Journal Reading
Oleh:
i
PICO VIA
A. Analisis PICO
1. Population
Subjek penelitian adalah semua neonatus normal (usia 0-5 hari),
yang menerima fototerapi untuk ikterik (kadar bilirubin lebih dari
15mg/dL), berdasarkan kriteria The Society of Neonatology and the
standart medical practice in Taiwan. Subjek penelitian yang diambil
antara Agustus 2011-Juli 2012 dari rumah sakit pendidikan lokal di kota
Taichung, berlokasi di Taiwan sentral. Kriteria inklusi pada penelitian ini
adalah neonatus aterm (usia gestasi 37-41 minggu), berat badan lahir
2500-3600 g, skor APGAR saat lahir 8-10, dan menerima fototerapi
untuk hiperbilirubinemia. Kriteria eksklusi adalah semua bayi dengan
penyakit rhesus, inkompatibilitas ABO, hemoragik subgaleal, anomali
kongenital, infeksi, glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency
(G6PD), obstruksi gastrointestinal, dan atresia biliari. Penelitian ini
mengunakan desain studi kasus-kontrol secara non-blinded, simple
randomization. Sampel minimal pada setiap kelompok adalah 17 subjek.
Subjek penelitian didapatkan 60 neonatus dengan ikterik, satu neonatus
dieksklusi karena kadar bilirubin mencapai 22 mg/dL pada hari kedua,
dan ditransfer ke rumah sakit lain untuk tatalaksana lebih lanjut, tiga
neonatus dieksklusi karena dirawat kurang dari tiga hari karena pulang
paksa, oleh karena itu didapatkan hanya 56 subjek yang secara acak
dipilih 29 subjek (16 pria, dan 13 wanita) pada kelompok kontrol, dan 27
subjek (11 pria, 16 wanita) pada kelompok kasus.
2. Intervention
Penelitian ini mengunakan desain studi kasus-kontrol secara non-
blinded, simple randomization. Fototerapi yang digunakan lampu
halogen (YON DON, YD-P-222; Taiwan) dengan jarak 45-60 cm dari
neonatus. Pakaian neonatus digunakan seminimum mungkin, tapi bagian
2
genital dan mata neonatus tetap harus tertutup. Fototerapi dihentikan
setelah kadar bilirubin kurang dari 10 mg/dL.
Semua neonatus pada kelompok kasus mendapat terapi pijat oleh
terapis. Neonatus pada kelompok kontrol tidak menerima terapi pijat.
Setiap sesi terapi pijat dimulai pada hari pertama fototerapi, dua kali
antara waktu makan dalam sehari sekitar 15-20 menit setiap sesi selama 3
hari berturut-turut. Teknik terapi pijat yang digunakan berdasarkan
guideline Internatinal Association of Infant Massage (IAIM). Peneliti
mencuci tangan subjek, mengunakan minyak (minyak almond manis,
AEOMA, Inggris), dan melakukan tes kulit sebelum memulai terapi pijat.
Tes kulit dilakukan dengan mengunakan minyak almond manis pada
pergelangan tangan neonatus, setelah 30 menit, dilihat kemerahan pada
kulit, rash, dan tanda lain reaksi alergi. Tes kulit menunjukan tidak ada
neonatus yang alergi pada minyak almond manis. Kemudian terapi pijat
dilakukan pada tungkai, kaki, abdomen, tangan, dan punggung. Terapi ini
dilakukan pada ruangan dengan suhu 26-28oC. Informed consent
dilakukan pada orang tua pasien.
Data demografik meliputi usia, jenis kelamin, usia gestasi, dan
berat badan lahir. Data klinis meliputi status makan, berat badan, dan
kadar mikrobilirubin. Status makan, berat badan, dan frekuensi defekasi
dicatat dari hari pertama sampai hari ketiga perawatan, berdasarkan
rekam medis. Bilirubin diukur mengunakan microassay, yang cepat,
reliable, simpel, dan akurat dalam memperkirakan total bilirubin dan
bilirubin direk. Kadar bilirubin subjek didapatkan dari sedikit darah
neonatus yang diambil dari kaki dan dianalisis di TBA-80FR analyzer
(Toshiba,Tokyo, Japan). Hasil penelitian diambil saat fototerapi selesai
dan pasien keluar dari rumah sakit.
3. Comparisson
Penelitian ini melakukan analisis status makan, berat badan,
frekuensi defekasi, dan kadar mikrobilirubin antara kelompok kasus dan
kelompok kontrol.
3
4. Outcome
B. Analisis VIA
i. Validity
a. Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian?
Ya, fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh terapi massage pada
bayi dengan hiperbilirubinemia yang mendapat fototerapi. Untuk
memenuhi tujuan tersebut, peneliti membandingkan nilai rata-rata
dari jumlah intake makanan, perubahan berat badan, frekuensi
defekasi, dan kadar bilirubin antara kelompok yang mendapat terapi
massage dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi
massage sebelum dan setelah intervensi.
4
perempuan) dan kelompok intervensi terapi massage (27 neonatus, 11
laki-laki dan 16 perempuan)
ii. Importance
a. Apakah penelitian ini penting?
Ya, penelitian ini penting untuk dilakukan karena
hiperbilirubinemia dapat berbahaya. Komplikasi yang paling serius
dari hiperbilirubinemia adalah toksisitas terhadap sistem saraf pusat
yang dapat menimbulkan kerusakan otak irreversibel sehingga
mempengaruhi kualitas hidup anak ke depannya hingga kematian.
5
Selain itu, efek samping dari penatalaksanaan hiperbilirubinemia
(fototerapi dan transfusi tukar) cukup banyak. Efek samping terkait
fototerapi seperti hipertermi, dehidrasi, gangguan elektrolit, bronze
baby syndrome, gangguan ritme sirkadian, dan efek jangka panjang
seperti kerusakan retina dan kelainan kulit seperti nevus melanositik,
sedangkan efek samping transfusi tukar dapat berupa demam, dan
reaksi alergi. Jika hipotesis benar maka dapat digunakan terapi
massage pada bayi dengan hiperbilirubinemia yang mendapat
fototerapi untuk meningkatkan efektifitas tatalaksana dalam
menurunkan kadar bilirubin.