Anda di halaman 1dari 30

Fundamental Critical Care

Support 4th Edition


Airway Management
Aviriga Septa Karkata Loka
161-0221-071
Departement Anestesi & Reanimasi
RSPAD Gatot Subroto

Tujuan
Mengenali tanda gangguan jalan napas (airway) yang mengancam nyawa
Menjelaskan teknik manual untuk menjaga jalan napas (airway) dan
ventilasi dengan sungkup (masker oksigen)
Menjelaskan penggunaan alat bantu tambahan untuk mempertahankan
jalan napas (airway) dengan baik
Menjelaskan persiapan untuk intubasi endotrakea, termasuk mengenali
penyulit yang mungkin terjadi saat akan dilakukan intubasi
Menjelaskan metode alternatif untuk mempertahankan jalan napas
(airway) jika tidak dapat dilakukan intubasi endotrakea

Studi Kasus
laki-laki umur 40 tahun, dengan obesitas tiba di unit gadar
dgn distress pernapasan berat. RR : 40x/menit, saturasi :
88% dgn menggunakan oksigenasi tambahan dgn aliran
udara yg tinggi serta pasien menggunakan secara aktif
otot bantu pernapasan tambahan. Pasien mulai mengalami
gangguan kesadaran.

Apakah sebaiknya dilakukan intubasi pada pasien?


Apakah masalah penanganan jalan napas (airway) yang harus
diantisipasi?
Perlukah memanggil bantuan tambahan?

I. Pendahuluan
Fokus bag

II. Penilaian (1)


Penilaian patensi jalan napas

II. Penilaian (2)

Amati ekspansi rongga dada. Ventilasi mungkin dapat dilakukan dgn gerakan rongga dada yang minimal, namun ad

II. Penilaian (3)

Penilaian refleks pertahananan jalan napas (seperti batuk dan muntah), walaupun tidak berhubungan dengan obstr

III. Metode Manual untuk Menjaga Patensi Jalan Nafas


Intervensi awal untuk memastikan patensi jalan napas pada
pasien yang bernapas spontan tanpa adanya kemungkinan
trauma pada vertebra servikalis adalah triple airway
maneuver (gambar 2-1), yaitu :
1. Ekstensi leher
2. Elevasi mandibula (manuver jaw trhrust)
3. Membuka mulut

Gambar 2-1 Triple Airway


Maneuver

IV. Ventilator sungkup manual

Ventilasi manual dengan ambubag diindikasikan pada :


1. Pasien dengan apnea
2. Jika volume tidal spontan tidak adekuat yang ditentukan
dari pemeriksaan fisik atau analisis gas darah
3. Untuk mengurangi usaha bernapas dengan memberikan
bantuan saat dilakukan inspirasi spontan
4. Jika hipoksemia berhubungan dengan ventilasi spontan
yang buruk

IV. a. Jika tdk diduga cedera servikal (1)


Jika dapat ditoleransi pasien

IV. a. Jika tdk diduga cedera servikal (2)

Sebagian besar operator yang menggunakan tangan kanan, masker distabilisasi di wajah dengan menggunakan ta

IV. b. Jika diduga terdapat cedera servikal

Operator berada pada posisi yang sama dan jika diperlukan dapat dilakukan pemasangan pipa jalan napas orofarin

IV. c. Alternatif Metode 2-Tangan Untuk Memastikan Patensi Jalan Napas (Airway) Dan Penggunaan
Masker Oksigen
Operator berada pada posisi yang sama pada bagian atas tempat tidur pasien dan alat bantu jalan napas tambahan

IV. d. Kompresi dengan resuscitation bag u/ memberikan bantuan ventilasi manual dgn masker
oksigen (1)
Jika digunakan metode pemasangan masker oksigen dengan 1 tangan, kompresi ambubag dilakukan setiap 1 detik

IV. d. Kompresi dengan resuscitation bag u/ memberikan bantuan ventilasi manual dgn masker
oksigen (2)
Jika pasien mengalami apnea, namun masih terdapat denyut nadi, kompresi ambubag dengan 1 tangan diberikan 1

IV. d. Kompresi dengan resuscitation bag u/ memberikan bantuan ventilasi manual dgn masker
oksigen (3)
\
Jika perlekatan masker ke wajah tidak adekuat dan ditemukan
adanya kebocoran, operator harus mempertimbangk

IV. d. Kompresi dengan resuscitation bag u/ memberikan bantuan ventilasi manual dgn masker
oksigen (4)
Mereposisi pipa orogastrium atau nasogastrium, jika ada,\ ke bagian masker yang berbeda. Kebocoran biasanya te

IV. e. Penekanan Tulang Krikoid


Penekanan tulang krikoid (

V. ALAT BANTU AIRWAY TAMBAHAN

Laringeal Mask Airway


Esophageal-Tracheal Double Lumen

VI. INTUBASI ENDOTRAKEA (1)


Indikasi Intubasi Trakea :
1. Proteksi jalan napas
2.
3.
4.
5.
6.

Menghilangkan obstruksi
Persiapan ventilasi mekanik dan terapi oksigen
Gagal napas
Syok
Hiperventilasi pada hipertensi intrakranial

7. Mengurangi usaha pernapasan


8. Memungkinkan suction/ pembersihan paru (pulmonal
toilet)

VI. INTUBASI ENDOTRAKEA (2)


Sebagai persiapan intubasi, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

VII. Persiapan Farmakologi untuk Intubasi

A. Analgesik / Anestesi
B. Sedasi / Amnesia
C. Penghambat Neuromuskular

VII. A. Analgesia / Anestesia


Tersedia berbagai jenis spray anestesi topikal atau menggunakan lidokain
dalam bentuk aerosol. Area anatomi pemberian obat ini adalah pada
dasar lidah, secara langsung pada dinding posteriorfaring, dan fossa tonsil
bilateral. Penggunaan obat tidak boleh melebihi 4 mg/kg lidokain (dosis
maksimum 300 mg) karena dapat dengan mudah diserap oleh mukosa
jalan napas.
Pemberian penghambat syaraf dan lidokain trans membran krikoid
membutuhkan keahlian khusus dan tidak menjadi bagian bahasan dalam
bab ini. Beberapa obat-obat sedasi juga memiliki efek analgesik.
Penggunaan berlebihan semprotan benzocaine topikal dapat
menimbulkan methemoglobinemia klinis yang signifikan

VII. B. Sedasi / Amnesia


Contoh obat-obatan yang umumnya digunakan dipaparkan
pada tabel dibawah :

VII. C. Pelemas Otot (1)

Succinylcholine, 1 sampai 1.5 mg/kg bolus intravena, onset


cepat, durasi singkat, yang memberikan keamanan penggunaan.
Obat ini dapat menyebabkan faskulasi otot karena obat ini
mengakibatkan depolarisasi otot rangka. Selain itu, obat ini
menimbulkan emesis jika fasikulasi otot abdomen berat.
Kontraindikasi obat ini adalah adanya trauma okular. Sementara
itu kontraindikasi relatif adalah adanya trauma kepala atau
hiperkalemia (pengeluaran kalium rutin umumnya adalah 0.5-1
mmol.L dan pengeluaran kalium masif dapat terjadi pada luka
bakar dan crush injury, lesi neuron motorik bagian atas, atau
penyakit otot priner). Obat ini dapat memicu hipertermia
maligna. Efek obat akan memanjang pada pasien dengan kadar

VII. C. Pelemas Otot (2)

Vecuronium , 0.1 - 0.3 mg/kg, rocuronium, 0.6 1 mg/kg,


atau cisatracurium 0.1 02 mg/kg bolus intravena. Obat ini
tidak menimbulkan fasikulasi karena merupakan obat yang
tidak mengakibatkan depolarisasi, onset lebih lambat
dalam menimbulkan paralisis otot sehingga durasi efek
obat lebih panjangsecara signifikan dibandingkan
succinylcholine.

Point Penting Tatalaksana Jalan Nafas (1)

Penilaian tingkat kesadarn, refleks pertahanan jalan napas, gerakan pernapasan, obstruksi aliran udara dalam jalan

Point Penting Tatalaksana Jalan Nafas (2)

Sebelum dilakukan intubasi, evaluasi lanjutan pada pasien penting dilakukan untuk menilai derajat kesulitan intubas

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai