Anda di halaman 1dari 25

FALSAFAH

REHABILITASI
MEDIK

0
Rehabilitation is defined as :
the development of a person to the
fullest physical, psychological,
social, vocational, avocational. and
educational potential consistent with
his or her physiological or anatomic
impairment and environmenial
limitations.

Realistic goals are determined by the


person and those concerned with his or
her care. Thus, one is working to obtain
optimal function despite residual
disability, even if the impairment it
caused by a pathologic process that
cannot be reversed.

1
Rehabilitation is a concept that should
permeate the entire health care
system. It should be comprehensive and
include :
 prevention,
 early recognition,
 outpatient, inpatient,
 and extended care programs.

Anticipated patient outcomes of such a


comprehensive and integrated rehabilita-
tion program should inclued:

 increased independence

 a shortened length of stay

 and an improved quality of life.

2
Rehabilitasi Medik :

Salah satu spesialisasi di bidang ilmu


kedokteran yang memberikan pelayanan
kesehatan yang terpadu/bersifat kompre-
hensif yaitu mencakup segi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, yang
dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri
dari berbagai jenis tenaga kesehatan
dengan pengetahuan yang berbeda yang
saling melengkapi.

 Segi promotif dan preventif.

 Mempertahankan dan meningkatkan


kesehatan.
 Mencegah penyakit/keadaan yang dapat
menimbulkan kecacatan.
 Antara lain dengan memberikan
informasi.

3
 Segi kuratif dan rehabilitatif.
 Melaksanakan terapi dengan pedoman :
Program terapi paripurna, dengan
pendekatan holistik.

Artinya:
- Tidak hanya terhadap penyakitnya
- Tetapi juga terhadap manusia
seutuhnya, yaitu terhadap aspek
fisik, sosial, ekonomi dan spiritual
pasien.

 Memelihara dan meningkatkan fungsi


sistim organ tubuh yang masih ada
agar dapat mencapai kemampuan
fungsional seoptimal mungkin,
sehingga dapat meningkatkan kwalitas
hidup individu tersebut sehingga
individu tersebut dapat berperan serta /
kembali ke dalam kehidupan
bermasyarakat.

4
KWALITAS HIDUP YANG BAIK, artinya :
o Mampu merawat diri
sendiri atau independent in activity of
daily living (ADL) yaitu mandiri saat
mandi / membersihkan diri,
berpakaian, berhias, makan / minum
dan mobilitas.

o Mampu bersekolah
atau bekerja.

o Mampu bersosialisasi /
bermasya-rakat.

5
FALSAFAH REHABILITASI MEDIK :

Meningkatkan kemampuan fungsionil


berdasarkan kemampuan yang masih
dimiliki.

ISTILAH-ISTILAH dalam REHABILITASI


MEDIK.

 Impairment :
Yaitu suatu keterbatasan yang disebabkan
penyakit, cedera atau defek kongenital.
Contoh: Paraplegia / paraparese akibat cedera
medulla spinalis.

 Disability :
Yaitu ketidak mampuan untuk melakukan suatu
ketrampilan fungsional.
Contoh : tidak mampu berjalan.

 Handicap :
Interaksi antara disabilitas dengan lingkungan.
Contoh : tidak mampu pergi ke tempat lain dengan
bus kota.

6
DEFINITIONS :
The WHO's 1980 International Classification
of Impairment Disabilities and Handicaps
(ICIDH) defines these terms as follows:

Impairment:

any loss or abnormality of psychological,


physiological, or anatomical structure or
function.

Disability :

any restriction or lack resulting from an


impairment of ability to perform an
activity in the manner or within the range
considered normal for a human being.

7
Handicap :

a disadvantage for a given individual


resulting from an impairment or a
disability that limits or prevents the ful-
fillment of a role that is normal
(depending on the age, sex, and social and
cultural factors) for that individual.'

Examples of impairments are :

 weakness
 limited range of motion
 pain
 confusion.

It should be noted that "function" as referred to in


the ICIDH definition of impairment is the
function of a body part (e.g.. the thyroid), not
the whole-person function

8
WHO
DEFINITIONS LEVELS

9
PERBEDAAN-PERBEDAAN ANTARA POLA
MEDIS UMUM DGN POLA REHABILITASI
MEDIK.

 Orientasi masalah.
 Pada pola medis umum :
Orientasi terhadap penyakit (disease).
Disease : interaksi antara proses
patologis dengan molekul, sel dan organ
dari individu tersebut, jadi orientasi
pada ‘peristiwa biologis’nya

 Pada pola
Rehabilitasi Medik :
Orientasi terhadap disability atau
illness, yaitu interaksi antara seseorang
dengan satu penyakit, jadi lebih
terhadap ‘peristiwa kemanusiaan’ya.

10
 Peran d o k t e r.
 Pada pola medis umum :
Peran dokter sangat aktif, yaitu dokter
melakukan :
- Pemeriksaan fisik.
- Menginstruksikan pemeriksaan pe-
nunjang yi pemeriksaan laboratorium,
Rontgen dsb.
- Membuat diagnosa.
- Membuat resep.

Tetapi pasien sendiri bersifat pasif,


menerima saja apa yang dilakukan
terhadap dirinya.

 Pada pola Rehabilitasi


Medik :
Dokter melakukan juga hal-hal tersebut
diatas, namun menyertakan :
- Pasien / dan keluarga.
- Tim rehabilitasi Medik.

Jadi disini dokter berperan sebagai


‘fasilitator / koordinator’ dalam tim
tersebut.

11
 Peran p a s i e n.

 Pada pola medis umum :


- Peran pasien sangat p a s i f.
- Pasien sering tidak mendapatkan
informasi yang memadai baik dalam
diagnosa, tindakan medis/
terapeutis yang diterimanya.

Pada pola Rehabilitasi Medik :


- Pasien justru diminta berperan
aktif, yaitu dia harus mengetahui
berbagai hal tentang dirinya agar :
- pasien mendapat cukup informasi
sehingga dapat membantu
melakukan identifikasi masalah
dan membantu dalam
penyelesaian masalah.
- Pasien mampu melakukan adaptasi
secara fisik dan emosionil yaitu
dengan terjadinya perubahan
perilaku.

12
 Organisasi dan orientasi keperawatan.

 Pada pola medis umum :

- Organisasi dan orientasi


keperawatan diperuntukan bagi
kenyamanan staff dan pelaksana.
- Tidak ada tim formal yang
terorganisir (kecuali di bagian
Bedah).
- Perawatan pasien seringkali
terkotak-kotak.

 Pada pola Rehabilitasi


Medik :

- Perawatan diorganisir untuk


kenyamanan pasien.
- Memiliki tim pelaksanan yang
formal dan tertentu dan
terorganisir.

13

 Pendekatan terapeutik.

 Pada pola medis umum :

Penekanan terapi pada pengobatan


(treatment) , yaitu :
- Meredakan / mengobati penyakit.
- Titik berat pada obat-obatan,
operasi, skill dari teknologi modern.

 Pada pola Rehabilitasi Medik :

Bertitik berat pada ‘management’,


artinya :

- Mengurangi disability
- Meningkatkan fungsi
- Menggunakan sumber-
sumber dari sistim perawatan
kesehatan (tim), dimana pasien dan

14
keluarga ikut dilibatkan secara
aktif dalam jangka panjang.

 Tujuan / sasaran.

 Pada pola medis umum :


Tujuan / sasaran adalah pengobatan
(‘curing’) dan memperbaiki faal organ
tubuh.
‘Curing’ diartikan menghilangkan atau
memperlambat proses penyakit.

Pada pola Rehabilitasi Medik :


Tujuan/sasaran adalah penyembuhan
(‘healing’) dan meningkatkan
performans fungsionil.

‘healing’ diartikan :

- Mengurangi rasa tidak nyaman


- Meningkatkan kenyaman fisik dan
psikologis.
- Jadi ‘healing’ = ‘curing’ + ‘caring’

15
TIM REHABILITASI MEDIK.

Terdiri atas :

- Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik.


- Perawat / perawat Rehabilitasi Medik.
- Fisioterapis.
- Okupasi terapis / terapis okupasi
- Terapis wicara
- Ortotis – prostetis.
- Psikolog
- Pekerja sosial medis (medical social
worker)
- Rohaniwan
- Relawan
- Keluarga pasien.

16
Peran anggota tim disesuaikan dengan
kondisi masing-masing pasien, jadi tidak
seluruh anggota tim selalu terlibat dalam
penatalaksaan rehabilitasi pada setiap
pasien.

T u g a s anggota tim :

 Dokter spesialis Rehabilitasi Medik.

 - Melakukan ‘assessment’ awal


- merencanakan goal (target) yang
ingin dicapai bersama pasien / dan
keluarganya
- membuat program terapi.
Goal dibuat serealistis mungkin.

- Mengkoordinir pertemuan reguler


dengan seluruh tim untuk membicara
kan kasus sulit
- Menerima / melakukan rujukan
medik dari / ke bidang spesialisasi
lain.

17
 Perawat Rehabilitasi Medik.
- Mengatur tim perawat, sebagai sumber
pendidikan bagi personil perawat non
rehabilitasi lainnya.
- Mendorong / memotivasi pasien untuk
mempraktekkan ketrampilan yang telah
diajarkan.
- Memperhatikan kebersihan pasien
(tubuh/kulit pasien, pakaian, sprei )

- Membantu pelaksanaan terapi pada


gangguan b.a.b dan b.a.k.
- Memperhatikan kebutuhan pasien
akan alat-alat untuk makan/minum,
berpakaian, ambulasi, komunikasi.
- Mencegah efek dari immobilitas lama.
- Mengatur jadwal kegiatan pasien.
- Mengatur pemakaian obat-obatan.

18
 F i s i o t e r a p i s.
- Melatih ketrampilan motorik kasar.
- Mempertahankan lingkup gerak sendi
(LGS) / range of motion (ROM),
memberikan latihan peregangan
(stretching), penguatan otot, ketahanan
(endurance), koordinasi dari anggota
gerak dan tubuh.
- Melatih keseimbangan duduk,
keseimbangan berdiri, ketrampilan
berpindah tempat, berjalan, termasuk
penggunaan kursi roda dan alat bantu
jalan lainnya (kruk, walker).
- Memperbaiki postur tubuh yang salah.
- Melatih ambulasi dengan ortosis /brace
(alat bantu) atau dengan prostesis (alat
palsu).

19
- Melatih pernapasan , melakukan
tapping, clapping dan postural drainage
pada kasus paru.
- Memberikan modalitas terapi fisik, a.l.
pemanasan, terapi dingin, traksi,
stimulasi listrik, massage.

 Okupasi terapis / Terapis okupasi.


- Melatih ketrampilan motorik halus dari
anggota gerak atas terutama tangan,
terutama kemampuan untuk ADL.
- Melatih pasien untuk beradaptasi
dengan disabilitasnya.
- Mengusulkan alat adaptasi yang
diperlukan.
- Melatih kemampuan tangan untuk
fungsi non ADL misal menulis dan bila
perlu mengubah strategi dan pemakaian
alat adaptasi.
- Melatih ketrampilan mengurus rumah
tangga, memodifikasi aktifitas agar lebih
sederhana untuk mengurangi rasa lelah
dan menghemat tenaga.

20
- Menggali potensi, minat, ketrampilan
vokasional.
- Mendidik keluarga dengan
mendemonstrasikan tehnik-tehnik
untuk kemandirian pasien dalam upaya
mencegah ‘overprotection’.

 Terapis wicara.

- Melatih pasien dengan gangguan


komunikasi (gangguan berbicara,
gangguan berbahasa, gangguan
bersuara, gangguan irama kelancaran).
- Melatih gangguan fungsi mulut primer
(gangguan menelan).

 Ortotis-prostetis.

Membuat ortosis atau prostesis dan


sepatu khusus.

21
 Psikolog.
- Menilai emosi, intelektual dan fungsi
persepsi.
- Konseling dan psikoterapi untuk pasien
dan keluarganya.
- Memberi rekomendasi pada tim
rehabilitasi untuk bersikap.
- Menyiapkan pasien dan keluarganya
secara psikologis untuk berpartisipasi
penuh dalam program rehabilitasi
medik.

 Pekerja sosial medis.

- Mengevaluasi kehidupan
pasien : gaya hidup, keluarga,
keuangan, pekerjaan, sumber-sumber
dalam masyarakat dan menilai
pengaruh penyakit atau disabilitas pada
hal-hal tersebut.
- Mempertahankan
hubungan pasien dan keluarga.
- Mengkoordinir sumber
dana dan diskusi problema keuangan.
- Menjembatani pasien
dengan perusahaan / majikan.

22
CAKUPAN LAYANAN REHABILITASI
MEDIK.

 - tindakan promotif

- tindakan preventif yaitu mencegah


terjadinya impairment, disability dan
handicap.
- tindakan kuratif
- tindakan rehabilitatif.

 Jangkauan pelayanan :
- Rumah Sakit
- Institusi pelayanan kesehatan terkecil

23
- Lingkungan keluarga pasien dan
masyarakat umum.

 - Gangguan neuromuskuler.
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan respirasi
- Gangguan kardiovaskuler
- Geriatri
- Pediatri
- Cedera olah raga
- Beberapa kasus THT, Obgyn, Mata

24

Anda mungkin juga menyukai