TINJAUAN PUSTAKA
Tujuh puluh tujuh persen wanita 15-49 tahun melakukan pemeriksaan kehamilan
dari tenaga kesehatan kompeten minimal 4 kali (K4). Setiap ibu hamil tidak hanya
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 4 kali, namun
juga mendapatkan pelayanan yang sesuai standar, yaitu pelayanan yang terdiri dari
pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, pengukuran lingkar lengan,
pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi rahim, perhitungan denyut jantung
janin, penentuan presentasi janin melalui pemeriksaan perut, pemberian imunisasi
tetanus toksoid (TT), pemberian tablet/sirup zat besi (selanjutnya disebut tablet
tambah darah), pemeriksaan darah dan air seni (selanjutnya disebut urin) serta
konsultasi (Kementerian Kesehatan, 2010) (BKKBN, 2018).
Pelayanan dan pemberian KIE kesehatan reproduksi bagi calon pengantin selain
sebagai upaya untuk memenuhi hak reproduksi dan meningkatkan derajat kesehatan
juga sebagai upaya untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
(Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Konseling, informasi dan edukasi (KIE) yang diberikan pada saat pemeriksaan
pasangan calon pengantin meliputi:
1. Filosofi Pernikahan.
2. Informasi pranikah yang meliputi: kesehatan reproduksi, hak reproduksi dan
seksual, organ reproduksi perempuan dan laki-laki, persiapan pranikah (persiapan
fisik, persiapan gizi, status imunisasi, menjaga kebersihan organ reproduksi).
3. Ketidaksetaraan gender dalam pernikahan yaitu: kekerasan dalam rumah tangga dan
bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga.
4. Informasi tentang kehamilan (menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat,
tanda-tanda kehamilan, cara menghitung usia kehamilan, memeriksa kehamilan,
proses kehamilan,menjaga kehamilan, nutrisi makanan ibu hamil, kehamilan dan
persalinan beresiko, tanda bahaya kehamilan, dan kesehatan jiwa ibu hamil),
pencegahan komplikasi melalui program P4K (perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi) dengan stiker P4K dan buku KIA, persalinan (tanda-tanda
persalinan dan persalinan oleh tenaga kesehatan), perawatan pascasalin dan
pemberian ASI (inisiasi menyusu dini dan manfaat pemberian ASI).
5. Informasi infeksi menular seksual (gejala dan jenis IMS yang sering dijumpai,
tindakan jika terinfeksi IMS dan IMS merupakan gerbang menuju HIV), infeksi
saluran reproduksi, HIV dan AIDS (penularan dan gejala HIV) dan pencegahan
penularan IMS dan HIV.
6. Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim (faktor resiko, tanda-tanda dan
deteksi dini kanker leher rahim) dan kanker payudara (Faktor resiko, deteksi dini
kanker payudara dengan SADARI dan cara melakukannya).
7. Informasi tentang gangguan dalam kehidupan seksual suami istri (gangguan seksual
pada perempuan dan laki- laki serta cara mencegahnya).
8. Mitos pada perkawinan (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
1. Pengertian K4
Indikator pemantauan program KIA yang digunakan untuk pemantauan PWS KIA
meliputi indiktor yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA, diantaranya adalah cakupan K4. Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA
berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah, misalnya untuk
provinsi memakai sasaran provinsi, untuk kota memakai sasaran kota.
Cakupan K4 merupakan cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standart, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1
kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3 di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu (Departemen Kesehatan, 2009).
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
yang menggambarkan akses pelayanan kesehatan ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan minimal 4 kali sesuai waktu kunjungan yang
ditetapkan. Disamping itu indikator ini juga menggambarkan bagaimana suatu wilayah
memberikan perlindungan terhadap ibu hamil dan kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA. Melalui kegiatan ini pula dilakukan deteksi dini adanya
resiko dalam kehamilan dan diberikan penanganan secara cepat dan tepat.
Cakupan K4 dihitung dengan membagi jumlah absolut ibu hamil yang memenuhi
kunjungan antenatal sebanyak 4 kali dan jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah
yang kemudian ditampilkan dalam bentuk persentase (Departemen Kesehatan RI, 2009)
A. Kerangkah Konseptual
Faktor predisposing:
Pendidikan
Umur
pekerjaan
Paritas Cakupan
Pemeriksaan calon
Kunjungan
Pengantin
Pengetahuan pemeriksaan
kehamilan K4
sikap
Faktor enabling:
Kualitas pelayanan ANC
Faktor reinforcing:
Dukungan keluarga
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti : Mempengaruhi
2.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pemeriksaan calon pengantin
terhadap cakupan pemeriksaan kehamilan K4 di Kota Kediri.