Anda di halaman 1dari 11

1.

Rancangan terapi komplementer di tempat layanan kesehatan


Latar Belakang
Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan seseorang.
Dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan dan
dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak da
pat diulang kembali (Departemen Kesehatan, 2009). Masa bayi menurut Departemen
Kesehatan (2009) dibagi menjadi dua periode, yaitu masa neonatal dan masa post
neonatal. Masa neonatal dimulai dari umur 0 sampai 2 8 hari, sedangkan masa post
neonatal dimulai dari umur 29 hari sampai 11 bulan. Bayi ada lah individu yang lemah
dan memerlukan proses adaptasi. Kesulitan proses adaptasi ak an menyebabkan bayi
mengalami penurunan berat badan, keterlambatan perkembangan, perilaku yang tidak
teratur bahkan bisa sampai meninggal dunia (Mansur, 2009).
Bayi memiliki plastisitas otak yang lebih elastis daripada otak orang dewasa. Plastisitas
otak pada bayi membuat bayi dapat dengan mudah me nerima berbagai proses
pembelajaran, masukan dan stimulasi yang diberikan oleh lingkung an, tetapi plastisitas
otak juga sangat peka terhadap lingkungan yang tidak mendukung seper ti asupan gizi
yang tidak adekuat, kurang stimulasi dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai (Departemen Kesehatan, 2009).Berbicara tumbuh kembang pada bayi, tidak
terlepas dari konsep pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah perubahan
fisik dan peningkatan ukuran bagian tubuh dari seorang individu yang masing-masing
ber beda, sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya kemampuan,
keterampilan, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar,
motorik halus, b icara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian yang dimiliki
individu untuk berad aptasi dengan lingkungannya (Potter & Perry, 2005)
Perkembangan pada bayi dapat ditinjau dari empat aspek perkembangan,yaitu
kemampuan motorik kasar, motorik halus, personal sosial, dan bahasa.Kemampuan
motorik kasar adalah kemampuan untuk membuat gerakan yang melibatkan otot-otot
besar dan membentuk sikap tubuh seperti mengangkat kepala, sedangkan kemampuan
motorik.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada anak.Faktor genetik seper
ti jenis kelamin dan ras dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sela in itu, faktor lingkungan postnatal seperti kebudayaan (dalam hal ini adalah pola
asuh), posisi anak dalam keluarga serta stimulasi yang diterima anak berpengaruh
terhadap tumbuh ke mbang anak (Djitowiyono dan Kristiyanasari, 2010). Bayi yang
mengalami keterlambatan dalam perkembangan akan membuat orang tua bayi merasa
cemas dan khawatir sehingga mempengaruhi bagaimana orangtua memenuhi kebutuhan
bayinya, seperti ibu yang tidak mengajak bayinya berbicara dan ibu yan g tidak melatih
tangan dan kakinya secara teratur pada waktu-waktu tertentu. Kurangnya r angsangan
yang diberikan kepada bayi akan memperparah keterlambatan perkembangan pada bayi
. Banyak riset menunjukkan bayi membutuhkan rangsangan dini di berbagai bagian tub
uh dan alat indra untuk membantu bayi dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan
baruny a (Hurlock, 2002).Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana
diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi yang dimiliki dapat
berkemba ng maksimal (Adriana, 2011). Salah satu bentuk stimulasi yang umum
dilakukan untuk bayi adalah stimulasi taktil dalam bentuk pijat, fleksi ekstensi, dan
posisi (Benneth dan Guralnick, dalam Soedjatmiko, 2006). Pijat pada bayi menurut
Prasetyono (2009) mampu memberikan rasa aman, menciptaka n hubungan emosi dan
sosial yang baik antara ibu dan bayi.Pijat bayi merupakan ter api sentuh yang sudah
dikenal sejak lama dan diwariskan secara turun temurun. Gerakan-gerak an pada pijat
bayi juga sangat bervariasi. Berbagai riset mengenai pijat bayi telah dilakukan, antara
lain riset yang menem ukan peningkatan lama tidur pada bayi yang diberikan terapi
pijat (Aprilia, 2009). Ha l ini membuktikan bahwa pijat bayi memiliki manfaat untuk
memberikan kenyamanan, sehin gga bayi dapat memiliki waktu tidur yang lebih lama.
Fakta di lapangan berdasarkan menunjukkan aktivitas pijat bayi dilakukan oleh du kun
pijat yang umumnya sudah berusia lanjut.Pemijatan dilakukan tiga sampai tujuh ha ri
setelah kelahiran. Untuk pemijatan di hari-hari berikutnya tidak terjadwal secara pasti,
karena kesulitan untuk kunjungan rumah ke ibu dan bayi. Di sisi lain, jika ibu dan bayi
yang datang berkunjung ke dukun pijat untuk pijat bayi hal ini bertentangan dengan
budaya se tempat yang melarang bayi untuk bepergian sampai bayi berusia 40 hari.
Selain itu,ibu m asih merasa takut untuk memijat bayinya secara mandiri di rumah,
karena sebagian besar bayin ya adalah anak pertama dan ibu masih berusia cukup
muda. Umumnya, ibu tidak berani memandi kan bayinya apabila belum lepas tali pusar
bayi.Di sisi lain, bidan secara kewenanga n diharapkan untuk memberikan stimulasi
tumbuh kembang bayi seperti pijat bayi, tetapi karena beban kerja yang tinggi membuat
bidan tidak sempat melakukan stimulasi tumbuh kembang. Untuk kegiatan di
posyandu, bidan lebih menfokuskan pada pelayanan di posyandu lansia, karena harus
memberikan terapi pengobatan, sementara kegiatan pengukuran tumbuh kembang
dilakukan kader kesehatan.
Prosedure
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pijat bayi Waktu terbaik untuk
melakukan pemijatan menurut Roesli (2001) adalah pagi hari, di mana orang tua dan
anak siap untuk menjalani segala aktivitas hari ini. Waktu ke dua terbaik untuk
melakukan pijat bayi menurut Roesli (2001) yaitu pada malam hari dan sebel um
tidur,karena akan membuat bayi merasa rileks setelah beraktivitas seharian sehin gga
dapat tidur dengan nyenyak. Selain itu, Roesli (2001) juga menjelaskan sebelum
memijat pastikan tangan pemijat bersih dan hangat, periksa kuku dan perhiasan untuk
menghindari g oresan pada kulit bayi, bayi sudah makan atau benar-benar tidak sedang
lapar.Tetapi jan gan memijat bayi segera setelah bayi selesai makan. Hal lain yang juga
penting diperhatikan antara lain jangan membangunkan bayi hanya untuk dipijat,
jangan memijat bayi yang sedang ti dak sehat atau tidak mau dipijat, dan tidak boleh
memaksakan posisi pijat tertentu p ada bayi.
Cara dan Urutan Pijat Bayi Tidak ada teknik pijat yang baku. Setiap individu menurut
Roesli (2001) dapat menerapkan teknik dan tahapan pemijatan masing-masing. Namun,
untuk bayi berumur 0-1 bulan disarankan hanya diberi gerakan usapan halus dan
sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat di daerah perut. Bayi dengan umur 1-3
bulan diberi gerakan pijat h alus dengan tekanan ringan. Untuk bayi usia 3 bulan ke atas
bisa ditambah dengan tekanan. Pe mijatan dimulai dari kaki, bagian dada, tangan,muka,
dan diakhiri pada bagian punggung. Untuk waktu pemijatan tidak ada aturan baku yang
menentukan lamanya pemberian pijat ba yi, tetapi banyak penelitian yang
mengalokasikan waktu pemijatan selama 15 menit. Pe nelitian yang dilakukan oleh
Field (1986) menunjukkan alokasi waktu 15 menit yang dilakuk an selama 10 hari pada
bayi prematur yang diberikan stimulasi taktil yaitu pijat bayi dan stimulasi kinestetik.
Diego, dkk (2007) juga menemukan terdapat peningkatan yang signifikan pada
aktivitas vagus pada bayi yang dipijat selama 15 menit. Roesli ( 2001) juga
menganjurkan agar disediakan waktu minimal 15 menit pada bayi agar tidak digangg u
selama pemijatan.Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Soetjiningsih, dan Prawiro
hartono (2011) menyimpulkan pemberian pijat bayi yang dilakukan setiap hari selama 4
min ggu menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam menstimulasi berat badan pada
bayi yang lahir cukup bulan. Sementara itu Kulkarni, dkk (2010) mengatakan
banyaknya penge luaran energi pada bayi yang diberi terapi pijat selama 5 hari lebih
rendah daripada yang tidak. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aprilia (2009)
menggunakan dosis terapi seba nyak dua kali dalam seminggu selama empat minggu
yang menunjukkan bahwa pijat bayi mempengaruhi lama tidur bayi.Dosis terapi yang
sama juga dilakukan dalam penelitian Widodo dan Herawati (2008) yaitu dua kali
dalam seminggu selama empat minggu yang memberikan hasil bahwa pijat bayi
berpengaruh pada kemampuan mengangkat kepala dan rolling.
Kesimpulan
Menurut penelitian juga di sebutkan bahwa pijat bayi dapat mempengaruhi keluarnya
hormone tidur melatonin, dengan hormone tersebut bayi dapat memiliki pola tedur
yang teratur. Angela Underdown yang memimpin penelitian ini mengatakan, efek dari
tindakan pijat bayi ini adalah mengendalikan hormone stress, hingga tidak mengejutkan
bila terbukti bayi yang di teliti, seperti mudah tidur dan relaksasi.
Jadi pijat bayi sangat penting serta berguna sekali dalam memberikan suatu
kenyamanan yang di butuhkan oleh bayi.

2. Desain rancangan pengembangan terapi komplementer

Ibu Hamil Datang

Anamnese dan Palpasi

( Pembukaan 1 cm )

Pemilihan terapi yang akan diberikan untuk


mengurangi rasa nyeri.

Terapi musik klasik

Kompres Hangat

Teknik Relaksasi Nafas

Terapi dapat diberikan oleh:

Bidan pendamping ibu hamil yang sudah


bersertifikat kompetensi

Keluarga Pasien dengan pendampingan bidan

3. Terapi komplemeter yang paling efektip dalam menurunkan intensitas nyeri dalam
persalinan adalah:
Terapi kompres hangat merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan memberikan
kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau
membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot dan
memberikan rasa hangat. Kompres panas juga memperlancar sirkulasi darah;
mengurangi rasa sakit; memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien;
memperlancar pengeluaran eksudat serta merangsang peristaltik usus. Massage
effleurage merupakan suatu metode non farmakologi. Massage adalah salah satu teknik
menghilangkan rasa sakit yang paling efektif. Massageeffleurage merupakan
manipulasi sistematis jaringan lunak terutama otot, tendon dan kulit. Hal ini juga
berguna untuk melemaskan otot-otot yang tegang dan menimbulkan relaksa-si.
Masssageeffleurage juga dapat memperkuat hubungan antara bidan dan pasien dan pada
gilirannya dapat menciptakan suasana terhadap perbaikan kesehatan dan penyembuhan.
Penggunaan kompres hangat untuk area yang tegag dan nyeri dianggap mampu
meredakan nyeri. Rasa hangat mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iksemia
yang merangsang neuron yang memblok transmisi lanjut rangsang nyeri menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke area yang dilakukan pengompresan
(Walsh, 2010). Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wahyuni & Prabowo (2012) yang mengatakan bahwa nyeri berkurang disebabkan
adanya perbaikan postur tubuh pada ibu hamil.
Kompres hangat merupakan salah satu strategi non farmakologi untuk mengatasi nyeri
punggung. Penggunaan kompres hangat sangat direkomendasikan untuk masalah nyeri
punggung karena mudah dilakukan dan tidak mengeluarkan banyak biaya untuk
melaksanakannya. Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu (Uliyah &
Hidayat, 2008). Perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat ini
terjadi karena kompres hangat sendiri mempunyai dampak fisiologis yaitu dapat
melunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah (Potter & Perry, 2010). Rasa
panas yang ditimbulkan dari kompres hangat dapat mengakibatkan dilatasi dan terjadi
perubahan fisiologis sehingga dapat melancarkan peredaran darah dan meredakan
nyeri. Respon panas inilah yang digunakan untuk terapi penurunan nyeri. Efek
terapeutik pemberian kompres hangat akan dapat mengurangi kejang otot dan
menurunkan kekakuan tulang sendi (Sulistyarini dkk, 2013). Menurut Potter & Perry
(2010) proses menghilangkan nyeri dipengaruhi adanya stimulasi kutaneus yang dapat
mengakibatkan transisi serabut saraf sensorik A-beta yang lebih besar dan lebih cepat.
Proses ini menurunkan transisi nyeri melalui serbut C dan A-delta yang berdiameter
kecil menutup gerbang sinaps sehingga dapat memblokir pesan nyeri. Dalam penelitian
Aini (2017) Hal ini sesuai dengan gate control teory bahwa stimulasi kulit dengan
kompres hangat menghasilkan pesan lewat serabut A- delta, serabut yang
mengahantarkan nyeri cepat yang mengakibatkan gerbang nyeri tertutup sehingga
konteks serebri tidak menerima sinyal nyeri dan intensitas nyeri berubah atau
berkurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompres hangat dapat membantu
penurunan nyeri punggung pada ibu hamil.

4. Desain kerangka berfikir aroma terapi dapat mempengaruhi hypermesis grafidarum

5. Desain project terapi komplementer Aromaterapi Lemon dalam pelayanan kebidanan

Pasien Datang Pemeriksaan dan Diagnosa


Pilihan Terapi yang diberikan

Komplementer

Terapi hanya dapat diberikan oleh yang kompeten

Kehamilan merupakan proses yang alamiah dari seseorang wanita. Namun selama
kunjungan antenatal mungkin ia akan mengeluh bahwa ia akan mengalami
ketidaknyamanan. Sebagian besar keluhan ini adalah normal. Seorang ibu hamil
tentunya akan sangat panik mengenai perubahan yang terjadi pada diri ibu tersebut.Dan
mengganggu kenyamaan dan aktifitas sehari-hari.

Mual (nause)dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
didapatkan pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi
setelah 6 minggu dari hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih
10 minggu. Mual (nause) dan muntah (vomiting), pening, perut kembung, dan badan
terasa lemah dapat terjadi hampir 50% kasus ibu hamil, terbanyak pada usia kehamilan
6 -- 12 mingggu. Keluhan mual muntah sering terjadi pada pagi sehingga dikenal juga
dengan "morning sickness"(winkjosastro, 2010).

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravidadan 40-60% terjadi pada
multigravida.Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala lain menjadi berat (Saifuddin
et al, 2010). Menurut Helper tahun 2008 bahwa sebagian besar ibu hamil 70-80%
mengalami morning sicknessdan sebanyak 1-2% dari semua ibu hamil mengalami
morning sicknessyang ekstrim.
Terjadi penurunan jumlah ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum disebab
kan karena cara kerja aroma therapy Lemon mengandung limonen, citral, linalyl,
linalool, terpineol yang dapat menstabilkan sistem syaraf pusat, menimbulkan perasaan
senang, meningkatkan nafsu makan, melancarkan peredaran darah, dan sebagai
penenang (sedative) (Budiana, 2013).

Bila minyak esensial di hirup, molekul yang mudah menguap akan membawa unsur
aromatik yang terdapat dalam kandungan minyak tersebut ke puncak hidung. Rambut
getar terdapat di dalamnya, yang berfungsi sebagai reseptor, akan menghantarkan pesan
elektrokimia ke susunan saraf pusat. Pesan ini akan mengaktifkan pusat emosi dan daya
ingat seseorang yang selanjutnya akan mengantarkan pesanbalik keseluruh tubuh
melalui sistem sirkulasi. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan
menjadi satu aksi dengan pelepasan substansi neuro kimia berupa perasaan senang,
rileks, tenang, atau terangsang.

6. JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.II, NO.3, 2017, TERAPI MUSIK SEBAGAI


PENATALAKSANAAN CEMAS PADA PERSALINAN
Hasil analisis:
Berdasarkan Journal of Clinical Nursing dengan judul Effects of music therapy on
labour pain and anxiety in Taiwanese first-time mothers tahun 2010, banyak cara dalam
penatalaksanakan rasa cemas pada saat bersalin, saat mengkhawatirkan keadaan janin
yang akan lahir, menahan rasa sakit atau nyeri yang dirasakan (kurang lebih rasa nyeri
yang dirasakan menimbulkan kecemasan pada ibu bersalin), dan keadaan atau
perjalanan dari proses bersalin itu sendiri. Asuhan yang dapat dilakukan Terapi Musik
Sebagai Penatalaksanaan Cemas Pada Persalinan JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.II,
NO.3, 2017 19 dalam menatalaksanakan kecemasan pada ibu bersalin antara lain:
mendengarkan bunyi-bunyian atau musik mampu mengurangi rasa nyeri atau sakit dan
kecemasan selama persalinan. Hasil dari penelitian sebelumnya memiliki teori
mekanisme untuk meningkatkan kenyamanan seorang pasien dengan mendengarkan
musik yaitu impuls atau rangsangan dari musik itu sendiri dapat mengesampingkan
signal rasa nyeri yang dibawa oleh serabut saraf yang lebih kecil. Selain itu musik yang
diperdengarkan oleh otak kanan dapat merangsang hipofisis untuk melepaskan hormon
endorfin untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu musik dapat mengubah rasa sakit
dengan persepsi melalui efek afektif (yaitu dengan meningkatkan mood, meningkatkan
relaksasi dan mengurangi kecemasan), dan efek kognitif (meningkatkan kontrol dari
rasa nyeri tersebut). 3,4,5,6 Musik yang dapat digunakan (untuk mengurangi
kecemasan) yaitu tempo yang lambat, nada tidak terlalu tinggi/ terlalu rendah, volume
yang rendah dan berirama, musik dengan arrangement yang sederhana, dan melodi
yang stabil. Selama persalinan ibu yang menghadapi rasa nyeri dan kecemasan yang
melanda dirinya bercampur aduk, hal ini menimbulkan respon pada sistem saraf
simpatik. Respon tersebut dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan
mengurangi sirkulasi darah perifer. Jenis musik yang menenangkan dapat mengurangi
kadar catecholamine, sehingga dapat menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
Bersantai dengan mendengarkan musik dapat mengurangi kecemasan, rasa nyeri dan
meningkatkan persepsi awal terhadap rasa nyeri tersebut (sehingga dapat menangani
rasa nyeri yang terjadi). Seseorang sudah merasakan relaksasi dengan musik secara
umum terjadi penurunan aktivitas pada sistem saraf simpatik dengan tanda dan gejala
seperti penurunan denyut jantung, tekanan darah, dan peningkatan suhu perifer (dengan
vasodilatasi). Selama persalinan, musik dapat berfungsi mengurangi gangguan,
meningkatkan respon positif, dan sebagai stimulus untuk relaksasi. Beberapa penelitian
pendahuluan tentang efek musik dalam mengurangi rasa cemas pada saat persalinan,
atara lain; Penelitian oleh Browning (2000) untuk mengetahui pengaruh musik pada
saat melahirkan, dari semua sampel ibu bersalin merasa puas dengan metode
penggunaan musik selama persalinan untuk membantu mereka mengalihkan perhatian
dan rasa nyeri.
Berdasarkan jurnal Effects of music therapy on labour pain and anxiety in Taiwanese
first-time mothers bertujuan untuk mengevaluasi efek dari terapi musik pada rasa nyeri
persalinan dan rasa cemas pada ibu primipara di Taiwan.2 Dilakukan dalam dua
kelompok yang sama-sama dilakukan intervensi sesuai dengan standar prosedur, hanya
dibedakan kelompok pertama (kelompok intervensi) yang diberikan musik pada selama
30 menit pertama diperdengarkan musik pada awal fase laten dan pada awal fase aktif
kala I. Memperhatikan berbagai variasi kebiasaan dalam mendengarkan musik, peserta
diperbolehkan untuk memilih mendengarkan musik dengan headphone atau tidak. Alat
ukur ( skala rasa nyeri dan skala kecemasan) yang digunakan untuk menilai, diukur
dengan cara pre-test dan post-test atau sebelum dan setelah 30 menit memperdengarkan
musik yaitu dengan VASP, PBI, VASA dan FT). Setelah 24 jam pasca melahirkan, ibu
dalam kelompok pertama (intervensi) diminta untuk menyelesaikan pertanyaan
kuesioner (kuesioner terbuka) untuk menunjukkan persepsi mereka tentang
efektifitasan dari terapi musik yang didapatkan untuk mengurangi rasa nyeri dan
kecemasan pada saat persalinan.
Terapi musik selama persalinan sebagai metode efektif untuk mengurangi persepsi
nyeri antara perempuan selama fase laten persalinan. Sebagai intervensi non
farmakologi, intervensi musik ini mudah untuk dikelola, biaya yang efektif, tidak
berbahaya, tidak memerlukan pelatihan tambahan. Intervensi musik dapat digunakan
oleh praktisi kesehatan (staf medis dan keperawatan serta mahasiswa) sebagai bagian
dari rutinitas mereka ketika memberikan perawatan dengan wanita selama proses
persalinan.

LEMBAR JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER


TERAPI KOMPLEMENTER (Bd. 6.310)

Nama : DARMIAH PURBA

NPM : 1919002070

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MITRA HUSADA MEDAN
TA 2019/ 2020

Anda mungkin juga menyukai