.4.2 Alkohol, obat (salisilat,
sulfonamid meningkatkan kerja sulfonilurea; penyekat b non-selektif, pentamidin) 4
Prognosis Hipoglikemia Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan
berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada
neonatus prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan
kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan
pengobatan yang adekuat 4.1 Hipoglikemia neonatus Berdasarkan tingkat beratnya
Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan: 4.1.1 Hipoglikemia transisional
Prognosisnya baik dan tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal :
asfiksia perinatal. Tidak ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan
mortalitas/morbiditas bayi. Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar
gula 20 mg/100 ml. 4.1.2 Hipoglikemia sekunder Mortalitas neonatus pada
kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya. Bayi yang menderita
Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya, tetapi lebih
banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya. 4.1.3 Hipoglikemia transien
Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi
tersebut seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat
BBLR dan KMK sendiri, demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa
menyebabkan ganggguan mental, perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada
hubungannya dengan hipoglikemia. Pada penelitian prospektif dengan

menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang diamati sampai umur 7 tahun
ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi tidak ada cacat
nerologik yang berat. 4.1.4 Hipoglikemia berat (berulang) Keompok ini bisa dibagi
atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai masalah tersendiri yang
mempengaruhi prognosisnya. 4.1.4.1 Defisiensi hormon multipel (hipopituitarisme
bawaan) Sering kali disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari
pertama, nampaknya akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang
dilaporkan 2/3 meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5
antara umur 2 bulan sampai 17 tahun). Beberapa di antaranya yang hidup
menunjukkan gejala retardasi. Prognosis terhadap perkembangannya tergantung
dari adanya defisiensi hormon-hormon lainnya dan berhasilnya pengobatan
substitusi. 4.1.4.2 Kelebihan hormon (hiperinsulinisme) Pada sindroma Beckwith
Wiedemann, retardasi mental kemungkinan disebabkan oleh H yang tidak diobati,
meskipun dengan pengobatan adekuat prognosis masih meragukan, sebab adanya
anomali multipel yang menyertainya. 4.1.4.3 Infant giants (Foetopathia Diabetica) :
Biasanya memperlihatkan hipoglikemia berat dan tidak ada respon terhadap
pengobatan medikamentosadan memerlukan pankreatektomi total. Mereka yang
hidupo biasanya memperlihatkan retardasi perkembangan yang sedang atau berat.
4.1.4.4 Adenma sel beta : Pada penderita yang diamati, bayi-bayi yang hidup
menunjukkan perawakan yang relatif pendek tetapi ada yang menderita diabetes
dan beberapa diantaranya memperlihatkan gangguan neurologik sedang atau
berat, gangguan mental dan sering kali dengan kejang-kejang. Maka, penting
diagnosis dini dan tindakan bedah yang segera. 4.1.4.5 Gangguan metabolisme
hidrat arang: prognosis tergantung darimana masing-masing penyebabnya,
misalnya hipoglikemia bisa fatal pada hari pertama, untuk glycogen strorage
disease. 4.1.4.6 Gangguan metabolisme asam amino yang disertai hipoglikemia,
misalnya: Maple syrup urine disease, asidemiametilmalok. Masing-masing
mempunyai pragnosis yang meragukan. 4.2 Bayi/Anak Hipogikemia tergantung dari
etiologinya, cenderung kurang berat pada bayi yang lebih tua dan anak. Tetapi
dapat berakibat gangguan kepribadian kelainan pelaku dan kelainan nerologik.
Nampaknya terdapat kepekaan umur khusus pada Hipogikemia ketosis yang dimulai
pada umur 9 12 bulan dan mencapai puncaknya pada umur 18-30 bulan, kemudian
sembuh sendiri pada umur 4-7 tahun atau 9-10 tahun. Adenoma sel beta frekuensi
meningkat sesudah masa neonatus yaitu pada umur 5-15 tahun. Prognosisnya
dapat digambarkan sebagai berikut: anak-anak yang diobati secara bedah 1
meninggal karena tindakan operasi, 1 menderita DM yang memerlukan insulin, 1
hanya memerlukan insulin selama 28 hari dan 8 mempunyai sekuele nerologik
maupun kepribadian dan tingkah laku. Empat belas anak (56%) sembuh sempurna.
5 Komponen Utama Respon Simpatis dan Counter Regulatory Terhadap Hipoglikemia
Patofisologi Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh
sirkulasi diakibatkan oleh ketidak mampuan otak untuk membakar asam lemak
berantai panjang, kurangnya simpanan glukosa sebagai glikogen didalam otak
orang dewasa, dan ketidak tersediaan keton dalam fase makan atau posabsorbtif.
(Heller, 2003). Patway Puasa / intake kurang Glikogenolisis Deficit glikogen pada

hepar Gula darah menurun < 60 mg/dl Penurunan nutrisi jaringan otak Respon
SSP Respon Otak Respon Vegetatif Kortek serebri Pelepasan norepinefrin &
kurang suplai energi ( < 50mg/dl) adrenalin Kekaburan yang dirasa dikepala
Takikardia, pucat, gemetar, Sulit konsentrasi / berfikir berkeringat Gemetar Kepala
terasa melayang Tidak sadar Gangguan proses berfikir Stupor, kejang, koma 6
Tanda dan Gejala 6.1 Otonomik berupa: berkeringat, jantung berdebar, tremor,
lapar. 6.2 Neuroglikopenik: bingung, mengantuk, sukar berbicara, inkoordinasi,
perilaku yang berbeda, gangguan visual, parestesia. 6.3 Malaise; mual, sakit kepala
7 Penatalaksanaan 7.1 Glukosa oral 7.1.1 10-20 g glukosa oral harus segera
diberikan dalam bentuk tablet atau jelly, atau 7.1.2 150-200 ml minuman yang
mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. 7.1.3 Sebaiknya
coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat menghambat
absorbsi glukosa. 7.1.4 Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan
tambahan 10-20 g karbohidrat kompleks. 7.1.5 Bila pasien mengalami kesulitan
menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat
mukosa rongga mulut mungkin dapat dicoba. 7.2 Glukagon intramuskular 7.2.1 1
mg glukagon IM dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit. 7.2.2
Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian
glukosa oral 20 g dan dilanjutkan dengan pemberian 40 g karbohidrat dalam bentuk
tepung untuk mempertahankan pemulihan. 7.2.3 Pada keadaan puasa yang
panjang atau hipoglikemia yang diinduksi oleh alkohol, pemberian glukosa mungkin
tidak efektif. Efektifitas glukagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang
terjadi. 7.3 Glukosa intravena 7.3.1 75-100 ml glukosa 20% atau 150-200 ml
glukosa 10% dianggap lebih aman. 7.3.2 Glukosa 50% terlalu toksik untuk jaringan
dan ekstravasasi ke jaringan dapat menimbulkan nekrosis yang memerlukan
amputasi. 8 Asuhan Keperawatan 8.1 Pengkajian Identitas Usia: anak, remaja, dan
lansia. Riwayat penyakit sekarang: Awitan terjasi beberapa menit sampai 1 jam.
Dosis insulin kelebihan, tidak makan, peningkatan program latihan yang tidak
direncanakan, muntah, kehamilan. Riwayat penyakit dahulu: Menderita DM tipe I
maupun tipe II Riwayat penyakit keluarga: Ada yang menderita DM. Pemeriksaan
Fisik: B2 (Blood) : Takikardi Kulit dingin dan Pucat B3 (Brain) : Ketidakmampuan
berkonsentrasi Kurang koordinasi Kebas, Kesemutan : Bibir, Lidah Menguap, Bicara
tidak jelas Hiperfleksia, aktivitas kejang Malam hari : mimpi buruk, tidur berjalan,
gelisah B5 (Bowel) : Kelaparan Mual 8.2 Pemeriksaan Diagnostik Glukosa : <60
mg/dL Keton Urine : Negative 8.2.1 Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya
simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang
menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis. 8.2.2 Riwayat :
8.2.2.1 Imunisasi 8.2.2.2 Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga 8.2.2.3
Pemakaian parenteral nutrition 8.2.2.4 Sepsis 8.2.2.5 Enteral feeding 8.2.2.6
Pemakaian Corticosteroid therapi 8.2.2.7 Ibu yang memakai atau ketergantungan
narkotika 8.2.2.8 Kanker 8.3 Data fokus 8.3.1 Data Subyektif: 8.3.1.1 Sering masuk
dengan keluhan yang tidak jelas 8.3.1.2 Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj
keringat dingin 8.3.1.3 Rasa lapar (bayi sering nangis) 8.3.1.4 Nyeri kepala 8.3.1.5
Sering menguap 8.3.1.6 Irritabel 8.3.2 Data obyektif: 8.3.2.1 Parestisia pada bibir

dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku, \ 8.3.2.2 Hightpitched cry, lemas,
apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata
berputar-putar, menolak makan dan koma 8.3.2.3 Plasma glukosa < 50 gr/% 8.4
Diagnose dan Rencana Keperawatan Potensial komplikasi s.e kadar glukosa plasma
yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan
fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi Rencana tindakan: 8.4.1 Cek serum glukosa
sebelum dan setelah makan 8.4.2 Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin,
kulit yang lembab 8.4.3 Monitor vital sign 8.4.4 Monitor kesadaran 8.4.5 Monitor
tanda gugup, irritabilitas 8.4.6 Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
8.4.7 Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi. 8.4.8
Cek BB setiap hari 8.4.9 Cek tanda-tanda infeksi 8.4.10 Hindari terjadinya hipotermi
8.4.11 Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV 8.4.12 Lakukan kolaborasi
pemberian O2 1 lt 2 lt /menit 8.5 Potensial terjadi infeksi s.e penurunan daya
tahan tubuh Rencana tindakan: 8.5.1 Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum
dan setelah tindakan 8.5.2 Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi
dalam keadaan bersih atau steril 8.5.3 Cegah kontak dengan petugas atau pihak
lain yang menderita infeksi saluran nafas. 8.5.4 Perhatikan kondisi feces bayi 8.5.5
Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik. 8.5.6 Berikan antibiotik
sebagai profolaksis sesuai dengan order. 8.5.7 Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL
secara teratur. 8.6 Potensial Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit s.e
peningkatan pengeluaran keringat Rencana Tindakan 8.6.1 Cek intake dan output R/
Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24 jam 8.6.2 Cek turgor kulit
bayi 8.6.3 Kaji intoleransi minum bayi R/ Jika mengisap sudah baik anjurkan
pemberian ASI 8.6.4 Keterbatasan gerak dan aktivitas s.e hipoglikemi pada otot
R/Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari 8.6.5 Lakukan fisiotherapi 8.6.6 Ganti
pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor dan basah. BAB III PENUTUP
Kesimpulan Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah di bawah normal.Diagnosis
hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa darah < 50 mg% (2,8 mmol/L) atau
bahkan <40 mg% (2,2 mmol).(dikutip oleh Djoko Wahono S, 2006). Hipoglikemi ada
tiga tingkatan yaitu dari ringan: simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada
gangguan aktivitas sehari hari yang nyata, sedang : simptomatik, dapat diatasi
sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari hari yang nyata, da berat : sering
(tidak selalu ) tidak simptomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak mampu
mengatasi sendiri.pada tingkatan berat, membutuhkan pihak ketiga tetapi
membutuhkan terapi parenteral,tetapi di sisi lain Membutuhkan terapi parenteral
(glukagon intramuskular atau glukosa intravena) ,disertai koma atau kejang. Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang
pengertian, frekuensi penderita, etiologi, manifestasi klinik, pengobatan dan
pragnosis dari hipoglikemia.
Sumber: http://www.riyawan.com/p/makalah-fraktur_4082.html#.VP6QwCexOho
10maret 2015

Konten ini adalah milik dan hak cipta riyawan.com, harap mencantumkan link
sumber jika ingin mengcopy atau menyebarluaskan

Anda mungkin juga menyukai