Menurut Permenkes (2016) pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Keluarga sebagai fokus dalam pelaksanaan program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Menurut Permenkes (2016) keluarga memiliki lima fungsi, yaitu: 1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga. 2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. 3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. 4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat dalam mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan agar memenuhi kebutuhan keluarga. 5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.Tugastugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah: a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya. b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat. c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit. d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya. e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan. Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut: 1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil kesehatan keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya. 2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan preventif. 3. Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung. 4. Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas. Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (family folder). Dengan demikian,pelaksanaan upaya Perkesmas harus diintengrasikan ke dalam kegiatan pendekatan keluarga. Dalam menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan UKBM yang ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke keluarga. Perlu diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah ini tidak berarti mematikan UKBM- UKBM yang ada, tetapi justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih kurang efektif. Menurut Permenkes (2016) puskesmas akan dapat mengenali masalah-masalah kesehatan dan PHBS yang dihadapi keluarga secara lebih menyeluruh (holistik) melalui kunjungan keluarga dirumah. Anggota keluarga yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan danberbagai faktor risiko lain yang selama ini merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari kader- kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional Puskesmas. Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap keluarga di wilayah Puskesmas memiliki Tim Pembina Keluarga.Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh Puskesmas yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, didasarkan pada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga. Tujuan dari pendekatan keluarga adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar. 2. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) kabupaten/kota dan provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan. 3. Mendukung pelaksanaan JKN dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta JKN. 4. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Menurut Pemenkes (2016) data masalah kesehatan dan potensi pemecahannya yang sudah diolah selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, masalah sumber daya, dan masalah-masalah lain yang berkaitan. 1. Di tingkat Keluarga Puskesmas dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan apa yang dihadapi oleh masing-masing keluarga di wilayah kerjanya melalui analisis data masing-masing keluarga dari Prokesga dengan mencari indikator-indikator keluarga sehat yang bernilai 0. Puskesmas juga dapat mengidentifikasi potensi masing-masing keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi dengan menganalisis data masing- masing keluarga dari Prokesga. Misalnya dari segi usia kepala keluarga, tingkat pendidikannya, pekerjaannya, dan lain-lain. Keluarga A pada contoh di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah kesehatan sebagai berikut: a. Bayi tidak mendapat ASI eksklusif. b. Pertumbuhan balita tidak dipatau. c. Penderita hipertensi (ayah) berobat tidak teratur. d. Ada anggota keluarga yang merokok (ayah). 2. Di tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa Masalah-masalah kesehatan prioritas yang dihadapi oleh masingmasing RT/RW/kelurahan/desa di wilayah kerja Puskesmas dapat diidentifikasi dari hasil olahan data keluarga dalam satu RT/RW/kelurahan/desa. Rukun tetangga/rukun warga/kelurahan/desamana yang memerlukan perhatian khusus dengan mencari indikator-indikator yang cakupannya rendah. Pada contoh di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah kesehatan di masing-masing desa sebagai berikut: a. Desa P: 1) Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif ada 67,6%. 2) Penderita TB paru yang berobat tidak sesuai standar ada 73,9%. 3) Penderita hipertensi yang berobat tidak teratur ada 76,7%. b. Desa R: 1) Bayi yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap ada 82,2% 2) Penderita hipertensi yang berobat tidak teratur ada 66%. c. Desa S: 1) Bayi yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap ada 76,6%. 2) Penderita TB paru yang berobat tidak sesuai standar ada 64,1%. 3) Penderita hipertensi yang berobat tidak teratur ada 69,5%. d. Dan seterusnya Desa yang memerlukan perhatian khusus dalam contoh di atas adalah Desa W dan Desa N, karena keduanya memiliki IKS terendah. Selanjutnya dari hasil olahan data umum, khusus, dan potensi desa/kelurahan, Puskesmas dapat mengidentifikasi potensi masing-masing desa/kelurahan untuk mengatasi masalah- masalah kesehatan yang dihadapi. 3. Di tingkat Kecamatan Di tingkat kecamatan, identifikasi masalah kesehatan dan masalah- -masalah lain serta potensi mengatasi masalah kesehatan dilakukan berdasar pada hasil pengolahan data dari Prokesga, data khusus, dan data umum. Puskesmas akan dapat mengetahui masalah-masalah kesehatan prioritas yang dihadapi keluarga di tingkat kecamatandari hasil olahan data Prokesga seluruh keluarga di kecamatan dengan mencari indikator-indikator yang cakupannya rendah. Pada contoh di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi Kecamatan X sebagai berikut: a. Bayi yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap ada 66,4%. b. Penderita hipertensi yang berobat tidak teratur ada 70,7%. Jika indikator yang cakupannya 40%-an dimasukkan sebagai masalah kesehatan, maka di Kecamatan X juga dapat diidentifikasi masalah kesehatan tambahan, yakni: c. Payi yang tidak mendapat ASI eksklusif ada 58,5%. d. Penderita TB paru yang berobat tidak sesuai standar ada 57,1%. Penderita gangguan jiwa yang tidak mendapatkan pengobatan dan ditelantarkan ada 52,2% d. anggota keluarga yang merokok ada 52%. Selanjutnya dari hasil olahan data umum dan khusus serta data Profil kecamatan, Puskesmas dapat mengidentifikasi masalahmasalah kesehatan tambahan, masalah-masalah kesehatan lain, dan potensi kecamatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.