Puji syukur penyusun panjatkan ke-hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
berkat limpahan berkah dan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Dengan makalah ini penyusun
dapat mengetahui pemahaman lebih dalam mengenai “Hipoglikemia pada Bayi Baru Lahir”.
ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan denmi tercapainya tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut mendukung
terselesainya makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Neonatus
BCB
Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi
seperti diatas
Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
- Infus D10 diteruskan
- Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
- ASI diberikan bila bayi dapat minum
Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
- Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
- ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus
diturunkan pelan-pelan
- Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
C. Kadar glukosa darah <45mg/dl tanpa gejala
ASI teruskan
Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
- Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi
- Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
- Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal
D. Kadar glukosa normal
IV teruskan
Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam,
bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
E. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia <7 hari)
Konsultasi endokrin
Terapi : kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau
prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih
dalam.
Bila masih mengalami hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain :
somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon,
pembedahan. (jarang dilakukan)
2.8 Stabilisasi Hipoglikemia
Kondisi gangguan produksi glukosa paling sering ditemukan setelah resusitasi.
Gangguan homesotasis glukosa dapat berdampak pada kerusakan otak dan instabilitas
neurologis. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan kondisi hipoglikemia setelah
lahir antara lain: kondisi hiperinsulinemia, berat lahir besar dengan riwayat ibu
diabetes melitus, prematuritas, stress perinatal seperti sepsis asfiksia, dan syok.
Beberapa kondisi yang perlu diwaspadai pada neonatus yang dicurigai hipoglikemi
diantaranya jitteriness, tremor, hipotermia, letargis, lemas, hipotonia, apnea atau
takipnea, sianosis, malas menetek, muntah, menangis lemah atau high pitched, kejang
bahkan henti jantung. Kegagalan respons peningkatan glukosa setelah pemberian
bolus dekstrosa 10% merupakan indikasi untuk segera dirujuk. Langkah stabilisasi
kadar gula darah antara lain :
a. Tidak memberikan makanan parenteral
Pada saat bayi sakit, sebaiknya menunda pemberian makanan peroral karena
bayi yang sakit seringkali mengalami distress pernapasan, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya aspirasi isi lambung ke paru. Bayi yang
mengalami kesulitan napas, menjadikannya mudah tersedak karena gangguan
koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas, adanya infeksi maupun kelainan
kongenital.
b. Memberikan glukosa melalui jalur intravena
Memberikan kebutuhan energi bagi bayi yang sakit melalui cairan intravena
yang mengandung glukosa merupakan komponen penting dalam stabilisasi
bayi, karena otak bayi memerlukan suplai glukosa yang cukup untuk berfungsi
dengan normal. Cairan yang mengandung glukosa harus segera diberikan
melalui jalur intravena kepada bayi sakit. Jalur intravena dapat diberikan
ditangan, kaki, atau kulit kepala. Apabila jalur perifer sulit didapatkan maka
dapat digunakan jalur vena umbilikal untuk pemberian cairan dan obat-obatan
c. Beberapa neonatus berisiko tinggi mengalami hipoglikemia
Bayi yang berisiko mengalami tinggi mengalami hipoglikemia diantaranya
adalah
Bayi prematur (usia kehamilan <37 minggu)
Bayi kecil untuk masa kehamilan, berat badan lahir rendah, dan IUGR
Bayi besar untuk masa kehamilan
Bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
Bayi yang sakit
Bayi dari ibu yang mendapatkan obat hipoglikemik atau diinfus
glukosa saat persalinan
Pemeriksaan gula darah diindikasikan dilakukan saat usia 30 menit pada bayi
dengan disstess pernapasan, sepsis, atau tidak dapat minum. Kemudian
pemeriksaan gula darah dilanjutkan tiap satu jam. Pada bayi dengan faktor
resiko yang asimtomatik dan dapat minum, pemeriksaan gula darah dilakukan
setiap 2 jam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan
sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh
bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang
dikonfirmasi dengan uji glukose darah. Kondisi Hipoglikemi ini lebih berbahaya
daripada Hiperglikemi (kebalikan dari Hipo, kadar gula darahnya diatas normal).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada BBL dibandingkan anak yang lebih besar dan
dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak.
Hipoglikemia biasa terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki
cadangan glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk glikogen). Penyebab
lainnya adalah Prematuritas, Post-maturitas, dan Kelainan fungsi plasenta (ari-ari)
selama berada didalam kandungan. Tanda gejala pada hipoglikemia yaitu pertama
meliputi gejala yang berkaitan dengan aktivitasi sistem saraf autonom dan pelepasan
epinefrin yang disertai dengan penurunan kadar glukosa. Kedua meliputi gejala yang
disebabkan karena penurunan penggunaan glukosa otak yang disertai dengan
hipoglikemia yang lama. Pada neonatus biasanya gejala disertai sianosis, apnea,
hipotermia, hipotonia, kejang-kejang, letargi atau apatis, berkeringat, takipnea atau
takikardi, serta tidak ingin minum.
3.2 Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang
pengertian, frekuensi penderita, etiologi, manifestasi klinik, pengobatan dan pragnosis
dari hipoglikemia.
DAFTAR PUSTAKA
RP Lumbantoruan · 2018
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/EN01_Hipoglikemia-Q.pdf
RO Melinda · 2021 https://jbiomedkes.org/index.php/jbk/article/view/184
Regina Paranggian: Hubungan Derajat Asfiksia dengan Kejadian Hipoglikemia