Anda di halaman 1dari 11

HIPOGLIKEMIA PADA BAYI DAN ANAK

A. Definisi
Hipoglikemia adalah kadar glukosa plasma yang kurang dari 45 mg/dL
pada bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala. Untuk neonatus aterm
berusia kurang dari 72 jam dipakai batas kadar glukosa plasma 35 mg/dL.
Sedangkan untuk neonatus prematur dan KMK (Kecil Masa Kehamilan) yang
berusia kurang dari 1 minggu disebut mengalami hipoglikemia bila kadar
glukosa plasma kurang dari 25 mg/dL.1
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dibandingkan anak
yang lebih besar. Kadar glukosa dalam darah dengan pemakaiannya oleh
tubuh. Bila terjadi gangguan pada keseimbangan ini, maka dapat terjadi
hipoglikemia atau sebaliknya hiperglikemia. Hipoglikemia merupakan
keadaan yang berbahaya karena glukosa merupakan kebutuhan pokok otak.
Secara klinis hipoglikemia dibedakan menjadi simptomatik (dengan gejala)
dan asimptomatik (tanpa gejala). Resiko kerusakan otak lebih tinggi pada
hipoglikemia simptomatik daripada hipoglikemia asimptomatik.1
Masukan gula bergantung pada asupan gula dari makanan, persediaan
glikogen, efisiensi mobilisasi glikogen, dan proses glukoneogenesis. Keluaran
bergantung pada simpanan gula (diatur oleh insulin) atau metabolisme
energi.1,2
Untuk

mendapatkan

kadar

gula

darah

yang

stabil

diperlukan

keseimbangan antara masukan dan keluaran. Masukan dan keluaran normal


glukosa pada anak yaitu:1
a. Bayi prematur sebesar 5-6 mg/kg/menit,
b. Bayi aterm sebesar 3-5 mg/kg/menit, dan
c. Anak sebesar 2-3 mg/kg/menit

B. Etiologi
Berdasarkan patofisiologinya, maka hipoglikemia dapat disebabkan oleh
masukan glukosa dari makanan yang kurang (starvasi), penurunan masukan
glukosa dari simpanan glikogen, penurunan masukan glukosa karena
gangguan glukoneogenesis dan glikogenolisis, pengeluaran berlebihan ke
dalam simpanan (pada hiperinsulinisme) dan pengeluaran yang meningkat
karena kebutuhan meningkat.2
a. Masukan gula dari makanan yang kurang (starvasi)
Keadaan ini dapat timbul akibat keterlambatan pemberian makanan
pada bayi baru lahir (pemberian ASI pertama meningkatkan kadar gula
darah sebesar 18-27 mg/dL); pemberian makanan yang tidak adekuat,
misalnya diberikan 30 mL dekstrose 5% (yang hanya mengandung 6 Kal)
sebagai pengganti susu, sedangkan 30 mL susu mengandung 24 Kal; dan
muntah berulang.2,3
b. Penurunan masukan gula dari simpanan glikogen
Keadaan ini dapat terjadi pada IUGR, starvasi pada ibu hamil,
prematuritas, salah satu dari bayi kembar (yang kecil) pada periode
neonatal. Anak yang lebih besar usianya dengan cadangan glikogen yang
jelek akan mengalami hipoglikemia karena starvasi terutama bila disertai
gangguan

glukoneogenesis

(pembentukan

glukosa

dari

sumber

nonkarbohidrat).2,3
c. Penurunan

masukan gula karena gangguan glukoneogenesis dan

glikogenolisis
Keadaan ini dapat terjadi pada Glycogen Strorage Disease,
galaktosemia, intoleransi fructose, defisiensi GH (hipopituitarisme) dan
insufisiensi adrenokortikal (primer atau sekunder).2,3

d. Pengeluaran berlebihan ke dalam simpanan (hiperinsulinisme)


Pada keadaan ini terjadi pengeluaran glukosa yang berlebihan dari
cairan ekstraseluler karena insulin mengubah glukosa ke dalam bentuk
simpanannya

yaitu

lemak

dan

glikogen.

Hiperinsulinisme

juga

menurunkan masukan gula ke dalam cairan ekstraseluler dengan


menghambat glikogenolisis dan glukoneogenesis.2,3
Penyebab hiperinsulinisme antara lain adalah (i) Bayi ibu yang
diabetes. Ibu yang hiperglikemia menyebabkan janin juga mengalami
hiperglikemia sehingga terjadi hyperplasia sel beta pankreas dan
meningkatkan kadar insulin. Setelah lahir, kadar insulin masih tetap tinggi
sehingga timbul hipoglikemia. (ii)4
e. Pengeluaran yang meningkat karena kebutuhan energi meningkat

Penyebab pengeluaran gula yang meningkat antara lain seperti sepsis,


syok,

asfiksia,

hipotermia,

respiratory

distress

syndrome,

polisitemia/hiperviskositas dan panas.2,3

C. Hipoglikemia Menurut Umur


Hipoglikemia dapat dibagi menurut usia, yaitu hipoglikemia pada
neonatus dan hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar.
a. Hipoglikemia pada neonatus1,5
-

Bersifat sementara dan biasanya terjadi pada bayi baru lahir, misalnya
karena masukan glukosa yang kurang (starvasi, kelaparan), hipotermia,
syok, dan pada bayi dari ibu diabetes.

Bersifat menetap atau berulang yang dapat terjadi akibat defisiensi


hormon, hiperinsulinisme, serta kelainan metabolisme karbohidrat dan
asam amino.

b. Hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar1,5


Pada balita atau anak yang lebih besar, hipoglikemia dapat terjadi
akibat starvasi terutama bila cadangan glikogen rendah, pre diabetes, obatobatan misalnya insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 1, penyakit
sistemik berat dan pada gangguan endokrin atau metabolisme.

D. Gejala Klinis
Gejala klinis sangat bervariasi dan bergantung pada usia pasien. Pada
neonatus gejala klinis dapat berupa tremor, sianosis, hipotermia, kejang, apnea
atau pernafasan tidak teratur, letargi atau apatis, berkeringat, takipnea atau
takikardia dan tidak mau minum. Sedangkan pada balita dan anak yang lebih
besar gejalanya dapat berupa kejang, letargi, pucat, berkeringat dingin,
takikardia, hipotermia, lemah, gangguan bicara dan koma.6

E. Diagnosis
Secara klinis diagnosis hipoglikemia berdasarkan gabungan dari adanya
gejala hipoglikemia, kadar glukosa plasma yang rendah (kurang dari 45 mg/dL
atau 25 mg/dL tergantung usia), dan respon klinik yang positif terhadap
pemberian gula.2,4,6

Adapun alur diagnosis hipoglikemia dapat dilihat pada algoritme.1


HIPOGLIKEMIA (konfirmasi
dengan true glucose <40
mg/dL)

Kadar insulin, kortisol,


Growth hormone, keton
darah
Keton urin
Fungsi hepar

Glukosa/insulin
<4
Kortisol
>10
g/dL
GH > 10 ng/ml
Tidak
adanya
ketonemia/keton
uria

Glukosa/insulin
>4
Kortisol
>10
g/dL
GH > 10 ng/ml
Tidak
adanya
ketonemia/keton
uria

Meningkatnya
kadar gula darah >
40 mg/dL diatas
kadar awal setelah
pemberian
glucagon
Kurangnya
peningkatan asam
lemak bebas atau
laktat

Peningkatan kadar
asam lemak bebas
Menurunnya kadar
karnitin
serum
Dicarboxyliiic
academia
(profil
asam organic urin)

Hiperinsulinis
me

Faktor
resiko
untuk
hipoglikemia
pada
neonatus
Kebutuhan
meningkat
(infeksi, tumor, latihan)

Glukosa/insulin >4
Terdapat
ketonemia/ketonuria
R/O
Hipoglikemia
ketotik
Skrining toksin: asam
asetil salisilat, etanol

Kortisol < 10
Kortisol >
ng/ml
10
ng/ml
dan/atau GH
dan GH >
<10 ng/ml
10
ng/ml
peningkata
n
kadar
laktat
Curigai
darah dan
adanya
respons
hypopituitari
kadar
sm
glukosa
dan/adrenal
darah yang
insufisiensi
buruk
Kelainan metabolisme
glikogen
(defisiensi
enzim
spesifik),
galaktosemia,
intoleransi
fruktosa
herediter
atau
kelainan
gluconeogenesis
(defesiensi
enzim
spesifik, fructose 1,6biphosphate), kelainan
metabolisme
asam
amino
5

F. Penatalaksanaan
Pada neonatus yang berisiko tinggi, gula darah harus diukur setiap 2 jam
dengan dekstrostik selama 12 jam pertama, selanjutnya setiap 6 jam sampai 48
jam. Kalau dekstrostik menunjukkan nilai yang rendah, maka pemeriksaan
kadar glukosa darah kuantitatif harus dilakukan. Pada kejadian hipoglikemia,
segera lakukan perbaikan terhadap faktor-faktor yang mungkin memperburuk
keadaan seperti suhu lingkungan dan oksigenasi. Berikut ini dijelaskan tata
laksana hipoglikemia baik yang dengan gejala maupun tanpa gejala
(asimtomatik).3,7
a. Tata laksana hipoglikemia pada neonatus yang tidak menunjukkan gejala
(asimptomatik)
Hasil pemeriksaan glukosa darah yang rendah harus segera diterapi
dengan memberikan minum glukosa 10% yang kemudian diikuti susu
formula pada 2-3 jam berikutnya. Lakukan pemantauan glukosa darah
setiap 30-60 menit sampai stabil normoglikemia, kemudian setiap kali
akan minum (3 jam). Bila kadar gula setelah pemberian glukosa per oral
tetap < 45 mg/dL atau timbul gejala (simtomatik), maka glukosa intravena
harus diberikan.2,5,7
b. Tatalaksana hipoglikemia simtomatik
1. Pada neonatus
Berikan glukosa 10% secara intravena sebanyak 2 ml/kg dengan
perlahan selama 1 menit. Lanjutkan dengan pemberian infus glukosa
10% dan pertimbangkan juga pemberian elektrolit. Kebutuhan glukosa
diperkirakan sekitar 8-10 mg/kg/menit. Untuk memberikan glukosa
sebanyak 8 mg/kg/menit dibutuhkan dekstrose 10% dengan kecepatan
110 mL/kg/hari intravena.6,8
Bila kebutuhan glukosa melebihi 12 mg/kg/menit segera lakukan
pemeriksaan kadar gula darah, insulin, kortisol, growth hormone,
6

laktat, TSH dan FT4 untuk mendeteksi adanya gangguan hormon.


Setelah itu diberikan hidrokortison suksinat 10 mg/kg/hari dengan
dosis terbagi-bagi. Bila perlu lakukan konsultasi endokrinologi.1,3,6
2. Pada anak
Berikan glukosa 40% sebanyak 1 ml/kg intravena secara perlahan.
Ambillah sampel darah untuk pemeriksaan gula darah, insulin, growth
hormone, kortisol, laktat, serta keton darah dan urine. Selanjutnya
diberikan infus glukosa 5-10% dalam salin untuk mempertahankan
gula darah lebih dari 45 mg/dL dan kurang dari 120 mg/dL.1,2
Pemberian hidrokortison merupakan indikasi bagi anak anak yang
tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi tersebut di atas. Keadaan
yang tetap memburuk menunjukkan adanya gangguan yang serius
yaitu kemungkinan telah terjadi edema otak. Keadaan hipoglikemia
yang berlanjut membutuhkan penanganan khusus yang tergantung dari
penyebabnya. Bila keadaan membaik, dapat dicoba pemberian
minuman/makanan per oral.5,8
Perlu diingat bahwa pada anak anak yang mengalami diabetes
mellitus tipe 1 (tergantung insulin), hipoglikemia merupakan
komplikasi yang sering terjadi.9

G. Pencegahan
Pada umumnya hipoglikemia pada anak dapat dicegah, walaupun
demikian dapat terjadi hipoglikemia yang tidak terduga. Hal-hal yang sering
menyebabkan hipoglikemia misalnya jatah makanan yang tidak dikonsumsi,
olah raga (tidak terencana atau lebih lama dari biasanya) tanpa ditunjang
makanan yang cukup, pemberian insulin yang keliru, dan minum alkohol.1,6,9

Tabel 1. Gejala hipoglikemia pada pasien diabetes anak dan terapi yang
dianjurkan10
Derajat

Gejala Klinis

Hipoglikemia
Ringan

Terapi

Gejala neurogenic ringan Minuman


lapar, gemetar, tremor, keringat yang
dingin,

atau

makanan

mengandung

gula,

berdebar-debar, misalnya sari buah, sirup,

takikardia

lemonade, susu manis, kue,

Neuroglikopenik
perhatikan

ringan

dan

permen

kognitif

menurun
Sedang

Gejala

neurogenic

dan Seperti pada hipoglikemia

neuroglikopenia sedang sakit ringan

tetapi

kepala, nyeri perut, gangguan jumlah

karbohidrat

perilaku,

penglihatan

dibutuhkan
yang

kabur lebih banyak yaitu 10-20

atau ganda, bingung, lemas, gram diikuti makanan kecil


mengantuk,

sulit

takikardia,

pupil

berbicara,
dilatasi,

pucat, dan keringat dingin


Berat

Neuroglikopenia

berat

Bila jauh dari pertolongan

disorientasi berat, penurunan medik


kesadaran, kejang

Bila

tersedia

glucagon,

berikan injeksi dengan dosis


0,5 mg untuk anak <5 tahun
dan 1,0 mg untuk > 5 tahun
Bila tidak ada, oleskan selai
atau madu ke bagian dalam
mulut

sambil

segera

membawa pasien ke RS
Di rumah sakit
8

Berikan dextrose intravena


(0,3-0,5 gr/kg) lalu infus
dekstrose

untuk

mempertahankan gula pada


90-180 mg/dL
Dikutip dari: APEG Handbook on childhood and adolescent diabetes. Edisi ke-1. Sydney:
NSW Government Printing Service, 1996.h.62.

Secara umum untuk mencegah hipoglikemia pada malam hari maka kadar
gula darah tengah malam diusahakan sekitar 90-180 mg/dL. Makanan yang
dianjurkan dikonsumsi pada malam hari adalah karbohidrat yang lambat
dicerna seperti susu, roti, pisang, apel, serta protein.5,9
Semua anak dan remaja pasien diabetes harus membawa makanan sumber
glukosa yang sewaktu-waktu siap dimakan bila terjadi hipoglikemia. Mereka
juga dianjurkan memakai gelang atau sejenisnya sebagai informasi bahwa
mereka mengidap diabetes. Kepada mereka dan orang-orang terdekatnya
diajarkan cara pertolongan hipoglikemia.2,3
Bila melakukan olahraga yang intensif, dosis insulin pada hari itu perlu
dikurangi dan pemantauan gula darah perlu diperketat. Bila karena sakit anak
tidak mau makan atau muntah-muntah maka pertimbangkan pemberian air
gula dan mengurangi dosis insulin.9,10

KESIMPULAN

Hipoglikemia adalah kadar glukosa plasma yang kurang dari 45 mg/dL pada
bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala. Untuk neonatus aterm berusia
kurang dari 72 jam dipakai batas kadar glukosa plasma 35 mg/dL. Sedangkan
untuk neonatus prematur dan KMK (Kecil Masa Kehamilan) yang berusia kurang
dari 1 minggu disebut mengalami hipoglikemia bila kadar glukosa plasma kurang
dari 25 mg/dL.1
Gejala klinis sangat bervariasi dan bergantung pada usia pasien. Secara klinis
diagnosis hipoglikemia berdasarkan gabungan dari adanya gejala hipoglikemia,
kadar glukosa plasma yang rendah (kurang dari 45 mg/dL atau 25 mg/dL
tergantung usia), dan respon klinik yang positif terhadap pemberian gula.
Pada umumnya hipoglikemia pada anak dapat dicegah, walaupun demikian
dapat terjadi hipoglikemia yang tidak terduga. Hal-hal yang sering menyebabkan
hipoglikemia misalnya jatah makanan yang tidak dikonsumsi, olah raga (tidak
terencana atau lebih lama dari biasanya) tanpa ditunjang makanan yang cukup,
pemberian insulin yang keliru, dan minum alkohol.

DAFTAR PUSTAKA
10

1. Batubara Jose RL, AAP Bambang Tridjaja, Pulungan Aman B. Buku Ajar
Endrokrinologi Anak Edisi 1. Jakarta; Badan Penerbit IDAI; 2010. Hal 195203
2. Pudjiaji Antonius H. Hegar Badriul. Handryastuti Setyo, dkk. Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid 1. Jakarta; Pengurus
Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. Hal 120-124
3. World Health Organization. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit, Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat

Pertama Di

Kabupaten/Kota. Jakarta; WHO Indonesia; 2008. Hal 198-200


4. Garna, Herry. Emelia, Suroto. dkk. Pedoman Diagnosis Terapi Ilmu
Kesehatan

Anak.

Bandung;

SMF

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Pandjajaran; 2000. Hal 297-303


5. Gomella, Leonard G. Haist, Steven A. Buku Saku Dokter Edisi 11.Jakarta;
EGC; 2011. Hal 122-126
6. Rudolph, Abraham M. Hoffman, Julien L. E. Buku Ajar Pediatri Rudolph
Volume 1.Jakarta; EGC; 2010. Hal 176-181
7. Suriadi. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1.Jakarta; Sagung Seto; 2001.
Hal 155-158
8.

11

Anda mungkin juga menyukai