HIPOGLIKEMIA
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang
dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur hidup dan kematian. Misalnya sebagai akibat
hipotermia pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan
hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak (Sarwono, 2007).
Hipoglikemi adalah kelainan pada bayi yang merupakan dampak dari komplikasi yang
dialami ibu pada masa kehamilan yang menyebabkan sel otak pada bayi tidak mampu
hidup. Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk mencegah hal yan tidak
diinginkan pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Maka dari itu perlu diperhtikan pula riwayat
ibu saat kehamilan serta pada kehamilan yang lalu.
Pada tingkat tertentu hipoglikemi pada neonatus dapat menyebabkan kematian. Peran
bidan sangatlah penting untuk mendeteksi dini dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat
agar tidak terjadi kematian sehingga MDGs dapat dicapai dengan baik. Untuk itu penulis
membuat makalah ini agar dapat dijadikan salah satu referensi untuk para bidan.
Rumusan masalah dari makalah ini adalah “ Bagaimanakah asuhan kebidanan yang tepat
pada neonatus dengan hipoglikemi ? ”.
a. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan
yang tepat pada neonatus dengan hipoglikemi.
b. Tujuan Khusus
a. Bagi Penulis
Dengan penulisan makalah ini penulis dapat menambah ilmu pengetahuan penulis tentang
hipoglikemi pada neonatus serta mengetahui penanganan dan asuhan kebidanan yang tepat
pada kasus tersebut.
b. Bagi Pembaca
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi bagi
pembaca.
BAB II
LANDASAN TEORI
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal
rendah.Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah
kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya
hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak
mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa
darah yang menurun.
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadarglukosa darah kurang
dari 40 -45mg/dl (Sudarti dkk: 2010).
Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-rata bayi seusia dan berat
badan aterm (2500 gr atau lebih) < 30mg/dl dalam 72 jam pertama, dan < 40mg/dl pada hari
berikutnya.
Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat terjadi berkaitan
dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu diabetes dan mengalami
Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera dingin. Selama masa menggigil simpanan
glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen.
Simpanan glikogen menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan.
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada
berbagai kelompok umur anak :
Neonatus
* BCB
a. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal
b. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL
d. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius
2. 2. Etiologi Hipoglikemia
Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang
menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”). Kelainan ini
sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat
tinggi
Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase. Kelainan ini
mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya
pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali
berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik,
termasuk hipertiroidism
1. Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik)
Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade
pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis.
Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena
penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon
pertumbuhan
Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan
energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun
yang sangat penting adalah diagnosis dini
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus
maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan syaraf pusat bahkan sampai kematian.Kejadian hipoglikemi lebih sering
didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang
penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.
Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu
diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko
a. Tremor
b. Sianosis
c. Apatis
d. Kejang
e. Apnea intermitten
f. Tangisan lemah/melengking
g. Letargi
h. Kesulitan minum
i. Gerakan mata berputar/nistagmus
j. Keringat dingin
k. Pucat
l. Hipotermi
m. Refleks hisap kurang
n. Muntah
Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu setelah lahir.
Berikut ini merupakan gejala klinis yang dimulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau
tremor, serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang
melemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat gerakan
putar mata. Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti
jantung. Sering berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut dapat
disebabkan oleh bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang setelah pemberian
glukosa yang adekuat, perlu dipikirkan penyebab lain.
a. Bayi yang baru lahir yang beratnya lebih dari 4 kg atau kurang dari 2 kg
b. Besar usia kehamilan (LGA) bayi yang berada di atas persentil ke-90, kecil untuk usia
kehamilan (SGA) bayi di bawah persentil ke-10, dan bayi dengan pembatasan pertumbuhan
intrauterin
c. Bayi yang lahir dari ibu tergantung insulin (1:1000 wanita hamil) atau ibu dengan diabetes
gestasional (terjadi pada 2% dari wanita hamil)
e. Bayi yang baru lahir diduga sepsis atau lahir dari seorang ibu yang diduga menderita
korioamnionitis
f. Bayi yang baru lahir dengan gejala sugestif hipoglikemia, termasuk jitteriness, tachypnea,
hypotonia, makan yang buruk, apnea, ketidakstabilan temperatur, kejang, dan kelesuan
g. Selain itu, pertimbangkan skrining hipoglikemia pada bayi dengan hipoksia yang signifikan,
gangguan perinatal, nilai Apgar 5 menit kurang dari 5, terisolasi hepatomegali (mungkin
glikogen-penyimpanan penyakit), mikrosefali, cacat garis tengah anterior, gigantisme,
Makroglosia atau hemihypertrophy (mungkin Beckwith-Wiedemann Syndrome), atau
kemungkinan kesalahan metabolisme bawaan atau ibunya ada di terbutalin, beta blocker,
atau agen hipoglikemik oral
h. Terjadinya hiperinsulinemia adalah dari lahir sampai usia 18 bulan. Konsentrasi insulin yang
tidak tepat meningkat pada saat hipoglikemia didokumentasikan. Hiperinsulinisme neonatal
Transient terjadi pada bayi makrosomia dari ibu diabetes (yang telah berkurang sekresi
glukagon dan siapa produksi glukosa endogen secara signifikan dihambat). Secara klinis, bayi
ini makrosomia dan memiliki tuntutan yang semakin meningkat untuk makan, lesu
intermiten, jitteriness, dan kejang jujur.
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama
:
1. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
2. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali
pemeriksaan
4. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai
2. Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui intravena selama 5 menit dan
diulang sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5%
digunakan vena sentral.
c. Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.
d. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
e. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas
- ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan
1. ASI teruskan
1. IV teruskan
4. Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan
dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
1. Konsultasi endokrin
3. bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain: somatostatin, glukagon, diazoxide,
human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)
f. Hipoglikemia refraktori
Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan adanya hiperinsulinisme. Keadaan ini dapat
diperbaiki dengan:
Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk
memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai. Ketika pemberian makan
telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) sudah normal
maka infus dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24 -48
jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan
kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama,
adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi,
diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat
a. Hipoglikemia neonatus
1. Hipoglikemia transisional
Prognosisnya baik dan tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia
perinatal. Tidak ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas
bayi. Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20 mg/100 ml.
2. Hipoglikemia sekunder
Mortalitas neonatus pada kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya.
Bayi yang menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele
akibat Hipoglikemianya, tetapi lebih banyak akibat kelainan patologik yang
menyertainya.
3. Hipoglikemia transien
Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi tersebut
seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK
sendiri, demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan ganggguan
mental, perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada hubungannya dengan hipoglikemia.
Pada penelitian prospektif dengan menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang
diamati sampai umur 7 tahun ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal,
tetapi tidak ada cacat nerologik yang berat.
Kelompok ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai
masalah tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya.
Sering kali disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari pertama,
nampaknya akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang dilaporkan
2/3 meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5 antara umur 2 bulan
sampai 17 tahun). Beberapa di antaranya yang hidup menunjukkan gejala retardasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Biodata
a. Biodata Bayi
Nama : Ny. H
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Nama : Tn. R
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan
B. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan bayi baru lahir usia 2 hari dengan keluhan bayinya gemetar,
tangisannya lemah, pucat,timbul keringat dingin, dan bayi malas menyusu.
C. Riwayat Kehamilan
Ibu mengatakan ini adalah hamil anak pertama. Ibu mengatakan rutin periksa satu bulan sekali
ke bidan dan hasilnya ibu tidak mengalami penyulit dalam kehamilan hingga mendekati proses
bersalin, ibu pernah mendapat imunisasi TT sebanyak dua kali. Ibu melahirkan pada usia
kehamilan 9 bulan.
D. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan di BPS ditolong oleh bidan secara spontan, usia kehamilan saat bersalin adalah
cukup bulan. Saat proses persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
Ibu mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes atau penyakit gula yang diderita oleh ibu
sebelum hamil hingga saat hamil. Dan ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit kelamin,
darah tinggi, hepatitis, TBC, asma dan HIV/AIDS begitu pula dengan keluarganya.
F. Riwayat Laktasi
Ibu mengatakan bayinya kesulitan minum ketika di beri ASI sejak lahir, daya hisapnya pun
lemah. Ketika disusui bayi terlihat malas dan tertidur.
G. Riwayat Eliminasi
Bayi BAB 2 kali sehari. Dan BAK 7 kali dalam sehari.
H. Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan bayinya telah mendapat imunisasi Hb0 pada umur 1 hari.
A. Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda vital :
Pernapasan : 65 x/menit
Suhu : 36 C
B. Ukuran Antropometri
BB : 4000 gram
LK : 35 cm
LILA : 10 cm
PB : 52 cm
LD : 34 cm
C. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Tidak ada moulase , tidak ada caput succadenum, tidak ada cephalhematom,
ubun-ubun lunak, tidak cekung/cembung, tampak verniks di kulit kepala.
d. Hidung : Tidak ada napas cuping hidung, tidak ada ronchi dan wheezing, pernapasan
belum teratur.
f. Leher : Pergerakan leher tampak ekstensi bila badan diangkat, tidak ada fraktur
klavikula, tidak ada pembesaran abnormal.
g. Dada : Normal, payudara dan puting susu simetris, bunyi nafas dada vaskuler, tidak
terdengan bunyi jantung ke tiga.
h. Abdomen : Bentuk normal. Tidak ada pembesaran hepar, keadaan tali pusat masih
basah dan tidak ada tanda infeksi.
l. Kulit : Terdapat verniks kaseosa sedikit, warna kulit merah tidak keriput, turgor kulit
jelek, tidak ada pembengkakan dan tidak ada tanda lahir.
m. Ekstremitas
Atas : Gerakan tangan lemah, jari-jari tangan lengkap, dan tidak ada kelainan.
Bawah : Gerakan kaki lemah, jari-jari lengkap, dan tidak ada kelainan.
n. Reflek
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Data Tambahan
3.3. ASSESMENT
3.4. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, suami, dan keluarga bahwa bayi memiliki kadar gula darah
kurang.
BB : 4000 gr
Suhu badan : 36 0C
5. Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikan ASI sesering mungkin pada bayinya
6. Mengajarkan kepada ibu mengenai cara pemberian ASI minimal 3-4 jam sekali
dengan porsi sedikit 30 cc tapi sering. Jika bayi tidak mau menyusu, mulai pemberian makan
dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 hari lahir dengan menggunakan susu khusus
untuk bayi hipoglikemia.
(Ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
7. Menganjurkan pada keluarga untuk membawa anaknya ke Rumah Sakit apabila keadaanya
belum membaik
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Frekuensi hipoglikemia pada bayi/anak
belum diketahui pasti.
Hipoglikemia simtomatik pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan.
Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan
bayi dari ibu DM.
4.2.Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang
pengertian, etiologi, manifestasi klinik, penanganan dan pragnosis dari hipoglikemia terhadap
bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=371:hypoglycaemia-of-the-
newborn-low-blood-sugar&catid=29:information-indonesian&Itemid=67. Diakses 27
November 2013. Jam 20.10
Markun. AH.1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Masjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Nelson Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul Bari, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardj