Anda di halaman 1dari 29

IMUNOLOGI

Imunologi menurut Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI)

merupakan ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan akibat adanya

rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh, baik infeksius

maupun non-infeksius. Imunologi juga berarti ilmu yang mempelajari kemampuan

tubuh untuk melawan atau mempertahankan dari serangan pathogen atau

organisme yang menyebabkan penyakit. (https://www.paei.or.id/pengertian-

imunologi/). Pembagian Klasifikasi Sistem Imun menurut Baratawidjaja seperti pada

gambar dibawah ini.

SISTEM IMUN

NON SPESIFIK SPESIFIK

FISIK LARUT SELULAR HUMORAL SELULAR

- Kulit Biokimia - Fagosit Sel B Sel T


- Kulit
- Selaput lendir - Lisozim > Mononuklear - IgG - Th1
- Silia - Sekresisebaseus > Polimorfonuklear
- Selaput
- Batuk lendir
- Asam Lambung - Sel NK - IgA - Th2
- Bersin - Laktoferin - Sel Emas - IgM - Ts/Tr/Th3
- Silia - Asam Neuraminik - Basofil - IgE - Tdth
Humoral - Eosinofil - IgD - CTL/TC
- Batuk - Komplemen - SD (Sel Dendritik)
- APP (Akut Phase Protein)
Sitokin - NKT
- Mediator asal lipid - TH17
- Sitokin

Gambar 1. Klasifikasi sistem imun


Sumber: Baratawidjaja KG.(2009)

Sistem imun adalah gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam
resistensi terhadap infeksi (Sudiana, 2017). Menurut Guntur (2011) sistem imun
dirancang khusus untuk mengenali bahan kimia / benda asing (antigen ) dan
bereaksi terhadap mereka. Antigen biasanya termasuk racun, virus, bakteri, jamur,
parasit dan sel kanker, meskipun mereka juga termasuk sel atau jaringan yang
dicangkokkan. Reaksi dari sistem imun biasanya menghasilkan perubahan dari
antigen menjadi bahan yang tidak terlalu berbahaya, atau membuangnya dari tubuh.
Respon Imun adalah reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan
lainnya terhadap mikroba.
Pada sistem imun, antigen protein asing atau glkoprotein termasuk racun, virus,
bakteri, jamur, parasit dan sel kanker dimediasi oleh:
1. Dimediasi oleh antibodi / humoral ( sel B ) dan dari limfosit . Antibodi adalah
molekul efektor yang dihasilkan oleh respons ini. Prosesnya dimulai dengan
interaksi reseptor sel-B (BCR) dengan antigen. Ikatan antigen meningkatkan
diferensiasi menjadi sel yang mensekresi antibodi (sel plasma)
.2. Dimediasi oleh selT Cabang yang dimediasi sel terdiri dari limfosit dari garis
keturunan sel-T. Sel T-helper (sel Th).Respon imun dapat dilihat pada gambar 2
dibawah ini sumber https://id-binomo.com/id/promo/l35?a=929a9991f7ee&ac

Gambar 2. Respon Imun


sumber https://id-binomo.com/id/promo/l35?a=929a9991f7ee&ac

Sistem imun melindungi tubuh dari infeksi, penyakit dan bahan kimia asing.
Sistem imun meliputi beberapa organ, jaringan, dan sel yang bekerja sama untuk
mencegah benda asing ( antigen ) memasuki tubuh dan aliran darah. Saat antigen
memasuki darah, sistem imun mampu mengidentifikasi dan menetralisai ancaman
itu.
Komponen dari sistem imun termasuk: ( Guntur, 2011)

- Sel darah putih


- Antibodi
- Hormon
- Komplemen
- Sumsum tulang
- Kelenjar timus
- Limpa
- Sistem limpatik
.
PEMBAGIAN SISTEM IMUN (Baratawidjaja 2009).
1. SISTEM IMUN ALAMIAH/ NON SPESIFIK / NATURAL/ NATIVE/ NON ADATIF
Sistem imun ini memang sudah ada dalam tubuh. Sistem imun secara
fisiologis berupa komponen normal tubuh, selalu ditemukan pada individu sehat
dan siap mendeteksi semua mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, oleh
karena itu dinamakan non spesifik.
Pertahanan Lapis Pertama
 Kulit dan membrane mukosa yang utuh
 Kelenjar keringat, sebum, dan air mata mensekresi zat kimia dan bersifat
bakterisid
 Mukus, silia, tight junction, desmosom, sel keratin & lysozim di lapisan
epitel
 Rambut pada lubang hidung
 Flora normal

Sistem Kekebalan Non-Spesifik


Dapat mendeteksi adanya benda asing dan melindungi tubuh dari kerusakan
yang diakibatkannya, namun tidak dapat mengenali benda asing yang masuk ke
dalam tubuh. Yang termasuk dalam sistem ini:
a. Reaksi inflamasi/peradangan
b. Protein antivirus (interferon)
c. Sel natural killer (NK)
d. Sistem komplemen
Sistem imun alamiah atau non spesifik /natural/innate/ native/ non adatif

a. Pertahanan fisik / mekanik

Sistem imun alamiah terdiri dari pertahanan  fisik atau mekanik, kulit
dan selaput lendir, silia saliran nafas,batuk dan bersin, merupakan garis
pertahan terdepan terhadap infeksi. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit
sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan
mikroba.

b. Pertahanan biokimia
 Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit sehat, namun
beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebaseus dan folikel
rambut , pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam
lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap
protein membran sel sehingga dapat mencegah infeksi pada kulit.
 Bahan yang diskresi mukosa saluran nafas dan telinga, mukus
yang kental melindungi epitel mukosa dan menangkap bakteri dan
bahan lain yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia.
 Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu melindungi
tubuh terhadap berbagai bakteri gram-positif karena
menghancurkan lapisan peptidoglkan, air susu ibu juga
mengandung lakto oksidase dan asam neuraminik bersifat
antibakterial E–koli dan stafilokok.
 Saliva mengandung enzym lakto oksidase yang merusak dinding
sel mikroba dan mengandung antibodi.
 Lambung mengandung asam hidroklorit dan dalam usus halus
mengandung enzym proteolitik dan antibodi yang mencegah infeksi
mikroba. pH asam rendah vagina mencegah timbulnya infeksi
bakterigram-positif.
Sistem Imun Pertahanan Tubuh Alami diperlihatkan pada gambar 3 dibawah ini
Sumber: https://slideplayer.info/slide/12072358/

Gambar 3. Sistem Imun Pertahanan Tubuh Alami


Sumber: https://slideplayer.info/slide/12072358/
c. Pertahanan Humoral
Sistem imun non spesifik menggunakan molekul larut antara lain peptida
anti mikroba dan Interferon anti viral yang diproduksi diempat infeksi
atau cedera. Faktor larut yaitu komplemen yang diprodusi ditempat lebih
jauh dan dikerahkan kejaringan sasaran melalui sirkulasi. Berbagai
bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interferon, CRP ( C Reaktif Protein )
berperan dalam pertahanan humoral.
1) Komplemen
Serum normal dapat memusnahkan dan menghancurkan
beberapa bakteri gram negatif atas kerjasama antibodi dan
komplemen. Komplemen diproduksi oleh hepatosit dan monosit
dimana komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila
diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan
dalam respon inflamasi, sebagai opsonin yang meningkatkan
fagositosis dan juga menimbulkan destruksi / lisis bakteri dan parasit.
2) Protein Fase Akut
Protein fase akut ( Acute Phase Protein / APP ) adalah perubahan
kadar protein dalam serum pada infeksi fase akut. Meningkat dengan
cepat setelah sistem imun non spesifik diaktifkan.
a) C Reactive Protein ( CRP )
C Reactive Protein ( CRP ) merupakan salah satu golongan protein
yang kadar dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai
respon imunitas nonspesifik. CRP digunakan menilai aktivitas
penyakit inflamasi. Sintesis CRP yang meningkat meninggikan
viskositas plasma dan laju endap darah. CRP yang tetap tinggi
menunjukkan infeksi yang persisten.
b) Lektin
Lektin / kolektin merupakan molekul larut dalam plasma yang dapat
mengikat manan/manosa dalam polisakarida sehingga disebut
Mannan Banding Lectin ( MBL ) yang merupakan permukaan
banyak bakteri seperti galur pneumokok.
c) Mediator asal fosfolipid
Metabolisme fosfolipid diperlukan untuk produksi Prostaglandin dan
Leukotrin, keduanya meningkatkan respon inflamasi melalui
peningkatan permiabilitas vaskuler dan vasodilatasi.
d) Sitokin
Sitokin dihasilkan oleh makrofag dan berbagai sel dalam
tubuh.Berdasar transkripsi dan translasi maka sitokin adalah
mediator atau sinyal molekul yang dihasilkan oleh sel yang
berperan untuk mengiduksi sel lain dalam prosen interaksi atau
komunikasi antara sel baik pada respon imun, inflamasi atau pada
proses pergerakan sel ketempat terjadinya infeksi dan atau trauma.
Sitokin proinflamasi antara lain IL-1, IL-6, IL-8 dan TNF- alfa dan
sitokin anti inflamasi IL-10 dan transforming growth factor beta
(TGF-beta). Apabila terjadi gangguan keseimbangan dimana
proimflamasi lebih tinggi dari antiimflasi maka terjadi kerusakkan
jaringan secara meluas dikenal multi organ failure (MOF) (Sudiana,
2017).
d. Pertahanan Seluler
Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun
nonspesifik. Sel sel sistem imun terdapat dalam sirkulasi seperti neutrofil,
eosinofil, basofil, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Sel
tersebut dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk
hidupnya. Sedangkan sel yang ditemukan dalam jaringan adalah
eosinofil, sel mast , makrofag sel T, sel plasma dan sel NK.

Fungsi fisiologis sistem kekebalan tubuh


1. Pertahanan melawan infeksi mikroba
2. Pertahanan dimediasi melalui reaksi awal imunitas bawaan danyang terakhir
respon imunitas adaptif.
3. Ada dua jenis respons imun adaptif, yang disebutimunitas humoral dan
imunitas selluer, yang dimediasi oleh komponen sistem imun yang berbeda
dan berfungsi untuk menghilangkan berbagai jenis mikroba.
Tahapan Respon Imun :
1. Deteksi dan mengenali benda asing
2. Komunikasi dengan sel lain untuk berespons
3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respons
4. Destruksi atau supresi penginvasi.
Hal tersebut semuanya akan membentuk antibodi dan sitokin
Respon Imun
1. Respon imun alami non-spesifik :
a. Ada sejak lahir
b. Tidak mengalami target tertentu
c. Terjadi dalam beberapa menit –jam terjadinya reaksi inflamasi
2. Respon imun didapat/ spesifik
a. Spesifik untuk jenis tertentu
b. Respon terhadap paparan dan terjadi dalam beberapa hari
c. Pada paparan berikutnya terjadi lebih cepat
Respon imun Kinetics of innate and adaptive immune pada gambar 4
dibawah ini. Sumber: Abbas et al (2007)
Gambar 4. Kinetics of innate and adaptive immune responses
Sumber: Abbas et al (2007)

2. SISTEM IMUN SPESIFIK


Disebut sistem imun spesifik karena system imun ini memiliki mekanisme
kerja yaitu mengenali benda asing yang masuk, kemudian jika sel imun bertemu
lagi dengan benda asing tersebut, maka sel imun akan dengan cepat
mengenalinya dan akan langsung menghancurkan benda asing tersebut. Sistem
ini dapat menghancurkan patogen yang lolos dari system kekebalan non-spesifik.

Sistem imun spesifik terdiri dari sistem humoral dan sitem seluler
1. Sistem imun spesifik humoral.
Sistem imun spesifik humoral Pemeran utama dalam sistem imun spesifik
humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B yang dirangsang oleh benda asing
akan berproliferasi, berdiferensiasi, dan berkembang menjadi sel plasma yang
memproduksi antibodi. Fungsi utama antibodi ialah pertahanan terhadap infeksi
ekstraseluler, virus, dan bakteri serta menetralkan toksinnya.
Didalam sumsum tulang didapatkan sel induk (punca) yang disebut
hemapoetic stem cell yang berderensisi menjadi common myeloid progenitor
dan lympoid progenitor. Lympoid progrnitor berkemampuan untuk berdefensiasi
menjadi tiga jenis yaitu limposit B, Natural Killer Cell (NK Cell) dan yang melalui
seleksi Thymus menjadi limposit T (Djunaedi, 2007). Proses ini mengarah pada
pembentukan sel-sel darah sirkulasi sangat khusus dari Haematopoitic Stem Cell
(HSC) di sumsum tulang Bone Marrow (BM). Sel induk hematopoietik multipoten
dalam BM berdiferensiasi menjadi common myeloid progenitor (sel progenitor
myeloid) atau lympoid progenitor. Lympoidprogrnitor (limfoid). Sel myeloid
berdiferensiasi menjadi sel darah merah, trombosit, dan myeloblas, yang
berdiferensiasi menjadi basofil, neutrofil, eosinofil, dan makrofag, sedangkan sel
limfoid berdiferensiasi menjadi B dan T-limfosit dan sel pembunuh alami Natural
Killer Cell (NK) (Abbas et al, 2007).Proses Hematopoiesis pada gambar 5
dibawah ini Sumber: Abbas et al (2007)

Gambar 5. Hematopoiesis
Sumber: Abbas et al (2007)

Sistem imun spesifik humoral yang melibatkan sel limfosit B yang melepas
antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstrasel. Sel B yang dirangsang oleh
benda asingakan berproliferasi, berdeferensiasi dan berkembang menjadi sel
plasma yang memproduksi antibodi dimana bila antibodi dilepas diketemukan
pada serum.Fungsi utama antibodi adalah pertahanan terhadap infeksi
ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralkan toksisnnya (Sudiana, 2011)
2, Sistem imun spesifik seluler
Sel T atau atau limfosit T berasal dari sel yang sama seperti sel B, tetapi
pada orang dewasa berprolifesari dan berdeferensiasi dalam kelenjat timus,
dimana 5-10% menjadi matang dan meninggalkan timus kedalam sirkulasi. Fungi
utama imun spesifik seluler adalah pertahana terhadap bakteri yang hidup
intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan.
Perbedaan imunitas humoral dan seluer bisa dilihat tabel 1 Sumber:
Baratawidjaja KG (2009)

PERBEDAAN IMUNITAS HUORAL DAN SELULAR


Imunitas Selular
Imunitas Humoral
Ekstraselular Intraselular
Mikroba Mikroba Fagosistosis oleh Mikroba intraseluler
Ekstraselular makrofag (virus)
Berkembang biak dalam
Sel terinfeksi
Respons limfosit Sel B Th CTL (Cytotoxic T
Lymphocyte)
Mekanisme Antibodi mencegah Makrofag yang CTL memusnahkan sel
efektor dan infeksi dan diaktifkan terinfeksi dan
fungsi menyingkirkan memusnahkan menyingkirkan sumber
mikroba mikroba yang infeksi
ekstraselular dimakan
Tabel 1. Perbedaan Imunitas Humoral dan Seluler
Sumber: Baratawidjaja KG (2009)
Pada sistem imun seluler, sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor untuk
menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel CTC/ Tc sebagai efektor yang
menghancurkan sel terinfeksi, pertahanan terhadap bakteri yang hidup pada
intraseluler, jamur, virus dan keganasan.

Antibodi disekresi ke darah atau limfosid ~ lokasi sel plasma yang teraktivasi;
semua Ab akan mencapai darah ⇒gamma globulin = imunoglobulin (Ig).Strukur Ig
terdiri dari sepasang rantai berat ( heavy chains) yang identik dengan sepasang
rantai ringan (light chains) yang juga identik. Rantai berat dengan rantai ringan
dihbungkan dengan ikatan disulfida juga antara sepasang rantai berat tersebut.
Gambar 6. Struktur dan Rantai Immunoglobulin bisa dilihat dibawah ini Sumber:
https//hidupgue1993.blogspot.com/2015/imunoglobulin.html

Struktur dan Rantai Immunoglobulin

. Gambar 6. Struktur dan Rantai Immunoglobulin


Sumber: https//hidupgue1993.blogspot.com/2015/imunoglobulin.html

Imunoglobulin (Ig) ada 5 kelas :


1. Ig M berperan sbg reseptor permukaan sel B & disekresi pada tahap awal
respons sel plasma
2. Ig G Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons terhadap antigen
yang sama Ig M & IgG berperan jika terjadi invasi bakteri dan virus serta
aktivasi komplemen
3. Ig E melindungi tubuh dari infeksi parasit dan merupakan mediator pada
reaksi alergi; melepaskan histamin dari basofil dan sel mast
4. Ig A ditemukan pd sekresi sistem perncernaan, pernapasan, dan perkemihan
(contoh: pada airmata & ASI)
5. Ig D terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pada sel B

Antigen
Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respon imun yang
dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibodi dan atau T cell receptor( TCR).
Antigen substansi yang diproduksi oleh mikroorganisme (virus, bakteri, fungi,
protozoa), yang mampu menstimulasi respons imun, khususnya dengan
mengaktivasi limfosit (sel-sel B), yang merupakan sel darah putih yang bertugas
memerangi infeksi dalam tubuh Antigen terdiri imunogen dan hapten. Antigen (Ag)
merangsang sel B berubah menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi (Ab).

Antibodi
Antibodi adalah bahan glikoprotein yang diproduksi di sel B sebagai respon
terhadap rangsangan imunogen. Bila darah dibiarkan akan meninggalkan serum
yang mengandung berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut mengandung
molekul antibodi yang digolongkan dalam protein disebut globulin dan sekarang
dikenal sebagai imunoglobulin. Fungsi Antibodi (Ab) utamanya adalah mengikat
antigen atau benda asing (virus, bakteri, toksin) yang menginvasi tubuh, yang
meliputi pathogen dan menghantarkannya ke sitem efektor.
Perbedaan antara antigen dengan antibodi. Antibodi disebut juga
imunoglobulin.Bentuk molekul seperti huruf Y dengan bahan dasar pembentuknya
adalah protein. Antibodi menolong tubuh bertahan dari serangan subtansi asing
yang disebut antigen .antigen adalah subtansi yang merangsang sistem imun untuk
menghasilkan antibodi. Antigen dapat berupa bakteri, virus atau jamur yang
menyebabkan infeksi dan penyakit. Gambar 7 Perbedaan Antigen dan Antibodi bisa
dilihat dibawah ini Sumber: Suryati (2017) dan tabel 2 Sumber: Suryati (2017)

Gambar 7. Antigen dan Antibodi


Sumber: Suryati (2017
Dibawah ini beberapa perbedaan antara antigen dan antibodi:
Tabel 2. Perbedaan Antibodi dan Antigen
Antigen Antibodi
1. Secara umum antigen terbuat dari Antibodi terbuat dari protein
protein, lemak, karbohidrat, dan asam
nukleat
2. Memacu pembentukan antibody Mengikat antigen pada tempat tertentu
3. Ada tiga bentuk dasar antigen Ada 5 bentuk dasar antibodi yaitu
(exogenous, endogenous dan immunoglobin M, G, E, D dan A
autoantigen)
4. Area tempat antigen berinteraksi Area dari antibodi yang secara khusus
dengan antibodi disebut epitope berikatan dengan epilop disebut paralop

5. Menyebabkan penyakit atau reaksi Melindungi tubuh dengan menghambat


alergi gerakan atau lisis (kehancuran) dari
materi antigen

Sumber: Suryati (2017)

Reaksi Antigen –Antibodi Sistem Kekebalan Seluler


Limfosit T spesifik untuk kekebalan terhadap infeksi virus & pengaturan pd
mekanisme kekebalan. Sel-sel T harus kontak langsung dengan sasaran. Ada 3
subpopulasisel T: sel T sitotoksik, sel T penolong & sel T penekan. Major
histocompatibility complex (MHC): kode humanleucocyte-associated antigen (HLA)
yang terikat pada permukaan membran sel; khas pada setiap individu. Surveilens
imun: kerjasama sel T sitotoksik, sel NK, makrofag, & interferon.

Pembentukan Kekebalan Jangka Panjang


 Pada kontak pertama dengan antigen mikroba, respons antibodi terjadi lambat
dalam beberapa hari sampai terbentuk sel plasma dan akan mencapai puncak
dalam beberapa minggu (Respons primer) dan akan membentuk sel memori.
 Jika terjadi kontak dengan antigen yang sama, karena adanya sel memori,
respons yang terjadi menjadi lebih cepat (Respons sekunder)
Cara kerja antibodi
Antibodi berkontribusi terhadap kekebalan dalam tiga cara:
1. Pertama dengan mencegah patogen memasuki atau merusak sel-sel dengan
melakukan pengikatan; 
2. Kedua dengan  merangsang penghapusan patogen oleh makrofag dan sel-sel
lainnya dengan melapisi patogen; 
3. Ketiga memicu kerusakan patogen dengan merangsang respon imun lain
seperti jalur komplemen.

Secara umum prosesnya adalah sebagai berikut:


1. Aktivasi komplemen 
Antibodi yang telah  mengikat ke permukaan antigen (seperti bakteri)
akan menarik komponen pertama dari  komplemen  dan memulai aktivasi dari
sistem komplemen.  Hal ini menyebabkan terjadinya pembunuhan bakteri dalam
dua cara. Pertama, pengikatan antibodi dan penandaan  mikroba untuk dimakan
oleh fagosit dalam proses yang disebut opsonisasi . Kedua, beberapa komponen
dari sistem komplemen membentuk kompleks serangan membran untuk
membantu antibodi membunuh bakteri secara langsung. 
2. Aktivasi sel efektor 
Untuk memerangi patogen yang meniru bentuk luar sel, antibodi
menyisiatinya dengan mengikat patogen dan  menghubungkan mereka
bersama-sama, sehingga terbentuk  penggumpalan . Hal ini disebabkan karena
antibodi memiliki setidaknya dua paratopes sehingga  dapat mengikat lebih dari
satu antigen dengan mengikat epitop identik yang dilakukan pada permukaan
antigen tersebut. Dengan adanya  lapisan patogen tersebut , antibodi dapat
merangsang fungsi efektor terhadap patogen. . 
Sel-sel yang mengenali patogen dilapisi dengan reseptor Fc yang
berinteraksi dengan wilayah Fc dari IgA, IgG, dan antibodi IgE. Keterlibatan
antibodi tertentu dengan reseptor Fc pada sel tertentu memicu fungsi efektor sel
tersebut seperti fagositosis oleh fagosit ,  neutrofil akan berdegranulasi, sel-sel
natural killer  akan merilis  molekul sitokin dan sitotoksik  yang pada akhirnya
akan mengakibatkan penghancuran mikroba yang menyerang.

INFLAMASI
Inflamasi
1.Pengertian Infkamasi
Inflamasi adalah reaksi jaringan vaskuler terhadap bentuk jajas. Pada
dasarnya inflamasi suatu proses pertahanan tubuh.Komponen yang terlbat dalam
reaksi inflamasi adlah pembuluh darah, saraf, cairan dan sel tubuh ditempat jejas.
Infeksi adalah istilah untuk menamakan keberadaan berbagai kuman yang masuk
kedalam tubuh manusia dimana kuman berkembag biak dan menyebabkan
kerusakan jaringan ( Guntur. 2011). Menurut Thurnham dan McCabe th 2012
Inflamasi adalah perubahan fisik dan biokimiawi tubuh yang diawali oleh pningkatan
makrofag yang melepaskan mediator inflamasi seperti interleukin 1 (IL-1), interleukin
6 (IL-6) dan tumor nekrotik faktor alfa ( TNF- Alfa), sebagai respon terhadap
kerusakkan jaringan atau mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh ( Sudiana,
2017).

2.Tahap Inflamasi
1. Masuknya bakteri ke dalam jaringan
2. Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yang terinfeksi, meningkatkan aliran
darah (RUBOR/kemerahan & CALOR/panas)
3. Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein meningkat, protein
& filtrasi air ke interstisial (TUMOR/bengkak dan DOLOR/nyeri)
4. Keluarnya neutrofil lalu monosit dari kapiler dan venulake interstisial
5. Penghancuran bakteri di jaringan, fagositosis (respons sistemik: demam)
6. Perbaikan jaringan

Mekanisme pertahanan tubuh dengan respon inflamatori . Berdasarkan gambar 1


dibawah ini, sistem pertahanan tubuh dapat dijelaskan sebagai berikut sumber
https://www.nafiun.com/2012/12/pertahanan-tubuh-dengan-cara-peradangan-
inflamatori.html
Gambar 1. Mekanisme Pertahanan Tubuh dengan Respon Inflamatori
Sumber: https://www.nafiun.com/2012/12/pertahanan-tubuh-dengan-cara-peradangan-
inflamatori.html

3. Sistem pertahanan tubuh dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Jaringan mengalami luka, kemudian mengeluarkan tanda berupa senyawa


kimia yaitu histamin dan senyawa kimia lainnya.
2. Terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang menyebabkan
bertambahnya aliran darah, menaikkan permeabilitas pembuluh darah.
Selanjutnya terjadi perpindahan sel-sel fagosit.
3. Sel-sel fagosit (makrofag dan neutrofil) memakan patogen

Tanda klinis Inflamasi / Peradangan Menurut Sudiana (2017) sebagai berikut:


a.Makroskopis:
Panas (calor), rasa sakit (dolor), tampak kemerahan (rubor), bengkak
(tumor) gangguan fungsi ( fungsio laessa)
b.Mikroskopis:
Dilatasi pembuluh darah karena rangsangan pada jaringan
Migrasi sel darah putih (leucocyt ) ke ekstra pembuluh darah

4.Pada inflamasi terjadi pelepasan mediator prostagladin, histamin dan


berbagai sitokin (IL-1,IL-6 dan TNF alfa ).

a.Prostagladin
Dibuat dilokal oleh perubahan asam arakidonat oleh enzym cyclooxygenase
(cox-2). Sentral oleh hipotalamus yang diinduksi sitokin proinflamasi.
b.Histamin
Histamin dilepaskan oleh mast sel melalui proses degranulasi sebagai akibat
adanya rangsang alergen yang berikatan dengan Imunoglobulin E (IgE) yang
diikat oleh factor crystallin alpha reseptor (FCg-alfa) dipermukaan mast sel ,
atau juga pelepasan histamin dapat terjadi karena adanya ikatan antara
frakmen komplemen (C3a, C4a, C5a) dengan reseptornyadipemukaan mast
sel. Histamin dapat bersifat sebagai eosinophyl chemostatic factor (ECF),
sehingga pada reaksi alergi salah satu indikatornya adalah terjadi akumulasi
eosinofil, dimana eosinofil ini diperkirakan mempunyai peran penting sebagai
sel pelepas anti histamin.

c.Sitokin
Menurut Zhang JM dan Jianxiong AN (2007) sitokin adalah suatu protein yang
dilepaskan oleh sel yang memiliki efek spesifik yang berperan pada interaksi
dan komunikasi antar sel. Sitokin dihasilkan oleh makrofag dan oleh berbagai
sel dalam tubuh. Pendapat tersebut berdasar transkripsi dan translasi maka
sitokin adalah mediator atau sinyal molekul yang dihasilkan oleh sel yang
berperan untuk engiduksi sel lain dalam prosen interaksi atau komunikasi
antara sel baik pada respon imun, inflamasi atau pada proses pergerakan sel
ketempat terjadinya infeksi dan atau trauma.
Sitokin proinflamasi antara lain IL-1, IL-6, IL-8 dan TNF- alfa dan sitokin
antiinflamasi IL-10 dan transforming growth factor beta (TGF-beta). Apabila
terjadi gangguan keseimbangan dimana proimflamasi lebih tinggi dari
antiimflasi maka terjadi kerusakkan jaringan secara meluas dikenal multi
organ failure (MOF).

5.Peran Fagosit pada proses reaksi inflamasi


Sel paling berperan rekasi inflamasi adalah makrofag dan neutrofil.
a.Makrofag
Makrofag merupakan sel fagosit mononuklear yang utama di jaringan dalam
proses fagositosis terhadap mikroorganisme dan kompleks molekul asing lainnya.
Makrofag yang dapat hidup beberpa bulan sampai tahun dibentuk disumsum tulang
dari sel punca darah yang disebut hemaphoitic stem cell (HSCs), mengalami
deferensiasi dan proliferasi menjadi monoblast, kemudian maturusasi
menjadimonosit. Proses hemopoitik kemonosit disebut monopoitik.Proses
deferensiasi , proliferasi dan maturisasi dari sel punca menjadi monosit, diperlukan
faktor stimulasi dan sitokin,selanjutnya monosit yang terbentuk pada sumsum tulang
akan migrasi keperifer. Ketika monosit migrasi keperifer, monosit tersebut
berdeferensiasi menjadi dua yaitu makrofag proinflamasi (M1) dan makrofag
antiinflamasi (M2). Makrofag Mi1 pada inflamasi mengekspresikan Toll like receptor
(TLR) yang mengatur pola patogen dan kerusakan sel, yang terkait dengan
pathogen associated molecule paterrn (PAMPs) dan damage associated molecule
paterrn (DAMPs).
Gambar 2 Aktivasi Makrofag Sumber: Darwin (2020) diakses dari
https://www.slideshare.net/1591091684/imunifisologi-part-i

Gambar 2. Aktivasi Makrofag


Sumber: Darwin (2020) diakses dari https://www.slideshare.net/1591091684/imunifisologi-
part-i

Berdasarkan fungsinya, makrofag-M1 selain mengeliminasi patogen yang


masuk kedalam tubuh juga bertanggung jawab pada pengeloaan bahan atau
komponen yang dilepas patogen atau juga pengeloaan komponen yang rusak ( sel
debris ). Aktivitas makrofag-M1 mengakibatkan terjadi proses signaling intraseluler,
selanjutnya dilepas molekul sitokin ( IL-1, IFN-gama, TNF-alfa), myeloperoksidase,
superokside yang mengawali reaksi inflamasi. Apabila terjadi reaksi inflamasi
berlebihan, maka makrofag-M2 meregulasi dimana sel inimengekspresikan IL-10
sebagai anti inflamasi.
Menurut fungsinya, makrofag dibagi menjadi 2 golongan, pertama sebagai
fagosit professional dan kedua sebagi APC ( antigen presenting cell ) yang berfungsi
menyajikan antigen kepada limfosit. Makrofag sebagai fagosit professional, sel ini
dapat menghancurkan antigen dalam fagolisosom, dan juga melepaskan berbagai
enzim dan isi granula ke luar sel, bersama-sama dengan sitokin seperti sitokin
seperti tumor necrosis factor (TNF) yang dapat membunuh organisme patogen
(Wijayanti, 2009).
Fungsi utama makrofag adalah melahap partikel dan mencernakannya oleh
lisosom dan mengalirkan sejumlah substansi yang berperan dalam fungsi
pertahanan dan perbaikan. Dalam sistem imun tubuh sel ini berperan serta dalam
mempengaruhi aktivitas dari respon imun, merreka menelan, memproses dan
menyimpan antigen dan menyampaikan informasi pada sel-sel yang berdekatan
secara imunologis kompeten (limfosit dan sel plasma). Makrofag yang aktif juga
merupkan sel sektori yang dapat mengeluarkan beberapa substansi penting,
termasuk enzim-enzim lisosim, elastase, kolagenase, 2 protein dari sistem
komplemen dan gen antivirus penting (interferon) (Mutmainah, 2013).

a.1.Makrofag sebagai fagositik atau innate immunity


Makrofag berperan untuk memfagositosis berbagai benda asing yang masuk
kedalam tubuh, juga mempunyai peran menginduksi dan meregulasi proses
inflamasi sampai proses penyembuhan.Manifes makrofag untuk mengeliminasi
mikroba patogen yang masuk kedalam tubuh, makrofag menggunakan dua
mekanisme yaitu mekanisme pernafasan enzym proteolitik dalam kantong lisosom
dan yang kedua mekanisme reactive oxygen species ( ROS) dalam mitokondria.

a.2.Makrofag sebagai awal dan atau sentral adaptive immunity


Pada fase ini patogen atau bahan asing yang masuk kedalam tubuh
ditangkap makrofag, kemudian diproses kemudian dipresentasikan kepermukaan sel
bersama major histocompatibility complex (MHC). Sehingga sel ini disebut antigen
presenting cell (APC).
Pada imunitas humoral, maka antibodi yang dibentuk adalah sesuai dengan
antigen yang menginduksi. Apabila didalam tubuh ada bahan asing, baik mikroba,
fragmen atau bahan yang dieksresi mikroba, serta bahan asing lainnya ini dianggap
suatu antigen kemudian akan difagositosis oleh makrofag. Kemudian terjadi
migrasilisosom ke fagosom kemudian terjadi fusi antara lisosom dengan fagosom
disebut fagolisosom dimana mikroba atau bahan asing akan dilumatkan oleh
lisosom, namun mikroba atau bahan asing tersebut ada yang resisten ada yang
sensitive. Bahan asing atau mikroba yang resisten terhadap lisosom akan
dihancurkan oleh sistem ROS.

b. Monosit

Gambar 3. Monosit
Sumber: Dwi (2017)

Didalam tubuh kita sel darah putih ini memiliki lima jenis yaitu neutrofil,
limfosit, monosit, eosinofil dan basofil. Pada orang normal sel darah putih berkisar
antara:
 Neutrofil: 3150-6200
 Limfosit: 1500 hingga 3000
 Monosit: 300 sampai 500
 Eosinofil: 50 sampai 250
 Basofil: 15 sampai 50, per mikro liter darah.
Monosit adalah sel darah putih yang berjumlah 1-3% dalam tubuh. Monosit
adalah bagian dari kelompok sistem kekebalan tubuh kita yang tidak .
b.1.Ciri-Ciri Monosit
 Berjumlah 1-10% dalam sel darah putih
 Mempunyai waktu hidup yang lebih lama dari neutrofil 
 Memiliki sifat fagosit dan motil dengan inti bulat
 Monosit dapat bergerak atau berimigrasi dengan cepat
 Memiliki bentuk yang persis sama dengan kacang
 Beredar dalam darah sekitr 300-500 mikroliter
 Tidak mempunyai butiran halus dalam sel (granula).
b.2.Fungsi Monosit
 Menghancurkan sel-sel asing 
 Mengangkat jaringan yang telah mati
 Membunuh sel-sel kanker
 Pembersih dari fagositosis yang dilakukan neutrofil
 Meransang jenis sel darah putih yang lain dalam melindungi tubuh
 Menunjukkan perubahan dalam kesehatan pasien dengan banyak sedikitnya
monosit dalam tubuh. 
Monost adalah fagosit yang didistribusikan secara luas sekali di organ limpoid
dan organ lainnya.Monosit berperan sebagai Antigen Precenting Cell ( APC ),
mengenal, menyerang mikroba dan sel kanker serta remodeling , perbaikkan
jaringan. Monosit yang migrasi dan berdefensiasi menjadi makrofag yang di jaringan
paru disebut makrofag alveoler, dijaringan hati disebut sel kufer, di jaringan otak
disebut microglia, ditulang disebut osteoklas, di saraf tepi disebt sel Schwan dan
kalau di kulit disebut langerhans.

c.Neutrofil
Neutrofil adalah Sel darah putih yang berjumlah 50-60% dalam darah yang
merupakan kelompok granulosit karna memiliki butiran halus (granula). Neutrofil juga
diakatakan sebagai polymorphonuclear dikarenakan selnya memiliki bentuk yang
aneh. dan memiliki 3 inti sel. Neutrofil adalah sel yang paling pertama menghadang
dan melawan bakteri, virus dan benda asing lainnya yang berperan dalam proses
peradangan. Dari sifat fagosit yang dimilikinya, neutrofil menyerang dengan
menggunakan serangan respiratori yang memakai berbagai macam substansi yang
mengandung hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, hipoklorit.
c.1.Ciri-Ciri Neutrofil
 Mempunyai 3 inti sel 
 Berjumlah 50-60% dalam darah 
 Sebagai polymorphonuclear
 Merupakan kelompok granulosit.
 Bersifat fagosit
 Hasil produksi neutrofil sekitar 100 milliar neutrofil dalam sehari
 Neutrofil berukuran sekitar 8 mm 
 Memiliki waktu hidup sekitar 6-20 jam 

c.2.Fungsi Neutrofil
 Menanggapi mikroba 
 Antibiotik dalam tubuh
 Berfungsi dalam proses peradangan 
 Menghancurkan mikro organisme dan benda asing dengan memakannya
atau fagositosis
 Sebagai sel pertahanan tubuh dalam melawan infeksi 
 Membantu menghapuskan stimulus yang berbahaya penyebab matinya sel
(nekrosis). 
 Membuat daerah yang kekurangan racun
Neutrofil dibentuk disumsum tulang dari sel punca melalui proses hemapoitik,
dimana sel punca mengalami defernsiasi menjadi myeloblast, yang berdeferensiasi ,
dan maturasi menjadi granulosit ( eosinofil, basofil dan neutrofil ). Neutrofil memiliki
bentuk inti yang beraneka ragam sehingga disebut polymorphonuclear ( PMN) atau
granulosit yang hidup 2-3 hari.

d.Eosinofil
Eosinofil adalah sel darah putih berjumlah 7% dari dalam sel darah putih dan
mengalami peningkatan terkait dengan adanya asma, alergi dan demam. Eosinofil
memiliki diameter 10 hingga 12 mikrometer. Eosinofil merupakan kelompok dari
granulosit yang bertugas dalam melawan parasit yang memiliki jangka waktu 8
hingga 12 hari. Eosinofil memiliki sejumlah zat kimiawi seperti ribonuklease,
histamin, lipase, eosinofil peroksidase dan deoksribonuklease serta beberapa
macam asam amino. 
d.1. Fungsi Eosinofil
 Mencegah alergi
 Menghancurkan antigen antibodi
 Berfungsi dalam menghancurkan parasit-parasit besar
 Berperan dalam respon alergi

d.2. Ciri-Ciri Eosinofil


 Mempunyai nukleus dengan jumlah dua lobus
 Bersifat fagosit dan bersifat asam
 Biasanya berwarna merah 
 Berbentuk mirip seperti bola, dengan berukuran 9 mm dalam segar
 Memiliki diamter 10-12 mikrometer
 Mempunyai jangka waktu hidup dengan 8 sampai 12 hari 
 Dibentuk di sumsum tulang
 Granula kasar dan padat
 Inti berada ditengah 
Eosinofil merupakan 2-5% dari darah putih. Fungsi utama eosinofil adalah
melawan infeksi parasit dan dapat juga memakan kompleks antigen antibodi.
Eosinofil mengandung MBP( Myelin BasicProtein ), ECP ( Eosinophilie
ChemostaticProtein ), EDN ( Eosinophil Derived Neurotoxin ) dan EPO ( Eosinophil
Peroksidase ) yang bersifat toksik dan bila dilepas dapat menghancurkan sasaran.
Eosinofil juga berperan pada imunitas parasit.

e.Basofil dan Sel Mast

e.Basofil
Basofil adalah  sel darah putih yang berjumlah 0,01-0,03% dari tubuh kita.
Basofil memiliki banyak granula sitoplasmik dengan jumlah dua lobus. Basofil
merupakan kelompok dari granulosit yang dapat bergerak keluar menuju ke jaringan
tubuh tertentu. Basofil akan bekerja disaat adanya reaksi alergi pada tubuh dengan
mengeluarkan histamin, sehingga pembuluh darah menjadi besar. Jumlah basofil
akan bertambah banyak atau meningkat jika meningkatnya jumlah alergi. Bertambah
banyak jumlah basofil disebut dengan basofilia. 

e.1.Ciri-Ciri Basofil
 Bersifat fagosit, dan basa 
 Basofil biasanya berwarna biru 
 Berbentuk U dan berbintik-bintik 
 Basofil berdiameter sekitar 12-15 mikrometer
 Berjumlah 0,01-0,3% pada sel darah putih
 Granula yang kasar
 Inti yang tidak bersegmen 
 Basofil dibentuk di sumsum tulang 

e.2. Fungsi Basofil


 Basofil berfungsi memberi reaksi antigen dan alergi dengan mengaktifkan
atau mengeluarkan histamin sehingga terjadi peradangan
 Mencegah adanya penggumpalan dalam pembuluh darah
 Membantu dalam memperbaiki luka
 Memperbesar pembuluh darah
Didalam sirkulasi darah kurang dari 0,5% dari seluruh darah putih. Basofil
diduga sebagai fagosit tetapi yang jelas sel tersebut melepas mediator inflamasi.
Basofil berada dalam darah sedangkan sel mast ditemukan dalam jaringan
terbanyak dan sedikit dalam mukosa, sel mast jaringan yang berhubungan dengan
pembuluh darah.

6.Sel NK ( Natural Killer )


Natural Killer merupakan limposit ketiga sesudah sel B dan sel T. Istilah NK
karena berasal dari kemampuannya yang dapat membunuh berbagai sel tanpa
bantuan tambahan untuk aktivasinya. Sel NK mengenal dan membunuh sel
terinfeksi atau sel yang menunjukkan tranfortasi ganas, tetapi tidak membunuh sel
sendiri yang normal oleh karena dapat membedakan sel sendiri dari sel yang
potensial yang berbahaya, kemungkinan karena reseptor inhibitor dan reseptor
aktivator dapat merupakan pembunuh poten sel terinfeksi virus, jamur dan
tumor.disebut Aintibodi Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC ).Gambar 3. Sel NK
Sumber: Holidah (1999)

Gambar 10. Sel NK


Sumber: Holidah (1999)
a.Pengenalan Target
Sel-sel NK beredar di seluruh tubuh kita, memeriksa lambang yang disebut
sebagai major histocompatibility complex molecules (MHC). Pada membran sel
berinti menampilkan MHC kelas I. Jika sel tumor atau sel yang terinfeksi virus
beredar dalam sistem, akan menurunkan molekul MHC kelas I-nya. Sel-sel NK
mengikat molekul MHC kelas I. Jika pengenalan target normal, sel NK tidak melihat
ancaman Ketika sel menampilkan kurang dari jumlah normal molekul MHC kelas I,
sel-sel NK menjadi diaktifkan mengikat ke sel. Perforin dan granzymes dirilis oleh
sel NK untuk membunuh sel yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Lichtman AH, and Pillai S. 2007. Cellular and Molecular Immunology. (6th
Edition). Philadelphia: Elsevier-Saunders Publishing.

Amersfoort Edwin S Van, Berkel T J C V, and Kuiper J. 2003. Receptors, Mediators, and
Mechanisms Involved in Bacterial Sepsis and Septic Shock. Clinical Microbiology
Reviews. Jul; 16(3): 379–414.

Anas AA, Wiersinga WJ, de Vos AF, and Van Der Poll T. 2010. Recent Insights Into the
Pathogenesis of Bacterial Sepsis. Neth J Med. Apr; 68(4):147-152.

Andrew Lever and Mackenzie. 2007. Sepsis: Definition, Epidemiology, and Diagnosis. BMJ.
335 (7625): 879–883.

Baratawidjaja K, Rengganis I. 2009. Imunologi Dasar, Edisi Kedelapan. Jakarta: Balai


Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.

Bouza C,CuadradoLT, Parkinson SZ, BlancoA J M. 2014. Epidemiology and recent trends of
severe sepsis in Spain: a nation wide population-based analysis (2006-2011). BMC
Infectious Diseases.14 : 717.Research article.

Charles D. Collard, M.D.; Simon Gelman, M.D., Ph.D. 2001. Pathophysiology, Clinical
Manifestations, and Prevention of Ischemia-Reperfusion Injury. The Journal of the
American Society of Anesthesilogy, Inc.

Darwin, Eryati. 2020. Imunofisiologi. diakses dari


https://www.slideshare.net/1591091684/imunifisologi-part-i.

Djunaedi, Djoni. 2007. Pengaruh Probiotik Pada Respon Imun. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. XXIII, No. 1, April 2007: 22-27.

Dwi. 2017. Fungsi dan Ciri-Ciri dari Jenis-Jenis Sel Darah Putih (Leukosit) diakses dari
https://umum-pengertian.blogspot.com/2016/11/fungsi-ciri-jenis-darah-putih-
leukosit.html.

Ferreira AM, Sakr Y. 2011. Organ Dysfunction: General Approach, Epidemiology, And
Organ Failure Scores. Respiatory Critical Care Medicin. 32(5):543-551.
DOI: 10.1055/s-0031-1287862.

Florian B Mayr, Sachin Yende and Derek C Angus. 2014. Epidemiology of severe
sepsis.Virulence. Jan 1; 5(1): 4–11.

Galley, HF. 2010. Bench-To-Bedside Review: Targeting Antioxidants To Mitochondria In


Sepsis. Critical Care.14: 230.

Guntur HA, Diding HP, Pohan HT, and Widodo D, 2014.Effect of low-dose steroid on NF-
κB and caspase-3 intestinal expression in a sepsis mouse model. Crit Care.
15(Suppl 3): P44.
Guntur HA. 2008. Sirs, Sepsis & Syok Septik. Imunologi, Diagnosis Penatalaksanaan.
Cetakan 1, Surakarta: UNS Press.hlm 37-48.

Guntur HA. 2011. Imunologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Sepsis. dalam: Steroid Dosis
Rendah Dalam Penatalaksanaan Sepsis. UNS Press. Surakarta. Hal:1-45.

Holidah, Diana. 1999. Imunologi. Sistem Imun Non Spesifik. Diakses dari
https://docplayer.info/62719101-Sistem-imun-non-spesifik.html.

https//hidupgue1993.blogspot.com/2015/imunoglobulin.html/struktur_dan_rantai_immunogl
obulin.

https://slideplayer.info/slide/12072358/sistem_imun_pertanana_tubuh_alami

https://www.nafiun.com/2012/12/pertahanan-tubuh-dengan-cara-peradangan-inflamatori.html

https://www.paei.or.id/pengertian-imunologi/

Jiang X, Jiang H , Shen Z, Wang X. 2014. Activation of mitochondrial protease OMA1 by


Baxand Bak promotes Cytochrome c release during apoptosis. Proc Natl Acad Sci U
S A. Oct1.pii: 201417253.

Khafaji, AH. 2018. Multiple Organ Dysfunction Syndrome in Sepsis. Drugs &
Diseases>Infectious Diseases. Updated: April 27, 2018.

Konrad R, Michael B, Niels C, Riedemann, and Christiane S. Hartog. 2012.New Approaches


to Sepsis: Molecular Diagnostics and Biomarkers. Volume 25 Number 4 Clinical
Microbiology Reviews p. 609–34.

Kurosawa D J S, Osuchowski M F, Valentine C, Kurosawa S, Remick D G. 2011. The


Pathogenesis of Sepsis. Annual Review of Pathology: Mechanisms of Disease Vol.
6.19-48DOI:10.1146/annurev-pathol-011110-130327.

Kustanova G A, Murashev A N, Karpov V L, Margulis B A, Guzhova I V, Prokhorenko I


R, Grachev S V, and Evgen'ev M B. 2006. Exogenous heat shock protein 70 mediates
sepsis manifestations and decreases the mortality rate in rats. Cell Stress Chaperones.
Aug; 11(3): 276–286.

Marshall, M.D. John. 2001. Surgical Treatment: Evidence-Based and Problem-Oriented: The
multiple organ dysfunction syndrome. Editors: René G Holzheimer and John A
Mannick. Munich: Zuckschwerdt.

Mutmainah, Siti. 2013. Simulasi Model Respon Makrofag Terhadap Infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Skripsi. Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang.

Nemzek JA, Kelly MS Hugunin KMS, Opp MR . 2008. Modeling Sepsis in the Laboratory:
Merging Sound Science with Animal Well-Being. Comp Med. Apr; 58(2): 120–128.

Osterbur K, ,F.A. Mann FA,Kuroki K,and DeClue A.2014. Multiple Organ Dysfunction
Syndrome in Humans and Animals. J Vet Intern Med. Jul-Aug; 28(4): 1141–1151
Paramitha, Ayu. 2017. Mekanisme Pertananan Tubuh dengan Respon Inflamatori

Polat,G, Rustem Anil Ugan, Elif Cadirci, and Zekai Halici. 2017. Sepsis and Septic Shock:
Current Treatment Strategies and New Approaches. Eurasian J Med. Feb; 49(1): 53–
58.

Rahmah, Lestari. 2016. Imunologi Kanker. Diakses dari


http://analiskesehatand3.blogspot.com/2016/12/imunologi-kanker.html.

Remick D G. 2007. Pathophysiology of Sepsis. The American Journal of Pathology. 170(5):


1435–44. doi:  10.2353/ajpath.2007.060872.

Siner, JM MD.2009 .Sepsis: definitions, epidemmiology, etiology and pathogenesis.


University School of Medicine.[online], 69.36.35.38. PCCSU Article | 09.15.09.

Singer M. 2014. The role of mitochondrial dysfunction in sepsis-induced multi-organ failure.


Virulence. Jan 1; 5(1): 66–72.

Sudiana, I Ketut. 2017. Hantaran Sinyal pada Proses Inflamasi. Surabaya: Airlangga
University Press.

Suryati, Regards Herfen. 2017. Perbedaan Antara Antigen dan Antibodi. diakses dari
http://prestasiherfen.blogspot.com/2017/01/perbedaan-antara-antigen-dan-
antibodi.html.

Sweet DH, Marsden J,O, Kendall,Krause C, Russell J A. 2012. Emergency management of


sepsis: The simple stuff saves lives. BCMJ, Vol. 54, No. 4, May, page(s) 176-182
Articles.

Weber SU, ScheweJC, Lehmann LE, MüllerS, BookM, KlaschikS, Hoeft A and Stüber F.
2008. Induction of Bim and Bid gene expression during accelerated apoptosis in
severe sepsis.Critical Care;12: R128 doi:10.1186/cc7088.

Wijayanti, M. 2009. Isolasi Makrofag dan Uji Daya Fagositosis. Yogyakarta: UGM Press.

Vincent J.L. 2008. Clinical Sepsis and Septic Shock-Definition, Diagnosis and Management
Principles. Langenbecks Arch Surg. 393:817–824.

Zhang JM dan Jianxiong AN. 2007. Sitokinin, peradangan, dan rasa sakit. Klinik
Anestesiologi Internasional . 45 (2): 27–37.

https://www.nafiun.com/2012/12/pertahanan-tubuh-dengan-cara-peradangan-
inflamatori.html
(https://www.paei.or.id/pengertian-imunologi/).
https://id-binomo.com/id/promo/l35?a=929a9991f7ee&ac

https://slideplayer.info/slide/12072358/

Abbas et al (2007)
Holidah (1999)

Dwi (2017)

Anda mungkin juga menyukai