Dosen Pembimbing:
dr. Abdurrahman
Oleh:
ADINDA IZZATI LALITA 21601101077
LEMBAR JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Definisi 6
2.2 Etiologi 6
2.3 Patofisiologi 8
2.4 Komplikasi 8
2.5 Prognosis 9
BAB III MAPPING
3.1 Mapping Patofisiologi 10
3.2 Algoritma 11
3.3 SOAP 12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima
kasih saya sampaikan kepada dosen pembimbing dr. Abdurrahman yang telah membimbing
saya dan kepada teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca. Saya memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebabitu, saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180 sampai 200 juta
kehamilalan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebab kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%,
infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi 12,9%, persalinan macet
(distosia) 6,9%, abortus 12,9%, dan sebab langsung yang lain 7,9%.
Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) masih relatif tinggi. Menurut Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini sedikit mengalami penurunan dibandingkan AKI 2002 yang
mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu disini adalah kematian yang terjadi
selama kehamilan, saat melahirkan, selama masa nifas atau dua bulan setelah berakhirnya
kehamilan. Sesuai dengan komitmen global setiap negara pada tahun 2000 harus menurunkan
AKI sebesar 50 persen dari kondisi AKI pada tahun 1990, dan menurunkan 50 persen lagi pada
tahun 2015 (Target Millenium Development Goals). Merujuk pada komitmen tersebut maka
diharapkan Indonesia mencapai penurunan AKI menjadi sekitar 115 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015. (Simarmata and Bisara, 2010)
Kelainan letak terdiri dari kelainan posisi dan presentasi janin. Kelainan posisi
(Malposisi) adalah posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai
penanda) terhadap panggul ibu. Sedangkan kelainan presentasi (malpresentasi) adalah semua
presentasi lain dari janin selain presentasi vertex. Presentasi bokong merupakan suatu keadaan
dimana janin dalam posisi membujur/memanjang, kepala berada pada fundus sedangkan bagian
terendah adalah bokong. Letak sungsang adalah kehamilan dengan anak letak memanjang
dengan bokong/kaki sebagai bagian terendah.
Letak lintang didefinisikan suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Kelainan letak
merupakan suatu penyulit persalinan yang sering terjadi karena keadaan atau posisi janin dalam
rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir, yaitu seperti letak lintang dan letak sungsang. Hal
ini terjadi karena ketidakteraturan bagian terendah janin untuk menutupi atau menahan Pintu
Atas Panggul (PAP), sehingga mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah. (Ridwan
et al., 2014)
4
Disproporsi kepala panggul merupakan keadaan yang menggambarkan ketidak-
seimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar melalui vagina.
Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar atau keduanya.
Cephalopelvic Dysproportion (CPD) merupakan diagnosa medis digunakan ketika kepala bayi
dinyatakan terlalu besar untuk melewati panggul ibu. Dalam obstetri yang terpenting bukan
panggul sempit secara anatomis, lebih penting lagi ialah panggul sempit secara fungsionil
artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Dalam banyak kasus ukuran dan bentuk
panggul yang abnormal dideteksi pada primigravida dengan mengukur tinggi badan (wanita
dengan tinggi kurang dari 150 cm mungkin mempunyai panggul kecil) dan dengan melakukan
pemeriksaan panggul pada kehamilan minggu ke 36-38, terutama jika diameter biparietal
kepala janin belum masuk dalam panggul ibu. (Pahlavi et al., 2017)
5
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Malpresentasi meliputi semua presentasi selain vertex antara lain, wajah, dahi,
presentasi gabungan, bokong (sungsang), dan letak lintang. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi presentasi janin yakni, wanita multipara, kehamilan multiple, polihidramnion
atau oligohidramnion, plasenta previa, kelainan bentuk uterus atau karena adanya massa seperti
tumor, dan partus preterm.
2.2 Etiologi
2.1.1 Malpresentasi:
B. Presentasi Wajah
Banyak penyebab presentasi wajah yang meliputi kondisi yang membantu ekstensi
atau mencegah fleksi kepala. Bayi premature, dengan ukuran kepala yang lebih kecil, dapat
engage sebelum janin berubah ke posisi vertex. Pada kondisi dengan lilitan tali pusat di
sekitar leher dapat menyebabkan ekstensi. Bashiri dll., (2008) menyebutkan bahwa
6
malformasi janin dan hidramnion merupakan faktor resiko untuk presentasi wajah dan dahi.
Posisi yang terkestensi lebih sering berkembang pada panggul yang sempit atau ukuran janin
yang sangat besar.
Paritas tinggi addalah faktor predisposisi untuk presentasi wajah. Pada kasus ini,
abdomen pendulum memungkinkan menyebabkan punggung bayi membengkok ke atah
depan atau lateral, sering pada arah yang sama dengan arah oksiput.
C. Presentasi Dahi
Penyebab presentasi dahi sama dengan penyebab presentasi wajah. Presentasi dahi
biasanya akan sering berubah menjadi presentasi wajah atau oksiput. Masuknya kepala janin
dan kemudian pelahiran, pada presentasi dahi tidak dapat dilakukan, kecuali jika kepala janin
kecil atau panggul yang sangat besar.
D. Posisi Melintang
Penyebab yang sering pada posisi melintang antara lain: 1) relaksasi dinding abdomen
pada paritas tinggi, 2) janin premature, 3) plasenta previa, 4) anatomi uterus abnormal, 5)
hidramnion, dan 6) panggul sempit. Wanita yang pernah melahirkan 4 kali atau lebih
memiliki resiko untuk terjadi posisi letak lintang sebesar 10 kali lipat dibandingkan dengan
nulipara. Relaksasi abdomen dan berbentuk pendulum memungkinkan uterus untuk jatuh ke
depan megubah aksiss panjang janin jauh dari aksis jalan lahir dan menjadi posisi oblik atau
melintang. Plasenta previa dan panggul sempit berperan dengan cara yang serupa. Posisi
melintang biasanya terjadi pada persalinan yang posisi awalnya longitudinal.
E. Presentasi Gabungan
Pada presentasi gabungan, ekstremitas menonjol di sisi bagian terendah (kepala atau
bokong) janin. Keduanya tampak secara bersamaa di dalam panggul. Penyebab presentasi
gabungan adalah kondisi yang mencegah oklusi komplt pintu atas panggul oleh kepala janin.
Persalinan kurang bulan menjadi faktor resiko terjadinya presentasi gabungan.
Terhentinya kemajuan pembukaan serviks dan penurunan kepala janin walaupun his
adekuat. CPD terjadi akibat disparitas ukuran kepala janin dan pelvis maternal. Dapat
dikarenakan ukuran janin yang terlalu besar, ukuran panggul yang terlalu sempit, atau
7
kombinasi keduanya. Ukuran panggul yang sempit terdiri dari pintu atas panggung yang
sempit, panggul tengah yang sempit, dan pintu bawah panggul yang sempit.
2.3 Patofisiologi
Wanita yang pernah melahirkan empat kali atau lebih memiliki resiko 10 kali lipat
terjadi posisi melintang dibandingkan dengan nulipara. Relaksasi abdomen membentuk
pendulum menyebabkan uterus jatuh ke depan. Sehingga, mengubah aksis memanjang janin
menjauhi aksis jalan lahir yang kemudian posisi janin menjadi oblik atau melintang. Plasenta
previa dan panggul yang sempit berperan dengan mekanisme yang sama. Posisi ini biasanya
terjadi pada persalinan dengan posisi awal longitudinal. Dengan faktor yang sama, abdomen
yang membentuk pendulum memungkinkan punggung janin membengkok ke arah depan atau
ke lateral. Biasanya akan mengarah pada arah yang sama dengan sisi oksiput. Hal ini akan
menyebabkan ekstensi servikal dan spina torakal, sehingga terjadi presentasi wajah. Begitu pula
pada presentasi dahi. Namun, presentasi dahi yang tidak stabil sering berubah menjadi
presentasi wajah atau oksiput.
Presentasi bokong dapat terjadi akibat keadaan yang menghambat terjadinya posisi
normal, misalnya septum yang menonjol ke dalam rongga uterus. Kekhasan sikap janin,
terutama kolumna vertebralis yang terlihat pada presentasi bokong frank dapat mencegah
perputaran posisi janin. Apabila plasenta terletak di bagian bawah dari segmen uterus, akan
mengganggu anatomi intrauterus yang normal dan kemudian menyebabkan presentasi bokong.
Wanita yang memiliki badan kecil biasanya memiliki panggul yang sempit, namun
mereka juga sangat mungkin memiliki janin yang kecil atau janin yang besar. Ukuran janin
yang besar menyebabkan terhambatnya pembukaan serviks dan penurunan bagian terendah
janin ke pintu atas panggul walaupun his adekuat. Ketidakseimbangan antara diameter panggul
ibu dan ukuran janin inilah kemudian menyebabkan disproporsi kepala panggul (cephalopelvic
dysproportion).
2.4 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi bokong persisten antara lain:
2.5 Prognosis
9
BAB III
MAPPING
Uterus jatuh
Ekstensi servikal
ke arah depan
dan spina torakal
Tetap presentasi
dahi
3.1.2 Presentasi Bokong (Sungsang)
Mencegah Presentasi
perputaran janin bokong
10
3.1.2 Cephalopelvic Dysproportion
Cephalopelvic
Dysproportion
3.2 Algoritma
11
3.3 SOAP
Presentasi Wajah
Presentasi Dahi
12
hidung, tetapi mulut
dan dagu tidak teraba
Presentasi Majemuk
13
Presentasi Bokong (Sungsang)
Auskultasi :
VT
- Tuberositas ischiadicum,
sacrum, dan anus dapat
teraba
- Genitalia dapat terabajika
janin jika bokong makin
turun ke rongga panggul
14
Letak Lintang
Palpasi :
- Fundus uteri sedikit melebar di atas
umbilicus
- Bahu berada di atas pintu atas panggul
- Kepala berada di salah satu fossa iliaca,
dan bokong di fossa lainnya
- Acromial kanan atau kiri
- Punggung janin dapat berada di anterior,
posterior, superior, atau inferior
VT :
- Sebelum in partu, tidak teraba bagian
terendah janin
- Saat in partu, teraba bahu, siku, atau
tangan
Cephalopelvic Dysproportion
15
-Menentukan bagian kapasita pelvis dengan
terbawah janin memotong jaringan ikat
tulang pubis dibagian
depan pelvis
-Apabila bayi mati,
Kraniotomi
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Malpresentasi meliputi seluruh presentasi selain vertex, antara lain wajah, dahi, bokong,
letak lintang, dan presentasi majemuk. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
presentasi janin, seperti wanita multipara, kehamilan multiple, polihidramnion atau
oligohidramnion, plasenta previa, kelainan bentuk uterus atau akibat adanya massa (misalnya
tumor) dan partus preterm. Sedangkan disproporsi kepala panggul (cephalopelvic
dysproportion) merupakan kondisi yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara ukuran
panggul ibu dan ukuran janin. Pada kondisi-kondisi tersebut dapat dilakukan persalinan
pervaginam apabila memungkinkan, misalnya ukuran janin yang kecil atau jalan lahir yang
cukup besar. Namun, apabila tidak memungkinkan persalinan per vaginam atau untuk
mengurangi resiko terjadinya cedera baik pada ibu maupun janin, section Caesar merupakan
tindakan yang disarankan.
4.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18