Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPOGLIKEMI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. YUSTISIA HANUM P17321195023


2. ZULIVIANI FIZA P17321195024
3. GEA BELA PRATIWI P17321195025
4. ANITA ARDITAMA P17321195032

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN KEDIRI

2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian bayi dalam 3 tahun terakhir mengalami penurunan pada tahun
2015 AKB sebanyak 33.278 pada tahun 2016 sebanyak 32.007 dan ditahun 2017 di
semester 1 sebanyak 10.247 kasus, penyebab kematian bayi baru lahir uatamanya adalah
bayi yang berusia 0-28 hari. Umumnya kematian bayi baru lahir terkait dengan proses
kehamilan dan persalianan, penyebab tertinggi adalah karena berat lahir rendah bisa
disebabkan premature, asfiksia, sesak nafas dll ( Depkes RI, 2017).
Angka kematian bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan ) per
1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun . AKB mengambarkan tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian
bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA
dan KB, serta kondisi lingkungan dan social ekonomi, Apabila AKB di suatu wilayah
tinggi , berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah. Angka kematian bayi di
provinsi jawa tengah tahun 2016 sebesar 99,9 per 1.000 kelahiran hidup, sama dengan
AKB tahun 2015. Kabupaten kota dengan AKB terendah adalah kota Surakarta yaitu3,36
per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Jepara (5,46 per 1.000 kelahiran hidup), dan Demak
(5,86 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten kota dengan AKB tertinggi adalah Grobogan
yaitu 17,08 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Rembang (15,93 per 1.000 kelahiran
hidup), dan Batang ( 15,39 per 1.000 kelahiran hidup ), ( Dinkes Jateng , 2016).
Penelitian menunjukan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan.Kurang baiknya penanganan bayi baru
lahir dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur hidup dan kematian.Sebagai
akibat hipotermia pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat
menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak
(Sarwono, 2010).
Pada bayi baru lahir keseimbangan atau mempertahankan kadar glukosa darah
adalah hal yang utama adalah kadar glukosa harus dipertahankan antara 75 – 100 mg/dl
sebagai substrat yang adekuat bagi otak. kadar glukosa yang rendah akan menyebabkan
eksitotoksik asam amino sehingga akan memperluas infark. hipoglikemia dapat
disebabkan oleh berkurangnya kadar glukosa karena pelepasan katekolamin atau
hiperinsulinisme yang sering dijumpai pada bayi yang menderita asfiksi (Azlin, 2011).
Hipoglikemia adalah Suatu Keadaan Dimana Kadar Glukosa Dalam Darah Secara
Abnormal Rendah Yaitu < 50 Mg/Dl Atau Bahkan <40 Mg/Dl ( Rahardjo, 2012 ).
Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki
cadangan glukosa yang rendah yang disimpan dalam bentuk glikogen, ( Novyana 2010).
Angka kejadian hipoglikemia di Indonesia secara umum belum tercatat karena
hipoglikemia bukan merupakan kelainan namun hipoglikemia merupakan suatu
kegawatdaruratan pada neonatus yang harus segera diatasi.kejadian hipoglikemia
biasanya tidak terlihat, bayi biasanya hanya diam dan pasif tidak banyak bergerak dan
disangka tidur, maka dari itu banyak orang yang tidak tahu bahwa bayi hipoglikemia
(Sarwono, 2010).
Dari pemaparan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
dengan judul “ Asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan Hipoglikemia di RSUD Ploso”
dengan menerapkan menejemen kebidanan Varney.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah ”Bagaimana Asuhan kebidanan bayi baru
lahir dengan Hipoglikemia di RSUD Ploso?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan kebidanan pada Asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
Hipoglikemia
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melaksanakan Pengkajian dan pengumpulan data pada bayi baru lahir dengan
hipoglikemia.
b. Menginterpretasikan data pada Asuhan kebidanan bayi baru dengan
Hipoglikemia.
c. Merumuskan Diagnosa potensial padaAsuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
Hipoglikemia.
d. Mengidentifikasi tindakan segera atau antisipasi pada Asuhan kebidanan bayi baru
lahir dengan Hipoglikemia.
e. Menyusun rencana tindakan pada Asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
Hipoglikemia.
f. Pelaksanaan Asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan Hipoglikemia.
g. MengevaluasiAsuhan kebidanan bayi baru lahir dengan Hipoglikemia.

1.4 Sistematika Penulisan


Penyusunan asuhan kebidanan ini terbagi dalam 5 bab yaitu :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Hipoglikemia
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Pada ibu nifas dengan Metritis
BAB III. TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
3.2 Identifikasi Masalah dan Diagnona
3.3 Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial
3.4 Kebutuhan Segera
3.5 Rencana Asuhan
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV. PEMBAHASAN
Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Hipoglikemia


2.1.1 Definisi
Hipoglikemia adalah Suatu Keadaan Dimana Kadar Glukosa Dalam Darah
Secara Abnormal Rendah Yaitu < 50 Mg/Dl Atau Bahkan < 40 Mg/Dl ( Rahardjo,
2012 )
2.1.2 Etiologi Hipoglikemia
Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki
cadangan glukosa yang rendah yang disimpan dalam bentuk glikogen, ( Novyana
2010).
Penyebab Hipoglikemia pada neonatus berbeda sedikit dari pada bayi yang
lebih tua dan anak –anak.menurut ( Judarwanto, 2012), etilogi Hipoglikemia pada
neonatus meliputi :
a) Perubahan sekresi hormone
b) Berkurangnya substrat cadangan dalam bentuk glikogen hati
c) Berkurangnya cadangan otot sumber asam amino untuk glukoncogenesis
d) Berkurangnya cadangan lipid untuk pelepasan asam lemak.

2.1.3 Faktor Resiko Hipoglikemia


Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus berumur 1 – 2 jam.hal itu
disebabkan oleh karena bayi tidak dapat mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan
insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah masih menurun ( Iswanto,
2012 ).
Menurut ( Iswanto, 2012 ) terdapat 4 kelompok besar bayi neonatal yang
secara patofiologis mempunyai resiko tinggi mengalami hipoglikemia yaitu:
a) Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki penyaikt diabetes militus.
Menderita diabetes selama kehamilan dan bayi yang menderita penyakit
eritoblastosis fetalis berat, bayi demikian cenderung menderita hiperinsulinisme.
b) BBLR
BBLR yang mungkin mengalami malnutrisi intrauterine, yang mengakibatkan
cadangan glikogen hati dan lamak tubuh total menurun. BBLR yang termasuk
rawan adalah bayi kecil yang menurut usia kehamilan .Salah satu bayi kembar
yang lebih kecil berat badan berbeda 25 % atau lebih. Berat badan lahir kurang
2000 gram bayi yang menderita polisitemia, bayi dilahirkan oleh ibu yang
menderita toksemia dan bayi dengan plasenta yang abnormal, terutama sangat
peka dan mudah terkena gangguan ini. Faktor – faktor lain yang akan berperan
tumbuhnya hipoglikemia pada kelompok ini mencakup respon insulin yang tidak
normal, gangguan glikoneogenesis, asam lemak bebas yang rendah, rasio berat
otak atau hati yang meningkat. Kecepatan produksi kortisol yang rendah dan
mungkin kadar insulin yang meningkat serta respon keluaran epineprin yang
menurun.
c) Imatur.
Atau yang sakit berat dapat menderita hipoglikemiakarena meningkatnya
kebutuhan metabolism yang melebihi cadangan kalori, dan bayi dengan berat
badan lahir rendah yang menderita sindrom gawat nafas. Asfiksia, polisitemia,
hipotermia dan infeksi sistemik dan bayi mengalami kelainan jantung bawaan
sianotik yang menderita gagal jantung.
d) Pada bayi yang menderita kelainan genetic atau gangguan metabolism primer
(jarang terjadi). Seperti galaktosomia, penyakit penyimpanan glikogen,
intoleransi fruktosa, propionate asidemia, metilalosiat asidemia, tirosinemia,
penyakit sirop mapel, sensitivitas leusin, insulinomia, nesidioblaitosis sel beta,
hyperplasia fungsioanal sel beta fungsional, panhipopituitarisme dan sindrom
beckwitt serta bayi raksasa.
2.1.4 Tanda Dan Gejala Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia dapat di klasifikasikan dalam 2 kelompok besar, yaitu
a) Yang berasal dari system saraf otonomi dan,
b) Gejala yang berhungan denagn kurangnya suplai glukosa pada otak.Pada
neonatus gelaja hipoglikemia tidak spesifik, antara lain tremor, peka rangsang,
apnea dan sianosis, hipotonia, iritabel, sulit minum, kejang, koma, tangisan nada
tinggi, nafas cepat, dan pucat ( Sihombing, 2013 ).
2.1.5 Tipe – Tipe Hipoglikemia Pada Neonatus
Menurut ( Vera, 2013 ) , tipe – tipe hipoglikemia digolongkan menjadi beberapa
yaitu:
a) Transisi dini neonatus ( Early transitional neonatal ) ukuran bayi beasar atau
normal yang mengalami kerusakan system produksi pancreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
b) Hipoglikemia klasik sementara ( classic transient neonatal ) terjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
c) Hipoglikemia sekunder ( secondary ) sebagai suatu respon stress dari neonatus
sehingga terjadi peningkatan metabolism yang memerlukan banyak cadangan
glikogen.
d) Hipoglikemia berulang ( recurrent )disebabkan oleh adanya kerusakan
enzimatis, atau metabolism insulin terganggu.
2.1.6 Penatalaksanaan Hipoglikemia
Menurut ( Iswanto, 2013 ), penatalaksanaan untuk hipoglikemia pada
neonatus adalah sebagai berikut :
a) Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain hangat,
jauhkan dari hal –hal yang dapat menyerap panas bayi.
b) Segera beri ASI ( Air Susu Ibu )
c) Observasi keadaan bayi, yaitu tanda-tanda vital, warna kulit, reflek dan
tangisan bayi.
d) Bila tidak ada perubahan kurang lebih 24 jam dalam gejala –gejala tersebut
segera rujuk ke rumah sakit.
Menurut (Iswanto. 2013) jika ditemukan masalah seperti berikut
penatalaksanaannya adalah :
1) Glukosa darah < 25 mg/ dl ( 1.1 mmol/l) atau terdapat tanda hipoglikemia ,
maka:
 Pasang jalur IVumbilical, berikan glukosa 10% 2ml/kg BB secara
pelan dalam 5 menit.iii.Infus glukosa 20% sesuai kebutuhan rawatan;
 Periksa kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus glukosa dan
kemudian 3 jam sekali
 Jika kadar glukosa darah masih <25 mg/dl ( 1.1 mmol/l) ulangi
pemberian air gula dan lanjutkan pemberian infus
 Jika kadar glukosa darah 24 –25 mg.dl ( 1.1 –2. 6 mmol/l )
lanjutkan infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap 1
jam sampai kadar glukosa 45 ,g/dl ( 2.6 mmol/l ) atau lebih
 Jika glukosa darah 45 mg/dl ( 2.6 mmol/l) atau lebih dalam dua
kali pemberian berturut –turut lanjutkan infus glukosa.
 Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak menyusui berikan ASI
perah dengan menggunkan sendok.
 Bila kemampuan minum bayi meningkat, turunkan
pemberiancairan infus setiap hari secara bertahap,anjurkan ibu
menyusuibayinya secara on demend, jangan hentikan infus
glukosa secara tiba –tiba.
2.1.7 Tata Laksana Pemberian ASI Pada Bayi Dengan Hipoglikemia
Menurut ( Sihombing, 2013) tata lakasana pemberian ASI pada bayi baru
lahir dengan hipoglikemia antara lain :
a) Hipoglikemia Asimtomatik (tanpa manisfetasi klinis)
1) Pemberian ASI sedini mungkin dan sesering mungkin akan menstabilkan
glukosa darah. Teruskan menyusui bayi ( kira –kira setiap 1 –2 jam ) atau
beri 2 –10 ml ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan
suplementasi ( ASI donor atau susu formula ).
2) Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum
berikutnya sampai kadar glukosa darah normal atau stabil.
3) Jika bayi tidak bias menghisap atau tidak bosa mentoleransi asupannya,
hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa
melalui intra vena. Pada beberapa yang tidak normal, diperlukan
pemeriksaan yang seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan
terapi yang intensif.
4) Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah dibaerikan minum
mulailah terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa
darah
5) ASI di teruskan sampai terapi glukosa intra vena. Teruskan jumlah dan
konsentrasi glukosa intra vena sesuai kadarglukosa darah.
6) Catat manifestasi klinis , pemeriksaan fisik, kadar skrining glukosa
darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinis
bayi (misalnya respon dari terapi yang diberikan).
b) Hipoglikemia simtomatik dengan manisfetasi klinisatau kadar glikosa plasma < 20
–25 mg. dl atau < 1.1 –1.4 mmol/l.
1) Berikan glukosa 200mg tiap kd BB atau 2 ml tiap kg BB cairan
dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10% intra vena
dengan kecepatan ( glucose infusion rate atau GIR ) 6 –8 mg tiap kg BB
tiap menit.
2) Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtometik, pertahankan
kadar glukosa bayi yang simtomatik pada > 45 mg/dl atau > 2.5 mmol/l.
3) Sesuaikan pemberian glukosa intra vena dengan kadar glukosa darah
yang didapat.
4) Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manisfetasi
hipoglikemia menghilang.
5) Pantau glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan
pemberian glukosa intra vena secara bertahap ( waening ) sampai kadar
glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena.
Kadang diperlukan waktu 24 –48 jam untuk mencegah hipoglikemia
berulang.
6) Lakukan pencatatan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, kadar skrining
glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi
klinis bayi ( misalnya respon dari terapi yang diberikan).

2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Hipoglikemia
2.2.1 Langkah pertama
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2010 ).
1) Data subyektifDalam pengkajian hal-hal yang perlu dikaji pada biodata
adalah:
a) Identitasi.
 Nama
Dimaksudkan untuk lebih mengenal pasien dan membedakan jika
ada kesamaan nama pasien yang lain (Ambarwati, 2010).
 Umur
Dikaji untuk mendeteksi apakah ada resiko yang berhubungan
dengan umur (Ambarwati, 2010)
 Agama
Untuk mengetahui agama yang dianut pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati,
2010).
 Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita dan
penangkapan daya fikir, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya ( Ambarwati, 2010 ).
 Pekerjaan
Yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu itu sendiri.
Menanyakan pekerjaan untuk mengetahui taraf hidup dan sosial
ekonomi agar nasehat kita sesuai tingkat pekerjaan ini juga
mempengaruhi dalam gizi dalam pasien tersebut (Ambarwati, 2010)
 Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan juga bila kemungkinan
ada nama ibu yang sama. Dan alamat ini juga diperhatikan bila
mengadakan kunjungan rumah (Ambarwati, 2010).
b) Alasan datang
Ditanyakan untuk mengetahui masalah atau keluhan yang
menyebabkan ibu datang ke tenaga kesehatan (Ambarwati, 2010).
c) Keluhan pasien
Ditanyakan untuk mengetahui masalah atau keluhan-keluhan yang
berhubungan dengan kasus yang dialami pasien (Ambarwati, 2010 ). Pada
pasien bayi dengan hipoglikemia memiliki keluhan bayi menangis ,
rewel,sulit untuk minum/ sulit menghisap, tremor, pucat, sehingga timbul
kecemasan pada orangtuanya (Sihombing, 2013).
d) Riwayat penyakit sekarang
Menurut (Nursalam, 2009), pengkajian kondisi bayi untuk menentukan
pemeriksaan disamping alasan datang. Pada bayi hipoglikemia bayi
terlihat pucat, tremor, bayi menangis tinggi, dan sulit untuk minum/
sulit menghisap ( Sihombing, 2013).
e) Riwayat penyakit prenatal ( kehamilan )
untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan. Pengkajian ini
meliputi : hamil keberapa, umur kehamilan, ANC, HPHT, dan HPL
( Prawirohardjo, 2010).
f) Riwayat intranatal
Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir ( jam, tanggal) penolong,
tempat, cara spontan atau tidak seta keadaan bayi saat lahir
( Prawirohardjo, 2010).
g) Riwayat post natal
Untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu saat bifas, adakah komplikasi
saat nifas ( Prawirohardjo, 2010).
h) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
dan menurun ( Prawirohardjo, 2010).
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dikukur oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2009).
a) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum dilakukan untuk mengetahui
bagaimana keadaan bayi ( Hidayat dan Uliyah, 2010). Keadaan
umum pada bayi hipoglikemia umumnya lemah (Sihombing,
2013).
 Kesadaran
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai status kesadaran anak
meliputi tingkat kesadaran, (composmentis, apatis, sopor atau
delirtum, somnolens, sopor comatus, coma) gerakan yang ekstrem
dan ketegangan otot ( Hidayat dan Uliyah, 2010).
Kesadaran bayi dengan hipoglikemia bayi terlihat apatis atau acuh
tak acuh dengan keadaan sekitar ( menangis tinggi dan sulit untuk
minum menghisap ) (Rati, 2008).
 Suhu
Pemeriksaan suhu aksila untuk menentukan apakah bayi dalam
keadaan hipo atau hipertermia. Dalam kondisi normal suhu
bayi berkisar anatara 36,5C –37, 5 C ( Hidayat dan Uliyah, 2010).
Suhu pada bayi dengan hipoglikjemia mengalami penurunan
akibat asupan glukosa yang berkurang (Rati, 2008).
 Nadi ( Denyut jantung )
Pemeriksaan denyut jantung dilakukan untuk menilai apakah
bayi mengalami gangguan sehingga jantung dalam keadaan tidak
normal, denyut jantung di katakana normal apabila frekuensinya
antara 100-160 x/ menit ( Hidayat dan Uliyah, 2010)
 Respirasi
Pemeriksaan nafas dilakukan dengan menghitung nafas rata
–rata pernafasan dalam 1 menit. Nafas bayi baru lahir
dikatakan normal apabila frekuensinya 30 –60 x/menit ( Hidayat dan
Uliyah, 2010). Frekuensi nafas pada bayi hipoglikemia meningkat (
Rati, 2008).
 Riwayat Apgar Skor
Riwayat apgar skor yang dinilai antara lain:
- Denyut jantung dalam batas normal 100 –160 x/ menit
- Pernafasan dengan batas normal 30 –60 x/menit
- Tonus otot dengan batas normal bayi dapat bergerak dengan
normal dan aktif
- Reaksi pengisapan dalam batas normal adalah dapat
menghisap dengan baik saat menetek atau pada saat pemeriksaan
fisik
- Warna kulit dengan batas normal adalah kemerahan dan tidak
kebiru –biruan atau pucat.
b) Pemeriksaan fisik sistematis
Menurut (Hidayat dan Uliyah, 2010) pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis yang dimulai dari kepala sampai kaki (head to too).

 Muka
Pemeriksaan muka untuk mengetahui apakah muka simetris
atau tidak (Hidayat dan Uliyah, 2010). Pada bayi dengan
hipoglikemia muka terlihat pucat (Sihombing, 2013).
 Mulut
Pemeriksaan mulut untuk mengetahui ada tau tidaknya
labiopalatoskisis (Hidayat dan Uliyah, 2010).
 Hidung
Pemeriksaan hidung untuk mengetahui ada atau tidaknya benjolan,
bersih atau tidak (Hidayat dan Uliyah, 2010).
 Tali pusat
Pemeriksaan tali pusat untuk mengetahui tali pusat terbungkus
kasa steril atau tidak, kering atau basah , ada kemerahan, bengkak
atau tidak (Hidayat dan Uliyah, 2010).
 Punggung
Pemeriksaan punggung untuk mengetahui spinabifida atau tidak
(Hidayat dan Uliyah, 2010).
 Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas untuk mengetahui kelengkapan
ekstremitas kanan dan kiri, ekstremitas bawah kanan dan kiri
serta kelengkapan jari –jari tangan dan kaki (Hidayat dan Uliyah,
2010). Pada bayi denagn hipoglikemia ekstremitas tampak lemah
dan tremor ( Hidayat dan Uliyah, 2010).
 Genetalia
Laki –laki : testis sudah turun apa belum
Perempuan : Labia mayora sudah menutupi labia minora atau
belum ( Hidayat dan Uliyah, 2010).
 Anus
Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada atau tidaknya atresiaani
(Hidayat dan Uliyah, 2010).

c) Pemeriksaan Reflek
 Reflek moro
Reflek moro untuk mengetahui gerakan memeluk bila dikagetkan
(Dewi, 2011). Reflek moro pada bayi dengan hipoglikemi biasanya
lemah ( Farrer, 2007 ).
 Reflek mengerakan atau reflek grasping
Reflek mengerakan bias kuat sekali dan kadang –kadang bayi
dapat diangkat dari permukaan meja tidurnya sementara bayi
berbaring terlentang dan menggengam jari tangan diperiksa ( Wong,
2005). Reflek grasping pada bayihipoglikemia biasanya lemah
(Ferrer, 2007 ).
 Reflek mencari atau reflek rooting
Saat pipi bayi disentuh bayi akan menolehkan kepala ke
sisi yang disentuh untuk mencari putting susu ( Wong, 2005).
 Reflek rooting pada bayi dengan hipoglikemia biasanya lemah
( Sihombing, 2013).
 Reflek menghisap atau sucking
Saat bayi diberikan botol susu atau putting susu ibu bayi
menghisap dengan kuat dalam beresponsi dalam stimulasi ( Hidayat
dan Uliyah, 2010). Reflek sucking pada bayi dengan hipoglikemia
biasanya lemah, bayi mengalami kesulitan untuk minum ASI
( Sihombing, 2013).
 Reflek tonik neckuntuk mengetahui otot leher bayi akan
mengangkan kekanan dan kekiri jika diletakkan pada posisi
tengkurep ( Rohani, dkk. 2011). Reflek tonik neck pada bayi
dengan hipoglikemia biasanya lemah (Sihombing, 2013).
d) Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan Antropometri menurut (Hidayat dan Uliyah, 2010) meliputi:
 Lingkar kepala: batas normal 33 –35 cm
 Lingkar dada : batas normal 30 –33 cm3)
 Berat badan : batas normal 2500 –3500 gram
 Panjang badan : batas normal 45 –50 cm

e) Data Penunjang
Data penunjang untuk kasus hipoglikemia diperoleh dari pemeriksaan
laboratorium antara lain : pemeriksaan glukosa darah kurang dari 45 mg/dl
yakni diperiksa dengan dextrostix pada saat persalinan dan pada usia ½
jam, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam
( Muslihatun, 2009).
2.2.2 Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnose kebidanan masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam
langkah ini data yang talah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnose
kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien (Ambarwati, 2010 ).
1) Diagnosa kebidanan Bayi.Ny. X umur....jam/hari,dengan hipoglikemia
2) Masalah Masalah –masalah yang sering dijumpai pada bayi dengan
hipoglikemia adalah gangguan system pernafasan, reflek hisap dan
menelan minuman, kesadaran menurun atau sering tidur ( Sihombing, 2013 ).
3) Kebutuhan Kebutuhan –kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan
hipoglikemia adalah pemberian cairan yang cukup terutama ASI,
mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif, menjaga lingkungan bayi
agar lingkungan nyaman dan hangat ( Rati, 2008 ).
2.2.3 Langka III : Diagnosa Potensial
Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini identifikasi masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan menunggu, mengamati dan bersiap-
siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati, 2010). Pada bayi baru
lahir dengan hipoglikemia diagnose potensialnya adalah terjadinya penurunan
kesadaran dan terjadi syokseptik pada bayi ( Rati, 2008).
2.2.4 Langkah IV : Antisipasi Atau Tindakan Segera
Pada langkah ini mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan serta
konsultasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien
(Ambarwati, 2010 ). Menurut (Rati, 2008) antisipasi untuk bayi dengan
hipoglikemia adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan dengan dokter untuk pemberian IVFD ( Intra Vena Fluid Drip ).
2) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibioik 2x250 mg IV
3) Pemberian oksigen
4) Rujukan.
2.2.5 Langkah V :Intervensi
Langkah ini asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah
diidentifikasi atau antisipasi (Ambarwati, 2010 ). Menurut (Iswanto, 2012)
Intervensi atau perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
hipoglikemia antara lain :
1) Observasi keadaan umum, tanda –tanda vital meliputi denyut jantung,
nadi, suhu dan penatalaksanaan yang akan dilakukan.
2) Berikan bolus IV cairan dextrose 10% 2 ml kg BB secara pelan
dalam 5 menit.
3) Pasang infus glukosa 20% sesuai kebutuhan rawatan.
4) Lakukan pemeriksaan glukosa plasma setiap 1 jam atau bila ada indikasi.
5) Berikan konseling pada ibu tentang perawatan bayi dengan
hipoglikemia yaitu pemberian ASI secara adekuat kepada bayi.
6) Anjurkan ibu untuk memberikan nutrisi yang adekuat ( Pemberian
ASI sesegera mungkin).
7) Jaga suhu bayi agar tetap hangat.
8) Jaga kebersihan bayi dan lingkungan.
9) Lakukan perawatan tali pusat dengan prinsip pencegahan
infeksi.
2.2.6 Langkah VI : Implementasi
Langkah ini merupakan penatalaksanaan rencana asuhan penyuluhan kepada
kliendan keluarga. Mengarahkan dan melaksanakan rencana asuhan efisiensi
dan aman (Ambarwati, 2010 ).
2.2.7 Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah
dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
sudah dilaksanakan tapi belum terlaksana (Ambarwati, 2010).
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA PERINATOLOGI

I. Pengkajian

A. DATA SUBYEKTIF

Biodata

Nama : Bayi Ny.”I”


Umur : 1 hari
Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama ayah : Tn. “J”
No reg : RM. 671***
Ruangan : Ruang Bayi RSUD Ploso
Alamat : Jln. Mawar 35, Mojo, Kab. Kediri
Tanggal MRS : 20 Maret 2020 jam 09.30 WIB
Tanggal KRS :
Cara masuk :

Datang Sendiri V Rujukan dari : Ruang Rawat Gabung RSUD Ploso

Diagnose MRS : NCB sesuai masa kehamilan usia 3 jam


dengan hipoglikemi

1. Keluhan utama :
Bayi lemas

2. Kronologi MRS : (Sebelum dirujuk/datang ke RS (IGD) hingga sampai ke ruangan


(Bersalin/ Nifas/ Bayi))
Bayi lahir pada tanggal 20 Maret 2020 jam 07.00 WIB, UK 39-40 minggu. Lahir normal
di RSUD Ploso, ketuban jernih. Lahir langsung menangis, gerak aktif, tidak terdapat
retraksi dada. Jenis kelamin perempuan. BB 3500 gram. Dilakukan rawat gabung. Setelah
lahir, bayi tidak mau menyusu padahal ASI sudah keluar. Ibu memiliki riwayat kencing
manis. Jam 9.15 WIB Bayi lemas, tidak mau menyusu. GDA 45 mg/dl. Bayi dirujuk
intern ke ruang bayi untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Tanggal 20 Maret 2020 jam 9.30 WIB bayi tiba di Ruang Bayi RSUD Ploso.

3. Riwayat penyakit sekarang :


Bayi lemas, retraksi dinding dada -, cyanosis -
Jenis Persalinan : normal

4. APGAR Score : 6-7


5. Berat Badan : 3500 gram
6. Panjang Badan : 49 cm
7. Usia Kehamilan : 39-40 minggu
8. Ketuban : jernih
Pecah dini jam : ......................... jelas ............... warna :jernih, keruh, meconeal
Tidak pecah dini
Lain lain
9. Riwayat ketuban dan kelahiran :
Antenatal : dokter / bidan / puskesmas / RS / dll
Berapa kali : 14 kali
Dokter 2 x Bidan 10 x Puskesmas 2 x
Rumah Sakit Lain-lain
NATAL : Lahir langsung menangis, gerak aktif,

Post Natal : Berat lahir 3200 gram, AS 6-7

Imunisasi : Bayi belum mendapat imunisasi


10. Riwayat kesehatan keluarga : Contreng di kolom yang sesuai

YA TIDAK Y TIDAK Sebutkan


A

DM V HIPERTENSI V Lain-lain V

TB V HEPATITIS V Lain-lain V
C

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : lemah


Suhu : 36,5°C
Nadi : 160 x/menit
Pernafasan : 68 x/menit
Berat badan : 3200 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : 31cm
Lingkar lengan : 10 cm
Lingkar perut : 32 cm
Lingkar dada : 32 cm

b. Kesadaran
( ) Gerak aktif ( ) Menangis Kuat ( V )Lethargi ( ) Merintih
( ) Koma ( ) lain-lain
c. Kepala
I. Rambut
Tidak tipis, tidak kering, tidak kotor, tidak jarang
II. Mata
Konjungtiva Anemis Ya/tidak Merah Ya/tidak
Sklera Ikterus Ya/tidak Lain-lain Ya/tidak
III. Wajah
Ikterus Ya/tidak Geimace Ya/tidak
Pucat Ya/tidak Cyanosis Ya/tidak
Lain-lain
IV. Telinga
Simetris Ya/tidak Radang Ya/tidak
Sekret Ada/tidak Perdarahan Ya/tidak
Tulang rawan +/- lain-lain............
V. Hidung
Pernafasan cuping hidung Ya/tidak
Lain-lain.........................
VI. Mulut
Bibir kering Ya/tidak Trismus Ya/tidak
Lidah kotor Ya/tidak Lain-lain............................
VII. Leher
Pembesaran Ada/tidak Kaku kuduk Ada/tidak
d. Thorak
Gerak Nafas : relaksi otot dada normal/tidak
Bentuk : Normal chest Barel chest
Irama nafas : reguler Irreguler
Stridor
Payudara : Ronchi Ada/tidak Whezing Ada/tidak
Jantung : Reguler Irreguler
Murmur Irama galop

e. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : buncit/ tegang/ normal
Acites : ada/tidak
Tali pusar : belum lepas, terbungkus kasa steril
Palpasi : Massa : Ada/tidak
Fecalit : Ada//tidak
Distensi : Ada/tidak
Pembesaran Hepar : Ada/tidak
Perkusi : Thyampany Hypertimpany
Dulnes Lain-lain.................
Auskultasi : Peristaltik usus................ x/menit
f. Genetali
Labia : Oedem : Ya/tidak
Perdarahan : Ya/tidak
Labia Mayor menutupi labia minor : ya/tidak
Scrotum : Oedem : Ya/tidak
Sudah turun : Ya/Tidak

g. Anus
Berlubang : Ya/tidak
Pendarahan : Ya/tidak
Lain-lain :.............
h. Extermitas
Atas : Polidactili Ya/tidak
Syndaktili Ya/tidak
Gerak aktif Ya/tidak
Fratur Ya/tidak
Bawah : Polidactili Ya/tidak

Syndaktili Ya/tidak

CTEV Ya/tidak

Genovalgus Ya/tidak

i. Neurologi
TIDA
YA YA TIDAK
K

KAKU
V KEJANG V
KUDUK

MUNTAH V PANAS V

j. Reflek Bayi
Rooting lemah
Sucking lemah
Moro lemah
Babynski lemah
Grappe lemah
Swallowing lemah

2. Pemeriksaan Penunjang
Laborat : GDA 45 mg/dl tgl 20 Maret 2020 jam 8.30 WIB di Ruang Nifas RSUD
Ploso
Foto :-
Lain-lain :-

C. ANALISIS/INTERPRETASI DATA
NCB sesuai masa kehamilan usia 3 jam dengan hipoglikemi

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal 20 Maret 2020 Jam : 10.00 WIB
Jam 10.00 Mencegah hipotermi.
Bayi berada dalam infarm warmer.
Bungkus bayi dengan menggunakan plastik mulai dada hingga kaki.
Suhu bayi 36,5 0C.
Jam 10.05 Pasang umbilikal infus. Infus glukosa 20% sesuai advice dokter.
Tetesan infus lancar.
Jam 10.15 Memberikan D 10% 2ml/kgBB secara perlahan (bolus IV)
Injeksi bolus sudah diberikan
Jam 10.25 Memasang sonde untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Sonde ukuran 8 F sudah terpasang.
Jam 10.40 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi berikutnya.
Advice dokter:
Observasi GDA 1 jam setelah bolus IV D10%, kemudian observasi GDA
setiap 3 jam atau saat ada indikasi
Cek DL
Observasi CHPB
Jam 11.00 Pengambilan sampel darah.
Hasil lab belum jadi
Jam 11.00 Mengecek GDA ulang.
GDA 56 mg/dl
Jam 12.00 Observasi TTV
N : 150 x/ mnt
S : 36,6 0C
RR : 58 x/ mnt
BAB IV

PEMBAHASAN

Hipoglikemia adalah Suatu Keadaan Dimana Kadar Glukosa Dalam Darah Secara
Abnormal Rendah Yaitu < 50 Mg/Dl Atau Bahkan < 40 Mg/Dl ( Rahardjo, 2012).
Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki cadangan
glukosa yang rendah yang disimpan dalam bentuk glikogen, ( Novyana 2010). Umumnya
hipoglikemia terjadi pada neonatus berumur 1 – 2 jam.hal itu disebabkan oleh karena bayi
tidak dapat mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah masih menurun ( Iswanto, 2012 ).
Pengkajian Pada By Ny.I dilakukan pada tanggal 20 Maret 2020. Hasil pemeriksaan
diperoleh data dengan hasil bayi lahir spontan pada tanggal 20 Maret 2020 pukul 07.00 WIB.
Bayi  langsung menangis, warna kulit kemerahan dan gerakan  aktif. Jenis kelamin
perempuan. Sedangkan data obyektif didapatkan hasil keadaan umum bayi baik, Frekuensi
jantung: 140 x/menit,RR: 68 x/menit, Suhu:36,5 ◦ C, apgar score:6-7, bayi cukup
bulan,bergerak aktif, tonus otot baik dan warna kulit kemerahan. Setelah lahir, tidak mau
menyusu padahal ASI sudah keluar. Jam 8.30 WIB Bayi lemas, tidak mau menyusu. GDA 45
mg/dl.
Analisis ditegakkan diagnosis neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan usia 3 jam
dengan hipoglikemi. Sesuai dengan teori penatalaksanaan asuhan yang dilakukan dengan
melakukan penanganan pada bayi yang Hipoglikemi adalah Menurut ( Iswanto, 2013 ),
penatalaksanaan untuk hipoglikemia pada neonatus adalah pertahankan suhu tubuh dengan
cara membungkus bayi dengan kain hangat, jauhkan dari hal – hal yang dapat menyerap
panas bayi, Segera beri ASI ( Air Susu Ibu ), Observasi keadaan bayi, yaitu tanda- tanda vital,
warna kulit, reflek dan tangisan bayi, Bila tidak ada perubahan kurang lebih 24 jam dalam
gejala – gejala tersebut segera rujuk ke rumah sakit.
BAB V
PENUTUP

Dalam pengkajian asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By. Ny. I umur 3 jam dengan
hipoglikemia di Rumah Sakit, maka penulis dapat mengambil kesimpulan data dan saran
sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
1. Penulis mampu melaksanakan pengkajian proses asuhan kebidanan bayi baru lahir
pada By. Ny. I umur 3 jam dengan hipoglikemia.
2. Penulis mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa kebidanan,
masalah kebutuhan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By. Ny. I umur 3 jam
dengan hipoglikemia.
3. Penulis mampu merumuskan diagnosa potensial asuhan kebidanan bayi baru lahir
pada By. Ny. I umur 3 jam dengan hipoglikemia.
4. Penulis mampu melakukan antisipasi pada asuhan kebidanan bayi baru lahir pada
By. Ny. I umur 3 jam dengan hipoglikemia.
5. Penulis mampu merencanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By. Ny. I
umur 3 jam dengan hipoglikemia.
6. Penulis mampu mengimplementasikan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By.
Ny. I umur 3 jam dengan hipoglikemia.
7. Penulis mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan kebidanan bayi baru lahir
pada By. Ny. I umur 3 jam dengan hipoglikemia.
8. Penulis melaksanakan dan menerapkan manajemen asuhan kebidanan bayi baru
lahir pada By. Ny. I umur 3 jam dengan hipoglikemia secara komprehensif sesuai
dengan tujuan umum dan tujuan khusus.
9. Dalam melakukan asuhan kebidanan diperlukan kerjasama yang baik antara dokter,
bidan, pasien serta keluarga pasien sehingga setiap anjuran dan pengobatan yang
diberikan dapat dilakukan dan diterima oleh pasien.

5.2 Saran
Berdasarkan studi kasus yang sudah dilaksanakan maka penulis dapat memberikan
saran sebagai berikut :
1. Bagi klien
Diharapkan keluarga dan masyarakatdapat mengetahui gejala bayi dengan
hipoglikemia sehingga klien dapat memberikan pertolongan pertama jika menemui
gejala bayi dengan hipoglikemia dan mendapatkan pertolongan segera.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan hipoglikemia.
3. Bagi Instasi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah bahan bacaan yang bermanfaat tentang hipoglikemia.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Diah Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Fitramaya.
Yogyakarta.

Azlin. Emil. 2011. Hubungan Antara Skor Apgar Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Bayi
Baru Lahir. Sari Pediatri Volume 13 No. 4, Desember 2011. Fakultas Kedokteran
Universitas Hassanudin Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Makasar.

Farrer, 2007. Perawatan Maternitas Dan Perinatal Edisi 2. Jakarta :EGC. Medika

Hidayat, AAA Dan Uliyah. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan.
Jakarta: salemba.

Iswanto, joni. 2012. Hipoglikemia Pada Bayi. Jakarta: EGC.

Judarwanto, 2012. Asuhan Kebidanan Neonatal Bayi Dan Anak. Jakarta : salemba.

Muslihatun, 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : fitramaya.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Noviyana. 2010. Hipoglikemia. Yogyakrata: Fitramaya.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuhan Neonatal Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Rahardjo, dkk.2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak
Pra Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rati. 2008. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Hipoglikemia. Jakarta : Salemba.

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika.

Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP. Jakarta.

Scrip. 2018. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI. http://repository.unimus.ac.id

Sihombing, H. Menry. 2013. Hipoglikemia Pada Neonatus. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai