PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan WHO, Angka Kematian Ibu adalah sebesar 500.000 jiwa
dan Angka Kematian Bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah tersebut
sebenarnya masih diragukan karena besar kemungkinan kematian ibu dan bayi yang tidak
(SDKI) tahun 2002/2003 Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 307 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi baru Lahir sebesar 25 per
Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan gestosis.
Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting
yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan
adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan
dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau,
dini masalah dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin
menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
b. Bagi responden.
Responden dapat mengetahui dengan jelas pengetahuan dan aplikasi dalam penggunaan
patograf.
c. Bagi peneliti.
Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah, menambah pengetahuan dan
wawasan penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Partograf
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian
pada perjalanan persalinan (Farrer, 2001). Partograf adalah alat bantu untuk memantau
kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu
dan janin, menemukan adanya persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk
melakukan tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul jauh
anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya
pembukaan 4 cm (fase aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin tanpa memandang
partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan
waktu (horisontal).
2. Tujuan Partograf.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes
RI, 2007).
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yangdiberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
1ahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk:
waktu
Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat pada bentuk
grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor proses persalinan dan kelahiran
(PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan
persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa
kedokteran).
d. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya
penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam
pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
30 menit lalu menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan).
PENCATATAN PADA PARTOGRAF :
- Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-
menunjukkan DJJ.
- Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung.
- Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100.
Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas
160.
- Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal
ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari
lajur DJJ.
c) Gunakan lambang-lambang berikut ini:
U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K :selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
d) Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika
terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat
derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang
saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul
maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan
tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang:
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
1. Kemajuan Persalinan
1) Servikograf
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm. Selama fase laten, semua asuhan,
pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di
catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal
dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan.
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
dalam fase aktif, tanda X diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya
pasien ditulis dibawah tanda X. Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk
Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka
0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks.
Nilai setiap angka sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan
pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
Pembukaan serviks
nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit).
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap
pemeriksaan.
Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari
'X' pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)
Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan
tandatanda penyulit).
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian
terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam),
maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang,
persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal
diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat
menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian
Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada
pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang
tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di
bawah
IV yang diberikan.
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit"
dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari
1) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai
4. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau
ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih
a) Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
b) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering
d) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
2) Temperatur
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau
diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
3) Urin
Yang diukur :
Volume
Albumin
Glukosa
Ukur dan catat jumlahjproduksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkernih).
Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein
dalam urin
Jika memungkinkan, untuk tujuan praktis, gunakan kertas celup berbagai indikator (strip-
test) : dapat juga mendeteksi pH, glukosa, bilirubin, leukosit-esterase dan sebagainya, dalam
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga
tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan Asuhan, pengamatan dan/atau
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Bagian ini disebut sebagai
Catatan Persalinan.
Nilai dan catatan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada
persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk
menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan
bersih aman.
1. Data dasar
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
6. Kala IV
Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar
belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara
pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci
1. Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan,
catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada
masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak
2. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
3. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
4. Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,
pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia
uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban
pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan
terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di
6. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama
untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian
pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah
melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan
hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang
Pengertian Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga
dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
(Depkes RI, 2007).
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk:
Penggunaan Partograf
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf
akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa kedokteran).
4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo,
2002).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
selama fase aktif persalinan, termasuk:
Nama, umur.
Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu).
2).Kondisi janin:
DJJ;
3).Kemajuan persalinan:
Pembukaan serviks
5).Kontraksi uterus:
Oksitosin
7).Kondisi ibu:
8).Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di
sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Mencatat temuan Partograf
1. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan
kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah
ketuban.
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung
janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik,
nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-
tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100.
Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Untuk
tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal
ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu
dari kedua sisi partograf.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di
bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika
terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat
janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin
< 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki
asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling
menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi
tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika
tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali untuk tetap
memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan
awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke
fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini:
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak
menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain
pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-
5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian
ini menyatakan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab
ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis
waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk
temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif
persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan
garis utuh (tidak terputus).
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab ini.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada
tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama
dengan angka " pada garis waktu yang sesuai.pembukaan serviks. Berikan tanda " "
diSebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda " " dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidaknomor 4. Hubungkan tanda " terputus.
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang
dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif
yang memanjang, macet, dll.).
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4
jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak,
maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di
tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga
puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.
Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis
waspada.
Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada
pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang
tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di
bawahnya (kotak ketiga dari kiri).
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per
10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik.
1. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang
dari 20 detik.
2. Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40
detik.
3. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40
detik.
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a). Oksitosin.
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per
menit.
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang
sesuai dengan kolom waktunya.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah
ibu.
1. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika
dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang ).sesuai (
2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada
kolom waktu yang sesuai.
3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap
adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan
adanya aseton atau protein dalam urin.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga
tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
5. Upaya Rujukan.
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).
Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan.
Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama
persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada
pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu,
catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan
yang dan bersih aman.
1. Data dasar
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
6. Kala IV
Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan,
lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun
cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci
disampaikan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat
merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara
memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2). Kala I
3). Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit,
laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di
samping jawaban yang sesuai.
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan
terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada
kotak di samping jawaban yang sesuai.
6). Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting
terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan.
Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama
setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom
sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV
pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
1. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG
3. Saifuddin Abdul Bari, 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Matrenal dan
Neonatal,Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5. Supriadi Pawik, 2010. Angka Kematian Ibu dan Bayi : Dinas Komunikasi dan
Informatika Prov. Jatim (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)
6. Ulfa, Ida Nikmatul, 2010. Kasus Kematian Ibu Sangat Mengkhawatirkan. Jombang:
Jawa Pos (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)