Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari
lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu
terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti:
infeksi, hipoglikemia, meningitis,hiperbilirubinemia, kejang, dan diare. (Imral chair, 2007).
Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi 13-50% dari
angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi infeksi
neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan
minum.(Depkes, 2007).
Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya morbiditas dan
mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi
baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan. Lesi radang
ditemukan pada sekitar 25% otopsi bayi baru lahir, lesi-lest tersebut frekwnsinya menduduki
tempat kedua sesudah penyakit membrane hialin.
Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab
kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap
infeksi.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit
immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang
belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah terkena infeksi neonahgtorum. Tindakan
invasif yang dialami neonatus juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial.
(Surasmi, 2003).
Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum sehingga
gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL tersebut di atas adalah
malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat
badan tiba-tiba menurun, muntah dan diare.
Hipoglikemi adalah kelainan pada bayi yang merupakan dampak dari komplikasi yang
dialami ibu pada masa kehamilan yang menyebabkan sel otak pada bayi tidak mampu hidup.
Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk mencegah hal yan tidak

1
diinginkan pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Maka dari itu perlu diperhtikan pula
riwayat ibu saat kehamilan serta pada kehamilan yang lalu.
Hipoglikemia dapat bersifat sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena
kurangnya depot glikogen dihati atau menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino.
Pada hipoksia, pembentukan energy dari glukosa menurun dengan akibat kerusakan neuron.
Hipoglikemi dapat terjadi pada bayi dari ibu penderita diabetes mellitus, pada BBLR,
dismaturitas dan bayi dengan penyakit umum yang berat seperti sepsis, meningitis, dan
sebagainya.
Pada tingkat tertentu hipoglikemi pada neonatus dapat menyebabkan kematian. Peran
bidan sangatlah penting untuk mendeteksi dini dan memberikan pelayanan kesehatan yang
tepat agar tidak terjadi kematian sehingga MDGs dapat dicapai dengan baik. Untuk itu
penulis membuat makalah ini agar dapat dijadikan salah satu referensi untuk para bidan.
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian
neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan
bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang
bulan. Ikterus merupakan salah satu penyakit yang berkaitan dengan sistem imun. Ikterus ini
pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang
menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat
perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau
kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.
Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu
serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan
kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus
harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.
Kejang pada bayi baru lahir tidak banyak dijumpai dan sulit diprediksi dari mana
sumbernya. Kejang pada orang dewasa dapat diketahui sumbernya dengan jelas, sedangkan
kejang pada bayi sulit ditetapkan sumbernya karena korteks serebri nya belum matang.
Bentuk kejang pada bayi baru lahir dapat beraneka ragam dan sangat sulit untuk diterka.
Maka dari itu bidan perlu berkonsultasi dengan dokter anak.

2
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus dalam
hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus?
2. Apa diagnosa kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus dalam hipoglikemia,
hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus?
3. Bagaimana penatalaksanaan kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus dalam
hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus ?
4. Bagaiamana pendokumentasian Asuhan kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus
dalam hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus dengan metoda
SOAP ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian pengkajian kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus
dalam hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus
2. Untuk mengetahui diagnosa kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus dalam
hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus dalam
hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus
4. Untuk mengetahui pendokumentasian Asuhan kegawatdaruratan pada BBL dan
neonatus dalam hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus dengan
metoda SOAP

1.4. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti dengan pengkajian kegawatdaruratan pada BBL dan
neonatus dalam hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus
2. Mahasiswa mengerti dengan diagnosa kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus
dalam hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus
3. Mahasiswa mengerti dengan penatalaksanaan kegawatdaruratan pada BBL dan
neonatus dalam hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi neonatus
4. Mahasiswa mengerti dengan pendokumentasian Asuhan kegawatdaruratan pada
BBL dan neonatus dalam hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang dan infeksi
neonatus dengan metoda SOAP

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. HIPOGLIKEMIA
2.1.1. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Adalah suatu keadaan yang memberikan gambaran keseimbangan antara pembentukan
glukosa dan penggunaan glukosa perifer. Hipoglikemia dapat terjadi karena substrat
pembentukan glukosa dalam tubuh( alanin, laktat, dan gliserol) tidak memadai, gangguan
sintesis dan penimbunan glukosa, atau pemakaian glukosa yang meningkat ( akibatpengaruh
hormon). Kadar glukosa darah yang menunjukkan hipoglikemia tergantung pada umur .
kadar glukosa darah yang kurang dari 40mg/dl pada anak-anak, 30mg/dl pada bayi matur dan
20mg pada bayi premature, menunjukkan keadaan hippglikemia.

2.1.2. PENYEBAB HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia sementara yang terjadi pada neonatus, sering disertai komplikasi perinatal
oleh karena sekresi insulin yang berlebihan, ibu yang menderita diabetes atau eritroblastosis.
Hipoglikemia yang berlangsung lama karena penimbunan glikogen yang tidak memadai
dapat terjadi setelah hari pertama kelahiran, dan sering disertai oleh keadaan hipoksia dan
gangguan pertumbuhan intrauterine. Kelainan bawaan pada susunan saraf pusat atau jantung
dapat menyebabkan hipoglikemia, kemudian dapat timbul keadaan sepsis dan hipokalsemia.

Pada bayi, dapat terjadihipoglikemia pada tahun pertama setelah kelahiran, yang disebabkan
oleh gangguan penimbunan karbohidrat dan glikogen yang diturunkan, gangguan metabolism
asam amino serta asam organic dan gangguan endokrin. Pemberian protein pada penderita
dengan hipersensivitas terhadap leusin idiopatik ( idiophatic sensitivity) dan gangguan
metabolism asam amino serta asam organic, dapat menyebabkan hipoglikemia yang timbul
dengan cepat. Asupan laktosa dapat merangsang timbulnya hipoglikemia yang disertai
galaktosemia sedangkan asupan sukrosa dapat menimbulkan hipoglikemia pada penderita
dengan intoleransi fruktosa herediter.

Pada anak yang berumur satu tahun ke atas, keadaan hipoglikemia yang timbul pada saat
berpuasa dapat terjadi karena hipoglikemia ketotik, atau keadaan lain yang lebih jarang yaitu
defisiensi hormonal, hiperinsulinisme, penyakit penimbunan glikogen (glikogen storage
disease), atau defesiensi fruktosa 1,6-difosfatase (FD Pase) pada anak anak yang belum
sekolah dan anak anak sekolah dasar dapat timbul gejala gejala hipoglikemia setelah berpuasa

4
yang lama, sebagai respon fisiologis terhadap kelaparan. Padapenderita lain, hipoglikemia
dapat terjadi karena racun atau toksin.

2.1.3. PENGKAJIAN HIPOGLIKEMIA


1. Identitas
Usia: anak, remaja, dan lansia.
2. Riwayat
Sakit kepala
Gangguan penglihatan
Palpitasi
Mual dan mutah
Kelemahan
Peningkatan tekanan darah
Kejang
Koma
3. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur khusus: untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial oral 5 jam
menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali negatif
terhadap glukosa.
EKG: Takikardia.
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Pucat, diaforesis, Kulit lembab dan dingin, gemetar, peningkatan pernafasan
dangkal.
Palpasi: Piloreksi, kelemahan motorik.
Auskultasi:
Gastrointestinal: peningkatan bising usus.
Kardiovaskuler: Takikardia.
2.1.4. DIAGNOSA HIPOGLIKEMIA
Anamnesis :
Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan
Riwayat bayi premature
Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)

5
Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia
Bayi dari ibu diabetes (IDM)
Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)
Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)
Bayi prematur dan lewat bulan
Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
Bayi puasa
Bayi dengan polisitemia
Bayi dengan eritroblastosis
Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-simpatomimetik dan beta
blocker.
Presentasi klinis hipoglikemia mencerminkan penurunan ketersediaan glukosa untuk
SSP serta stimulasi adrenergik disebabkan oleh tingkat darah menurun atau rendah gula.
Selama hari pertama atau kedua kehidupan, gejala bervariasi dari asimtomatik ke SSP dan
gangguan cardiopulmonary. Kelompok berisiko tinggi yang membutuhkan skrining untuk
hipoglikemia pada satu jam pertama kehidupan meliputi:
a. Bayi yang baru lahir yang beratnya lebih dari 4 kg atau kurang dari 2 kg
b. Besar usia kehamilan (LGA) bayi yang berada di atas persentil ke-90, kecil untuk usia
kehamilan (SGA) bayi di bawah persentil ke-10, dan bayi dengan pembatasan
pertumbuhan intrauterin
c. Bayi yang lahir dari ibu tergantung insulin (1:1000 wanita hamil) atau ibu dengan
diabetes gestasional (terjadi pada 2% dari wanita hamil)
d. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
e. Bayi yang baru lahir diduga sepsis atau lahir dari seorang ibu yang diduga menderita
korioamnionitis
f. Bayi yang baru lahir dengan gejala sugestif hipoglikemia, termasuk jitteriness,
tachypnea, hypotonia, makan yang buruk, apnea, ketidakstabilan temperatur, kejang,
dan kelesuan
g. Selain itu, pertimbangkan skrining hipoglikemia pada bayi dengan hipoksia yang
signifikan, gangguan perinatal, nilai Apgar 5 menit kurang dari 5, terisolasi

6
hepatomegali (mungkin glikogen-penyimpanan penyakit), mikrosefali, cacat garis
tengah anterior, gigantisme, Makroglosia atau hemihypertrophy (mungkin Beckwith-
Wiedemann Syndrome), atau kemungkinan kesalahan metabolisme bawaan atau
ibunya ada di terbutalin, beta blocker, atau agen hipoglikemik oral
h. Terjadinya hiperinsulinemia adalah dari lahir sampai usia 18 bulan. Konsentrasi
insulin yang tidak tepat meningkat pada saat hipoglikemia didokumentasikan.
Hiperinsulinisme neonatal Transient terjadi pada bayi makrosomia dari ibu diabetes
(yang telah berkurang sekresi glukagon dan siapa produksi glukosa endogen secara
signifikan dihambat). Secara klinis, bayi ini makrosomia dan memiliki tuntutan yang
semakin meningkat untuk makan, lesu intermiten, jitteriness, dan kejang jujur.

2.1.5. PENATALAKSANAAN
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air
gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita
diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya
sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan
lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta
tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa
intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko
mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon
adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan
sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam
bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor
penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat
untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita
diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia
dengan sering makan dalam porsi kecil.

2.1.6. PENDOKUMENTASIAN

7
2.2. HIPERBILIRUBINEMIA
2.2.1. DEFINSI & HAL HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN
HIPERBILIRUBINEMIA :

1. Hiperbilirubinemia adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam daerah yang kadar


nilainya lebih dari normal, biasanya terjadi pada bayi baru lahir. (Suriadi, 2001 )
2. Nilai normal : Bilrubin indirek 0,3 I 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.
3. Sesungguhnya hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi baru lahir
selama minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolism bilirubin bayi.
4. Di temukan sekitar 25-50% bayi normal denga keadaan hiperbilirubinemia.
5. Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut dengan ikterus neonatorum
merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih dari mata (sklera) pada
beberpa hari setelah lahir yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin.

8
6. Gejala ini dapat terjad anatara 25 50% pada seluruh bayi cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada bayi premature
7. Walaupun kuning pada bayi baru lahir keadaan yang relative tidak berbahaya,
tetapi pada usia ini lah kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik dan
berbahaya terhadap sistem saraf pusat bayi
2.2.2. FAKTOR PENYEBAB HIPERBILIRUBIN
Hiperbilirubin pada bayi baru lahir paliing sering timbul karena fungsi hati masih
belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah. Hiperbilirubin juga bisa
terjadi karena beberapa kondisi klinis, dantaranya adalah :
1. Ikterus fisiologi merupakan bentuk yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir:
a. Jenis bilirubin yang menyebabkan pewarnaan kuning pada ikterus disebut
bilirubn tidak terkonjugasi, merupakan jenis yang tidak mudah dibuang dari
tubuh bayi
b. Hati bayi akan mengubah bilirubin ini menjadi bilirubin terkonjugasi yang lebih
mudah dibuang oleh tubuh
c. Hati bayi baru lahir masih belum matang sehingga masih belum mampu untuk
melakukan pengubahan ini dengan baik sehingga akan terjadi peningkatan kadar
bilirubin dalam darah yang ditandai sebagai pewarnaan kuning pada kulit bayi
d. Bila kuning tersebut murni di sebabkan oleh faktor ini maka disebut sebagai
ikterus fisiologis.

2. Breastfeeding jaundice :
a. Keadaan ini dapat terjadi pada bayi yang mendapatkanair susu ibu (ASI)
eksklusif.
b. Terjadi akibat kekurangan ASI yang biasanya timbul pada hari kedua atau
kedtiga pada waktu ASI belum banyak dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan.
3. Ikterus ASI (breastmilk jaudince)
a. Ikterus ini berhubungan dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan
biasanya akan timbul pada setiap bayi yang di suskannya bergantung pada
kemampuan bayi tersebutmengubah bilirubin indrek.
b. Jarang mengancam jiwa dan timbul setelah 4 7 hari pertama dan
berlangsung lebih lama dari ikterus fisiologis yaitu 3 12 minggu.

9
4. Ikterus pada bayi baru lahir akan terjadi pada kasus ketidakcocokan golongan
darah (inkompatibilitas ABO) dan rhesus (inkompatibilitas rhesus) ibu dan janin :
a. Tubuh ibu akan memproduksi antibodi yang akan menyerang sel darah
merah janin.
b. Kondisi tersebut akan menyebabkan pecahnya sel darah merah sehingga akan
meningkatkan pelepasan bilirubin dari sel darah merah.
5. Lembam pada kulit kepala bayi yang disebut dengan sefalhematom dapat timbul
dalam proses persalinan.
a. Lembam terjadi karena penumpukan darah beku di bawah kulit kepala
b. Secara alamiah tubuh akan menghancurkan bekuan ini sehingga bilirubin
juga akan keluaryang mungkin saha terlalu banyak untuk dapat di tangani
oleh hati sehingga timbul kuning.
6. Ibu yang menderita diabetes dapat mengakibatkan bayi menjadi kuning.
2.2.3. PATOFISIOLOGI
1. Patofisologi hiperbilirubin dapat di mengerti apabila memahami berbagai hal tentang
bilirubin.
2. Hal hal yang perlu dipahami antara lain tentang pembentukan bilirubin, transportasi
bilirubin, asupan bilirubin, ekskresi bilirubin, yang masing masing di jelaskan sebagai
berikut :
a. Pembentukan Bilirubin :
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga ikterus yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi
oksidasi reduksi
Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang di bentuk dari heme
dengan bantuan enzim heme oksigenasie yaitu suatu enzim yang sebagian
besar terdapat dalam sel hati dan organ lain
Pada reaksi tersebut juga terdapat besi yang digunakan kembali untuk
pembentukan haemoglobin dan karbon monoksidayang di eksresikan ke
dalam paru. Biliverdin kemudian akan di reduksi menjadi bilirubin oleh
enzim biliverdin reduktase
Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara cepat akan dirubah menjadi
bilirubin melalui rekasi bilirubin redukrase
Berbeda dengan biliverdin, bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan
hydrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut

10
Jika tubuh akan mengekresikan, diperlukan mekanisme transport dan
eliminasi bilirubin
b. Trasnportasi Bilirubin :
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikulo endothelial,
selanjutnya di lepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin
Bayi baru lahir mempunyai kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap
bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikatan molar
yang kurang
Bilirubin yang terikat pada albumin serum ini merupakan zat non polar dan
tidak larut dalam air dan kemudian akan di transportasi ke dakan sel hepar
Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak dapat memasuki susunan syaraf
pusat dan bersifat nontoksik. Selain itu albumin juga mempunyai afinitas
yang tinggi terhadap obat obatan yang bersifat asam seperti penicillin dan
sulfonamide
Obat obat tersebut akan menempati tempat utama perlekatan albumin
untuk bilirubin sehingga bersifat competitor serta dapat pula melepaskan
ikatan bilirubin dengan albumin
Bilirubin dalam serum terdapat dalam 4 bentuk yang berbeda, yaitu :
o Bilirubin tak terkonjugasi yang terikat dengan albumindan
membentuk sebagian besar bilirubin tak terkonjugasi dalam serum
o Bilirubin bebas
o Bilirubin terrkonjugasi yaitu bilirubin yang siap di eksresikan
melalui ginjai
o Bilirubin terkonjugasi yang terikat dengan albumin serum
c. Asupan Bilirubin
Pada saat kompleks bilirubin albumin mencapai membrane plasma
hepatosit, albumin terikat ke resptor permukaan sel
Kemudian bilirubin, di transfer melaluisel membran yang berikatan dengan
ligandin ( protein y ), mungkin juga dengan protein ikatan sitosilik lainnya.
d. Konjugasi Bilirubin
Bilirubin tak terkonjugasi di konversikan kebentuk bilirubin konjugasi yang
larut dalam air di reticulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine
diphospate glukurosnosyl transferrase (UDPG-T)

11
Katalisa oleh enzim ini akan merubah formasi menjadi bilirubin
monoglukoronida yang selanjutnya akan di konjugasi menjadi bilirubin
diglukoronida.
Bilirubin ini kemudian di eksresikan ke dalam kalanikulus empedu
Sedangkan satu molekul bilirubin tak terkonjugasi akan kembali ke
reticulum endoplasmic untuk rekonjugasi berikutnya.
e. Eksresi Bilirubin
Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan dieksresikan ke dalam
kandung emepdu, kemudian memasuki saluran cerna dan dieksresikan
melalui feses
Setelah berada dalam usus halus bilirubin yang tergonjugasi tidak langsung
dapat di resorbsi, kecuali jika di konversikan kembali menjadi bentuk tidak
terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus.
Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati untuk di
konjugasi kembali di sebut sirkulasi enterohepatik.

2.2.4. PENGKAJIAN HIPERBILIRUBINEMIA


Pengkajian yang dapat dilakukan oleh seorang bidan pada bayi dengan
hiperbilirubinemia
1. Biodata bayi dan ibu, diantaranya : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat
2. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit ini terjadi bisa dengan ibu dengan riwayat hiperbilirubinemia pada
kehamilan atau sibling sebelumnya, penyakit hepar, fibrosiskistik, dan defenisi
glukosa-6 fosfat dehidrogenase (G-6P)
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu dengan diabetes melitus, mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya salisilat,
sulfonamidoral pada rubella, sitomegalovirus pada proses persalinan dengan ekstraksi
vakum, induksi, oksitosin, dan perlambatan pengikatan tali pusat atau trauma
kelahiran lain.

12
4. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan kesadaran apatis, daya hisap lemah atau bayi tak mau minum,
hipotonia letargi, tangis yang melengking dan mungkin terjadi kelumpuhan otot
ekstravaskular.
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lesu, letargi, koma.
Tanda tanda vital:
Pernapasan : 120-160 kali per menit
nadi : 40 kali per menit
suhu : 36,5-37
kesadaran apatis sampai koma.
Daerah kepala dan leher
Kulit kepala ada atau tidak terdapat bekas tindakan persalinan seperti : Vakum atau
terdapat kaput, sklera ikterik, muka kuning, leher kaku.
Pernapasan
Riwayat asfiksia, mukus, bercak merah ( edema pleural, hemoragi pulmonal).
Abdomen
Pada saat palpasi menunjukkan pembesaran limpa dan hepar, turgor buruk, bising usu
hipoaktif
Genitalia
tidak terdapat kelainan.
Eliminasi
buang air besar (BAB) : proses eliminasi mungkin lambat, feses lunak coklat atau
kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
Ekstemitas
tonus otot meningkat, dapat terjadi spasme otot dan episotonus.
Sistem integumen
terlihat joundice di seluruh permukaan kulit.
2.2.5. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Anamnesis
a. Riwayat ibu hamil : adanya infeksi, golongan darah
b. Riwayat anak terdahulu : adakah yang kuning pada masa baayi

13
c. Riwayat obat obatan : oksitosin, jamu, memakai kamfer
d. Riwayat partus dengan tindakan, infeksi intrapartum
e. Riwayat kelahiran : adalah asfiksia
f. Riwayat penyakit : kapan mulai kuning, gejala infeksi
2. Pemeriksaan Klinis
a. Periksalah keadaan umum, bayi, berat badan, suhu
b. Adakah gejala iritabel, gelisah, kejang terutama meliuk liuk
c. Adakah gejala malas minum, tidurterus
d. Apakah berat bayi berkurang banyak? Nilailah tugor dan tonus
e. Adakah sefalhematoma, jejas vakum, bercak perdarahan
f. Selain kuning, apakah bayi nampak pucat? Rabalah hepar dan lien/limpa. Periksa
sejauh mana bayi nampak kuning
3. Laboratorium
a. Kadar bilirubin total pada minggu pertama kehidupan
b. Bila umur bayi di atas 1 minggu, sebaiknya di periksa juga bilirubin direk untuk
melihat gangguan fungsi eksresi hati.
c. Darah rutin untuk mengetahui adanya hemolisis/sepsis
d. Tergantung indikasi : Tes Coomb, G6PD, kultur darah

Depkes RI (1995) pada Pedoman Pelayanan Kesehatan Perinatal menyebutkan


bahwa diagnosis untuk mengetahui kadar bilirubin dalam darah paling baik melalui
pemeriksaan secara laborateories. Bila fasilitas tidak mengizinkan, pemeriksaan dapat
dilakukan secara klinis dengan ikterometer yaitu alat sederhana dari bahan tembus kaca
dengan 5 skala menunjukkan dengan memakai sinar bias biasa (day light/natural light).

Cara lain adalah cara Kramer (1969) yang dilakukan dengan membagi tubuh bayi
dalam 5 bagian, timbulnya ikterus dimulai dari :

1. Kepala dan leher


2. Dada sampai pusat
3. Pusat bagian bawah sampai ke lutut
4. Pusat sampai pergelagan kaki dan bahu sampai pergelangan tangan
5. Kaki dan tangan termasuk telapak tangan

Warna kuning pada kulit dapatgg dilihat dengan menekan jari telunjuk pada tempat
tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain lain.

Menurut cara Kramer, ikterus mulai timbul dari kepala dan leher dan seterusnya sesuai
nomor urut yang menunjukkan arah keduanya ikterus semakin besar angkanya, makin tinggi
ikterus tersbut.

2.2.6. PENATALAKSANAAN
1. Nasehat untuk ibu

14
Mengingat kemungkinan bahwa 60 % bayi baru lahir akan menderita kuning, maka
bidan harus dapat memberi nasehat pada para ibu mengenai penanganan ikterus
fisiologis dan memberitahu gejala dini ikterus patologik sebelum memulangkan bayi
atau pada saat perawatan antenatal care. Isi nasehat tersebut antara lain :
a. Pada waktu hamil, ibu hamil sebaiknya tidak minum obat, ramuan, atau jamu
jamuan yang diketahi sering berakibat kuning pada bayi
b. Jika bayi akan dilahirkan normal, maka ibu harus mengusahakan agar bayinya
menerima cukup asupan kalori dan cairan. Dirumah bersalin/rumah sakit agar
diusahakan ruang bayi cukup mendapatkan sinar matahari pagi.
c. Pada saat memulangkan bayi pada umur bayi 3 4 hari, nasehat yang diberikan
adalah menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan
menjemur bayinya sesering mungkin dan menjemur bayinya pada pagi hari
selama 30 menit, tanpa baju, sampai bayi berumur 10 14 hari. Ibu diberitahu
untuk tidak memberi kamfer pada baju bayi.
d. Ibu diberitahukan bahwa semua bayi yang kuning pada hari pertama harus dirujuk
ke rumah sakit.
e. Bayi yang sudah banyak menyusu dan sudah dijemur namun masih nampak
kuning, ibu dianjurkan untuk membawa bayinya ke puskesmas/dokter/rumah sakit
f. Ibu diberitahukan tentang terapi sinar diberikan bila kadar bilirubin total lebih dari
12 mg% dan transfuse tukar bila kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg%
g. Bayi yang pada umur 2-3 minggu masih kuning, tetapi tidak begitu tinggi,
kemungkinan bayi mengalami gangguan metabolik, kelainan hepar atau kuning
karena ASI. Maka ibu dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter.
2. Penalaksanaan Umum
a. Tentukan jenis ikterus : fisiologis atau patologis
b. Penatalaksaan pada bilirubin indirek:
10 12 mg% adalah fototerapi
12 15 mg% adalah fototerapi
Bila protein rendah diberikan albumin atau plasma
Kalori cukup
c. Tanggulangi penyakit penyerta (sepsis/dehidrasi)
d. Bila kadar bilirubin lebih dari 20mg% (bayi cukup bulan) atau kadar bilirubin
18mg% (bayi premature) dilakukan transfusi tukar
3. Rekomendasi AAP (The American Academic of Paediatric)

15
Tentang penatalsanaan Hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan (1994 diperbaharui
2000)
a. Perlu dilakukan testing prenatal care termasuk ABO dan Rhesus D dan screening
antibody isoimun
b. Bila belum melakukan seperti tersebut diatas atau ibu rhesus negative, bayi harus
diperiksa golongan darah, tes comb direct, Rhesus D dari darah tali pusat.
c. Contoh darah tali pusat di simpan terutama bila golongan darah ibu O untuk
pemeriksaan apabila sewaktu waktu dibutuhkan.
d. Bila darah kekurangan enzim G6PD maka bayi diperiksa
e. Bila ikterus terjadi dalam 24 jam pertama, maka bilirubin total mutlak harus
diperiksa
f. Pemeriksaan ikterus secara klinik harus dibawah sinar lampu yang terang.
Peningkatan bilirubin serum dapat diperkirakan dengan melasnya kekuningan dari
kepala meluas ke bagian bawah. Pemeriksaan dengan ikterometer juga dapat
dilakukan.
g. Bayi yang dipulangkan selama 48 jam, harus diperiksa oleh tenaga kesehatan
diklinik selama 3 hari berturut turut.
h. Bila ibu melaporkan kencing berwarna kecoklatan, buang air besar berwarna
pucat/seperti dempul, periksa bilirubin direct
i. Bila ikterus tidak hilang selama 3 minggu, periksa kadar bilirubin urine, total dan
bilirubin direct
j. Evaluasi bila bayi mengalami malas minum, apnea, suhu tidak normal, perubahan
keadaan.
4. Metode Terapi
Tujuan dari penatalaksanaan bayi dengan hiperbilirubin diarahkan untuk mencegah
anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Adapun metode terapi pada
hiperbilirubinemia meliputi :
a. Fototerapi
Terapi sinar ini dimulai pada tahun 1958 oleh Cremer, dimana bayi disinari
dengan cahaya bilirubin. Cahaya yang diarhkan ke kulit bayi menyebabkan suatu
perubahan kimia pada molekul bilirubin di dalam jaringan bawah kulit. Dengan
adanya perubahan ini, maka bilirubin bisa segera dibuang tanpa harus diubah
terlebih dahulu oleh hati. Jika kadar bilirubin sangat tinggi, dilakukan terapi ganti,
dimana darah bayi dibuang untuk membuang bilirubin dan diganti darah segar.

16
Kriteria Alat

Menggunakan panjang gelombang 425 475 nm.

Intensitas cahaya yang bisa digunakan adalah 6 12 mwat/cm2 per nm.

Cahaya diberikan pada jarak 35 50 cm diatas bayi.

Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6 8 buah, terdiri dari biru (F30T12),
cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes.

Prosedur Pemasangan Fototerapi

a. Pengertian
Terapi sinar dengan gelombang cahaya 425 475 nm.
b. Tujuan
Untuk menurunkan kadar bilirubin di dalam jaringan dan serum dengan cara
menyinari seluruh permukaan tubuh/kulit bayi, sehingga dapat memecah bilirubin jadi
larut dalam air dan dapat dikeluarkan bersama urin.
c. Prosedur
1. Indikasi
Fototerapi biasanya dilakukan bila kadar bilirubin direk sudah mencapai setengah
dan transfusi tukar.
2. Persiapan
Orangtua : dijelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan, tujuan dan
kegunaan fototerapi.\
Alat fototerapi siap dipakai, yaitu :
Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens yang berfungsi dengan
baik
Ganti tabung/ lampu fluoresens yang telah rusak atau berkedip kedip
(flickering)
Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung
tersebut
Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan,
walaupun tabung masih bisa berfungsi

17
Gunakan linen putih pada basinet atau incubator, dan tempatkan tirai
putih di sekitar daerah unit fototerapi ditempatkan untuk memantulkan
cahaya sebanyak mungkin kepada bayi.
Lingkungan : Pertahankan suhu kamar 28 30 C. Dengan cara
menghangatkan ruangan tempat unit fototerapi ditempatkan, sehingga suhu di
bawah lampu antara 28 30 C
Klien/bayi :
Cuci tangan
Lepaskan baju dan popok bayi
Pastikan suhu bayi dalam batas normal
Pasang plester non alergi di pelipis kanan dan kiri bayi
Pasang penutup mata dengan bahan yang tidak tembus sinar, tempelkan plester
penutup mata di atas plester yang di pelipis. Pada saat menutup mata bayi
dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup
3. Pelaksanaan
Baringkan bayi di bawah fototerapi dengan jarak 35 50 cm : jika berat
bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada
basinet/boks bayi, bila kurang dari 2 kg, tempatkan bayi dalam inkubator.
Hidupkan fototerapi
Catat tanggal dan jam awal penggunaan fototerapi. Pencatatan dilakukan
berkesinambungan
Observasi warna kulit bayi tiap 8 jam : catat warna dan keadaan kulit
Ubah posisi tidur : telentang/tengkurang tiap 3 jam
Monitor suhu untuk mencegah hipotermi dan hipertermi : ukur suhu bayi
dan suhu udara di bawah sinar fototerapi setiap 3 jam. Bila suhu bayi lebih
dari 37,5C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi
dari unit fototerapi sampai suhu bayi antara 36,5C - 37C.
Cukupi kebutuhan cairan bayi, yaitu :
Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ad libitum, paling
kurang setiap 3 jam
Selama menyusi, pindahkan bayi dari unit fototerapi dan lepaskan
penutup mata

18
Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan cairan atau
makanan lain (seperti : pengganti ASI, air, air gula dan lain lain )
tidak ada manfaatnya.
Bila bayi menerima cairan per IV/infuse atau ASI yang telah
dipompa (ASI perah), tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak
10% volume total per hari selama bayi masih di terapi sinar.
Bila bayi menerima cairan per IV/infuse atau makanan melalu
NGT, jangan pindahkan bayi dari sinar fototerapi.
Lepaskan penutup mata pada setiao touching time dan nilai keadaan mata.
Laksanakan parent infant bounding.
Informasikan keadaan bayi setiap hari kepada orangtua.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
bilirubin
Matikan lampu selama proses pengambilan darah atau matikan lampu
sebentar untuk mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah
dan bibir biru) bila bayi sedang menerima oksigen.
Fototerapi dihentikan bila nilai bilirubin dalam batas normal.

Bila kadar bilirubin mendekati jumlah indikasi transfusi tukar, persiapkan


untuk tindakan tersebut seperti memindahkan bayi ke pusat atau rumah
sakit yang siap untuk tatalaksana transfusi tukar. Sertakan contoh darah
ibu dan bayi.

Prosedur Pemberhentian Fototerapi

a. Pengertian
Pemberhentian pemberian fototerapi karena kadar bilirubin serum sudah dalam batas
normal
b. Tujuan
Untuk menghindari efek samping fototerapi dan pemborosan.
c. Prosedur
1. Indikasi

19
Biasanya diindikasikan bila kadar bilirubin <12mg% untuk bayi cukup bulan
dengan berat diastas 3000 gram dan <10 mg% untuk bayi kurang bulan dengan
berat badan kurang dari 2500mg%
2. Perisapan
Gunakan alkohol swab kalau perlu untuk melepaskan plester (untuk bayi yang
tidak alergenis)
3. Pelaksanaan
Beritahu kedua orangtua
Cuci tangan
Matikan lampu fototerapi
Lepaskan penutup mata dengan hati hati dan bila perlu gunakan alkohol
swab untuk melepaskan plester di pelipis kanan dan kiri
Nilai keadaan kukit dan mata bayi
Pakaikan baju dan popok, bila perlu dibedong
Catat di lembar pengawasan khusus, tanggal, jam, saat fototerapi
dihentikan dan lamanya terapi sinar
Catat tanggal, jam dan jumlah pemakaian lampu fototerapi pada format
yang tersedia
Cuci tangan
Kembalikan alat foto terapi ke tempatnya
Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa
kembali bayi bila bayi bertambah kuning (untuk bayi yang sudah pulang
ker rumah)

2.2.7. PENDOKUMENTASIAN

No. Reg : 420572


Nama Lengkap : (Mahasiswa Akbid Budi Kemuliaan)
Hari/ Tgl : Jumat/14 Mei 2010
Waktu pengkajian : 03.15
Tempat Pengkajian : Dewi Shinta Lt 5 RSIA Budi Kemuliaan

3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas
Nama Bayi : By. N S
Tgl/Jam/Lahir : 09-05-2010/16.00
Jenis Kelamin : PEREMPUAN

20
IBU SUAMI
Nama : Ny. I Tn. M
Umur : 24 tahun 23 tahun
Pekerjaan :Karyawan toko baju Wiraswasta
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Gg belimbing ii no : 31b, rt 008 / 04
No telp/hp : 02190612245

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi dengan Hiperbilirubin

1. SUBYEKTIF
Bayi kuning sejak hari rabu, menetek (-), bayi tidur melulu, mencret (-), panas (-).
2. OBYEKTIF
Ku : Sedang
Kes : Compos Mentis
Inspeksi : Kuning
Pemeriksaan Umum:
Suhu : 36,8C
Pernapasan : 52x/menit
BB : 2690 gram

Pemeriksaan Laboratorium :
Bilirubin : 16,5 mg/dl

3. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan hiperbilirubenemia

4. PLANNING

a. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, bahwa kondisi


bayinya dalam kondisi lemah dan harus dirawat untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut.

21
b. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak.
c. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi.
d. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium untuk pemantauan ketat
kadar bilirubin pada bayi.
e. Terapi sinar biru(blue light)
f. Tetap memberikan ASI/SF
g. Menjelaskan kepada keluarga bahwa kondisi bayinya saat ini sudah membaik dan
menjelaskan perawatan bayi setelah pulang dari rumah sakit RSIA BK.
h. Bayi dijemur sekitar 1 jam di pagi hari saat sinar matahari belum terlalu tinggi
intensitasnya sekitar jam 7-8 WIB. Mata dan alat reproduksi harus ditutup dengan
kain yang memantulkan sinar.
i. Pemberian ASI harus sering dilakukan untuk mencegah dehidrasi dan mempermudah
pembuangan bilirubin ke feses. Setidaknya ASI harus diberikan tiap 3 jam. Jika bayi
sulit menghisap, dilakukan pemompaan ASI.

2.3. KEJANG
2.3.1. PENGAKAJIAN

Pembagian kejang

Volve membagi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :

1. Bentuk kejang yang pada bayi baru lahir sebagai berikut :


Deviasi horinzontal bola mata
Getaran dari kelopak mata
Gerakan pipi dan mulut seperti menghisap, menguyah, mengecap dan menguap.
Apnea berulang

22
G tuerakan tonik tungkai
2. Kejang klonik multifokal ( miogratory ) : gerakan klonik berpidah pindah dari satu
anggota gerak ke yang lain secara teratur , kadang kadang kejang ynag satu dengan yang
lain dapat menyerepuai kejang umum
3. Kejang tonik : ekstensi kedua tungkai , danga kadangdemhan fleksi kedua lengan
menyerupai dekortikasi.
4. Kejang miokolik :berupa gerakan flexi seketika seluruh turbuh, jarang terlihat pada
neonatus.
5. Kejang umum : kejang seluruh badan, sianosis, kesadaran menurun
6. Kejang fokal : gerakan ritmik 2-3 / deti sentakan yang dimulai dari salah satu kaki,
tangan atau muka ( gerakan mata yang berputar putar , memguapa mata berkedip
nistagmus tangis dengan nada tinggi )

Pemeriksaan fisik

Untuk mengetahui tanda tanda adanya kejang, spasme dan inspeksi tali pusat , dengan
kriteria masing masing sebgai berikut :

A. Kejang :
a. Gerakan normal pada wajah , mata , mulut, lidah dan ekstermitas.
b. Ekstensi atau fleksi tonik ekstermitas , gerakan seperti mengayuh sepeda, mata
berkedip berputas , juling.
c. Tangisan melengking dengan nada tiggi , sukar berhenti
d. Perubahan status kesadaran, apnea , ikterus. Ubun ubun besar meninjol . suhu
tidak normal

B. spasme :

a. Bayi tetap sadar , mennagis kesakitantrimus, keakuan otot mulut pada ekstermitas
perut, kontraksi otot , tidak terkendalai di picu oleh kebisingan cahaya atau
prosedur diaggnostik.
b. Infeksi tali pusat.

Pemeriksaan labolatorium

23
Gula darah , kalsium , fospor , magnesium, natrium, bilirubin fungsi lumbak darah
tepu atau kalau mungkin biarkan darah dan cairan serebrospinal foto kepala dan EEG
pemeriksaan sedapat mungkin terarah.

2.2.2. DIAGNOSA

ANEMNESA

Anemnesa lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil.


Obat yang diminum oleh ibu saat hamil
Obat yang diberikan dan yang di perlukan sewaktu persalinan
Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kenjang dan lain lain
Riwayat persalinan : bayi lahir prematur, lahir dnegan tindakan, penoiwayatlomh
persalimam, asfikis neonaturum
Riwayat imunisasi tettanus ibu,penolong persalinan bukan tenaga kesehatan
Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional
Riwayat kejang , penurunan kesadaran, ada gerkan abnormal pada mata, mulut ,
lidah. Ekstremitas
Riwayat spasme atau kelakukan pada ekstremitas otot mulut dan perut
Kejang di picu oleh kebisingan atauprosedur atau tindakan pengobatan
Riwayat bayi malas minum sesduah dapat minum normal.
Adanya faktor resiko infeksi
Riwayat ibu mendapatkan obat, misal : heroin, metadon,propoxypen , alkohol.
Riwayat perubahan watna kulit ( kuning )
Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang

2.3.3. PENATALAKSANAAN

a. Memberitahu ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya behwa bayinya mengalami
kejang, dan harus segara di lakukan pengobatan. Ibu dan keluarga telah mengetahui
kondisi bayinya
b. Melakukan inform consent dan kolabrasi dengan dokter spesialis anak tentang
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Inform consent dan kolaborasi telah
dilakukan

24
c. Mengobati kejang
d. Pasang infus intervena di pembuluh darah perifer, di tangan, kaki, atau kepala jika
bayi di duga dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit diabetes melitus pemasangan
infus melalui vena umbilikostik.
e. Beri obat anti kejang yaitu : diazepam 0,5 /kg , suposito IM smpai kejanag teratasi.
f. Bila kejang sudah teratasi, beri cairan dextrose 10 dengan kecapatan 60 ml/ kg BB
/ hari.
g. Melakukan pembebasan jalan napas.
h. Membersihkan jalan napas dengan cara membersihkan hidung dan mulut bayi
secara zig zag dengan kasa steril.
i. Meletakan bayi dengan telentang atau miring denga leher agak ekstensi atau
tergedah dengan meletakan selimut atau handuk yang digulung ke bawah bahu
sehingga bahu terangkat 2- 3 cm.
j. Membersihkan jalan napas dengan mengisap cauran dan lendir dari mukut dan
hidung menggunkaan slim zuib=nger, hisap dari muut terlebih dahulu kemudian
hisap dari hidung
k. Mempertahankan suhu bayi
Membungkue bayi dengan handuk kering dan bersih untuk mencegah kehilangan
suhu tubuh melalui evaporasi
Menghidupkan radio warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi dengan
meletakan bayi teletang di bawah alat pemancar panas. Alat pemencar panas
perlu disiapkan sebelumnya agar kasus tempat diletakan bayi juga hangat.
l. Melakukan perawatan tali pusat ; mengajarkan ibu cara merawat tali pusat ;
mengajarkan ibu cara merawat tali pusat,yaitu hanya dengan menutupinya
memakain kasa sterul saja. Karena tai pusat saat si bayi mandi, tak perlu
menggunaan sabun . ibu mengerti cara merawat tali pusat.
m. Melakukan rangsangan taktil :
Usap usap punggung bayi ke arah atas
Menyentil telapak tangan kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang dapat
menimnulkan atau mempertahankan pernapsan
n. Melakukan penilainan bayi :
Memperhatikan dan menilai pernapasan bayi
Menilai warna kulit bayi

25
o. Menjelaskan pada ibu mengenai pentigna ASI esklusif. Bagi bayi selama 6 bulan ,
mengajurkan ibu tetap memberikan asi walupun si bayi sedang sakit. Ibu mau
melakukan yang di anjurkan oleh petugas kesehatan
p. Melibatkan suami dan keluarga untuk mendukung kegiatan ibu dlaam merawat
bayinya. Ajaklah suami atau keluarga terdejat untuk membantu merawat bayinya.
Ajaklah suami atau keluarga terdekat untuk membantu merawat dan memenuhi
kebutuhan si bayi, agar hubungan anatar ibu,bayi dan keluarganya semkain dejat.
Keluara mau melakuka yang di anjurkan.
q. Menganjurkan pada ibu untuk mengkoumso sayuran hijau seperti bayam, daun
katup, daun singkong serta kacang- kacang sebagai penambah zat gizi bagi asi ynag
di minum oleh is bayi inu melakukan ynag di anjurkan oleh petugas kesehatan.

Penanganan ( buku acuan bational maternal dan neonatal )

1. Prinsip dasar tindakan mengatasi kenjang pada bayi baru lahir sebagai berikut :
Mengatasi kenjang dengan membrikan obat anti kenjang kenjang ( misal :
diazpam , fenobarbital, fenotin / dilatin )
Menjaga jalan napas tetap bebas dengan resusitasi
Mencari faktor penyebab kejang
Mengobati penyebab kejang ( mengobati hipoglikemia, hipokalsemia )
2. Penanganan kejang pada bayi baru lahir ( buku acuan naisonal maternla dna neonatal )
Bayi di letkaan dalam tempat yang hangat pastikan bahwa bayi tidak
kedinginan. `Suhu di pertahankan 36, 5- 37
Jalan napas bayi di bersihkan dengan tindakan penghisap lendir di seputar
mulut, hidung sampai nasofaring.
Bila bayi apnea dilakukan pertolongan agar bayi bernapas lagi dengan alat
bantu balon dan sungkup di berikan oksigeb dengan kecetan 2 liter / menit
Dilakukan pemasngna infus intervena di pembuluh darah perifer di tangan ,
kaki, atau kepala. Bila bayi di duga di lahirkan oleh ibu berpenyakitan
diabetes melitus dilakuakn pemasngan infus mellaui vena umbilikostis
Bila infus sudah terpasang di beri obat anti kenjang di diazepam 0,5 mg / kg
supositoria IM Setiap 2 menit sampai kenjang teraatasi.
Nilai kondisi bayi selama 15 menit . perhatikan kelainan fisik yang ada.

26
Bila kejang sudah teratasi , dinberi cairan dextrose 10 dengan kecepatan 60
ml / kg bb/ hari
Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untul mencari faktor kejang.

2.3.4. PENDOKUMENTASIAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

TERHADAP BAYI Ny. R DENGAN KEJANG


DI RB KASIH IBU
A. PENGUMPULAN DATA DASAR
Anamnesa, ada tanggal 14 Mei 2014
a. Identitas
Nama Bayi : By. Ny. Rina
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : I (pertama)

Nama Ibu : Ny. Rina Nama Suami : Tn. Yudi


Umur : 22 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Teratai No. 29 Alamat : Jl. Teratai No. 29

Pada Tanggal : 14 Mei 2014 Pukul : 06.00 WIB


S : Keluhan Utama
Ibu mengatakan, Bayi Ny. Rina lahir spontan pervaginam, dengan keluhan kejang,
tubuhnya gemetar, gerakan tubuhnya lebih aktif dari biasanya, tidak terkendali, kejang-
kejang, tiba-tiba menangis melengking, bayi lemas/ tidak bergerak, mata berkedip terus
menerus, mulut mecucu, tubuh kaku, suhu tubuh 36oC, apgar score 5/8. BB : 2800 gr, PB :
50 cm, denyut jantung : 98 x/menit

27
Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan ibu menderita penyakit diabetes mellitus
Riwayat Persalinan
1. Persalinan ditolong oleh : Bidan
2. Jenis persalinan : Spontan pervaginam
3. Tempat persalinan : RB Kasih Ibu
4. Lama persalinan :
a. Kala I : 10 jam 30 menit
b. Kala II : 30 menit
c. Kala III : 30 menit
d. Kala IV : 2 jam
5. Masalah yang terjadi selama persalinan : tidak ada
6. Keadaan air ketuban : jernih
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum bayi : lemah-hiperaktif
Kesadaran : apatis
Suhu : 360C
Pernafasan : 63x/i
Nadi : 130x/i
2. Pemeriksaan Fisik
A. Nilai apgar
No Aspek Yang 0 1 21 Waktu
Dinilai 1 5
1. Frekuensi denyut Tidak ada Kurang dari Lebih dari 1 2
jantung 100 100
2. Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis 1 1
teratur kuat
3. Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif 1 1
flexi sedikit
4. Reaksi terhadap Tidak ada Gerakan Menangis 1 2
rangsangan sedikit
5. Warna kulit Biru/pucat Tubuh Seluruh 1 2

28
Kemerahan tubuh
ekstremitas kemerahan
biru
Jumlah 5 8

B. Atropometri
a. Berat badan : 2800 gr
b. Panjang badan : 49 cm
c. Lingkar kepala : 35 cm
d. Lingkar dada : 30
e. Lila : 9,5 cm
C. Reflek
a. Moro : tidak ada
b. Tonic neak : tidak ada
c. Palmargrap : tidak ada
d. Menangis : tidak menangis spontan, bayi manangis saat
dirangsang

D. Mata
a. Posisi : simetris kanan dan kiri, tampak berputar - putar
b. Kotoran : tidak terdapat kotoran
c. Perdarahan : tidak terdapat perdarahan
d. Konjungtiva : pucat
e. sclera : ikterik
E. Dada
a. Simetris : simetris akan dan kiri
b. Pengeraakan : bergerak waktu bernafas
c. Bunyi nafas : nafas lambat, teratur
d. Bunyi jantung : dangkal, cepat, tidak teratur, 98 x/menit
F. Kulit
a. Warna : kebiruan
b. Turgor : (+) ada

29
c. Lanugo : ada
d. Vernik kaseosa : ada
e. Kalainan : tidak ada kelainan
G. Ekstremitas
a. Tangan : simetris kanan dan kiri, kulit tampak biru
b. Kaki : simetris kanan dan kiri, kulit tampak biru
c. Pergerakan : kaku
d. Kuku : lengkap, warna kebiruan
e. Bentuk kaki : lurus
f. Bentuk tangan : lurus
g. Kelainan : tidak ada kelainan
H. Genetalia : jenis kelamin perempuan

A: By. Ny R telah lahir 2 jam lalu dengan kejang.


P :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya saat ini.
2. Memberikan informed consent untuk setiap tindakan dalam penanganan kejang yang
dialami bayi
3. Melakukan pembebasan jalan nafas agar tidak terjadi hipoksia sel-sel otak
4. Mengatur posisi bayi dengan cara memiringkan kepala bayi.
5. Memberikan benda yang dapat digigit agar tidak tertutup jalan nafas
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi
7. Mengobati kejang dengan memasang infuse intravena cairan dextrose 10% dan memberi
obat anti kejang diazepam 0,5/kg IM
8. Melakukan rangsangan taktil untuk memberikan rangsangan yang dapat menimbulkan
atau mempertahankan pernafasan.
9. Menilai keadaan bayi, KU,TTV dan tetesan infuse

Pukul 06.10 wib kejang pada bayi sudah hilang dan TTV bayi sudah mulai membaik
Pukul 06.15
S : Ibu mengatakan bayi kembali mengalami kejang dan mata bayi berputar- Putar
O:
Keadaan umum : lemah-hiperaktif
TTV : Nadi : 134x/i RR : 65x/i

30
Suhu : 360C
Ekstremitas : kanan dan kiri tampak berwarna biru dan pergerakan kaku.
Tetesan infuse : 60 tts/menit
Hasil lab : gula darah : 39 mg/dl, leukosit : 12.000, ht: 40, trombosit : 200.000,
Golongan darah B, rhesus +
A : By. Ny R lahir 2 jam lalu dengan kejang akibat hipoglikemia
P :
1. Tangani hipoglikemi sesuai SOP
2. Menangani kejang kembali seperti tindakan pertama, jika tidak teratasi lakukan rujukan.
3. Memberikan informed consent pada keluarga bahwasannya bayi harus di rujuk agar
mendapat penanganan segera.
4. Selama perjalanan menuju rumah sakit rujukan tetap memantau TTV serta keadaan
umum bayi.
Pukul 16.25 bayi telah sampai di rumah sakit rujukan dan segera di tangani

Evaluasi
1. Penanganan hipoglikemi telah dilakukan sesuai SOP
2. Bayi telah rujuk karena kejang tidak teratasi dan supaya mendapat penanganan yang
lebih baik.

2.3. INFEKSI NEONATUS


2.4.1. DEFENISI INFEKSI NEONATUS

a. Definisi dan hal-hal yang berkaitan dengan Infeksi/Sepsis


1) Sepsis adalah infeksi berat yang umumnya disebabkan oleh bakteri,yang bisa
berasal dari organ-organ dalam tubuh seperti paru-paru,usus,saluran kemih

31
atau kulit yang menghasilkan toksin/racun yang menyebabkan sistem
kekebalan tubuh menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri.
2) Sepsis dapat mengakibatkan komplikasi yang serius mengenai ginjal,paru-
paru,otak dan pendengaran bahkan kematian.
3) Sepsis dapat mengenai orang dari usia berapapun,tetapi paling sering pada
a) Bayi di bawah 3 bulan,sistem kekebalan tubuhnya belum cukup
matang untuk melawan infeksi yang berat.
b) Orang lanjut usia
c) Orang dengan penyakit kronik
d) Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh,seperti dengan infeksi
HIV
4) Sepsis timbul saat infeksi berat menyebabkan respon tubuh normal terhadap
infeksi menjadi berlebihan. Bakteri dan racun yang dihasilkan dapat
mengakibatkan gangguan organ tubuh.
2.3.2. PENGKAJIAN
Bidan mempunyai tugas yang penting dalam mengkaji tanda-tanda infeksi pada
neonatus, tanda dan gejala sepsis pada neonatus sering tak terlihat dan dikenali oleh pemberi
keperawatan profesional. Perawat neonatus mempunyai tanggung jawab untuk mengenali
tanda-tanda, sehingga diagnosis dan perawatannya dapat diberikan segera.
1. Biodata bayi
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Sistem saraf pusat
Fontanel yang menonjol.
Letargi.
Temperatur yang tidak stabil.
Hipotonia.
Tremor yang kuat.
b. Sistem pencernaan
Hilangnya keinginan untuk menyusui.
Penurunan intake melalui oral.
Muntah.
Diare.
Distensi abdomen.
c. Sistem integumen

32
Kuning.
Adanya lesi.
Ruam.
d. Sistem pernapasan
Apnea.
Sianosis.
Takipnea.
Penurunan saturasi oksigen.
Nasal memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada.
e. Sistem kardiovaskular
Takikardi.
Menurunnya denyut perifer.
Pucat.
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Apakah ada anggota keluarga yang menderita sifilis.
4. Data psikologi
a. Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya.
b. Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya.
b. Tanda dan Gejala :
1) Pengantar :
a) Sepsis pada bayi baru lahir memiliki gejala yang bervariasi.
b) Umumnya bayi terlihat tidak seperti biasanya.
2) Gejala sepsis pada bayi baru lahir
a) Tidak mau minum ASI atau muntah
b) Suhu tubuh >38C di ukur melalui anus atau lebih rendah dari
normal,rewel.
c) Lemas dan tidak responsif
d) Tidakbergerakaktif
e) Perubahan frekuensi jantung (cepat pada awal sepsis kemudian )
f) Bernafas sangat cepat atau kesulitan bernafas
g) Ada saat bayi berhenti nafas lebih dari 10 detik
h) Perubahan warna kulit (pucat/biru)
i) Kuning pada kulit dan mata
j) Ruam kemerahan

33
k) Kurang prodeksi urin
c. Penyebab sepsis :
1) Pengantar
a) Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu disebabkan oleh bakteri,
seperti E.coli, Listeriamonocytogenes, Neisseria meningitides,
Streptokokus pneumonia adalah penyebab sepsis pada bayi baru lahir
dan bayi < 3 bulan.
b) Bayi prematur dalam perawatan intensif lebih rentan untuk mengalami
sepsis karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum berbentuk
sempurna dan mereka mendapat perawatan invasif,seperti infus, kateter
selang pernapasan.
c) Tempat masuk infus atau kateter dapat menjadi jalan masuk bakteri
yang normalnya hidup dipermukaan kulit untuk masuk kedalam tubuh
dan menyebabkan infeksi.
d) Pada bayi baru lahir,sepsis terjadi bila bakteri masuk kedalam tubuh
bayi dari ibu selama asa kehamilan,persalinan.
2) Beberapa komplikasi selama kehamilan yang meningkatkan risiko sepsis pada
bayi baru lahir :
a) Demam pada ibu selama persalinan
b) Infeksi pada uterus atau plasenta
c) Ketuban pecah dini (Sebelum usia kehamilan 37 minggu/18 jam
sebelum dimulainya persalinan).
d) Bakteri seperti streptokokus grup B dapat menginfeksi bayi baru lahir
dalam proses persalinan. (sekitar 15-30% perempuan hamil membawa
bakteri streptokokus grup B di vagina atau rektum yang dapat di
transmisikan dari ibu ke bayi selama persalinan).

2.3.3. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA SEPSIS


1) Gejala sepsis seringkali tidak khas pada bayi,maka diperlukan bantuan
oemeriksaan laboratorium untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
sepsis :
a) Tes darah termasuk hitung sel darah putih dan kultur darah untuk
menentukan apakah ada bakteri di dalam darah.

34
b) Urin di ambil dengan kateter steril untuk memeriksa urin di bawah
mikrosop dan kultur urin untuk mengetahui ada tidaknya bakteri.
c) Fungsi lumbal pengambilan cairan otak dari tulang belakang untuk
mengetahui apakah bayi terkena meningitis.
d) Rontgen,terutama paru-paru untuk memastikan ada tidaknya
pneumonia.
e) Jika bayi menggunakan perlengkapan medis ditubuhnya seperti
infuse,kateter,maka cairan dalam perlengkapan medis tersebut akan
diperiksa ada tidaknya tanda-tanda infeksi.
2) Bayi yang sepsis atau dicurigai mengalami mengalami sepsis akan di
tatalaksanadi rumah salit,tempat dokter dapat memantau keadaanya dan
memebrikan pengobatan untuk melawan infeksi.
d. Pencegahan sepsis :
1) Pencegahan sepsis karena streptokokus grup B dari ibu ke bayi delama
persalinan dapat dicegah dengan memeriksa ibu pada usia kehamilan 35-37
minggu.
2) Imunisasi dan cuci tangan adalah upaya pencegahan infeksi yang dapat
mencegah terjadi sepsis.
3) Orang yang dekat dengan bayi anda sebaiknya tidak sakit dan telah mendapat
vaksinasi sebelumnya.
4) Anak yang memakai perlengkapan medis yang menetap dalam tubuh seperti
kateter atau infus harus dipastikan untuk memperhatikan petunjuk dokter
untuk membersihkan dan merawat tempat alat medis tersebut.
e. Sepsis neonatorum
1) Infeksi umum bakteri dalam darah
2) Sindrom klinis dengan ciri penyakit sistemik sintomatik dan bakterimia
3) Lebih sering ditemukan pada BBLR
4) Lebih sering terjadi pada bbl di RS dibandingkan dengan di luar RS
5) BBL mendapatkan kekebalan atau imunitas trans plasenta terhadap kuman
yang berasal dari ibu
6) Sesudah lahir, bayi terpapar kuman bayi tidak mempunyai imunitas
7) Bayi beresiko mempunyai kesempatan 4 kali untuk mendapatkan septicemia
dibanding BBL normal
f. Bayi beresiko

35
1) Bayi beresiko diobservasi dari :
a. Riwayat kehamilan :
Infeksi pada ibu selama kehamilan antara lain TORCH
Ibu menderita eklampsia
Ibu dengan DM
Ibu mempunyai penyakit bawaan
b. Riwayat kelahiran :
Persalinan lama
Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam / vakum, sc)
c. Riwayat BBL
Trauma lahir
Lahir kurang bulan
Bayi kurang mendapat cairan dan kalori
Hipotermi pada bayi
2) Kejadian yang meningkatkan resiko infeksi
a. Prematuritas
b. Prosedur infeksi
c. Endotrakeal tube
d. Nosokomial
g. Faktor resiko
Faktor resiko dibagi menjadi 2 yaitu mayor dan minor yang diuraikan sebagai berikut :
1) Faktor resiko mayor
a. Ketuban pecah > 24 jam
b. Ibu demam saat intrapartum suhu >38 c
c. Korioamnionitis
d. Djj menetap > 160 kali / menit

2) Faktor resiko minor


a) Ketuban pecah > 12 jam
b) Ibu demam saat intrapartum suhu >37c
c) Leukosit ibu lebih besar 15000 per Ul
d) Nilai APGAR sedang (menit ke1 <5, menit ke2 <7)
e) Bbl sangat rendah <1500 gr

36
f) Usia gestasi <37 minggu
g) Kehamilan ganda
h) Lokea berbau busuk
i) Riwayat infeksi strepcococus grup b
h. Infeksi melalui cara :
1) Infeksi antenatal : kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta dan
kuman yang menyerang janin
a) Virus : rubela, polio, mayelitis, variola
b) Sipiilis
c) Bakteri e.coli
2) Infeksi intranatal : lebih sering terjadi, mikroorganisme dapat masuk ke rongga
amnion
3) Infeksi postnatal terjadi setelah bbl merupakan infeksi yang diddapat akibat
pemakaian alat terkontminasi
i. Sumber infeksi :
1) Priode perinatal :
a) Sepsis dini (<3 hari)
b) Sepsis lambat (1-3 minggu setelah lahir)
2) Sepsis neonatal ini dapat terjadi pada bayi prematur dan bbl setelah persalinan
super atau traumatik
3) Adanya infeksi melalui observasi, analisa perawata, gejala awal tidak spesifik,
hipotermi, perubahan warna, tonus otot, perilaku dan kegiatan minum
j. Tanda klinik yang menyebabkan sepsis neonata
1) Tanda umum
a) Bayi secara umum nampak tidak sehat
b) Buruknya kontrol suhu : hipotermia
2) Sistem sirkulasi : pucat, kulit dingin, hipotensi, denyut jantung abnormal
3) Sistem pernapasan tidak teratur (abneusianosis retraksi)
4) Sistem saraf kurangnya aktifitas tonus menignkat atau menurun
5) Sistem saluran cerna : tidak meminum, muntah, adanya darah dalam feses,
hepatogemali
6) Sistem hemopolietik : pucat, pembengkakan lifa secara abnormal
k. Evaluasi diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium

37
2) Pemeriksaan anemia
3) Pemeriksaan radiografi
l. Penilaian
1) Gejala infeksi pada bbl
a) Malas minum
b) Gelisah atau mungkin tampak letargis
c) Prekuensi pernafasan meningkat
d) Bb tiba tiba turun
e) Muntah
f) Diare
2) Selain itu dapat terjadi odem, purpura, suhu tidak normal
2.3.4. PENATALAKSANAAN
1) Kaji riwayat maternal identifikasi bayi terkena infeksi
2) Cegah transmisi infeksi
a) Teknik cuci tangan
b) Personil dengan penyakit hindari hubungan dengan bayi
c) Ajarkan pada orangtua atau pada orang lain yang masuk ruang rapat
d) Pertahankan teknik terilitas pada tiap tindakan
3) Observasi :
a) Kelemahan, penurunan aktivitas dan melemahnya tonus otot
b) Minum sedikit
c) Perubahan TTV
d) Kondisi warna kulit
e) Perubahan suhu (terutama hipotermi)
f) Intake output
g) Amati setiap sistem tubuh

4) Konsisten dalamm merencanakan perawatan terhadap bayi (catat pola perilaku)


5) Lapor dokter bila ada gejala
6) Observasi tanda tanda komplikasi, seperti :
a) Meningitis
b) Infeksi saluran perkemihan
c) Pneumonia
7) Observasi adanya sesak nafas dan kenali gejala yang merangsang pernafasan :

38
a) Observasi bayi terhadap apnea atau tempatkan bayi dengan monitor
pernafasan
a. Rangsang bayi etika apnea
b. Laporkan frekuensi apnea pada dokter
c. Laporkan lamanya periode apnea dan respon yang timbul
2. Observasi bayi terhadap kejang yang menyertai sepsis :
a. Segera lapor dokter bila terjadi kejang
b. Bayi jangan di tinggal
c. Suction bila ada secret
d. Miringkan kepala ke samping berlawanan arah dengn radiasi panas inkubator
e. Berikan oksigen bila sianosis atau distress pernafasan, berikan pengobatan yang
perlu jika terjadi kejang
f. catat lama dan tipe kejang, bagian tubuh yang kejang, penampilan sebelum dan
sesudah kejang, respon setelah di beri terapi
g. Pastikan evaluasi tes diagnostik tepat dan benar :
Tes harus lengkap terutam terhadap sensitivitas anti-biotika
Sejak terjadi infeksi (kultur darah untuk mencari anti-biotika yang tepat )
Berikan nutrisi sesuai kebutuhan kalorinya
3. Fase Akut :
a. Bayi tidak toleransi terhadap makanan oral, monitor pemberian cairan intravena
NGT untuk mencegah distensi abdomen
b. Kondisi baik berikan makanan per oral :
Pemberian mulai dari jumlah kecil (lihat dari reaksinya : Muntah, distensi
abdomen, kemampuan menghisap), ASI, secara teratur tambah jumlah
minuman (jangan di paksa karena bisa memicu muntah)
Buat jadwal minum sesuai kemampuan menerima minuman

c. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal :


Ukur suhu bayi tiap jam
Pertahankan suhu 36,5 37,5c
Saat diletakkan tempat tidur terbuka tapi tetap diberi selimut
Lapor jika terjadi hipotermia atau hipertermia
d. Beri terapi antibiotika untuk kontrol infeksi
e. Waspadai pengaruh dan efek samping

39
f. Observasi respon
g. Transfusi (jika syok)
h. Obervasi kejadian sepsis syok :
Monitor denyut nadi perifer
Monitor output urine tiap jam (untuk mengetahui fungsi ginjal)
i. Berikan kehangatan dan kebutuhan emosi pada bayi :
Tempatkan di tempat terang
Bicara jelas dan tenang saat bayi menangis
Berikan entuhan dan tepukan sayang
Anjurkan orangtua mendampingi bayi sesering mungkin

Jenis Antibiotika Dosis Frekuensi Pemberian


Injeksi Benzil Penisilin 50.000 IU/kg/kali i.m Tiap 12 jam

atau 50 mg/kg/kali i.m/i.v Tiap 8 jam

Injeksi Ampisilin
Dikombinasikan dengan
Injeksi Aminoglikosida 2,5 mg/kg/ kali i.m/i.v Tiap 12 jam

(Gentamisin)
Eritromisin 50 mg/kg/hari Dalam 3 dosis

BAGAN PENANGANAN INFEKSI ATAU SEPSIS

TANDA-TANDA Suhu tubuh panas atau hipotermia, sesak napas, merintih,


menangis lemah atau tidak ada tangis, susah minum, fontanel
cembung, tali pusat memerah.
KATEGORI Sepsis Infeksi Lokal

40
PENILAIAN Tanda-tanda tersebut di atas Biasanya hanya ditemukan:
disertai:
1. Panas
1. Kadang-kadang kejang 2. Tali pusat merah atau
2. Tali pusat merah atau kotor atau bau
kotor atau bau 3. Nanah di telinga
3. Kulit ikterik 4. Bisul atau pustule di
kulit

PENANGANAN
PUSKESMAS 1. Pertahankan tubuh bayi
tetap hangat (tidak
hipotermia)
2. ASI tetap diberikan
atau diberi air gula
3. Injeksi antibiotika 1
kali
4. Rujuk ke rumah sakit
5. Diberi injeksi
antibiotika
6. Dilanjutkan dengan
antibiotika oral
7. Nasehat perawatan
infeksi
8. Kontrol kembali dalam
2 hari

RUMAH SAKIT 1. Sama seperti di atas


2. Diberi antibiotika ampisilin + gentamisin i.v.
3. Bila perlu diberikan oksigen
4. Infus untuk mencegah dehidrasi

ASI tetap diberikan


2.3.5. PENGOBATAN

41
1. Terapi sepsis di berikan 10-14 hari atau 5-7 hari sesudah tampak tanda perbaikan
klinis dan tidak di sertai oleh adanya abses atau kerusakan jaringan yang dalam
2. Biakan darah dilakukan 24-48 jam sesudah pengobatan harus negaatif. Bila biakan
positif atau ada abses yang tersembunyi, maka terapi harus di ganti.
3. Tindakan pendukung :
a. Observasi TTV
b. Isolasi bayi dalam inkubator
c. Pemberian cairan (koreksi ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa)
d. Pemberian oksigen bila distress pernafasan, sianosis,
e. Suhu lingkungan yang normal
f. Transfusi untuk koreksi anemia
2.3.6. KOMPLIKASI :
1. Syok karena lepasnya toksin kedalam cairan darah, yang dimana gejalanya sukar
untuk dideteksi
2. Meningitis (peradangan pada selaput otak dan sum-sum tulang belakang)
3. Gangguan metabolik
4. Pneumania (penyakit radang paru-paru)
5. Infeksi saluran kemih
6. Gagal jantung kongesti
7. Kematian

2.3.7. PERENCANAAN

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,


mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat
dan bukan atas putunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
2.3.8. PENDOKUMENTASIAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PATOLOGI PADA By R DENGAN INFEKSI TALI PUSAT
DI RSUD SALEWANGAN MAROS
TANGGAL 28 JANUARI 2011

42
(SOAP)
No. Register : 11 99 99
Tanggal Partus : 28 Januari 2011, Pukul 04.30 wita.
Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2011, Pukul 08.30 wita.
Identitas Bayi
Nama : Bayi R
Tgl lahir /Jam : 28 Januari 2011, Pukul 04.30 wita.
Anak Ke : Pertama
Umur : 2 Hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Identitas Orang Tua
IBU SUAMI
Nama : Ny R Tn N
Umur : 37 tahun 38 tahun
Nikah :1x 1x
Lamanya : 2 tahun
Suku : Jawa Jawa
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMU S1
Pekerjaan : IRT PNS
Alamat : Palusi kecamatan Marusu
Data Subjekstif ( S )
Ibu melahirkan tanggal 28 Januari 2011, Pukul 04.00 wita.
Tali pusat bayi berbau busuk dan berwarna kemerahan.

Data Objektif ( O )
UK : 38 minggu 2 hari
BBL : 3500 gram
PB : 46 cm
Tampak tali pusat berwarna kemerahan, basah,terbungkus kain kasa, dan berbau busuk.
Refleks menghisap bayi buruk.
Assessment ( A )

43
Bayi Cukup Bulan dengan Infeksi tali pusat Hari ke III.

PLANNING ( P )
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi; mencuci tangan telah dilakukan
untuk pencegahan infeksi.
2. Memperhatikan keadaan umum bayi setiap hari; aktivitas dan tonus otot berkembang.
3. Mengukur tanda-tanda vital bayi; tanda-tanda vital dalam batas normal
S : 37,5
P : 40 x/i
DJ : 132 x/i
4. Mengganti kain kasa pembungkus tali pusat setiap kali kotor dan basah; kain kasa yang
kotor dan basah telah diganti dengan kain kasa yang kering dan bersih.
5. Mengganti pakaian bayi yang basah dengan yang kering dan tidak lembab; pakaian bayi
yang basah telah diganti dengan pakaian yang kering.
6. menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif secara on demand; ibu bersedia
memberikan ASI eksklusif secara on Demand kepada bayinya.
7. Memberikan HE ( Health Education ) pada ibu tentang pentingnya personal hyegiene;
ibu mengerti tentang pentingnya personal hyegiene dan bersedia melakukan anjuran yang
diberikan petugas.

44
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Frekuensi hipoglikemia pada
bayi/anak belum diketahui pasti. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
mekanisme kontrol pada metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism,
perubahan keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.
2. Hiperbilirubin adalah suatu kedaaan dimana kadar bilirubin serum total yang lebih dari
10 mg % pada minggu pertama yang ditendai dengan ikterus pada kulit, sclera dan organ
lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus, yaitu keadaan
kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak. Hiperbilirubin ini
keadaan fisiologis (terdapat pada 25-50 % neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada
neonates kurang bulan).Hiperbilirubin ini berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu
dan prematuritas. Selain itu, asupan ASI pada bayi juga dapat mempengaruhi kadar
bilirubin dalam darah.
3. Kejang adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan
suhu tubuh (suhu rectal > 380 C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima
tahun. Kejang merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat seorang
bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam
biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,
kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa
waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah
kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit,
tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
4. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab darI 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering
terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih
sering menyerang bayi laki-laki.Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam
waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah
lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan
oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

45
3.2.Saran

1. Pada pengkajian bidan perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien
serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan
klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesionl dalam menetapkan diagnosa
kebidanan
3. Diharapkan kerja sama yang baik dari berbagai pihak dari tim kesehatan lainnya
khususnya dari pihak keluarga agar selalu mengunjungi klien dalam menunjang
keberhasilan perawatan dan pengobatan

46
DAFTAR PUSTAKA

http://ulfahsita.blogspot.co.id/2013/12/manajemen-kebidanan-pada-neonatus_5777.html

47

Anda mungkin juga menyukai