Anda di halaman 1dari 5

BAB 2.

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Keluarga dan Komunitas


Menurut Permenkes (2016) pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi
keluarga di wilayah kerjanya.
Keluarga sebagai fokus dalam pelaksanaan program Indonesia Sehat dengan pendekatan
keluarga. Menurut Permenkes (2016) keluarga memiliki lima fungsi, yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat dalam mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan agar memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas
yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.Tugastugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.
Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut:
1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil kesehatan keluarga dan
peremajaan (updating) pangkalan datanya.
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan
preventif.
3. Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.
4. Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.
Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan
data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (family folder). Dengan demikian,pelaksanaan
upaya Perkesmas harus diintengrasikan ke dalam kegiatan pendekatan keluarga. Dalam
menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan UKBM yang ada sebagaimana
selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke keluarga. Perlu diperhatikan,
bahwa pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah ini tidak berarti mematikan UKBM-
UKBM yang ada, tetapi justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan
masih kurang efektif.
Menurut Permenkes (2016) puskesmas akan dapat mengenali masalah-masalah kesehatan
dan PHBS yang dihadapi keluarga secara lebih menyeluruh (holistik) melalui kunjungan
keluarga dirumah. Anggota keluarga yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian
dapat dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas.
Keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan danberbagai
faktor risiko lain yang selama ini merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari kader-
kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional Puskesmas. Untuk itu, diperlukan
pengaturan agar setiap keluarga di wilayah Puskesmas memiliki Tim Pembina
Keluarga.Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh Puskesmas yang
mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM)
secara berkesinambungan, dengan target keluarga, didasarkan pada data dan informasi dari profil
kesehatan keluarga. Tujuan dari pendekatan keluarga adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan
komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan
rehabilitatif dasar.
2. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) kabupaten/kota dan
provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan.
3. Mendukung pelaksanaan JKN dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menjadi peserta JKN.
4. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 – 2019.
Menurut Pemenkes (2016) data masalah kesehatan dan potensi pemecahannya yang
sudah diolah selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, masalah sumber
daya, dan masalah-masalah lain yang berkaitan.
1. Di tingkat Keluarga Puskesmas dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan apa
yang dihadapi oleh masing-masing keluarga di wilayah kerjanya melalui analisis data
masing-masing keluarga dari Prokesga dengan mencari indikator-indikator keluarga sehat
yang bernilai 0. Puskesmas juga dapat mengidentifikasi potensi masing-masing keluarga
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi dengan menganalisis data masing-
masing keluarga dari Prokesga. Misalnya dari segi usia kepala keluarga, tingkat
pendidikannya, pekerjaannya, dan lain-lain. Keluarga A pada contoh di atas dapat
diidentifikasi masalah-masalah kesehatan sebagai berikut:
a. Bayi tidak mendapat ASI eksklusif.
b. Pertumbuhan balita tidak dipatau.
c. Penderita hipertensi (ayah) berobat tidak teratur.
d. Ada anggota keluarga yang merokok (ayah).
2. Di tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa Masalah-masalah kesehatan prioritas yang dihadapi
oleh masingmasing RT/RW/kelurahan/desa di wilayah kerja Puskesmas dapat
diidentifikasi dari hasil olahan data keluarga dalam satu RT/RW/kelurahan/desa. Rukun
tetangga/rukun warga/kelurahan/desamana yang memerlukan perhatian khusus dengan
mencari indikator-indikator yang cakupannya rendah. Pada contoh di atas dapat
diidentifikasi masalah-masalah kesehatan di masing-masing desa sebagai berikut:
a. Desa P:
1) Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif ada 67,6%.
2) Penderita TB paru yang berobat tidak sesuai standar ada 73,9%.
3) Penderita hipertensi yang berobat tidak teratur ada 76,7%.
b. Desa R:
1) Bayi yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap ada 82,2%
2) Penderita hipertensi yang berobat tidak teratur ada 66%.
c. Desa S:
1) Bayi yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap ada 76,6%.
2) Penderita TB paru yang berobat tidak sesuai standar ada 64,1%.
3) Penderita hipertensi yang berobat tidak teratur ada 69,5%.
d. Dan seterusnya Desa yang memerlukan perhatian khusus dalam contoh di atas adalah
Desa W dan Desa N, karena keduanya memiliki IKS terendah. Selanjutnya dari hasil
olahan data umum, khusus, dan potensi desa/kelurahan, Puskesmas dapat
mengidentifikasi potensi masing-masing desa/kelurahan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan yang dihadapi.
3. Di tingkat Kecamatan Di tingkat kecamatan, identifikasi masalah kesehatan dan masalah-
-masalah lain serta potensi mengatasi masalah kesehatan dilakukan berdasar pada hasil
pengolahan data dari Prokesga, data khusus, dan data umum. Puskesmas akan dapat
mengetahui masalah-masalah kesehatan prioritas yang dihadapi keluarga di tingkat
kecamatandari hasil olahan data Prokesga seluruh keluarga di kecamatan dengan mencari
indikator-indikator yang cakupannya rendah. Pada contoh di atas, dapat diidentifikasi
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi Kecamatan X sebagai berikut:
a. Bayi yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap ada 66,4%.
b. Penderita hipertensi yang berobat tidak teratur ada 70,7%. Jika indikator yang
cakupannya 40%-an dimasukkan sebagai masalah kesehatan, maka di Kecamatan X
juga dapat diidentifikasi masalah kesehatan tambahan, yakni:
c. Payi yang tidak mendapat ASI eksklusif ada 58,5%.
d. Penderita TB paru yang berobat tidak sesuai standar ada 57,1%.
Penderita gangguan jiwa yang tidak mendapatkan pengobatan dan ditelantarkan ada
52,2% d. anggota keluarga yang merokok ada 52%. Selanjutnya dari hasil olahan data
umum dan khusus serta data Profil kecamatan, Puskesmas dapat mengidentifikasi
masalahmasalah kesehatan tambahan, masalah-masalah kesehatan lain, dan potensi
kecamatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai