Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA

TENTANG NEONATUS DENGAN HIPOGLIKEMIA DAN


TETANUS NEONATORUM
Untuk Memenuhi Tugas Belajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi
dan Balita Yang Diampu Oleh Dosen Fauziah Hanum, SST., M.Keb

Disusun oleh:
( 180101010) Febri Paranti
( 180101011 ) Frisca Cela C
( 180101012 ) Giri Anjani
( 180101013 ) Heri Kusyati

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
HARAPAN BANGSA TAHUN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , karena berkat limpahan
rahmat dan karunianya sehingga makalah ini bisa dapat kami selesaikan. Kami
juga mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu Fauziah Hanum, SST.M.Keb
sebagai dosen pengampu mata kuliah Asuhan kebidanan Neonatus, Bayi dan
Balita yang telah memberikan kepada kami menyusun makalah ini.
Makalah ini membahas tentang asuhan kebidanan neonates dengan
hipoglikemia dan tetanus neonaterum.Harapan kami semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif bagi mata kuliah Askeb Kehamilan. Kami
mengucapkan banyak terimakasih dan terbuka terhadap semua pihak yang
melakukan koreksi dan memberikan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini.

Purwokerto, 5 Desember 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3

A. Hipoglikemia ........................................................................................... 4
B. Tetanus Neonaterum ............................................................................... 5

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 10

A. Kesimpulan ........................................................................................... 10
B. Saran ...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir atau neonates meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan
pada masa neonates ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi diluar kandungan dapat hidup sebaik biknya. Peralihan
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai
perubahan biokimia dan faali. Namun, banyak masalah pada bayi baru
lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuain
biokimia dan faali.
Masalah pada neonates ini biasanya timbul akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya menimbulkan penyebab kematian
tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya
kesehatann ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, menajemen
persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih serta kurangnya perawatan
bayi baru lahir. Beberapa kasus yang dijumpai yaitu hipoglikemia dan
tetanus neonaterum.
Hipoglikemia ( kadar glukosa darahyang abnormal-rendah) terjadi
kalaku karar glukosa turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3
mmol/L). keadaan ini terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral
yang berlebihan. Konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau akticitas
fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat ( kadar glukosa darah dibawah
10 mg/dl) dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma
hipoglikemia). Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula
darah (glukosa) secara abnormal rendah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hipoglikemia?
2. Apa yang menyebabkan hipoglikemia?
3. Apa saja gejala hipoglikemia?

1
4. Bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia?
5. Apa yang dimaksud dengan tetanus neonaterum?
6. Apa penyebab tetanus neonaterum?
7. Apa manifestasi klinis neonatorum?
8. Apa tanda dan gejala tetanus neonatorum?
9. Bagaimana penatalaksanaan tetanus neonatorum?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hipoglikemia?
2. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan hipoglikemia?
3. Untuk mengetahui apa saja gejala hipoglikemia?
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia?
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tetanus neonaterum?
6. Untuk mengetahui apa penyebab tetanus neonaterum?
7. Untuk mengetahui apa manifestasi klinis neonatorum?
8. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala tetanus neonatorum?
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan tetanus neonatorum?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPOGLIKEMIA
1. Pengertian
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah
(glukosa) secara abnormal rendah. Keadaan kadar dimana kadar
glukosa darah <60 mg/dL, atau kadar glukosa darah , <80 mg/dL,
dengan gejala klinis. (Ai Yeyeh dan Lia. 2012).
Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa
darah kurang dari 45 mg/dL. (Dwi Maryanti.dkk. 2011).
Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak. Bila
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada
susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah
antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula terlalu tinggi; pada
hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan
fungsi.
Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah
yang rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang
utama. Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang
rendah dan melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk
melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan merangsang hari untuk
melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika
kadarnya menurun maka, akan terjadi gangguan fungsi otak.
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu
dengan diabetes melitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang
penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari
pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan

3
glukosa yang ada. Karena meningkatkan penggunaan cadangan
glukosa misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, dan gannguan
pernafasan.(Ai Yeyeh dan Lia. 2012).
2. ETIOLOGI
a. Hipoglikemia sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah.
b. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir
dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti
sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsilinism)
sehingga terjadi hipoglikemia.
c. Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena
dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi
otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan smpai kematian.
d. Kejadian hipoglikemia lebih sering didapat pada bayi dari ibu
dengan diabetes melitus.
e. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan
hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
f. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada
karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya
pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernafasan. (Dwi
Maryanti. Dkk. 2011).
3. Gejala Klinis/ Pemeriksaan Fisik
a. Jitteriness
b. Sianosis
c. Kejang atau tremor
d. Latergi dan menyusui yang buruk
e. Apnea
f. Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
g. Hipotermia

4
h. RDS (bayi sakit atau stress). (Ai Yeyeh. dan Lia. 2012).
4. Penatalaksaan Hipoglikemia
a. MONITOR
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM)
perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :
1) Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam.
2) Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan
glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan.
3) Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani
hipoglikemia
4) Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari
penanganan hipoglikemia selesai.
(Dwi Maryanti. dkk. 2011)
5) Pemantauan
Bayi-bayi dengan faktor resiko dipantau sebelum
makan sampai glukosa darah diatas >45 mg/dL (>2,6
mmol/liter) pada dua kali pemeriksaan yang berbeda. Tidak
perlu memantau kadar gula darah bayi pada bayi aterm
yang berkembang normal yang sedang diberi ASI. Semua
bayi yang membutuhkan perawatan intensif harus dipantau
glukosa darahnya secara teratur.
Pemeriksaan glukosa darah harus dilakukan di
tempat tidur dengan glukometer, yang hanya membutuhkan
satu tetes darah. (Tom dan Avroy. 2008).
B. TETANUS NEONATORUM
1. Pengertian
Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra
uterus ke kehidupan intra uterin hingga berusia kurang dari satu bulan
(Dwi Maryati dkk, 2011).
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang

5
mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang system saraf pusat (Dwi
Maryati dkk, 2011).
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut dan fatal yang
disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama spasme tanpa
gangguan kesadaran. Gejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin
pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta saraf
autonom. Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal
dan 20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di
perkotaan dan 11-23/100 kelahiran hidup di pedesaan. Disebut juga
lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang. Tetanus banyak
ditemukan di negara-negara berkembang. (Marmi, 2012).
2. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah clostridium tetani. Kuman ini bersifat
anaerobik dan mengeluarkan eksotoksin yang neorotropik. (Dwi
Maryati dkk, 2011).
3. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi biasanya 3 – 10 hari. Gejala permulaan adalah bayi
mendadak tidak mau atau tidak bisa menetek karena mulut tertututp
(trismus), mulut mencucu seperti ikan, dapat terjadi spasmus otot yang
luas dan kejang yang umum. Leher menjadi kaku dan kepala
mendongak ke atas (opistotonus). Dinding abdomen kaku, mengeras
dan kalau terdapat kejang otot pernapasan, dapat terjadi sianosis. Suhu
dapat meningkat sampai 39ºC. Naiknya suhu ini mempunyai
prognosis yang tidak baik. (Dwi Maryati dkk, 2011).
4. Tanda-tanda Tetanus Neonatorum
Tanda-tanda jika seorang bayi mengalami tetanus neonatorum adalah :
a. Tiba-tiba demam/panas
b. Bayi tidak mau/tidak bisa menyusu (mulut tertutup/trismus)
c. Mulut mencucu seperti ikan
d. Mudah sekali kejang (misalnya kalau dipegang, kena sinar, atau
kaget-kaget)

6
e. Disertai sianosis
f. Kuduk kaku
g. Posisi punggung melengkung
h. Kepala mendongak ke atas (opistotonus)

Pada pasien anak, ketika melakukan anamnesis sebaiknya ditanyakan:

a. Riwayat mendapat trauma, pemotongan dan perawatan tali pusat


yang tidak steril, riwayat menderita otitis media supurativa kronik
(OMSK), atau gangrene gigi.
b. Riwayat tidak diimunisasi atau tidak lengkap imunisasi tetanus.
(Marmi, 2012).
5. Derajat penyakit
a. Derajat I (tetanus ringan)
1) Trismus ringan sampai sedang
2) Kekakuan umum : kaku kuduk, opistotonus, perut papan
3) Tidak dijumpai disfagia atau ringan
4) Tidak dijumpai kejang
5) Tidak dijumpai gangguan respirasi
b. Derajat II (tetanus sedang)
1) Trismus sedang
2) Kekauan jelas
3) Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
4) Takipneu
5) Disfagia ringan
c. Derajat III (tetanus berat)
1) Trismus berat
2) Otot spastis, kejang spontan
3) Takipneu, takikardia
4) Serangan apne (apneic speli)
5) Disfagia berat
6) Aktivitas system autonomy meningkat

7
d. Derajat IV (stadium terminal)
1) Gangguan autonom berat
2) Hipertensi berat dan takikardi,
3) Hipotensi dan brakikardi
4) Hipertensi berat atau hipotensi berat (Marmi, 2012)
6. Penatalaksanaan
a. Antibiotik (penisilin prokain, ampisilin, tetrasiklin,
metronidazole, eritromisi bila terdapat sepsis atau pneumonia
dapat ditambahkan sefalospirin.
b. Netralisasi toksi
1) Anti tetanus serum (ATS), dilakukan uji kulit lebih dulu.
2) Bila tersedia, dapat diberikan human tetanus
immunoglobulin (HTIG)
3) Anti konvulsan (diazepam).
c. Perawatan luka dilakukan setelah diberi antitoksin dan
antikonvulsan
1) Terapi suportif :Bebaskan jalan napas, Hindari aspirasi
dengan menghisap lender perlahan-lahan dan memindah-
mindahkan posisi pasien, Pemberian oksigen, Perawatan
dengan stimulasi minimal, Pemberian cairan dan nutrisi
adekuat, bila trismus berat dapat dipasang sonde
nasogastric, Bantuan napas pada tetanus berat atau tetanus
neonatorum, Pemantauan atau monitoring kejang dan
tanda penyulit,
2) Tetanus ringan dan sedang
Diberikan pengobatan tetanus dasar.
3) Tetanus sedang : Terapi dasar tetanus, Perhatian khusus
pada keadaan jalan napas (akibat kejang dan aspirasi),
Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi secara
parenteral.
4) Tetanus berat

8
Terapi dasar, perawatan di ICU, diperlukan intubasi dan
ventilator, Keseimbangan cairan dimonitor secara adekuat,
Apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium
bromida 0,02mg/kg IV, diikuti 0,05mg/kg/kali, diberikan
tiap 2-3 jam, Apabila terjadi aktivitas simpatis yang
berlebihan, berikan b-blocker seperti propranolol/a dan b-
blocker labetalol.
7. Pencagahan
a. Imunisasi aktif
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan
dengan interval 4-6minggu, ulangan pada umur 18 bulan dan 5
tahun.
b. Pencegahan pada luka
1) Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing
dibuang.
2) Luka ringan dan bersih
Imunisasi lengkap: tidak perlu ATS atau tetanus
immunoglobulin, Imunisasi tidak lengkap: imunisasi aktif
DPT/DT.
c. Luka sedang atau berat dan kotor
Imunisasi (-)/tidak jelas: ATS 3000-5000 U, IV, tetanus
immunoglobulin 250-500 U. Toksoid tetanus pada sisi lain.
Imunisasi (+), lamanya sudah >5tahun: ulangan toksoid,
ATS 3000-5000 U, IV, tetanus immunoglobulin 250-500 U.
(Marmi, 2012).

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah
(glukosa) secara abnormal rendah. Keadaan kadar dimana kadar glukosa
darah <60 mg/dL, atau kadar glukosa darah , <80 mg/dL, dengan gejala
klinis. (Ai Yeyeh dan Lia. 2012). Bayi-bayi dengan faktor resiko dipantau
sebelum makan sampai glukosa darah diatas >45 mg/dL (>2,6 mmol/liter)
pada dua kali pemeriksaan yang berbeda. Tidak perlu memantau kadar
gula darah bayi pada bayi aterm yang berkembang normal yang sedang
diberi ASI. Semua bayi yang membutuhkan perawatan intensif harus
dipantau glukosa darahnya secara teratur. Tetanus adalah suatu penyakit
toksemik akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium tetani dengan
tanda utama spasme tanpa gangguan kesadaran. Gejala klinis timbul
sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan
neuromuscular junction serta saraf autonom.

B. SARAN
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan kualitas
penanganan pada neonates dengan hipoglikemia dan tetanus neonatorum.
Dan bisa untuk media belajar bagi mahasiswa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Lissauer, Tom. Fanaroff, Avroy. 2008. At A Glance Neonatologi : Erlangga.

Maryanti, Dwi. dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi& Balita. Jakarta : TIM.

Rukiyah, Ai Yeyeh. Yulianti, Lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi & Anak Balita.
Jakarta : TIM.

11

Anda mungkin juga menyukai