Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke-hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
berkat limpahan berkah dan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Dengan makalah ini penyusun
dapat mengetahui pemahaman lebih dalam mengenai “Hipoglikemia pada Bayi Baru Lahir”.
ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan denmi tercapainya tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut mendukung
terselesainya makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi
pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipoglikemia


2.2 Etiologi Hipoglikemia
2.3 Patofisiologi Hipoglikemia
2.4 Tanda dan Gejala Hipoglikemia
2.5 Diagnosa Hipoglikemia
2.6 Diagnosa Banding Hipoglikemia
2.7 Penatalaksanaan Hipoglikemia
2.8 Stabilisasi Hipoglikemia

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah. Terdapat
teknik baru untuk menguji keadaan hipoglikemi, seperti menggunakan penganalisa
oksidase glukosa atau optical bedside glucose analyzer (mis One Touch). Teknik ini
lebih bermakna untuk tujuan skrining di ruang rawat karena interpretasi warna
terkadang tidak subjektif. Pada praktik klinik, bayi dengan kadar glukosa kurang dari
40 mg/dL memerlukan intervensi. Juga untuk menilai glukosa plasma < 20 hingga 25
mg/dL harus diterapi dengan pemberian glukosa per parenteral tanpa
mempertimbangkan usia atau masa gestasi.
Munculnya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bayi. Gejala
biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam
setelah kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress
berat. Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau
lebih adalah hasil yang diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan, usia gestasi
atau faktor predisposisi lainnya.
Manifestasi klinis sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau kejang,
iritabilitas, letargi atau hipotonia, pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat,
menolak untuk mengisap atau kurang minum ASI, menangis dengan suara
melengking atau melemah, hipotermia, diaporesis atau aktivitas kejang neonatus. Jika
bayi hipoglikemia dibiarkan tidak mendapat terapi dapat menyebabkan kerusakan
otak dan retardasi mental. Terkait dengan hal tersebut, maka penulis menyusun
makalah ini guna memberikan pengetahuan mengenai persoalan hipoglikemia.
1.2 Rumusan masalah
Masalah yang diangkat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah definisi dari hipoglikemia?
1.2.2 Apakah etiologi dari hipoglikemia?
1.2.3 Bagaimanakah tanda dan gejala hipoglikemia?
1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi pada hipoglikemia?
1.2.5 Bagaimana diagnosa dari hipoglikemia?
1.2.6 Bagaimana diagnosa banding pada hipoglikemia?
1.2.7 Bagaimanakah penatalaksanaan pada hipoglikemia?
1.2.8 Bagaimanakah stabilisasi pada hipoglikemia?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari hipoglikemia.
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari hipoglikemia
1.3.3 Untuk mengetahui tanda dan gejala hipoglikemia
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari hipoglikemia.
1.3.5 Untuk mengetahui diagnosa dari hipoglikemia.
1.3.6 Untuk mengetahui diagnosa banding dari hipoglikemia.
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan bagi bayi jika terkena hipoglikemia
1.3.8 Untuk mengetahui bagaimana stabilisasi dari hipoglikemia
1.4 Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Bagi penulis
Untuk menambah wawasan dan untuk lebih memahami mengenai
hipoglikemia pada bayi baru lahir
1.4.2 Bagi Pembaca
Agar pembaca mengetahui tentang hipoglikemia pada bayi baru lahir
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipoglikemia


Hipoglikemia sering terjadi pada bayi baru lahir. Bayi yang mengalami hipoglikemia
biasanya tidak memiliki gejala (asimtomatik), sehingga kondisi ini mudah terlewatkan. Perlu
diketahui bahwa pada neonatus kadar glukosa serum menurun dalam 1-3 jam pertama
kehidupan, tetapi setelah itu akan meningkat secara spontan.( Hipoglikemia ialah suatu
penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa
serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah
40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan
strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose
darah. Kondisi Hipoglikemi ini lebih berbahaya daripada Hiperglikemi (kebalikan
dari Hipo, kadar gula darahnya diatas normal). Saat Hipoglikemi oksigen yang sampai
ke otak bisa sangat kurang. Kekurangan oksigen di otak, fatalnya, bisa menyebabkan
“Koma”. Selain itu keadaan minim oksigen ini kalau sering terjadi bisa menimbulkan
menurunnya daya ingat bahkan menjadi “Idiot”.
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada BBL dibandingkan anak yang lebih besar dan
dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak. Kadar glukosa
darah yang normal terjadi karena adanya keseimbangan antara penyediaan glukosa
dalam darah dengan pemakaiannya oleh tubuh. Bila terjadi gangguan pada
keseimbangan ini, maka dapat terjadi hipoglikemia atau sebaliknya hiperglikemia.

Kelompok umur Glukose <mg/dl Darah plasma/serum

Bayi/anak <40mg/100ml <45mg/100ml

Neonatus

BBLR/KMK <20mg/100ml <25mg/100ml

BCB

0-3 hari <30mg/100ml <35mg/100ml

3 hari <40mg/100ml <45mg/100ml


Berdasarkan hasil penelitian bayi dengan berat badan lahir normal adalah yang paling banyak,
yaitu 57.7% sedangkan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebanyak 16 bayi
2.2 Etiologi Hipoglikemia
Hipoglikemia biasa terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki cadangan
glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk glikogen). Penyebab lainnya
adalah Prematuritas, Post-maturitas, dan Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama
berada didalam kandungan.
Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin yang tinggi.
Bayi yang ibunya menderita diabetes seringkali memiliki kadar insulin yang tinggi
karena ibunya memiliki kadar gula darah yang tinggi, sejumlah besar darah gula ini
melewati plasenta dan sampai ke janin selama masa kehamilan. Akibatnya, janin
menghasilkan sejumlah besar insulin. Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada
bayi yang menderita penyakit hemolitik berat.
Berikut ini adalah penyebab hipoglikemia pada anak yaitu :
A. Hiperinsulinisme
- Tumor sel beta
- Adenomatosis sel beta
- Nesidioblastosis
- Hiperplasia sel beta
B. Defisiensi enzim hati
- Glukose 6 fruktosa
- Amilo 1-6 glukosidase
- Sistem fosforilase
- Sinetase untuk glikogen
- Fruktose 1 fosfat aldolase
- Fruktose 1-6 difosfatase
- Piruvat karboksilase
- Defisiensi forfoenol piruvat karboksikinase
- Galaktase 1 fosfat uridil transferase
- Branched chain amino acid abnormalities
C. Defisiensi endokrin
1. Kelenjar hipofise
- Defisiensi hormon pertumbuhan (GH)
- Defisiensi ACTH
2. Kelenjar adrenalin
- Penyakit addison
- Hipoplasia adrenal bawaan
- Hiperplasia adrenal bawaan
- Defisiensi familia glukokortikoid
- Adrenal medullary unresponsiveness
3. Defisiensi glukagon
D. Hipoglikemia ketosis
Gejala hipoglikemia tidak spesifik. Gejala hipoglikemia dibagi menjadi 2
kategori besar berdasarkan mekanisme penyebabnya;
1) gejala otonom berupa: berkeringat, kelaparan, parestesia, tremor,
pucat, kecemasan, mual, dan palpitasi karena aktivasi dari sistem
saraf otonom baik simpatis maupun parasimpatis
2) gejala neuroglikopeni berupa : rasa panas, kecapean, lemah,
pusing, sakit kepala, tidak mampu untuk berkonsentrasi, pandangan
kabur, sukar berbicara, bingung, gangguan tingkah laku,
kehilangan koordinasi, kejang, koma akibat dari efek kekurangan
glukosa otak.

Gejala hipoglikemia cenderung lebih berat bila hipoglikemia disebabkan oleh


hiperinsulinemia. Pada neonatus dan bayi, hipoglikemia memberikan gejala
iritabilitas, tremor, kesulitan makan, letargi, hipotoni, takipnea, sianosis atau
apnea.

Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab hipoglikemia digolongkan atas


hipoglikemia yang ketosis dan hipoglikemia yang non ketosis. Hipoglikemia
yang ketosis dengan adanya pembesaran hepar ditemukan pada penyakit
Glycogen storage disease, F-1,6-bisphosphatase deficiency. Hipoglikemia
yang ketosis tanpa pembesaran hepar ditemukan pada penyakit Accelerated
starvation, gangguan hormonal seperti defisensi growth hormon atau defisiensi
kortisol serta Glycogen syntase deficiency.Pada hipoglikemia yang ketosis
dengan adanya asam organik urin yang positif ditemukan pada Maple syrup
urine disease, Methyllmalonic acidemia. Penyebab hipoglikemia yang non
ketosis atau hipoketosis dengan serum insulin yang tinggi ditemukan pada
hiperinsulinisme kongenital, insulinoma dan insulin autoimmunity.Bila serum
insulin rendah dapat ditemukan pada penyakit oksidasi asam lemak, asam urin
organik, plasma asilkarnitin,urine acylglycines.

E. Obat dan toksin


1. Etil alkohol
2. Salisilat
3. Sulfonilurea
4. Propanolol
5. Jamaican vomiting sickness

Adapun kelainan yang dapat menyebabkan kekurangan produksi glukosa

a. Simpanan glukosa yang tidak adekuat, misalnya prematur, hipoglikemia


ketotik dan mal nutrisi
Kelainan ini sering menjadi penyebab dari hipoglikemia, disamping
hipoglikemia yang terjadi akibat pemberian insulin pada diabetes. Kelainan
ini dapat dibedakan dari gejala klinis dan adanya hipoglikemia ketotik.
b. Kelainan pada produksi glukosa di hepar
Kelainan produksi glukosa yang menurun dapat terjadi melalui beberapa
defek termasuk blockade pada pelepasan dan sintesa glukosa atau blockade
glukoneogenesis
c. Kelainan hormonal
Kelainan ini diakibatkan oleh hormon pertumbuhan dan kortisol yang
berperan pada proses pembentukan energi alternatif dan merangsang dari
produksi glukosa
d. Toksin atau penyakit lain (etanol, salisilat, malaria)
Etanol berperan menghambat proses glukoneogenesis melalui hepar sehingga
dapat menyebabkan hipoglikemia. Biasanya terjadi pada penderita diabetes,
dimana pemakaian insulin tidak dapat mengurangi sekresi insulin sebagai
respon apabila terjadi hipoglikemia. Intoksikasi salisilat dapat mengakibatkan
hipoglikemia karena menambah sekresi insulin dan hambatan pada
glukoneogenesis
2.3 Tanda dan gejala Hipoglikemia
Tanda gejala pada hipoglikemia yaitu pertama meliputi gejala yang berkaitan dengan
aktivitasi sistem saraf autonom dan pelepasan epinefrin yang disertai dengan
penurunan kadar glukosa. Kedua meliputi gejala yang disebabkan karena penurunan
penggunaan glukosa otak yang disertai dengan hipoglikemia yang lama. Pada
neonatus biasanya gejala disertai sianosis, apnea, hipotermia, hipotonia, kejang-
kejang, letargi atau apatis, berkeringat, takipnea atau takikardi, serta tidak ingin
minum.
2.4 Patofisiologi Hipoglikemia
Pada anak dan dewasa mempunyai persamaan subsrat dan pengaturan metabolisme
hormonal, namun homeostatis glukosa pada bayi berbeda.
a) Metabolisme glukosa pada janin
Homeostatis glukosa yang terjadi pada neonatus dan anak membutuhkan
beberapa penjelasan spesifik. Pertama karena adanya transisi kehidupan dari
intrauterine ke ekstrauterine. Keduanya adanya penggunaan kadar glukosa
yang meningkat pada neonatus dibandingan dewasa. Pada janin glukosa
melewati sawar plasenta secara difusi yang dapat menyebabkan janin tidak
dependent terhadap proses glikogenolisis dan glukoneogenesis karena terus
disuplai dengan glukosa dari ibu. Mekanisme glukoneogenesis terus
berkembang seutuhnya saat mendekati persalinan. Pada trimester terakhir
janin akan mengakumulasi cadangan lemak, glikogen serta mengalami
peningkatan aktivitas.
Saat lahir neonatus memiliki cadangan lemak dan glikogen yang cukup untuk
waktu yang singkat apabila terjadi penurunan kalori. Beberapa jam setelah
lahir konsentrasi glukosa plasma akan menurun sedangkan asam lemak bebas
jadi meningkat. Namun cadangan glikogen jadi terbatas sehingga dependent
terharap proses glukoneogenesis. Bila seorang ibu saat hamil mendapatkan
nutrisi yang adekuat, maka pada janin tidak terjadi glukoneogenesis. Selain
didalam kandungan, energi pokok yang digunakan oleh janin adalah glukosa
dan asam amino. Glukosa pada ibu masuk ke janin melalui plasenta secara
difusi karena adanya perbedaan konsentrasi pada ibu dan plasma janin, dimana
kadar glukosa plasma janin 70-80% sama dengan kadar dalam vena ibu.
b) Kompensasi terhadap keadaan hipoglikemia
Dalam keadaan normal tubuh akan mempertahankan hipoglikemia dengan
cara menurunkan sekresi insulin dan meningkatkan sekresi glukagon,
epinefrin, hormon pertumbuhan dan kortisol. Perubahan hormon tersebut
dikombinasi dengan meningkatnya keluaran glukosa dihepar. Respon pertama
yang terjadi adalah meningkatkan produksi glukosa dari hepar dengan
melepaskan cadangan glikogen dihepar serta menurunkan sekresi insulin dan
meningkatkan sekresi glukagon. Bila cadangan glikogen habis maka terjadi
peningkatan kerusakan protein karena efek kortisol yang meningkat serta
proses glukogenesis hepar diganti dengan glikogenolisis sebagai sumber
produksi glukosa. Kerusakan protein tersebut yaitu meningkatnya asam amino
glukogenik, alanin, dan glutamine dalam plasma. Penurunan kadar glukosa
perifer pada keadaan awal dapat menurunkan kadar insulin, yang kemudian
diikuti peningkatan kadar epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan. Ketiga
proses tersebut dapat meningkatkan lipolisis dan asam lemak bebas dalam
plasma yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif bagi tubuh dan
menghambat penggunaan glukosa. Hipoglikemia terjadi apabila satu atau lebih
mekanisme keseimbangan tersebut mengalami kegagalan atau penurunan
glukosa yang berlebihan seperti pada kondisi hiperinsulinemia atau produksi
yang kurang seperti pada penyakit glycogen storage serta kombinasi defisiensi
hormon pertumbuhan dan kortisol.
2.5 Diagnosa Hipoglikemia
Anamnesis
A. Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, dan gangguan
pernapasan
B. Riwayat bayi prematur
C. Riwayat bayi besar untuk masa kehamilan (BMK)
D. Riwayat bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) Riwayat bayi dengan ibu
diabetes melitus
E. Riwayat bayi dengan penyakit jantung bawaan
F. Bayi yang berisiko terkena hipoglikemia
G. Bayi dari ibu diabetes (independen diabetes melitus)
H. Bayi prematur dan lewat bulan
I. Bayi sakit atau stress (respiratory distress syndrome, hipotermi)
J. Bayi puasa Bayi dengan polisitemia
K. Bayi dengan eritroblastosis
L. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu, misalnya steroid, beta-simpatomimetik dan
beta-blocker

2.6 Diagnosa Banding Hipoglikemia


Insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia,
abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia,
hipomagnesemia, defisiensi piridoksin).
2.7 Penatalaksanaan Hipoglikemia
A. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor
dalam 3 hari pertama :
 Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
 Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa
normal dalam 2 kali pemeriksaan
Kadar glukosa ≤  45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
 Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan
hipoglikemia selesai
B. Penanganan hipoglikemia dengan gejala
 Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
 Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8
mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt =
25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920
mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10%
/hari.
 Dengan cara glucosa infussion rate (GIR)
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila
lebih dari 12,5% digunakan vena sentral. Untuk mencari kecepatan
Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.
Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate

GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi dextrose (%)


6 x berat (kg)

Contoh : berat bayi 3 kg umur 1 hari dengan kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x


3 = 220cc/hari = 10 cc/jam

GIR = 10 X 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min


6x3 18

 Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
 Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi
seperti diatas
 Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
- Infus D10 diteruskan
- Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
- ASI diberikan bila bayi dapat minum
 Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
- Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
- ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus
diturunkan pelan-pelan
- Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
C. Kadar glukosa darah <45mg/dl tanpa gejala
 ASI teruskan
 Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
 Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
- Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi
- Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
- Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal
D. Kadar glukosa normal
 IV teruskan
 Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
 Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
 Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam,
bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
E. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia <7 hari)
 Konsultasi endokrin
 Terapi : kortikosteroid  hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau
prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih
dalam.
 Bila masih mengalami hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain :
somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon,
pembedahan. (jarang dilakukan)
2.8 Stabilisasi Hipoglikemia
Kondisi gangguan produksi glukosa paling sering ditemukan setelah resusitasi.
Gangguan homesotasis glukosa dapat berdampak pada kerusakan otak dan instabilitas
neurologis. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan kondisi hipoglikemia setelah
lahir antara lain: kondisi hiperinsulinemia, berat lahir besar dengan riwayat ibu
diabetes melitus, prematuritas, stress perinatal seperti sepsis asfiksia, dan syok.
Beberapa kondisi yang perlu diwaspadai pada neonatus yang dicurigai hipoglikemi
diantaranya jitteriness, tremor, hipotermia, letargis, lemas, hipotonia, apnea atau
takipnea, sianosis, malas menetek, muntah, menangis lemah atau high pitched, kejang
bahkan henti jantung. Kegagalan respons peningkatan glukosa setelah pemberian
bolus dekstrosa 10% merupakan indikasi untuk segera dirujuk. Langkah stabilisasi
kadar gula darah antara lain :
a. Tidak memberikan makanan parenteral
Pada saat bayi sakit, sebaiknya menunda pemberian makanan peroral karena
bayi yang sakit seringkali mengalami distress pernapasan, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya aspirasi isi lambung ke paru. Bayi yang
mengalami kesulitan napas, menjadikannya mudah tersedak karena gangguan
koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas, adanya infeksi maupun kelainan
kongenital.
b. Memberikan glukosa melalui jalur intravena
Memberikan kebutuhan energi bagi bayi yang sakit melalui cairan intravena
yang mengandung glukosa merupakan komponen penting dalam stabilisasi
bayi, karena otak bayi memerlukan suplai glukosa yang cukup untuk berfungsi
dengan normal. Cairan yang mengandung glukosa harus segera diberikan
melalui jalur intravena kepada bayi sakit. Jalur intravena dapat diberikan
ditangan, kaki, atau kulit kepala. Apabila jalur perifer sulit didapatkan maka
dapat digunakan jalur vena umbilikal untuk pemberian cairan dan obat-obatan
c. Beberapa neonatus berisiko tinggi mengalami hipoglikemia
Bayi yang berisiko mengalami tinggi mengalami hipoglikemia diantaranya
adalah
 Bayi prematur (usia kehamilan <37 minggu)
 Bayi kecil untuk masa kehamilan, berat badan lahir rendah, dan IUGR
 Bayi besar untuk masa kehamilan
 Bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
 Bayi yang sakit
 Bayi dari ibu yang mendapatkan obat hipoglikemik atau diinfus
glukosa saat persalinan

Pemeriksaan gula darah diindikasikan dilakukan saat usia 30 menit pada bayi
dengan disstess pernapasan, sepsis, atau tidak dapat minum. Kemudian
pemeriksaan gula darah dilanjutkan tiap satu jam. Pada bayi dengan faktor
resiko yang asimtomatik dan dapat minum, pemeriksaan gula darah dilakukan
setiap 2 jam.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan
sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh
bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang
dikonfirmasi dengan uji glukose darah. Kondisi Hipoglikemi ini lebih berbahaya
daripada Hiperglikemi (kebalikan dari Hipo, kadar gula darahnya diatas normal).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada BBL dibandingkan anak yang lebih besar dan
dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak.
Hipoglikemia biasa terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki
cadangan glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk glikogen). Penyebab
lainnya adalah Prematuritas, Post-maturitas, dan Kelainan fungsi plasenta (ari-ari)
selama berada didalam kandungan. Tanda gejala pada hipoglikemia yaitu pertama
meliputi gejala yang berkaitan dengan aktivitasi sistem saraf autonom dan pelepasan
epinefrin yang disertai dengan penurunan kadar glukosa. Kedua meliputi gejala yang
disebabkan karena penurunan penggunaan glukosa otak yang disertai dengan
hipoglikemia yang lama. Pada neonatus biasanya gejala disertai sianosis, apnea,
hipotermia, hipotonia, kejang-kejang, letargi atau apatis, berkeringat, takipnea atau
takikardi, serta tidak ingin minum.

3.2 Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang
pengertian, frekuensi penderita, etiologi, manifestasi klinik, pengobatan dan pragnosis
dari hipoglikemia.
DAFTAR PUSTAKA

RP Lumbantoruan · 2018
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/EN01_Hipoglikemia-Q.pdf
RO Melinda · 2021 https://jbiomedkes.org/index.php/jbk/article/view/184
Regina Paranggian: Hubungan Derajat Asfiksia dengan Kejadian Hipoglikemia

Anita Roza.. Hipoglikemi. http://anitaroza.multiply.com/reviews/item/3?


&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem
Sadiyah.. Tinjauan Pustaka Hipoglikemia Neonatus.
http://repository.unimus.ac.id/266/3/BAB%20II.pdf.
Kadir Riani. 2012. Stabilisasi Neonatus Pasca Tindakan Resusitasi.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/STABILISASI-NEONATUS.pdf

Anda mungkin juga menyukai