Anda di halaman 1dari 13

Home

About
retnasiska
A great WordPress.com site
« ASKEP KANKER NASOFARINGaskep tipoid »
ASKEP KKP
December 8, 2012 //
0

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kurang Kalori Protein(KKP)akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan


kalori ,protein,atau keduanya,tidak tercukupi oleh diet.kedua bentuk difesiensi ini tidak jarang
berjalan bersisian,meskipun salah satu lebih dominan dari pada yang lain.Keperahan KKP
berkisar dari hanya penyusutan besar berat badan atau terlambat nya tunbuh,sampai ke
sindrown klinis yang nyata,dan tidak jarang berkaitan dengan defisiensi vitamin dan mineral.

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan


pada pasien dengan masalah Kurang Kalori Protein(KKP).

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi dari KKP


2. Untuk mengetahui klasifikasi KKP.

3. Untik mengetahui factor penyebab terjadi nya KKP..

4. Untuk mengetahui penanganan KKP.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Kekurangan Kalori Protein (KKP)

Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup, makanan
juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini
justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.

Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein. Protein
yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein
berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh
protein dari makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat
asupan protein yang cukup dari makanan tersebut, maka kita akan mengalami kondisi
malnutrisi energi protein.

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.

Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum, kurang gizi
adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan kekurangan energi
dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang
terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering
diistilahkan dengan kurang gizi.

Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara berkembang.
Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihatbahwa berat badananak tersebut
lebih rendah disbanding anak seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60% sampai
80% dari berat badan ideal.

REPORT THIS AD

B.Faktor Penyebab

Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa factor, yang paling dominan adalah
tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP tidak akan terjadi bila
kesejahteraan rakyat terpenuhi.

Berikut beberapa faktor penyebabnya :

1. Faktor sosial. Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak
mendapatkan makanan yang bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal
kenyang. Selain itu, hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial
dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu
dan berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

2. Kemiskinan. Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini
di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan kebutuhan
paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat
mencukupi kebutuhan proteinnya.

3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya


ketersedian bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab
munculnya penyakit KKP.

4. Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan
malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi
akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan mempermudah
masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-
faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli
masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi
bagi balita serta faktor infeksi dan penyakit lain.

5. Pola makan. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak
semua makanan mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih
menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya.
Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain (susu, telur, keju,
tahu, dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai
keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada
masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita.
Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-
anak mereka.

7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan


bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.

C.Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein (KKP)

KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus. Berikut adalah penjelasannya.

1. Kwashiorkor. Istilah kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily


Williams pada tahun 1933 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa
Ghana, kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang
ditunggu kelahirannya. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake yang
berlangsung kronis.

2. Marasmus. Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting atau merusak.
Merupakan bentuk malnutrisi kalori protein akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis
terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak dibawah kulit dan
otot (Dorland, 1998:649). Marasmus juga diartikan sebagai malnutrisi berat pada bayi sering
ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau hygiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defesiansi
protein dan kalori (Nelson, 1999:212).

D. Etiologi
Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan. Kelaparan biasanya
terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena pengobatan, kegagalan memberikan
makanan tambahan.

a. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda marasmus dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Selalu ada Tanda-tanda ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa:

– Gangguan perkembangan
– Hilangnya lemak di otot dan di bawah kulit.

2) Kadang-kadang ada

– Mencret/diare atau konstipasi.

– Perubahan pada rambut, seperti pada kwashiorkor.

– Tanda-tanda dari defisiensi vitamin.

– Dehidrasi.

(Jelliffe, 1994 )Tanda dan Gejala yang lain yaitu:

a) Anak menjadi cengeng, sering bangun tengah malam.

b) Turgor kulit rendah dan kulitnya nampak keriput.

c) Pipi terlihat kempot.

d) Vena superfisialis tampak lebih jelas.

e) Ubun-ubun besar cekung.

f) Tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol.

g) Mata tampak besar dan dalam.

h) Sianosis.

i) Ekstremitas dingin.

j) Perut buncit/cekung dengan gambaran usus jelas.

k) Atrofi otot.

l) Apatis.
m) Bayi kurus kering.

E. Patofisiologi

-Defisiensi kalori
-Energi
-Pemenuhan kebutuhan kurang
-Sintesis glukosa
-Metabolit esensial
-Cadangan protein
-Asam amino
-Homeostatik

F.Manifestasi Klinis

Beberapa gejala penyakit kwashiorkor adalah :

1. Banyak menangis

2. Bahkan pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif

3. Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring

4. Diare dengan fase cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya

produksi laktase dan enzim penting lainnya

5. Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia
(pendarahan

kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan pada kulit maupun selaput
lendir,

Red), yang lama kelamaan kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat


kemerahan

dengan batas menghitam. Kelainan ini buasanya dijumpai di kulit sekitar punggung,
pantat,

dan sebagainya

6. Pembesaran hati, bahkan saat rebahan penbesaran ini diraba dari luar tubuh terasa licin
dan

kenyal
7. Gangguan fungsi ginjal dan anemia

8. Gagal untuk manambah berat badan

9. Pertumbuhan linear terhenti

10. Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut

11. Penurunan massa otot

12. Perubahan mental seperti lethargia, irotabilitas, dan apatis dapat terjadi

13. Pada keadaan berat atau akhir (final stagaes) dapat mengakibatkan shock, koma, dan

berakhir dengan kematian

14. Pada hasil pemeriksaan laboratorium terdapat hipoproteinemia, terutama pada


albumin

sehingga terjadi edema

Sedangkan gejala dari marasmus adalah

1. anak kurus hingga terlihat tulang berbungkus kulit

2. wajah seperti orangtua

3. perut cekung

4. kulit keriput, jaringan lemak subkuits sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah
bokong)

tampak seperti memakai celana longgar

5. cengeng dan rewel

6. iga gambang

7. diare kronik

8. sering disertai penyakit inspeksi (umumnya kronis berulang)

G. Akibat Kekurangan Kalori Protein


Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan
protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak di bawah lima
tahun. Akibat dari kwashiorkor dan marasmus sendiri, yaitu:

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

2. Mudah terkena penyakit

3. Berkurangnya daya pikir

4. Penurunan fungsi otak

5. Ketidakseimbangan cairan elektrolit

6. Berkurangnya daya tahan tubuh

7. Bila tidak segera diobati berakhir dengan kematian

H. Cara Menanggulangi KKP

KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. Kita dapat
berusaha agar KKP dapat dikuragi. Berikut adalah cara-cara pencegahannya :

1.Tingkat keluarga

a) Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang

b) Memberi ASI pada usia sampai enam bulan

c) Memberi maknan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori, vitamin,
mineral)

d) Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit

e) Menhindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan ASI


sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI

f) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan cara
memelihara kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat pembuat susu
dan makanan bayi serta penyediaan oralit
g) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur
makanan yang bergizi untuk buah hati mereka

2.Tingkat posyandu

a) Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu

b) Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)

c) Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT) contoh :
KMS

d) Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC, polio
dan ada pula beberapa imunisasi dasar, antara lain :

1) BCG

2) DPT

3) Polio

4) Hepatitis B3

5) Campak

3.Tingkat pengobatan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein
bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam
bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.

Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:

1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup,
makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah
modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.

KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus.dan faktor penyebab nya
yaitu masalah sosial,masalah ekonomi,masalah biologi dan masalah lingkungan.

B. SARAN

Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus
ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para
pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam
makalah kami ini. Kebenaran dan keshahihan hanya milik Allah dan Rasul-Nya, kesilapan dan
kekhilafan itu semua datang dari kami yang sedang belajar ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, wahjudi, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta: 1992


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kelanggengan Lanjut Usia, Jakarta 1991

Arisman,Gizi Dalam Daur Kehidupan.jakarta:2008.EGC

Advertisements

REPORT THIS AD

REPORT THIS AD
Share this:
TwitterFacebook

Related
askep tipoid
BAB IPENDAHULUAN A. Latar BelakangDHF (Dengue…
BAB IPENDAHULUAN A. Latar belakang …
CategoriesUncategorized
0 Comments
Post your own or leave a trackback: Trackback URL
Leave a Reply
Enter your comment here...
Create a free website or blog at WordPress.com.Back to the top
:)

Anda mungkin juga menyukai